Prolog

.

.

Luhan ~ Sehun

.

.

E

.

.

Bruk!

"Hahaha!"

"rasakan! itulah yang kau dapat jika ingin terus ikut pelatihan."

"yeah, keturunan darah lumpur sepertimu tidak akan bisa berguna! Menyerah saja!"

"benar! Akan lebih baik jika kau menyerahkan diri pada yang mulia raja untuk dikorbankan dari pada menyusahkan kami disini!"

"hahahah!"

Bugh!

"akh!"

"ayo pergi!"

Cuih!

"lihat apa yang akan terjadi jika minggu berikut kau masih mengikuti pelatihan. Sadarlah, kekuatanmu itu tidak dibutuhkan disini!"

.

Vascones

Sebuah Negara dengan bentuk pemerintahan monarki yang dihuni oleh berbagai macam ras dan jenis mahkluk dengan keahlian khusus.

Walaupun dipimpin oleh seorang raja, Negara ini tidaklah seperti Negara monarki lainnya karna tidak memiliki menteri dan pejabat-pejabat dalam pemerintahan. Vascones semata-mata hanya dikendalikan oleh seorang raja dan keturunannya.

Namun, sesungguhnya Negara ini adalah Negara buangan. Dimana semua penghuninya adalah sejumlah mahkluk yang tidak dibutuhkan oleh Negara asalnya dan diasingkan ke Vascones untuk dijadikan tumbal demi keberlangsungan dan kejayaan Negara asal mereka.

Setiap tahunnya, Vascones mengadakan ritual khusus. Dimana orang-orang yang terpilih akan dijadikan tumbal untuk para dewa dan raja yang sesungguhnya untuk kejayaan Negara asal mereka. Namun tidak semua korban dapat memberi kejayaan untuk Negara asalnya. Hanya akan ada satu yang benar-benar terpilih dari semua korban. Kebanyakan penduduk Vascones adalah pendatang dan mereka yang belum mendapat giliran akan berkeluarga dan menua di Vascones, anak yang lahir dari hubungan antar pendatang inilah yang disebut warga asal Vascones yang sesungguhnya.

Tidak sembarangan orang bisa dikorbankan untuk ritual itu. Penduduk percaya bahwa raja mereka memilih dengan melakukan komunikasi dengan dewa atau raja yang sesungguhnya dan beruntunglah Negara yang utusannya terpilih. Mereka akan berpesta untuk kejayaan setelah ritual itu tanpa memikirkan orang yang telah mereka korbankan.

Ritual ini dilakukan dibalai kota. Dimana terdapat sebuah lingkaran dengan bentuk bintang dan berbagai symbol ditengah lingkaran. Korban akan diikat tanpa bisa bergerak dan diletakan ditengah lingkaran sementara raja dan keturunannya mulai melakukan ritual dengan melibatkan semua yang hadir untuk ikut menyuarakan dan dengan sendirinya akan terjadi, korban-korban itu hilang ditelan cahaya yang keluar dari symbol-simbol dalam lingkaran.

Semua akan dikorbankan. Tinggal menunggu kapan waktunya jadi yang terpilih. Pengecualian untuk keluarga kerajaan dan orang-orang yang bekerja dikerajaan. Untuk itulah, semua orang berlomba-lomba melatih diri agar bisa berguna dan bekerja dalam istana. Namun, tidak sedikit dari mereka yang berakhir sia-sia dan menjadi korban.

Hhh..

Itulah yang Luhan pikirkan. Bagaimana jika semuanya berakhir sia-sia? Bagaimana jika ia tetap dikorbankan?

Ingin rasanya Luhan pergi dari Negara ini. Tapi, kemana ia harus pergi? Ia tidak memiliki apapun dan pada akhirnya tempat yang ditujunya akan tetap mengembalikannya ke Vascones. Luhan ingin kembali kenegara asalnya andai ia tau dirinya berasal darimana.

Sudah sejak bayi ia ada disini. Namun, mengingat bahwa ia bisa mengatur benda dan menggerakannya tanpa menyentuh benda itu membuat Luhan sempat berfikir bahwa ia berasal dari Tileneze. Negara yang kebanyakan penduduknya memiliki keahlian telekinesis sepertinya.

