Too Late for Sorry...

Author :

.

Deer Luvian

.

Main Cast:

.

Byun Baekhyun (GS)

Park Chanyeol

.

Other Cast:

.

Lu Han (GS)

Kim Jongin

Do Kyungsoo (GS)

Kim Joonmyeon

Byun (Jung) Daehyun

Jung Ilhoon

.

Genre:

.

Hurt/Comfort, drama, angst

.

Rated:

.

T-T+

.

Lenght :

.

multi chapter

.

*Disclaimer:

Semua cast yang saya pakai sepenuhnya milik Tuhan Yang Maha Esa. Dilahirkan oleh kedua orang tua masing-masing dan dibesarkan oleh agensi mereka. SM Ent, maupun yang lainnya. Jalan cerita, ide cerita dan segalanya yang berkaitan dengan cerita sepenuhnya milik author. Kalaupun ada kesamaan cerita saya mohon maaf sebesar-besarnya.

This original stories is mine with pairing before WooGyu and I posted on Asianfanfics so If u feel that u've been read it, please bear it! I just re-make my own stories. Thanks for your attention..

This is genderswitch for several cast.

With pairing ChanBaek slight! KaiBaek, ChanLu, HunHan.

Please don't bash! Don't plagiat!

DLDR

.

AU! OOC! GS!

.

Thanks!

.

Summary:

Baekhyun hanyalah seorang istri yang terlalu lama merasakan gerusan di hati. Beberapa saat ia tahan dengan sikap Chanyeol yang terus mengumbar kemesraan dengan Lu Han. Awalnya ia sanggup menahan namun lama kelamaan ia memilih mengakhiri semua. Bagaimana dengan Chanyeol? Apa dia akan tetap sama setelah kepergian Baekhyun?

.

.

Happy Reading ^^,

.

Ditemani deru angin yang menyeruak masuk melalui celah-celah jendela, tubuh lelahnya berbaring di atas tempat tidur yang lumayan luas. Mata sayunya dipaksa memejam, menahan sakit yang ia rasakan. Sesaat desahan nafasnya keluar dari bibirnya. Nafasnya terasa tak teratur, meski ia mencoba menenangkannya berulang kali.

Sakit? Pasti, tak ada yang akan bilang hal itu menyenangkan. Mengetahui orang yang disayangi dengan tulus ternyata sama sekali tak menaruh rasa yang sama kepadanya. Tapi apa yang sebenarnya ia pikirkan hingga ia mau hidup bersamanya? Karena orangtua? Iya, alasannya klasik. Perjodohan! Satu kata yang membuat hidupnya menjadi tak menentu.

Sebenarnya ia tak menolak perjodohan itu, sama sekali tak menolak. Karena ia tahu, calon suaminya saat itu tampak begitu menyayanginya. Selalu, bahkan setiap saat ia pasti akan memberikan perhatian ekstra kepadanya. Namun sayang, itu hanya bertahan tak lebih dari dua tahun. Setelahnya? Entahlah, hanya ia yang tahu.

Pernikahan yang ia bangun selama tiga tahun ini terasa hambar. Apa yang harus dipertahankan lagi kalau memang salah satu pihak sudah tak menyayangi lagi pihak lain? Kalau saja ada anggota baru yang bisa mengikatnya, mungkin ia tak akan sepenuhnya seperti ini. Mungkin ia akan mampu bertahan lebih lama. Mungkin akan ada rasa berat hati untuk melangkah dari rumah mewah ini. Tapi apa? Kemungkinan kehadiran anggota baru itu sangat kecil bahkan tidak ada, karena tak pernah ia mau menyentuhnya.

Perlahan, air matanya mengalir dari mata sipitnya. Tubuhnya bergetar mengimbangi isakan tangis itu. Bibir tipisnya serasa berdarah karena ia menggigitnya terlalu keras demi mengurangi rasa sakit yang ada. Tak tahan, tangannya menutup kedua telinga. Berusaha membendung suara-suara yang semakin menyayat hatinya.

Beberapa saat berlalu, mata sipitnya telah memejam. Hanya deruan nafas yang mendominasi di ruangan luas itu. Ia telah terlelap, terlelap dalam tidurnya. Mimpinya membawa ia untuk lebih tegar menghadapi hidup yang seakan menghancurkannya.

.

.

.

.

Celoteh burung kecil menyambut datangnya pagi yang cerah ini. Musim semi menyapa Kota Seoul dengan sedikit dingin yang masih setia bersamanya. Mentari sedikit demi sedikit menyinarkan cahaya hangatnya. Membelai lembut kulit mulus yang masih terlelap dalam tidur nyenyaknya.

