Aku menulis cerita ini untuk mendedikasikan kecintaanku pada pasangan ini


SHAMAN KING

Tao Ren & Iron Maiden Jeanne

"Menikahlah denganku." Ren menggenggam erat tangan Iron Maiden Jeanne. Mata mereka saling tatap, emas bertemu ruby. Setelah bertahun-tahun hidup menyiksa diri atas semua dosa-dosa dimuka bumi ini, Jeanne jadi lebih peka terhadap perasaan makhluk hidup disekitarnya, apalagi perasaan manusia. Dan Jeanne tau, apa yang baru saja diucapkan Tao Ren bukanlah sebuah omong kosong. Ren serius dan itu terlihat dari mata emasnya yang berkilau.

Tapi Jeanne tidak mengerti atas dasar apa salah satu Legendary Warriors ini melamarnya disini, di depan Gallery tua, di kota Eropa, secara tiba-tiba. Bahkan baru berselang sedetik saat mata mereka bertemu dan kata pertama yang diucapkan Ren bukanlah sapaan tapi sebuah lamaran serius dari pria berusia dua puluh empat tahun itu.

"Menikahlah denganku!" ulangnya kali ini dengan nada perintah sekaligus nada permohonan yang berusaha disembunyikannya.

"Tidak, aku tidak bisa. Aku harus mengurus X charity dan aku tidak punya waktu untuk hal lain." jawab Jeanne.

"apa? Tidak! Kau akan menikah denganku. Harus. X charity biar aku yang urus. Menikahlah denganku." Ren bersikeras.

"Atas dasar apa kau memerintahku seperti itu? Aku mendedikasikan diriku untuk menjaga orang-orang yang menderita di dunia ini dan menegakkan hukum yang benar. Aku menolak menikah."

Ren menggeram, "menegakkan hukum yang benar adalah tugas Hao dan para Warrior."

Jeanne tersentak, apa yang dikatakan Ren adalah benar. Hal itu sudah bukan lagi urusannya. Ia telah kalah dalam pertempuran. Sekarang ini posisinya sama saja dengan semua orang yang ingin dilindunginya. Ren jauh berada diatasnya. Tapi hal itu tidak akan menghentikan keputusannya untuk tetap mendedikasikan dirinya bagi umat manusia yang butuh pertolongannya, setidaknya jika masih ada yang membutuhkan bantuannya.

"Jeanne, kau pasti sadar, dunia ini terlalu luas sehingga masih banyak kejahatan yang terlewat." Ren meremas tangan Jeanne untuk menegaskan kata-katanya, "tanganmu yang kecil ini tidak akan menjangkau semua yang ingin kau lindungi. Tapi jika kau menikah denganku, tanganmu akan jadi lebih panjang dan lebih kuat lagi, semua yang ingin kau lindungi bisa kau jangkau dengan bantuanku."

Jeanne menunduk, didalam pikirannya ia membenarkan semua ucapan Ren, tapi cara seperti itu bukanlah cara seorang Iron Maiden Jeanne, ia tidak akan merasa puas karena membantu orang dengan memanfaatkan tangan orang lain. Ia ingin membantu orang dengan usaha dan kerja kerasnya sendiri. Ya, benar, ia telah memutuskan hal itu sejak semula, ia ingin membantu orang-orang dengan kekuatannya sendiri.

"Aku akan membantu semua orang dengan kerja keras dan kekuatanku sendiri. Aku tidak butuh belas kasihmu" ucap Jeanne mantap.

Ren tersenyum, "aku tidak menawarkan belas kasihanku, yang aku tawarkan adalah kerja sama. Seharusnya kau sendiri sudah tau, bahkan untuk menjadi seorang Shaman pun, kita membutuhkan bantuan dari orang-orang disekeliling kita. Dengan Team yang kita bentuk, bersama-sama kita berjuang untuk meraih posisi Shaman begitu pula dengan lembaga amalmu. Jadi, menurutmu Team yang dulu kau bentuk itu kau anggap apa? Sebagai batu loncatanmu?"

Jeanne terkejut, ia tidak menyangka akan ditegur seperti itu. Kata-kata Ren begitu menyakitkan. Seakan-akan selama ini ia telah salah menjalankan lembaga amalnya dan memanfaatkan anggota teamnya untuk mencapai posisi Shaman demi kepuasannya sendiri. Ia membayangkan semua orang yang ingin ditolongnya, dan membayangkan apa yang terjadi jika ia gagal menolong mereka karena ia terlalu lemah.

Dengan tangan yang satunya Ren menyentuh dagu Jeanne dan menganggat kepalanya perlahan agar mata ruby itu memandang langsung ke matanya. "Jeanne, aku menawarkan bantuanku, aku menawarkan kesempatan agar kau mampu memaksimalkan usahamu untuk membantu orang-orang. Dan diatas semua itu, aku menawarkan diriku, dan cintaku." Ren menarik napas sebelum melanjutkan, "aku bersumpah akan melindungimu, karena itu menikahlah denganku."

