.
Obmenivat De Cuerpos
.
Latar : Tahun ke tujuh setelah Voldemort dimusnahkan dari dunia sihir.
Disclaimer : All character in this fanfic belong to madam J.K Rowling. Spice cuma pinjam doang.
.
1
.
-o0o- Great hall, Pukul 07.00 sarapan pagi -o0o-
Tahun ketujuh. Setelah Hogwarts melakukan perbaikan sana-sini pada bangunan yang rusak pasca perang, semua murid diundang untuk kembali melanjutkan sekolahnya. Terutama bagi anak-anak yang berada di tahun terakhir.
Hermione sangat senang, tentu saja. Dia bahkan sudah membuat rencana hebat untuk hidupnya. Pertama, dia akan menyelesaikan tahun terakhir dengan nilai sempurna. Kedua, setelah lulus dia berencana untuk bekerja di kementrian. Tapi, planning hanyalah planning. Semuanya tidak berjalan lancar saat tahu anak laki-laki berdarah Malfoy itu juga kembali melanjutkan tahun terakhirnya. Sama-sama terpilih menjadi ketua murid. Memiliki jadwal kelas yang sama di semua pelajaran. Apa yang tidak lebih buruk?
Hermione tidak akan mempermasalahkan itu jika saja si busuk Malfoy sudah berubah, tapi nyatanya si pirang itu tetap sama saja seperti dulu. Bahkan si pirang Albino itu masih saja memanggilnya moodblood padahal status darah sudah dihapuskan.
"Aku sangat membenci rambut pirang mengkilapnya, Harry."
Hermione duduk di bangku menghadap kelompok asrama Slytherin. Tatapan matanya selalu mengawasi gerak-gerik sang pangeran dari asrama ular itu. Sesekali Hermione mendengus keras saat melihat anak laki-laki itu tertawa bersama teman-temannya. Mungkin sedang membuat lelucon bodoh?
"Demi upil Merlin! Aku sangat membenci Malfoy!"
Harry yang duduk di depan Hermione hanya tersenyum kikuk, dia menyempatkan diri menoleh ke belakang untuk melihat objek yang sahabatnya bicarakan sejak pertama kali datang dan bergabung dengannya di meja ini. "Aku tahu," jawab Harry.
Iris madu gadis itu terlihat menyipit, "Harry, aku benar-benar membencinya!"
"Aku tahu, Herm... bahkan semua orang yang ada di Hogwarts juga tahu itu. Kau dan dia tidak akan pernah bisa saling menyukai." jelas Harry. Dia segera mengambil piala berisi jus labu untuk segera diminumnya. Bicara dengan sekali tarikan napas memang bukan kebiasaannya dan itu membuat tenggorokannya langsung mengering.
Hermione mengangguk setuju dengan ucapan Harry. "Gara-gara musang albino itu nilai Aritnmancy-ku dikurangi 10 poin."
"Memangnya apa yang sudah Malfoy lakukan pada tugas Arithmancy-mu?" tanya Ron.
Ingatan Hermione kembali pada beberapa jam sebelumnya, pada pagi hari yang begitu menusuk tulang. Seharusnya dia masih bergelung di dalam selimut kalau saja dia tidak ingat dengan perkamen sepanjang 20 inchi berisi tugas arithmancy yang akan dikumpulkan pagi ini. Seingatnya, perkamen itu sudah ia bawa masuk ke dalam kamar, tapi saat ia cari-cari ternyata tidak ada.
Tentu saja hal itu membuat dirinya panik bukan main. Tanpa memperdulikan selimut dan kasur yang melambai-lambai genit padanya untuk kembali tidur, Hermione langsung meloncat turun. Dia bahkan lupa memakai alas kaki saat keluar kamar dan mondar-mandir di ruang rekreasi ketua murid.
"Merliiiin, di mana perkamen bodoh itu?" mulutnya tak henti merapal umpatan. Setiap sudut ruang rekreasi tak luput dari pencariannya namun perkamen itu tetap tidak Hermione temukan. Sekarang Hermione sudah beralih ke dapur, siapa tahu dia membawa perkamen itu ke sana saat membuat cokelat hangat semalam. "Tidak ada!" keluhnya setelah memeriksa kolong meja dan beberapa tempat memungkinkan di dapur asrma tersebut.