Lama belaian hangat itu menyentuhnya, ia mengerjab pelan mata sipitnya. Menghilangkan rasa kantuk yang mungkin saja datang menghasutnya untuk tidur lebih lama. Sesaat kemudian, kantuknya berkurang. Ia bangkit dari tidurnya melirik sejenak jam dinding. Segera ia melangkah ke dapur untuk menyiapkan makan suaminya.

"Kau sudah bangun Chanyeol-ah? Ayo sarapan dulu.." ucapnya ramah seraya menata masakannya diatas meja makan.

"Eum, kau masak apa sekarang Baek?" sahutnya antusias. Karena bagaimanapun perutnya memang meronta untuk segera diisi. Apalagi ia sangat menyukai makanan yang dibuatkan untuknya.

Tangan lembutnya menyodorkan mangkuk berisi nasi dan sayur di sebelahnya. "Ini makanan kesukaanmu. Makanlah yang banyak, kau pasti akan lelah nanti di kantor."

Tak ragu-ragu ia menyantap makanan itu dengan lahap. Bibir tebalnya bergerak lincah, mengikuti kunyahan-kunyahan yang ia lakukan. Wajah tampannya terpancar perasaan bahagia. Membuat ia senang ketika melihatnya.

"Baekie-ya! aku akan pergi ke Jepang besok..."

Lawan bicaranya membesarkan mata sipitnya, wajahnya menyiratkan bahwa ia tak mengerti apa yang ia katakan.

"Aku akan liburan.." lanjutnya sedikit terasa menggantung. "Bersama Luhanie.."

Deg...

Satu kalimat itu berhasil menggoyahkan hatinya. Perasaan tegar yang ia bangun seketika runtuh. Pertama kalinya ia mendengar kalimat itu. Bukan hal yang aneh memang jika mendengar itu, mengingat sang suami memang memiliki hubungan yang khusus dengan nama yang ia sebut. Tapi bagaimanapun itu adalah hal yang sangat menyakitkan baginya.

"Ah, apa mau aku bantu membereskan barang-barangmu?" pertanyaan itu keluar untuk menutupi rasa kalutnya. Ia berusaha untuk terlihat tenang.

"Tidak usah, aku akan membereskannya setelah pulang dari kantor. Kau tidak apa-apa kan kalau aku tinggal?" tanyanya sedikit khawatir.

Kepalanya menggeleng cepat lalu ia tersenyum. "Tidak apa-apa. Liburanlah, aku rasa kau pasti jenuh dengan pekerjaanmu." Jawabnya lembut.

"Baiklah, kau bisa memanggil Daehyun untuk menemanimu. Aku tidak lama kok Baek, hanya lima hari saja.."

Lagi, hatinya mencelos mendengar pernyataan dari lelaki di depannya ini. Pedih ia mendengarnya. Sebentar ia melamun, memikirkan kata-kata Chanyeol yang akan pergi ke Jepang. Sebentar ia berpikir, kenapa Chanyeol dengan mudahnya akan pergi liburan dengan wanita lain namun ia sama sekali tak pernah diajaknya untuk berlibur? Sudah tiga tahun mereka berumah tangga namun sama sekali tak pernah liburan berdua.

"Baek! kau baik-baik saja? kenapa wajahmu pucat?" suara itu membuyarkan lamunannya. Sontak membuatnya terlonjak kaget.

"Ah, tidak. Aku baik-baik saja. mungkin aku hanya kelelahan saja." jawabnya berbohong. Ia tak mau Chanyeol mengetahui apa yang sedang ia pikirkan.

"Kau tak marah?"

Ia menggeleng cepat, "Tidak, itu hakmu untuk pergi kemanapun sesukamu."

"Tapi aku suamimu.."

"Memang, tapi aku tak memaksamu untuk tetap tinggal.."

Chanyeol tersenyum lega, "Baiklah kalau begitu. Aku akan berangkat sekarang. Terima kasih makanannya." Ucapnya seraya meninggalkannya di meja makan.

Byun Baekhyun, wanita berusia 24 tahun ini memang seorang istri yang sangat tegar. Hampir dua tahun sang suami menduakannya. Selama itu hatinya harus menahan segala kesakitan yang diberikan suaminya. Mengapa tidak bercerai saja? jawabannya sama seperti mengapa ia mau hidup bersama. Orangtuanya, ya.. Park Chanyeol, suami Baekhyun takut kepada kedua orangtuanya. Ia takut kalau orangtuanya akan marah dan tak akan memberikannya harta warisan jika ia berani bercerai dengan Baekhyun. Kenapa? Karena memang kenyataannya perusahaan yang ia jalani sekarang sebagian besar milik keluarga Byun.