Jeanne menangkap keseriusan, ketulusan, dan komitmen yang kuat dari setiap kata yang diucapkan Ren. Meskipun Jeanne maih tidak mengetahui apa alasan Ren untuk menikahinya, tapi setidaknya ia tau satu hal dari Ren, semua yang dikatakannya tadi adalah benar.

Dengan Perlahan Jeanne menganggukkan kepalanya tanda menyetujui. Ia menatap mata emas itu dan tersenyum. Ren balas tersenyum dan kemudian memeluknya erat, "terima kasih." ucap Ren.

~O~

Jeanne duduk di sova kamar hotel mewah tempat Ren menginap selama di Eropa. Begitu ia menerima lamaran yang di ajukan, Ren dan bawahannya yang entah datang dari mana langsung mengepak barang-barangnya dari rumahnya dan membawa barang-barang itu pergi. Ia hanya diserahi kopor kecil berisi beberapa lembar pakaian dan keperluan hariannya. Tapi Jeanne tidak banyak bertanya dan mempercayakan semua itu pada Ren.

Sekarang Ren tampak mondar-mandir dan sibuk berbicara di telepon. Ia sedang mengurus tiket kepulangannya sekaligus kedatangan Jeanne untuk pertama kali ke China. Urusan bisnis Ren di Eropa telah selesai dan Ren merencanakan agar setibanya disana mereka langsung menikah.

"Pesawat tercepat yang menuju Cina baru akan berangkat besok pagi jam enam. Jadi hari ini kita istirahat saja dulu." ucap Ren sambil menyalakan tv.

"Aku akan mandi dulu. Sebaiknya kamu beristirahat, kita akan menempuh perjalanan yang cukup jauh. Kamu tidur saja di ranjang. Aku akan tidur di sofa." ucap Ren dan kemudian berjalan kearah kamar mandi.

Begitu Ren menutup pintu kamar mandi, Jeanne langsung menghela napas. Sejak tadi ia tidak mengerti kenapa ia merasa tertekan berada di dekat Ren, ia merasa sulit untuk bernapas dengan benar dan jantungnya terus berdebar-debar. 'Lebih baik aku mengikuti saran Ren untuk beristirahat,' pikir Jeanne.

Ia lalu naik ke atas ranjang, menarik selimut, dan langung terlelap begitu ia menutup matanya...

~O~

Jeanne duduk disamping jendela dan memandang hamparan awan putih di bawah. Baru 15 menit sejak pesawat mereka lepas landas tapi langit sudah nampak tak bersahabat. Jeanne mungkin sudah terbiasa berada di dalam ruang besi yang tertutup yang penuh siksaan, tapi berada di ruang besi tertutup yang bisa terbang membuatnya sedikit tidak nyaman.

"Sebelum kita tiba di China, ada yang ingin ku sampaikan dan kuharap kau mau mengerti, Jeanne." ucap Ren.

Jeanne membalikkan kepalanya dari jendela dan menatap Ren, "mengenai apa?"

Ren berdeham pelan, "kau tau, budaya kita sedikit berbeda, ada beberap hal yang mungkin kau anggap aneh. Apa lagi keluargaku." Jeanne mengangguk membenarkan. Ren saja sudah aneh, apalagi keluarganya.

"Yang pertama, aku adalah penerus keturunan keluargaku. aku hanya memiliki saudari dan dia sudah menikah tapi masih ikut berperan mengurus bisnis keluarga. Selama bertahun-tahun, keluargaku selalu mempertahankan garis keturunan kami dengan hanya menikahi gadis keturunan China murni." Ren diam sejenak untuk melihat reaksi Jeanne, tapi Jeanne hanya diam dan memajang poker facenya dengan baik.

"yang kedua, ada banyak aturan seperti norma dan aturan gaya hidup taosism yang lebih baik kau lihat langsung daripada kujelaskan." Kali ini Jeanne mengagguk kecil.

"Yang selanjutnya lebih detail mengenai keluargaku. Ada Kakekku Tao Ching, Ayahku Tao Yuan, Ibuku Tao Ran, serta Kakaku Tao Jun. Kami tinggal di gunung Jiao Provinsi Guizhou di Beijing. Tapi selama bekerja aku tinggal di apartmenku di kota. Aku harap kau tidak keberatan selama awal pernikahan kita nanti kau tinggal di rumah utama untuk mempelajari Taosism. Aku rasa Ibuku yang akan langsung mengajarimu."

"ya, aku tidak keberatan." Jawab Jeanne.

Ren tersenyum, "Syukurlah, aku tau kau adalah pilihan tepat."

Jeanne memandang Ren tajam, "Ren, jika diijinkan bertanya, kau bilang keluargamu menjaga garis keturunannya dengan hanya menikahi gadis keturunan China murni. Lalu kenapa kau memilihku?"


terima kasih bagi yang sudah membaca fictku sebelumnya, ini adalah remake dari fict sebelumnya yang berjudul sama tapi aku delete.

ini fict pertamaku, jadi berbaik hatilah padaku. aku tau masih banyak kesalahan disana sini seprti kisah yang mengalir terlalu cepat, typo, dan kalimat yang rancu. tapi aku berjanji akan kuperbaiki segera setelah aku menemukan kesalahan atau kalian mengatakannya padaku.

terakhir, silahkan di review.