"Apa yang sedang kau lakukan, Granger?" Draco baru saja keluar kamar untuk pergi mandi saat iris kelabunya menangkap sosok gadis yang sebagian badannya berada di bawah meja rekreasi.
"Jangan hiraukan aku, ferret!" ketus Hermione tanpa repot-repot menoleh pada ketua murid putra itu.
Draco memutar bola matanya, "Seperti aku mau saja." kemudian ia pergi ke kamar mandi.
Hermione duduk di atas sofa. Wajahnya tertunduk. Merlin, dia ingin menangis sekencang-kencangnya saat ini. Apa yang harus ia katakan pada profesor Vector nanti? Harus membuat alasan seperti apa? Ketinggalan? Atau lupa mengerjakan? Hell, no! Julukan the brightest witch of her age akan ternoda dalam sekejap.
"Kau tidak masuk kelas, Granger?"
Hermione mendongak, menatap pemuda pirang yang sudah rapih dengan seragam asramanya, hanya dasi yang belum terpasang. Malfoy tidak bisa memakai dasi dengan benar, kalau kalian ingin tahu.
Mengenai Malfoy, Hermione teringat sesuatu. Saat ia mengerjakan tugas arithmancy di ruang rekreasi, pemuda itu juga ada di sana. Sedang mengerjakan sesuatu, entah tugas yang sama atau tugas lainnya. Apa mungkin...
"Malfoy!"
Draco yang sedang berkonsentrasi pada dasinya langsung berjengit kaget karena teriakan gadis semak di atas sofa maroon jelek di depannya itu. "Aku tahu aku tampan, Granger. Tapi rasa kagetmu itu terlalu berlebihan."
Mengabaikan kata-kata narsis Draco, gadis itu langsung menodongkan tongkat sihirnya ke arah pemuda itu. "Aku akan mengutukmu kalau ternyata dugaanku benar, ferret!" Merlin, bodoh sekali. Kenapa tidak sejak awal saja dia menggunakan mantra panggil. "Accio perkamen!"
Dan perkamen yang sedari tadi ia cari-cari setengah mati sekarang telah Hermione temukan. Perkamen itu terbang dari dalam tas Draco Malfoy.
"Kau bisa menjelaskan kenapa perkamen milikku ada di dalam tas mu, Malfoy?" Alih-alih menjawab, Draco hanya menaikkan satu alisnya. Membuat kesabaran Hermione semakin terkikis habis. "Kau sengaja menyembunyikan ini agar aku tidak mendapat nilai, kan? Dengar, Malfoy. Kalau kau ingin melampaui nilaiku, bukan begini caranya. Benar-benar rendahan, tidak tahu-"
Bugh!
Dengan kecepatan tak terdeteksi, tubuh tegap itu tiba-tiba saja sudah ada di depan dirinya, memukul keras sofa yang sedang dia duduki. "Terimakasih, Granger. Seharusnya kau berterimakasih karena perkamen bodohmu yang tertinggal di atas meja tidak aku buang ke luar jendela melainkan aku simpan di dalam tasku. Seharusnya kau berterimakasih karena aku telah menyelamatkan perkamenmu yang agung itu dari incaran dua sahabat bodohmu yang menyusup tengah malam." setelah mengatakan semua itu Draco langsung pergi, menenteng dasi yang belum terpasang sambil bersungut-sungut marah.
"Hermy, apa yang sudah ferret itu lakukan pada tugas Arithmancy-mu? Membuangnya ke danau hitam? Katakan padaku, biar nanti kuberi dia pelajaran!" ujar Ron bersungut-sungut.
Hermione masih terdiam. Kalau dipikir ulang, apa yang terjadi pada nilai Aritnmancy-nya itu tidak sepenuhnya salah Malfoy. Nilainya akan baik-baik saja kalau dia cepat pergi ke kamar mandi dan lekas berdandan, bukan malah terduduk seperti patung setelah Malfoy pergi.
