"Aku akan pindah ke China.."

"..."

"Hyung~"

"..."

"Katakan sesuatu!"

Si manis tampak merajuk pada si tampan yang sibuk berfikir.

"Berjanjilah padaku.. Kalau kita akan bertemu kembali!"

"..."

Kini giliran si manis yang bungkam karena ia tak tahu harus menjawab apa.

"Berjanjilah Changdollah!"

Kedua anak berumur 10 dan 13 tahun itu memaku tatapan mereka masing-masing dalam balada cinta.

"Karena saat kita bertemu nanti, aku akan melamarmu menjadi istriku!"

o

oo

ooo

~ Say, I Love You ~

..An Alternate Universe Fanfiction..

..TwoShots Story..

Cast : HOMIN (Yunho x Changmin)

Cameo : Kyungsoo, Yifan

Warn : YAOI, OOC, Typo's, Don't Like? Don't Read!

..Story 1 of 2..

o

oo

ooo

oo

o

"Ini berita baik sekaligus buruk, Changdollah.."

"Aku tahu, Mom.."

Changmin tampak berfikir serius sampai enggan melanjutkan makan siangnya.

"Buruk karena perusahaan ayahnya Yunho sedang di ambang kehancuran.. Dan berita baiknya.. jika kalian menikah, kami bersedia membantunya untuk membangun kembali perusahaannya.."

"Tapi Dad.. Ini sama saja dengan membeli Yunho untukku!"

Changmin tetap berusaha menyanggah permintaan kedua orangtuanya.

"Changdollah, dengarkan Mommy.. Bukankah dulu kalian bersahabat dengan baik?.. Jadi menurut Mommy, Yunho tidak akan menolak rencana ini.."

"Tapi Mom—"

"Cukup, Changdollah!" potong sang kepala keluarga saat Changmin ingin kembali membantah.

"Besok kita adakan pertemuan dengan keluarga Yunho.. Jadi siapkan dirimu dengan baik!"

Changmin hanya bisa menghela nafasnya dengan pasrah sambil menatap sang ibu. Namun sang ibu hanya mampu tersenyum menjawab kegundahan hati Changmin saat ini.

.

.

.

10 tahun sudah berlalu sejak terakhir kali kami bertemu.

Dan masih kuingat dengan jelas janjimu di hari terakhir pertemuan kita kala itu.

Tapi..

10 tahun bukanlah waktu yang singkat.

Akankah kau masih sama seperti yang dulu?

Yunho hyung yang lembut dan perhatian padaku?

Yunho hyung yang selalu memandangku dengan lembut?

o

oo

ooo

"Yunho hyung.."

"Jangan pernah berpikir kalau aku menerima pernikahan ini dengan senang hati, Changmin-ssi!"

DEG!

Setelah mereka berdua bungkam selama makan malam, akhirnya Yunho menyuarakan hatinya pada Changmin ketika mereka hanya berdua di meja makan itu.

Dan kalimat yang disuarakan oleh Yunho mampu membuat Changmin bisu dengan sembilu yang menyayat hatinya saat ini.

"Aku menerima pernikahan ini hanya karena orangtuamu mau menolong perusahaan keluargaku!"

Tes!

"..."

Yunho mengalihkan pandangan dari Changmin saat melihat lelehan air mata di pipi Changmin.

"Karena aku sudah memiliki kekasih yang sangat aku cintai, jadi jangan harap aku mau membuka hatiku untukmu!"

Yunho segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan Changmin yang menangis dalam diam di meja makan.

.

.

.

Setelah 10 tahun ini aku menjaga perasaanku untukmu,

Kau menghempaskannya hanya dalam sedetik pertemuan kita.

Apa kau lupa akan janjimu padaku?

Atau..

Janji yang dulu kau ucapkan padaku hanya janji palsu?

.

.

.

2 YEARS LATER

.

.

.

.

.

Klik!

Changmin menegakkan kepalanya yang tertunduk lemas di atas meja makan begitu mendengar pintu apartemennya terbuka.

"Yunho hyung.. Kau sudah pulang?"

Dengan tergesa-gesa, Changmin menghampiri Yunho yang tampak lelah dengan setelan jas kantornya.

Memberikan senyuman manisnya serta pelukan hangat yang tidak pernah sekalipun dibalas oleh Yunho.

Lalu dengan jemari lentiknya, Changmin membuka simpul dasi yang tertaut di kerah kemeja Yunho. Dan setelahnya, mengambil alih tas kerja dari genggaman tangan Yunho.

"Aku akan siapkan air hangat dulu untuk hyung mandi.. Dan selama hyung mandi, aku akan panaskan kembali makan malamnya.."

Suara lembut bak untaian salju itu tetap mengalir walau hatinya kini menyiratkan luka yang siap disiramkan cuka.

"Sudah berapa kali aku katakan padamu?! Aku tidak akan memakan masakanmu! Karena aku sudah makan malam bersama kekasihku!"

Tes!

Lagi, Changmin hanya bisa menangis dalam diam saat Yunho melewatinya untuk memasuki kamar pribadinya.

Ya, selama 2 tahun mereka menikah, tak pernah sekalipun Changmin dan Yunho tidur satu ruangan bahkan satu ranjang.

Karena di apartemen yang mereka tinggali bersama, kamar Yunho dan Changmin terpisah oleh ruang keluarga dan dapur. Dan Changmin hanya diizinkan memasuki kamar Yunho hanya untuk membersihkannya, tidak lebih.

.

.

.

