SUATU SENJA DI JAKARTA
Genre : Angst / Poetry
Disclaimer : Persona punya Atlus.
Rating : T
Synopsis : Beberapa tahun telah berselang, dia telah berubah namun masihkah namanya tersimpan sebagai kenangan? Mitsuo Kubo x Yukiko Amagi. Oneshot. RnR?
Author note : DLDR, have a good day and good luck!
.
SUATU SENJA DI JAKARTA
.
25 tahun berselang bak tarikan nafas
Kehidupan baru terhampar luas tiada batas
Niat hati menghapus kenangan lama
Tapi pikiran tak habis ditinggal tanya
.
Matahari tertunduk lelah di ufuk barat. Angkasa terang menyala garang, sapukan rona merah dalam bara kuning latar belakang. Selagi mega kelabu menghitam suram. Nyanyikan lagu perpisahan pengiring kejatuhan. Tanpa nada juga irama. Nihil aksara apalagi tembang, yang terhampar luas membentang seakan tiada batas. Bukan babad lagi serat. Bukan kakawin juga bukan kitab. Begitu pula dengan susastra berbelantara kata.
Sebab ibarat tulisan, senja adalah puisi tanpa makna.
Namun menuntut pembermaknaan untuk pemahaman.
Bukan pengetahuan semata miskin pengertian.
Nihil penafsiran maka waktu terbuang percuma.
Adapun bagiku senjakala adalah merah. Merah dan cuma merah. Perlambang darah tertumpah. Simbol asa membakar jiwa yang dahaga akan harapan. Merangkap pengorbanan penuh penolakan berujung pemberontakan. Sekaligus hasrat tersirat berselubung asmara terpendam. Yang tak terlukiskan meski roda kala terus berputar. Maju tanpa mundur. Mengalir terus tiada pernah menunggu.
Merah...
Cinta...
Ingin kurasa hati 'tuk bertanya, "Bagaimana kabarmu nun jauh di sana?"
Apakah sehat? Ataukah sakit? Bahagia? Atau nestapa.
Setelah dua puluh lima tahun tak bersua.
Sesudah lima tahun kulepas bebas dari jeruji penjara.
Kutatap pelan tirai kamar hotel berbintang tempatku berada. Kupandang jelang matahari terbenam di ujung sana. Dengan bantuan secangkir teh penghangat suasana. Bayangkan engkau tersenyum lebar di seberang lautan. Berdiri tegar menatapku dari balik jendela. Yangmana jelas takkan mungkin dirimu lakukan. Sebab kusadari betapa diriku bergelimang dosa tiada terampunkan.
Senja binatang! Tahukah kau bahwa aku selalu tersiksa setiap menatapmu?
Sadarkah dirimu akan tercabik-cabiknya hatiku ketika melihatmu tersipu malu iringi kejatuhanmu? Tak bisakah kau sekali-kali pergi berlibur sehingga aku tidak usah melihatmu sementara waktu?
Aih, aih, aih...
Padahal awalnya kuyakin mampu awali sesuatu yang baru.
Buka lembaran kosong di kota yang baru.
Dengan pekerjaan baru.
Riwayat baru.
Tanpa bertemu salju.
Jakarta kumohon bantuanmu.
Lupakan segenap masa laluku.
.
"Mesti selalu mabuk. Terang sudah, itulah
masalah satu-satunya. Agar tidak merasakan
beban ngeri Sang Waktu yang meremukkan bahu
serta merundukkan tubuhmu ke bumi, mestilah
kau bermabuk-mabuk terus-terusan. Tetapi
dengan apa? Dengan anggur, dengan puisi,
dengan kebajikan, sesuka hatimu. Tapi mabuklah!"
.
-Kahlil Gibran-
.
END
.
Sedikit komentaar :
Udahlah...review aja...saya sendiri juga lagi bingung mau ngomong apa (lha?)
.
.
.
V