Teringat kata-kata Malfoy tadi pagi, Hermione langsung memasang tatapan garang pada dua sahabat laki-lakinya. "Malfoy bilang tadi malam kalian berdua menyusup ke asrama ketua murid, apa itu benar?"
Harry yang sebelumnya hendak menggigit apel malah menggigit lidahnya sendiri karena begitu kaget. Sedangkan Ron, dia sibuk mencari topik lain yang bisa mengalihkan kemarahan Hermione. "Coba pikir. Kenapa Malfoy kembali ke Hogwarts?" Ron kembali mengoceh disela-sela kunyahannya.
"Untuk melanjutkan tahun terakhirnya, tentu saja, kan?" jawab Hermione tak begitu peduli.
Ron tersenyum kecil saat topik yang dia bawa itu sukses mengalihkan Hermione. Ia kemudian melanjutkan, "Untuk apa? Bahkan dia sudah menguasai semua isi buku ramuan Snape. Dia seharusnya membuat pabrik ramuan jika ingin mengembalikan kekayaan keluarganya alih-alih berada di sini."
Hermione dan Harry saling bertukar pandang sebelum akhirnya mengangguk setuju. Mereka berdua tidak mau mengambil resiko disembur oleh Ron raja kami yang sedang melahap pie apel dengan rakus.
Perhatian Hermione berpindah pada Ginny yang tiba-tiba saja tersedak jus labu yang tengah diminumnya. "Urm... Mungkin dia sedang mencari seseorang yang tepat untuk menjadi Nyonya Malfoy, yang akan mendampingi karirnya setelah lulus dari Hogwarts."
"Pansy Parkinson?" tebak Hermione, sedetik kemudian dia menggelengkan kepalanya sendiri. "Pansy tidak memiliki aura seorang Malfoy. Mungkin salah satu dari duo Greengrass. Entahlah, aku tidak peduli."
Untuk yang terakhir kali sebelum memutuskan pergi dari Great hall, Hermione melemparkan pandangan pada Draco-pirang-albino-Malfoy. "Aku sangat membencimu, Malfoy!" umpatnya kemudian pergi dari sana.
Di lain sisi, si pirang tentu saja melihat gerak bibir gadis semak itu. "Tck, aku pun membencimu sebanyak kau membenciku."
-o0o- ... -o0o-
Draco menggerutu kurang lebih sejak 15 menit lalu. Rambut pirangnya nampak pepek karena efek terkena air. Kemeja putih pada bagian lengan dan dadanya terdapat warna oranye dan bau menyengat.
"Mate, bisa berhenti menggerutu? Kita harus cepat pergi ke kelas si Slughorn atau N.E.W.T hanya akan menjadi angan-angan saja." keluh Blaise.
"Aku sudah berada di kelas Slughorn kalau saja kau dan lelucon bodohmu tidak membuatku terlihat menjijikan seperti si merah Weasley!"
Awalnya Draco cukup terhibur dengan lelucon-lelucon yang dibuat oleh sahabat jangkungnya itu. Tapi, Saat Blaise menggunakan jus labu sebagai object transfigurasi, kesenangan berubah menjadi kekesalan. Isi jus labu yang coba Blaise transfigurasi menjadi Butterbeer memang berhasil tapi hal itu juga mengotori baju dan rambut platinanya yang sangat berharga.
Setelah memastikan baju dan rambutnya sudah bebas dari noda, Draco lekas berbalik menatap Blaise. "Masalah ini belum selesai, Zabini." setelahnya ia langsung pergi dari kamar mandi dengan langkah yang lebar-lebar. Berharap guru ramuan menyebalkan Slughorn belum masuk atau nanti poin asramanya-
"Potong masing-masing dari kalian 20 poin karena terlambat datang."
-dikurangi. Draco baru saja akan tersenyum saat membuka pintu dan tidak menemukan guru ramuan dengan jidat mengkilap tak ada di meja guru. Tapi suara yang berada di dekat telinganya mengindikasikan bahwa harapannya tidaklah sesuai yang ia inginkan.
