Disclaimer : Karakter sepenuhnya milik J.K Rowling kecuali OC yang bakalan muncul di sini. Saya tidak mengambil keuntungan apapun.
Summary : Gengsi di tipu si kembar Weasley. Draco berusaha berdiri benar. Ia meminjam beberapa Galleon pada Harry untuk membayar seluruh hutang. Namun, kala waktu berputar, ia kesulitan untuk membayar. Jadi, ia berencana untuk menantang sepupunya adu sapu terbang dan merampas semua Galleon milik sepupunya itu.
- Telilit Hutang -
Beberapa hari ini, Hogwarts di hebohkan oleh beberapa rumor basi. Katanya, Draco Malfoy menantang duel sapu terbang dengan seorang Seeker kebanggan Ravenclaw.
Dimitri Black, masih sepupu Draco, tinggi, rambut hitam, mata hijau, sekilas nampak seperti Harry. Itu jika kau melihat Dimitri dari belakang, wajahnya bahkan lebih keren ketimbang Harry.
Dimitri ada di angkatan bawah dari tahun keemasan Harry, yang berarti, menjadi angkatan yang sering di injak-injak oleh Draco. Draco memang senang mengimtimidasi orang, seperti hobi konyol tersendiri.
Jadi, saat pelajaran telah usai. Di bawah cahaya senja yang jingga, kuning dan merah. Para angkatan Harry dan juga Dimitri ada di sana, tak lupa di temani sorak-sorai si kembar kocak yang menggasak beberapa koin Galleon dari bocah-bocah angkatan pertama untuk sebuah taruhan dan menjual permen muntah keluarga Weasley.
Sebagai antisipasi serangan para Prefek, Ron sudah mensiasti ini, seperti mengunci Percy Weasley di toilet perempuan dan pura-pura ingin mendapatkan pelajaran tambahan dari Prof. Snape, ini Hermione yang melalukannya, jangan tanya kenapa dia setuju.
Sebenarnya, Draco punya alasan tersendiri kenapa dia menantang Dimitri untuk adu sapu terbang. Meski ia tahu, ia akan kalah, sebab sepupu kesayangan keluarga Black ini memiliki Nimbus 2002, paling mutakhir yang Lucius sendiri tak dapat membelinya.
Draco itu punya hutang beberapa koin Galleon pada Harry, ini dia lakukan untuk membeli permen muntah dan kembang api Weasley, sayangnya Draco kena tipu si kembar kocak dan dirinya kehabisan Galleon untuk membayar, ia juga tak dapat meminta Galleon sebanyak itu kepada sang ayah. Atau, ia akan di amuk oleh Lucius dan mulai merongrong soal ini dan itu.
Juga ia akan membahas tentang lelehur keluarga Malfoy yang tidak pernah di hina dan di permalukan oleh cara dan kejadian kurang keren seperti ini.
Lucius mungkin akan marah juga jika mendengar semua masalah ini datang dari Harry, seorang Potter, yang terkenal dari semua Pelahap Maut. Bisa-bisa, Lucius akan di permalukan di pertemuan-pertemuan penting.
Sebenarnya, Draco agak sedikit gengsi meminjam Galleon pada Harry, malah mereka membicarakan ini di toilet yang di huni hantu gadis genit. Sebab ia tahu, ia tidak akan mendapat Galleon dari Ron atau dari anak-anak lainnya yang miskin.
Jadi, dengan kebodohan yang sudah tak terbendung lagi dari otak Draco, ia menantang Dimitri dan mengancam sepupunya ini untuk membayar beberapa Galleon jika Dimitri kalah, sebaliknya, jika Draco kalah, ia akan bersedia di permalukan oleh seluruh warga Hogwarts sampai ke akar-akarnya.
Ini bicara soal peruntungan, Dimitri tidak masalah jika ia kalah. Toh, ia masih punya banyak beberapa koin Galleon hasil menabung beberapa tahun ini. Dan juga beberapa pengikut di belakang Dimitri yang siap mendukung, termasuk Colin yang sok tahu.
"Di atas sana, aku sudah menyimpan bendera, ambil itu. Siapa cepat dia dapat. Apa kau setuju, Dimitri?"
Dimitri, mengibaskan tangan, tertawa setelahnya. Para pengikut di belakang termasuk Harry ikut bersorak, meledek kerja keras Draco. Buat Pansy dan Theodore mendelik tajam akibat murka.
Agak sedikit sombong Dimitri beberapa menit ini, mungkin ia terlalu senang, memang Dimitri anak yang riang dan jenaka. Tapi, ia tidak pernah mempermalukan keluarganya sampai sejauh ini.
"Tentu saja, aku tidak keberatan jika harus membayar semua hutangmu pada Potter."
Seketika itu juga, pipi Draco merona, malu. "Ja-jahanam kau, Dimitri!"
