Disclaimer: seluruh tokoh milik agensi dan keluarga masing-masing. Tidak mengambil keuntungan apa pun dalam membuat fanfiksi ini. Dibuat hanya untuk bersenang-senang. Menggunakan bahasa yang lebih ringan
Main pair: Junhoe/Hanbin
Selamat membaca...
.
Mau, Nggak?
.
Apa yang akan kalian lakukan ketika bel pulang sekolah berdering?
Tentu saja jawabannya adalah; langsung pulang ke rumah—atau mungkin kalian yang bosan di rumah akan mampir ke kafe atau mall, sekadar untuk menghilangkan kejenuhan. Ya, namanya juga anak muda—pasti mereka lebih memilih pergi dengan teman-temannya. Pada umumnya seperti itu, tapi sepertinya hal itu tidak akan berlaku pada sesosok siswa berwajah manis yang sedang bersenandung pelan dalam kelas sembari menyapu lantai. Ya, namanya Kim Hanbin; sering diibaratkan sebagai malaikat kelas (iya, karena Hanbin ini orangnya cinta kebersihan—jadi, jika ada yang tidak melaksanakan piket, Hanbin akan dengan senang hati menggantikannya). Kalau kalian mau tahu, teman-teman satu kelasnya tidak ada yang pernah piket—karena Hanbin senang melakukannya sendirian. Terkadang pula, Hanbin selalu menyediakan super pel di dalam tas dan membawa sapu dari rumah.
Sebenarnya, kamu ke sekolah itu mau belajar apa mau jadi petugas kebersihan sih?
Bukan, bukan berarti teman kelasan Hanbin memperbudak laki-laki itu, tapi semua ini memang murni keinginan Hanbin. Ia suka suasana sepi sehabis pulang sekolah (ditambah bau harum super pel yang menempel di lantai). Menatap lembayung senja dari dalam kelas sembari memakan roti yang ia beli di kantin. Indah katanya, Hanbin suka ketenangan. Bahkan, bisa dikatakan jika Hanbin ini adalah makhluk terakhir yang tersisa di lingkungan sekolah (murid yang lain mana sudi berlama-lama berada di sekolah). Kini dirinya tengah bersenandung kecil sembari mengepel lantai.
Biasanya Hanbin akan senang jika berada di kelas, namun kini wajahnya nampak kusut. Tentu saja ada penyebab di balik wajah kusutnya Hanbin.
"Jadi, kenapa kamu suka piket sendirian?"
Suara berat Koo Junhoe membuat gendang telinga Hanbin terganggu.
"Suka-suka aku lah." jawab Hanbin cuek, lantas ia kembali fokus pada lantai.
June hanya diam sambil mengamati dengan intens. Hanbin sedikit risih sebenarnya. Hanbin mengutuk June dalam hati; kenapa cengunguk yang satu ini belum pulang sih?!
"Hanbin, kamu mau nggak kalau diajak pergi ke gunung untuk berkemah?" June mulai bertanya.
Tentu saja mau. Hanbin menyukai gunung. Ia suka ketika harus mendaki sembari menatap pemandangan yang indah. Hanbin sangat suka itu.
"Tentu saja mau."
"Kalau diajak makan di restoran?" June kembali bertanya.
Hanbin tentu mengangguk, "Tentu saja aku mau."
"Kalau pergi ke museum?"
"Tentu saja aku mau."
"Ke perpustakaan?"
"Tentu saja aku mau."
"Ke bioskop?"
"Tentu saja aku mau."
"Ke pelaminan bersamaku?"
"Tentu saja mau."
Hanbin yang sedang fokus mengepel lantai pun mendadak diam. Tadi June bertanya apa ya yang terakhir?
Oh, Hanbin ingat.
"TENTU SAJA NGGAK MAU!"
June ketawa ngakak liat reaksi lucu Hanbin, "Hahahaha, besok kita pergi ke pelaminan ya." June berucap sembari mengedipkan sebelah mata.
Hanbin yang geram akan tingkah June pun mengangkat kain pelnya tinggi-tinggi—seakan menandakan perang dimulai, "KUPUKUL KAMU! DASAR JUNE SIALAN!"
Lantas, dua insan berjenis kelamin sama ini berakhir dengan kejar-kejaran di dalam kelas dengan June yang tetap menggoda Hanbin, dan Hanbin yang siap memukul June kapan saja dengan kain pel yang ia pegang.
.
.
selesai
Tangerang, 08 Juni 2018 - 14:30 PM