Menatap sekitar, ia kemudian mengerang kesal karena tempat duduk yang biasa ia duduki sudah direbut oleh Blaise. Maka dari itu kakinya melangkah ke meja paling depan.
"Apa yang kau lakukan di sini?" setelah Slughorn, kini ia dihadapkan dengan nona sok tahu segalanya.
Granger, gadis itu duduk di barisan paling depan dan sendirian. Cari muka di depan para profesor seperti biasanya. Bahkan gadis ini dulu juga selalu duduk di depan pada kelas Snape yang tentu saja tidak akan pernah tertarik dengan tangah kotornya yang terangkat tinggi penuh kesombongan pengetahuan. Draco meletakkan buku setebal 3 inci di atas meja sedikit keras, "Kalau kau benar-benar cerdas, Granger. Kau tidak akan bertanya."
Hermione menggerakkan giginya, kalau saja Profesor tidak memandangi mereka, mungkin satu dua umpatan akan ia semburkan pada si pirang tidak tahu diri itu.
Di kelas ini memang hanya bangku di sampingnya yang selalu kosong, karena anak-anak yang lain tidak cukup berani dan tidak cukup pintar untuk bertatapan langsung dengan meja profesor di depan sana. Tapi, menurutnya, lebih sangat mustahil jika seorang Draco Malfoy yang akan mengisi tempat duduk itu. Bukan karena Malfoy tidak pintar, tapi karena pemuda itu sangat anti berdekatan dengan seorang muggle born yang menjijikan sepertinya. Di asrama ketua murid pun dia selalu menjaga jarak, memasang pengharum ruangan di ruang rekreasi seolah keberadaan dirinya adalah pembawa bau busuk.
"Aku tidak ingin satu meja denganmu!" desis Hermione selagi tangan dan matanya sibuk mencatat sesuatu dari papan tulis di depan sana.
Draco mendengus, "Moodblood sepertimu tidak berhak berkata seperti itu. Kau ingat siapa aku?"
"Ya, mantan Death Eater!"
Brak! Draco tersulut emosi. Dia sampai tidak sadar kalau tangannya baru saja memukul meja dengan keras. Membuat seisi kelas yang sedang sibuk mencatat berjengit kaget.
Demi Salazar! Draco tidak pernah mau menjadi golongan Death Eater kalau saja dia punya pilihan. Bibinya yang gila selalu mengancam akan menyakiti Ibunya kalau dia tidak bersedia bergabung dan bersedia mengemban tugas dari Dark Lord.
"Dikurangi sepuluh point' dari masing-masing asrama."
Hermione sama sekali tidak menyesalinya. Karena apa yang telah ia lakukan tadi memberikan euforia bahagia pada hatinya. Ya, apa yang tidak lebih bahagia dari melihat seorang Draco Malfoy berwajah merah menahan kesal? Lagipula, si pirang itu yang memulai, kan?
Sedangkan Draco, rasa benci pada gadis itu semakin besar. Hanya karena dia tergabung dalam laskar Potter dan berhasil mengalahkan Lord Vordemort, lalu dia berubah menjadi gadis dengan super besar kepala. Status darah yang telah dihapuskan juga membuatnya semakin percaya diri. Cih, kalau bukan karena jasanya saat di manor dan jasa Ibunya saat di hutan waktu itu, mungkin dia tidak akan berani berlaku sombong seperti sekarang karena tentu saja Potter tidak akan selamat di tangan Lord Vordemort.
"Halaman 178, Mr. Malfoy!"
Draco terkesiap dari lamunannya. Tanpa banyak bicara dia lekas membuka buku seperti yang diperintahkan oleh sang profesor.
Obmenivat De Cuerpos potion. Tiga kata itu tercetak cukup besar di bagian atas. Draco hanya mengernyitkan dahi kala matanya menyusuri kata demi kata yang menjelaskan judul besar itu.