Tapi tidak mungkin ia kenegara lumpur itu. Dimana ia akan tinggal jika semua tempat disana mengambang diudara. Itu sia-sia, ia akan berakhir dengan cepat ditelan lumpur. Dan jika ia tetap mengikuti latihan, anak-anak itu akan terus memukulinya. Kekuatannya tidak seberapa untuk melawan mereka. Kalaupun tidak mengikuti latihan, bisa saja ia menjadi korban tahun ini. Jika ia terpilih, Negara yang membuangnya kesini akan berpesta untuk kejayaan mereka sementara dirinya tidak tau apa yang akan terjadi setelah ia menghilang. Mungkin nasib yang lebih buruk akan mendatanginya. Luhan tidak terima!

Biarlah ia dipukuli. Selama dirinya masih memiliki kesempatan untuk bekerja dikerajaan tidak apa-apa.

"semangatlah Luhan! Kau pasti bisa!." Ia mengepalkan kedua tangannya didepan dada menyemangati dirinya sendiri.

.

.

Tiga bulan berlalu dan Luhan masih bertahan ditempat pelatihan. Ia tidak akan menyerah selama tempat itu masih diperbolehkan untuk umum. Namun Luhan benci dirinya yang lemah. Tidak seorangpun disini yang memiliki kekuatan serupa miliknya hingga membuatnya harus belajar sendiri dan karna hal itulah ia merasa perkembangannya sangat lambat.

Semua orang ditempat pelatihan berkembang pesat. Mereka pasti lolos untuk ujian masuk istana. Sementara Luhan hanya bisa merenung tidak tau harus berbuat apa karna merasa percuma untuk berlatih jika tidak tau apapun tentang kekuatannya.

Orang-orang dengan kekuatan sepertinya sudah dikirim keperbatasan untuk membangun benteng. Itu cukup membuktikan bahwa orang dengan kekuatan sepertinya hanya akan berakhir ditempat seperti itu yang akhirnya juga akan menjadi tumbal.

Luhan ingin menangis.

Sendirian bertahan hidup di Negara ini sangat menyedihkan. Saat usianya 7 tahun dimana kekuatannya mulai terlihat. Luhan sangat senang karna pikirnya, mengendalikan benda tanpa harus menyentuhnya itu sangatlah hebat. Namun seiring waktu berjalan, semakin dewasa Luhan tau bahwa kekuatan itu hanya untuk orang-orang pemalas yang tidak mau bersusah payah berjalan untuk mengambil sesuatu dengan tangan sendiri. Kekuatan seperti itu tidak dibutuhkan diistana. Para Telekinesis tidak dibutuhkan untuk membangun sebuah bangunan selama pengendali tanah dan bumi masih ada. Mereka hanya akan menjadi bawahan yang diperintah dan selalu pasrah pada keadaan

Akhirnya dengan lesu Luhan menjatuhkan kerikil-kerikil kecil yang coba ia kendalikan. Ia lalu berbalik menuju gerbang keluar melewati anak-anak yang biasa menjahilinya tertawa dan mengejeknya. Berkata sudah sepantasnya ia menyerah

.

.

"bagaimana?"

Wanita dengan gaun mengembang itu bertanya sementara seorang pria yang baru saja terbangun dari tidurnya menoleh dengan seringain menakutkan diwajahnya.

"panggilkan pengawal dan persiapkan daftarnya untukku."

Ujarnya dan wanita itu segera beranjak melaksanakan tugasnya.

"akhirnya, tuanku yang agung."

Gumam pria itu dengan seringaian yang semakin lebar

.

.

2 hari kemudian, Vascones digemparkan bahwa minggu pemilihan telah dipercepat. Berita itu tentu saja membuat semua orang panik. Siapun pasti tidak akan mau jadi yang terpilih.