Egois? Memang. Chanyeol hanya memikirkan harta saja. Lelaki berusia 24 tahun itu merasa tak akan sanggup hidup tanpa uang. Mau jadi apa coba kalau ia tak memiliki uang yang banyak? Begitulah prinsipnya sampai saat ini. Tapi mengapa ia harus menduakan Baekhyun yang sepenuhnya menyayangi dengan tulus? Itu... pertanyaan itu... bahkan Chanyeol tak tahu pastinya. Yang ia tahu saat ini ia menyukai wanita yang tengah ia kencani dan itu mendapat restu dari Baekhyun. Meski kenyataannya tak seperti itu.

.

.

.

.

.

"Chanyeol-ah, mau aku bantu?" Baekhyun mendekati Chanyeol yang tengah membereskan barang-barang yang akan ia bawa liburan.

Chanyeol tak segera menjawab, ia masih terlalu fokus kepada barang-barangnya.

Tak menerima jawaban dari Chanyeol, Baekhyun lantas berjongkok dan membantu Chanyeol memasukkan bajunya kedalam koper.

"Kau akan pergi ke kota apa di Jepang?" tanya Baekhyun mencoba mencairkan suasana yang ia rasa sedikit hening.

"Aku akan ke Tokyo dan Nagoya.."

"Oh, semoga liburanmu menyenangkan yaa.."

"Eum, terima kasih Baek. Apa kau mau aku bawakan oleh-oleh dari sana?" Chanyeol memandang sejenak Baekhyun sebelum ia kembali fokus menge-pack pakaiannya.

Baekhyun menggeleng pasti. "Tidak perlu... tidak usah repot-repot." Setelahnya Baekhyun beranjak dan hendak melangkah pergi. Namun Chanyeol menahan langkah Baekhyun.

"Baek.."

Baekhyun berbalik, mata sipitnya menatap hangat wajah Chanyeol. "Eum?"

"Luhan memintaku untuk membawakan makanan yang pernah kau buatkan untukku. Apa kau mau membuatkannya besok sebagai bekal kita?" pinta Chanyeol setengah berharap.

Sesaat darah Baekhyun mendesir, dadanya seakan sesak seketika. Bagaimana bisa Chanyeol memintanya membuatkan makanan untuk selingkuhannya?

"Baek, tolonglah! Aku tidak mau mengecewakan Luhanie.." pintanya disertai wajah memelas.

Ragu, Baekhyun ragu ingin menjawab. Ia tak tahu apa yang harus ia katakan. Apa ia harus menolaknya saja? Tapi ia tak tega melihat wajah memelas Chanyeol seperti itu..

"Baiklah, aku akan buatkan untuk kalian.." balas Baekhyun diiringi lengkungan tipis dari bibirnya.

"Sungguh? Terima kasih Baek, terima kasih..." Chanyeol mengayun-ayunkan tangan Baekhyun dengan sumringah. Wajahnya sangat jelas terlihat bahagia. Berbeda sekali dengan Baekhyun yang mati-matian menahan air matanya agar tak turun saat itu juga.

Baekhyun membalasnya dengan senyum, lantas menggerakan kakinya masuk ke dalam kamar. Reflek, cairan bening itu mengalir pelan dari sudut matanya. Ia tak menahannya lagi, karena ia tahu Chanyeol tak akan masuk kedalam kamar itu. Di dalam ruangan yang luas itu setiap hari Baekhyun melelehkan air matanya. Menumpahkan semua kekesalah, kekecewaan, sakit hati dan lain sebagainya. Dirasa cukup banyak mengeluarkan air mata, Baekhyun memilih untuk menidurkan dirinya.

.

.

.

.

.

Demi menyenangkan hati sang suami, sepagi ini Baekhyun telah terbangun dan langsung melangkah kedapur. Dua jam lagi Chanyeol akan meninggalkan Korea untuk beberapa hari. Baekhyun mengambil apron dan memulai memasakkan makanan yang diinginkan Chanyeol. Ia tahu betul makanan apa saja yang dinikmati Chanyeol. Penuh perasaan sekali, gerak cekatan tangan Baekhyun memotong, memasak dan menata makanan itu. Hingga tak butuh waktu lama, dua kotak makanan tersedia dan siap untuk dibawa.

Derap langkah Chanyeol terdengar menyusuri anak tangga tergesa-gesa. Koper yang ia bawa hampir saja terjatuh jika ia tak menggenggamnya erat. Berulang kali ia melihat jam tangannya dengan gusar. Berharap ia tak akan terlambat kebandara.