"Obmenivat De Cuerpos potion adalah ramuan yang sangat langka. Bukan karena bahan-bahan yang sulit didapatkan, melainkan karena tidak banyak penyihir yang dapat membuatnya. Hanya ada satu di dunia, di ciptakan oleh penyihir termasyur pada zamannya, Profesor Swoopstikes." Profesor Slughorn menjelaskan tidak begitu detail, tentu saja hal itu membuat sisi keingintahuan Hermione melonjak naik secepat kilat. Dia sudah bersiap mengangkat tangan namun sang profesor memberikan aba-aba agar semua murid tetap diam dan mendengarkannya sampai selesai. "Ramuan ini memiliki keistimewaan dapat membuat jiwa seseorang berpindah pada tubuh orang yang diinginkannya."
Amazing! Hermione berdecak kagum tanpa henti. Dia buru-buru membalik kertas ke halaman selanjutnya untuk mengetahui apa saja alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat ramuan itu. Tapi sayangnya halaman yang ia inginkan sama sekali tidak menunjukkan apapun. Kosong, bersih, tak ada satupun kata yang tertulis di sana.
"Ya, anak-anak. Sayang sekali kalian harus kecewa. Halaman yang seharusnya berisi alat, bahan dan langkah-langkah membuat ramuan ini tidak bisa dilihat. Harus ada perjanjian darah. Tapi tdak sembarang darah, hanya darah yang benar-benar terpilih yang mampu memunculkan tulisannya."
Draco memutar bola mata. Dia merasa bodoh berada di kelas ini dengan profesor seperti itu. Snape jauh lebih pintar daripada Slughorn. Tapi, jauh di lubuk hatinya, Draco tidak memungkiri kalau ada sedikit rasa penasaran pada ramuan ini. Bahkan Snape tidak menuliskan informasi ramuan Obmenivat dalam bukunya. Artinya, ramuan itu memang benar-benar langka. Seandainya ia bisa membuatnya, tentu saja dia akan menjadi penyihir kedua yang dapat membuat ramuan langka itu. Dan tentu saja dapat membungkam mulut sok tahu Granger itu.
"Ini akan menjadi tugas jangka panjang untuk kalian. 3 bulan, saya akan memberi waktu tiga bulan sebelum N.E.W.T berlangsung. Bagi kalian yang berhasil, maka kalian boleh mengikuti potion N.E.W.T,"
Merliiin! Hampir seisi kelas menahan napas, tidak terkecuali dengan Hermione. Dia sampai meneguk ludahnya sendiri dengan susah payah. Kalau tidak berhasil maka dia tidak boleh mengikuti N.E.W.T? Yang benar saja! Bisa-bisa apa yang telah ia rancang untuk masa depannya akan menjadi angan-angan saja.
"Kuncinya adalah..." tegang bukan hanya dialami anak-anak, mereka juga merasakan kegelisahan. "menyatukan darah. Kalian harus mencari partner yang tepat. Tusuk ibu jari kalian dengan jarum, keluarkan sedikit darah dan satukan ibu jari kalian dengan Ibu jari partner kalian yang sama-sama sudah mengeluarkan darah. Biarkan darah menyatu dan jatuh di atas halaman kosong pada buku itu. Jika partner kalian memang tepat, maka tulisan akan mulai muncul. Selamat bereksperimen!"
Apa tidak ada eksperimen yang lebih konyol? Suara erangan frustasi lantas memenuhi kelas. Ada yang sibuk menggerutu, ada yang sibuk melempar buku dan ada yang sibuk berburu partner. Hermione maupun Draco hanya menghela napas dan mendengus.
-o0o- ... -o0o-
Kotak sampah Author:
Hai all, maaf disaat fic yang lain belum kelar aku malah bikin fic baru #dilempargolok. Habisnya tanganku gatel banget pengen nulis ide yang berseliweran dari Minggu lalu. Aku baru pertama kali nulis di fandom Harry Potter. Jadi, tolong dimaafkan kalo banyak kesalahan contohnya kayak informasi Hogwarts, nama guru atau nama mantra wkwkw.
RnR pleaseeee... ^^