Semua orang mulai berlomba-lomba ketempat pelatihan untuk memperkuat diri agar tidak menjadi lemah dan hanya bisa mengikuti kehendak para pengawal istana yang akan menyeret mereka ketempat berlangsungnya ritual aneh itu. Bahkan tidak sedikit yang berencana untuk melarikan diri ke Negara lain. Namun, sejak diumumkannya minggu pemilihan, semua akses keluar masuk Vascones telah ditutup.

Rencana tinggallah rencana, setiap tahunnya minggu pemilihan tidaklah menentu dan tidak seorangpun bisa menebak. Siapapun yang telah memiliki rencana sebelum minggu pemilihan, segala sesuatunya sudah terlambat karena siapapun bisa menjadi yang terpilih selama bukan orang dalam istana.

Begitupun dengan Luhan, awalnya ingin menjadi pekerja istana dan akhirnya menyerah, namun saat diumumkannya minggu pemilihan Luhan tidak tau harus berbuat apa hingga ikut berbondong-bondong ke tempat pelatihan walaupun ia tau itu sia-sia.

Tidak seperti terakhir kali kunjungannya. Tempat pelatihan saat ini sangatlah kacau, semua orang terlihat begitu panik saling menyerang. Ini juga yang Luhan saksikan bertahun-tahun hidupnya selama raja telah mencetuskan titahnya.

Akhirnya Luhan memilih pergi, masuk kedalam hutan Vascones. Seperti tahun-tahun sebelumnya, ia akan bersembunyi dan berdiam diri didalam hutan. Bertahun-tahun hidup berkeliaran dengan makanan seadanya, tinggal didalam hutan selama seminggu bukanlah masalah bagi Luhan.

Terik matahari sangat menyengat seiring kedua kakinya berjalan semakin jauh kedalam hutan. Ia terus melihat sekitar saat tiba-tiba sebuah bayangan dikejauhan mengejutkannya. Luhan melangkah mundur dan dalam sekejab mata bayangan itu lenyap.

Tiba-tiba Luhan merasa takut. Selama ini ia tidak pernah mengalami hal seperti ini. Yeah, tidak pernah, mungkin itu hanya halusinasinya. Ia mengedikan bahu acuh kembali berjalan namun..

"YACH!"

Ia berteriak dan jatuh terduduk diatas tanah, tiba-tiba wajah seseorang muncul dihadapannya. Namun saat ia mendongak ia tidak menemukan apapun. Ia yakin bahwa dirinya tidak berhalusinasi. Ia benar-benar melihat seseorang.

Ayolah, jangan menakut-nakutiku.

Doanya. Bagaimanapun Luhan hanyalah anak berusia 16 tahun yang masih menakuti hal-hal seperti itu walaupun ia hidup dilingkungan mahkluk-mahkluk dengan kekuatan aneh.

Luhan meringkuk mundur ketakutan menelan air liurnya susah payah saat ia merasa seseorang menyentuh bahunya hingga ia tersentak kaget dan refleks berbalik dengan raut wajah ketakutan. Tak seorangpun disana, itu membuatnya lebih ketakutan. Ia lalu mengedarkan pandangan ke segala arah coba meyakinkan dirinya bahwa seseorang pasti disana menjahilinya.

"mencariku?"

"Yaaa!" Luhan berteriak mundur hingga tubuhnya membentur batang pohon saat seseorang tiba-tiba saja muncul dihadapannya.

"ahahaha… liha,t kau ketakutan Hahaha… kau harus melihat wajahmu itu hahaha.." anak itu tertawa dengan keras sambil memegangi perutnya sementara Luhan yang dijahili mengeram kesal menatap anak itu penuh kebencian. Luhan memperhatikannya, taringnya mengintip disela-sela tawanya, ia juga memakai pakaian putih bersih yang terlihat bagus dengan jubah dan sepatu untuk kalangan atas. Tidak seperti Luhan yang hanya mengenakan satu-satunya pakaian yang ia miliki, itupun terlihat kotor dan usang, jangan lupakan beberapa tempat yang sobek. Anak itu pasti bukan dari kalangan biasa sepertinya. Entah apa yang ia lakukan disini. Tak ingin perduli, Luhan berbalik melanjutkan langkahnya. Anak itu hanya membuang waktu

"Hey!" anak itu berhenti tertawa dan secepat angin ia berada tepat disamping Luhan membuatnya terkejut. Ia lalu membuat suara seperti menahan tawa. Ini sangat menyenangkan baginya. "apa kau menuju tempat biasa?" Luhan meliriknya sejenak.