"Baekhyun-ah, ini bekalku? Aku bawa yaa. Aku berangkat sekarang.." Chanyeol menyambar kotak makan itu cepat dan berlalu meninggalkan Baekhyun yang terdiam di dapur.

"Iya, hati-hati.." Ujarnya setengah berteriak. Sosok itu telah menghilang dari pandangan Baekhyun. Sedetik kemudian, air mata turun berirama dengan sesak dada yang menghujamnya.

Chanyeol meninggalkannya begitu saja, tanpa ada pesan yang ia katakan dan pastinya, tanpa ada kecupan ataupun sekedar pelukan perpisahan. Tubuh Baekhyun melemas, ia terjatuh dalam jongkoknya masih dengan air mata yang mengalir pelan.

Beberapa saat, kesendiriannya berlalu begitu saja sampai seseorang datang ke rumah mereka seperti apa yang Chanyeol katakan kemarin. Baekhyun menelpon dongsaeng-nya untuk sekedar menemani beberapa hari kedepan.

"Annyeong, noona. apa kabar? Kau sehatkan?" Ujarnya ketika pintu kayu itu terbuka dan muncul Baekhyun disertai ulasan senyum mengembang sempurna.

"Iya aku sehat, bagaimana denganmu? Masuklah, aku sudah memasak banyak untukmu.." Baekhyun menggandeng tangan adiknya untuk masuk kedalam rumah dan melepasnya ketika sampai di meja makan.

Mata elang lelaki yang lebih muda tiga tahunya itu memancarkan rasa kagum dan wah. Tak menyangka bahwa Baekhyun akan menyediakan makanan yang banyak dan dapat dipastikan rasanya lezat seperti biasa.

"Waahh, noona! ini banyak sekali.. Ini bukan sisa, 'kan?" setengah curiga ia menyelidik Baekhyun. Pasalnya, kedatangannya di rumah mewah ini tak lama setelah kepergian Chanyeol.

Baekhyun hanya mengukir senyum tipis, "Kau bisa bedakan mana yang sisa mana yang bukan. Apa semua terlihat seperti sisa?"

"Benar juga, lalu apa Chanyeol hyung tidak sarapan?"

"Sudahlah, kau makan saja. Aku sudah buatkan dia bekal."

Akhirnya perut kosong adik Baekhyun telah terisi makanan yang sangat lezat. Baekhyun tersenyum melihat wajah ceria adiknya. Sebenarnya Baekhyun masih memiliki satu orang adik lagi, namun adik termudanya itu memilih tinggal dengan orantuanya di China. Sedangkan Byun Taehyung adik termudanya memilih tinggal di Jeonju bersama neneknya.

"Noona, kenapa kau tak ikut dengan Chanyeol ke Jepang?" tanya Daehyun membuka percakapan.

Baekhyun menggeleng pelan.

"Kenapa?"

"Dia ke Jepang untuk bekerja Dae, aku tidak ingin mengganggu pekerjaannya." Jawabnya berbohong.

Berbohong? Iya, Baekhyun memang menyembunyikan semua ini dari keluarganya. Bukan hanya Baekhyun, Chanyeol juga melakukan hal yang sama. Tidak ada yang mengetahui bahwa sebenarnya rumah tangganya jauh dari apa yang selama ini orang lain lihat. Baekhyun dan Chanyeol dengan lihai berkelakuan bahwa rumah tangga mereka baik-baik saja. Di depan orang tua Chanyeol maupun Baekhyun, mereka seolah menunjukkan bahwa rumah tangganya harmonis. Chanyeol selalu bersikap manja di hadapan Baekhyun, Baekhyun menerimanya dengan senang. Meski kenyataannya, ia harus menanggung sakit yang pedih didalamnya.

"Oh, iya. Sepertinya Chanyeol hyung sangat sibuk sekali. Oh ya noona, kemarin ada yang menelponmu ke rumah halmoni. Dia kira kau masih tinggal disana.."

"Sungguh? Siapa?" tanya Baekhyun penasaran.

Daehyun menautkan kedua alisnya. Wajahnya tampak sedang berfikir, detik berikutnya ia menjentikkan jarinya. "Itu, namanya kalau aku tidak salah ingat. Do ..Do .. Do Kyung.. Do .."

"Do Kyungsoo?" sahut Baekhyun antusias.

"Ah, iya iya iya... Do Kyungsoo.. dia siapa noona? kenapa aku baru mendengar namanya sekarang?"