Langsung saja Draco melesat, melayang-layang di angkasa. Background jingga terlukis di belakang punggungnya, ia mulai menyombongkan diri dan berbicara panjang lebar. Dimitri tidak begitu ingat apa yang di katakan Draco, sebab ia berbicara terlalu cepat.
Draco, menjulurkan lidah. "Ayo, anak manja! Kejar aku.."
Sembari tertawa riang dan menghitung jumlah Galleon di dalam kaleng, George mulai mengintimidasi. "Wah, kau mendapat undangan, Black!"
Fred tertawa. "Kejar dia, jagoan!"
Untuk ancang-ancang, Dimitri berlari, melesat dan akhirnya terbang jauh. Bergerak kesana kemari, memamerkan nimbus yang baru saja Dimitri beli. Setelah di rasa Draco cukup terkecoh oleh tindak-tanduk Dimitri, Seamus meniup peluit tanda pertandingan di mulai dan Dimtri langsung melesat secepat tupai terbang.
Permainan yang agak sedikit curang.
Di atas sana Draco mulai panik, ia yang tadinya ingin menyombongkan diri malah tertinggal beberapa meter dari Dimitri. Ia merutuk kesal, tak pernah sedikitpun terpikirkan oleh Draco kalau ia akan di curangi.
Senang, riang dan tepuk tangan para pendukung Dimitri mulai membahana. Tak kalah juga tiupan peluit, terompet, pukulan-pukulan kaleng bekas ikut beradu dengan yang lainnya.
"Aku hampir sampai, Drake!" Tawa Dimitri buat Draco mendengus kesal.
"Belum!"
Tinggal beberapa sentimeter lagi, Dimitri sampai ke garis finish, ia sesekali menengok dan mengintimidasi sepupunya dengan kalimat-kalimat konyol yang menyebalkan. Di belakang sana Draco yang mulai kesal sudah berkomat-kamit membaca rapalan mantera.
Sebelum...
"Kau akan kalah, Dra-"
'BRUK'
Dimitri menabrak pohon.
Di atas sana, ketika Draco melewati Dimitri, ia memeletkan lidah dan meledek. "Makan itu, tukang pamer!"
"Sa-sakit..."
Suara hantaman keras membentur kepala Dimitri. Dengan gaya yang kurang keren, kepalanya membentur pohon pinus, batu bata dan terjun. Tubuh setengah pingsan Dimitri melayang-layang, jatuh dan terjerembab di antara dahan pohon. Punggungnya terhantam dahan sangat keras dengan posisi telentang.
Seamus memekik. "Waduh, Black!"
"Gawat dia jatuh." Sambung yang lainnya.
Sejurus kemudian, mereka berlari, termasuk Harry yang membawa galah demi membawa Dimitri turun. Beberapa daun dan buah pinus berjatuhan ke tanah, seperti badai salju di bulan Desember. Di atas sana, Dimitri tak bergerak sama sekali. Tubuhnya tersangkut dan seragamnya nampak sobek.
Ron berteriak. "Nimbus!" Di raihnya nimbus setengah patah tak jauh dari batang pohon pinus. Ia mengeryit. "Wow, ini patah!"
Seamus berteriak. "Bukan saatnya kuatir soal nimbus, Weasley! Bawa Black turun dulu."
Dean, bergumam. "Kurasa, permainan ini akan di menangkan oleh Draco."
Luna, yang entah muncul darimana, menimbrung. Menunjuk langit dan mengamati awan. "Tidak, lihat ke langit.."
"Wah, mendung..."
Benar saja, langit mendung dan awan hitam mulai bermunculan. Draco yang masih asik terbang kesana kemari, bukannya mengambil bendera, ia malah tertawa dan menghina Dimitri. Di bawah sana, Theo dan Pansy mulai bertepuk tangan dan bersorak atas kemenangan sang ketua.
Cahaya putih terlihat jelas dari balik awan, membentuk guratan panjang yang nampak seperti trisula. Pansy yang agaknya sedikit heboh, mewanti-wanti Draco untuk segera mengambil bendera, turun ke tanah dan mengplokamirkan kemenangan.
Sebelum..
"Ayo turun.."
'JDERR'
Tersambar petir.
Kilatan putih di balik awan turun, menyambar tubuh Draco yang melayang-layang di angkasa. Pansy yang shock langsung berlari ke asrama, sedang Theo melongo layaknya kakek tua yang ling-lung.
Tubuh Draco setengah gosong dan mengejang, helaiannya berdiri seperti sengatan listrik. Mulutnya mengeluarkan asap hitam yang pekat.
"Lihat, Draco tersambar petir.."
Suara tawa membahana dari Dimitri yang baru saja sadarkan diri akibat suara petir membuat Draco muak.
Dalam mimpi, mungkin Draco akan menghajarnya.
Tapi, kapan?
.
.
.
Hutangmu saja belum kau bayar.
.
.
.
END