Tempat biasa? Seperti anak itu tau saja tempat yang akan ditujunya.

Luhan mengabaikannya namun ia tidak bisa mengabaikan jenis kekuatan apa yang dimiliki anak itu. Luhan melirik kebawah dan ia dapat melihat sebuah tornado kecil dibawah kakinya. Ia tidak berjalan dengan kakinya sendiri.

Angin.

Baru kali ini Luhan melihat orang dengan kekuatan seperti itu di Vascones. Orang dengan kekuatan langka sepertinya jarang ditemui dimanapun. Tidak ada Negara dengan mayoritas kekuatan seperti itu. Orang-orang dengan elemen-elemen yang berhubungan dengan alam hanyalah kaki tangan dewa atau raja. Tunggu! Bukankah itu berarti..

Luhan melirik anak itu sejenak dan mendapati anak itu tengah memandanginya membuat Luhan membuang pandangannya kembali kedepan. Sudahlah, tidak mungkin orang seperti ini adalah kaki tangan dewa

"hey, berhentilah berfikir hal-hal yang rumit. Ayo bermain." Ujar anak itu seolah tau apa yang tengah dipikirkan Luhan. "aku memang tau apa yang kau pikirkan dan itu membuatku ingin tertawa, mpph—" ia menutup mulutnya membuat gestur menahan tawa. Luhan berhenti berjalan, menyebalkan sekali saat seseorang yang tidak dikenalnya coba bersikap akrab dengan menjahilinya.

"pergilah. Jika kau mengikutiku mereka akan menemukan kita—"

"lalu kenapa?" ia memotong Luhan dengan raut wajah yang sangat menyebalkan bagi Luhan.

"aku tau kau tidak bodoh untuk memahami apa yang akan terjadi." Ujar Luhan lagi coba membuat anak berambut blonde itu mengerti namun hanya ditanggapi dengan satu alis terangkat.

"aku tau!" ia menggesekkan jari telunjuknya dibawah dagu. "mereka tidak akan berani membawamu." Ia lalu mengedipkan sebelah matanya kearah Luhan yang dibalas dengan kerutan alis oleh Luhan.

Luhan tidak habis fikir. Sebenarnya apa yang ada dikepala anak ini? Kenapa ia terlihat santai dan terkesan main-main disituasi seperti ini?

Sudahlah, abaikan saja.

.

Beberapa saat kemudian, hari mulai menjelang malam saat akhirnya Luhan sampai pada tujuannya. Ia menatap pohon tempat biasa ia bersembunyi. Pohon itu semakin besar dan susah untuk dinaiki. Namun setelah berusaha sekuat tenaga akhirnya Luhan dapat memanjat. Ini akan lebih mudah jika ia bisa mengendalikan kekuatannya seutuhnya untuk membuat jalan keatas pohon andai ia bisa menahan berat badannya sendiri.

Tinggal menunggu waktu seminggu berlalu dan ia akan kembali. Tidak perlu khawatir kelaparan karna disekitarnya terdapat buah-buahan yang dapat dimakan dan tidak perlu turun untuk mengambilnya. Ia dapat memetik buah-buah itu tanpa harus menyentuhnya.

"kenapa harus bersusah payah? Jika saja kau menyerahkan dirimu—ehem! Seandainya kau adalah salah satu korban. Bisa saja kau hidup lebih layak."

Ah, jangan lupakan seseorang yang terus mengikutinya sedari tadi.