"Dia teman lama noona saat masih kuliah. Lama noona tak bertemu dengannya semenjak noona menikah dengan Chanyeol." Kenang Baekhyun.

"Oh, sekarang dimana dia noona?" Daehyun sepertinya tertarik dengan cerita Baekhyun.

Baekhyun menghembuskan nafasnya kasar, penyesalan terumbar dari wajah manisnya. "Noona juga tidak tahu, terakhir kali kita bertemu ia masih di Seoul."

"Apa dia orang yang berharga untukmu noona?"

"Eum," Baekhyun mengangguk. "Dia yang selalu menemani noona saat kuliah.. dia teman yang sangat noona sayangi. Noona menyesal tak menanyakan dimana ia saat bertemu dengannya di pernikahan noona."

"Ahh, begitu rupanya.. mungkin nanti ia akan menelponmu kerumah lagi noona. Aku lupa tidak memberikan nomer hpmu.."

Baekhyun mengangguk dan mengulas senyum manisnya. Ada sesuatu yang membuatnya senang saat mendengar lagi nama itu. Do Kyungsoo, satu-satunya sahabat sebelum Chanyeol hadir dihidup Baekhyun dan menjauhkan dia dengan sahabatnya. Tidak-tidak, bukan Chanyeol yang menyebabkan ia jauh dari Kyungsoo, tapi ia sendiri yang memilih menjauh. Karena semakin lama kehidupan Luhan sedikit lebih terikat dari sebelumnya..

.

.

.

.

Gelap malam datang menggantikan cerahnya hari yang melelahkan. Semburat-semburat sinar bulan menerobos masuk jendela Baekhyun. Di atas tempat tidur Baekhyun menggeliat ke kanan dan ke kiri. Resah saat itu yang dirasakan. Berulang kali ia bangun lalu tidur kembali. Berulang kali juga ia mengechek ponselnya namun tak satupun pesan ia terima.

Sudah seharian ini ia menunggu balasan pesan dari Chanyeol. Ia khawatir jika ada apa-apa dengan Chanyeol, walaupun ada keyakinan bahwa Chanyeol akan baik-baik saja. Namun yang namanya istri akan merasa risau bukan kalau tidak ada kabar dari sang suami yang tengah melakukan perjalanan jauh?

Tak tenang di dalam kamar, ia berjalan ke arah balkon. Sekedar untuk menghirup udara malam ataupun melihat bintang yang bertaburan. Pandangannya kosong menatap langit yang berhiaskan berbagai warna dari bintang diatas sana. Bibirnya mengatup sempurna bahkan sekali-kali digigit kasar oleh Baekhyun.

"Chanyeol, sampai kapan aku harus bertahan seperti ini? Sampai kapan kau akan menerima permintaan ceraiku? Aku sudah tak sanggup lagi Chanyeol. Aku lelah, aku lelah harus berbohong lebih lama..."

Sejenak ia menunduk, mencoba menahan air mata yang mungkin akan menghujam deras.

"Berbohong bahwa aku baik-baik saja saat melihatmu bersamanya..."

Tess...

Tetesan air mata itu jatuh tanpa sanggup Baekhyun bendung lagi.

"Aku telah mencintaimu, tapi kau..."

Semakin deras air mata itu terjun dari mata sipitnya..

"Kalau memang kau tak mencintaiku, setidaknya biarkan aku hidup tanpamu.. ceraikan aku Chanyeol-ah.."

Kata-kata lirih Baekhyun menemani deraian air mata dan isakan tangis yang keluar dari Baekhyun. Sungguh kali ini ia sudah tak sanggup lagi bertahan. Helaan nafas memburu dari bibir tipisnya. Lelehan hangat masih setia menemani melewati malamnya sendiri. Dadanya sesak saat memikirkan sosok itu, mengingat kembali apa yang pernah ia lakukan kepadanya.

Menyerah? Sesaat ia terpikirkan kata yang terkadang melayang diotaknya. Kata-kata menyerah dan mengakhiri sepihak semuanya berterbangan dikepalanya. Seolah menghipnotisnya untuk segera melakukannya.

Tapi, apa ia sanggup untuk melakukan itu? entahlah, ia hanya menunggu waktu untuk memberikan jawaban kepadanya hingga ia benar-benar yakin akan apa yang akan ia lakukan nantinya.

.

.

.

.

TBC...

.

.

.

.

Ada yang ingin dilanjut?

Kalau ada silahkan tinggalkan jejak di kotak review yaa...

.

.

Terima kasih.

.

.

.

Best Regards

.

.

~Deer Luvian~