"memangnya kau tau apa yang terjadi pada korban-korban itu? Mereka menghilang entah kemana. Tidak ada yang pernah kembali dan bagaimana mungkin kau tau mereka hidup dengan layak sementara tidak seorangpun tau dimana mereka." Balas Luhan sinis. Ia kelelahan dan ingin istirahat sejenak, sebaiknya ia abaikan saja anak yang dengan seenaknya duduk disalah satu dahan pohon memandanginya

"tentu saja aku tau." Luhan membuka matanya menatap anak itu. "oh! kau tertarik mendengar ceritaku?" Luhan mendecih. Harusnya ia tidak menganggap serius ucapan anak itu. "pemimpin Vascones memang memilih beberapa, belasan bahkan puluhan orang untuk dikorbankan, tapi tidak semua dari mereka benar-benar terpilih saat berada disana." Luhan mengerjabkan matanya yang tertutup pura-pura tidur padahal ia sedang mendengarkan anak itu. Ayolah, ia hanya mengarang cerita. Batin Luhan berusaha untuk tidak tertarik.

"bahkan, bisa saja tidak dari salah satu korbanpun yang benar-benar diinginkan oleh para penguasa." Luhan bergerak-gerak kecil coba mengalihkan perhatiannya. Sementara anak yang sedang bercerita itu terkekeh kecil melihat tingkah Luhan.

"l-lalu, apa yang terjadi pada mereka?" Luhan memalingkan wajahnya malu setelah melontarkan pertanyaan itu

"ah! Kau memang mendengarkanku dari tadi." Anak itu berdiri di atas dahan dengan senang. "aku tau, tapi aku ingin kau mencari taunya sendiri, Luhan." Refeleks Luhan menoleh. Ia ingat tidak pernah memberi tau namanya, tapi bagaimana anak itu tau?

"sudah kukatakan. Aku tau segalanya bahkan apa yang kau pikirkan saat ini." Ia merentangkan tangannya dengan sombong berjalan keujung dahan tanpa mengalami kesulitan. Luhan mulai bertanya-tanya, siapa sebenarnya anak ini?

Saat tengah berpikir, tiba-tiba Luhan dikejutkan oleh anak itu yang tiba-tiba saja sudah berada dihadapannya mengambang diudara.

"aku punya penawaran." Ia tetap memasang raut wajah yang menyebalkan bagi Luhan namun kali ini tampak menarik karna ucapannya. "bagaimana kalau kau ikut denganku?" ia lalu berdiri dihadapan Luhan dengan tornado kecil dibawah kakinya. "mereka akan menemukanmu disini. Eum…"ia tampak berfikir. "meskipun kau ikut atau tidak, pada akhirnya kau akan tetap bersamaku. Perbedaannya adalah, jika kau menerima tawaranku, kita akan pergi dengan cara baik-baik, tapi jika kau memilih ditemukan oleh mereka. Maka kau akan disiksa terlebih dahulu sebelum menemuiku. Bukankah itu proses yang panjang dan menyakitkan?" sudut bibirnya terangkat keatas dan itu tampak mengerikan dimata Luhan.

Kata-katanya terdengar ambigu dan Luhan benar-benar tidak mengerti apa yang ia katakan. Tapi anak itu terlihat serius saat mengatakannya.

"si-siapa kau sebenarnya?" Tanya Luhan dengan alis berkerut. Ia mulai berfikir yang tidak-tidak.

"aku?" anak itu menunjuk dirinya sendiri dengan raut wajah polos sebelum sebuah seringaian tercetak disudut bibirnya.

"aku Sehun."

.

.

.

.

.

To be continue

.

.

.

.

Ell note :

Hello, wahh… Ell jadi bersemangat lagi nulis FF pas ada berita Luhan di Korea. Mudah-mudahan ini kabar baik buat kita semua Hunhan shipper sama EXO-L.

Oke, Terimakasih buat yang udah bersedia mampir. Apa lagi yang baca, follow sama favorite.

Ell mungkin.. dikutip ya 'mungkin' bakal update tiap minggu. Yah.. tergantung mood dan mudah-mudahan gak banyak kegiatan sama tugas kuliah. Oke!

Ah! mungkin ada yang bingung soal Livi sama Ell. Kita emang orang yang sama, tapi kita beda loh jangan salah paham. Ell baru balik, jadi segitu dulu, pokoknya terimakasih buat yang udah bersedia baca. (-_^)/