Seperih apapun luka yang kau torehkan di hatiku,

Aku akan tetap berusaha menjadi istri yang baik untukmu..

Aku akan tetap berusaha meyakinkanmu..

Aku akan tetap mencintaimu..

.

.

.

"hiks.. hiks.."

Seperti malam-malam sebelumnya saat tengah malam tiba..

Changmin akan menelungkupkan wajahnya di atas meja makan.

Meja makan yang masih terisi penuh oleh hidangan makan malam yang tak pernah disentuh sedikitpun oleh Yunho.

Namun Changmin selalu tahu diri..

Karena Changmin tahu siapa kekasih Yunho.

Kyungsoo, hoobae di kampus Changmin yang terkenal pandai memasak dengan wajah manis dan bertubuh mungil.

Changmin juga tahu bahwa Kyungsoo memiliki restoran yang selalu dikunjungi oleh Yunho setiap hari di waktu pagi, siang, dan malam hari.

Dan Changmin tak pernah sekalipun bisa memarahi Kyungsoo yang tetap menjalani kasihnya dengan Yunho walau tahu Yunho sudah memilikinya sebagai seorang istri.

Karena Changmin tahu, dirinyalah yang telah menjadi pihak ketiga di antara hubungan Yunho dan Kyungsoo.

o

oo

ooo

"—ssi... Changmin-ssi.."

Perlahan-lahan kelopak mata bulat itu terbuka dan tampak menyesuaikan dengan cahaya sekitar.

Seperti di alam mimpi, sayup-sayup Changmin mendengar suara Yunho memanggilnya dengan lembut.

Namun saat Changmin benar-benar terjaga, ia hanya melihat hidangan makan malam yang mulai mengeluarkan bau tak sedap serta kekosongan di setiap sudut apartemennya.

"Jam berapa ini?" gumam Changmin mengedarkan pandangannya ke arah jam dinding di ruang makan.

"Gawat! Sudah jam setengah delapan! Aku bisa telat ke kampus!"

Changmin dengan sigap membuang hidangan makan malam yang ia masak semalam dan meletakkan piring-piring kotor di wastafel.

"Maafkan aku piring, nanti saja sepulang kuliah aku mencuci kalian!" ucap Changmin pada piring-piring malang di wastafel sebelum berlari ke kamarnya.

.

.

.

Sesampainya di kampus, setelah Changmin memarkirkan mobilnya secara asal ia keluar dengan terburu-buru dan berlari menuju kelasnya yang sudah dimulai 15 menit yang lalu.

Brukk!

"AH!"

Saat ia berbelok di selasar menuju kelasnya, Changmin justru menabrak seseorang hingga ia dan orang yang ditabraknya terjatuh secara bersamaan.

'Ceroboh! Ceroboh! Ceroboh! Kenapa sih aku selalu ceroboh! Dasar bodoh!' rutuk Changmin di dalam hatinya sambil meringis kesakitan karena luka yang ia dapat di siku tangannya.

"Kau tidak apa-apa, Chagi?"

DEG!

Changmin hafal benar suara siapa itu.

Suara yang selalu ia impikan mengalun lembut untuknya.

Suara yang menghiasi hari-harinya terutama selama dua tahun terakhir ini.

Tapi..

Changmin memilih menundukkan wajahnya dalam-dalam sambil memejamkan matanya dengan erat.

Berharap dengan begitu ia bisa menghalau tangisnya.

"Aku tidak apa-apa, Yunho hyung.. Tapi sepertinya Changmin sunb—"

"Aku tidak apa-apa!"

Dengan sekejap Changmin berdiri sambil memaksakan senyumnya untuk orang di hadapannya yang sudah lebih dulu berdiri dibantu oleh sang kekasih.

"Aku permisi!"

Changmin kembali berlari.

Dengan kakinya yang sedikit ngilu..

Dengan sikunya yang terluka..

Dan hatinya yang terperih..

Namun kali ini Changmin menggagalkan niatnya untuk memasuki kelas.

Karena ia kini berlari kembali ke mobilnya. Dan menangis sekeras-kerasnya di dalam sana.

Changmin hanya ingin meluapkan kesedihannya lewat tangis yang ia sendiri tak tahu pangkalnya.

Bagaimana tidak?

Jika ia melihat di depan matanya sendiri, bagaimana Yunho memperlakukan Kyungsoo dengan lembut tanpa memperhatikannya sedikitpun.

Bahkan saat mereka terjatuh pun, Yunho dengan senang hati memilih membantu Kyungsoo berdiri.

o

oo

ooo

"Yunho hyung.."

Yunho segera menumbukkan iris kelamnya pada bola mata Kyungsoo.

"Ada apa, Chagi?"

Yunho menggenggam tangan Kyungsoo dengan lembut dan memberikan senyuman terbaiknya.

"Aku mau tanya satu hal padamu.."

"Katakan saja.. Aku pasti akan menjawabnya.."

Yunho sedikit menggeser kursinya agar lebih dekat dengan Kyungsoo karena saat ini mereka baru saja menyelesaikan acara makan malam mereka di restoran Kyungsoo.

"Apa yang membuatmu menyukaiku?"

Yunho sempat mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan dari Kyungsoo. Karena tidak biasanya Kyungsoo yang pendiam mau bertanya tentang sesuatu yang bersifat pribadi.

"Itu.. karena.."

Yunho tampak berfikir dan menimbang-nimbang apa yang akan ia ucapkan.

"Karena.. aku suka matamu yang bulat.. pipimu yang chubby.. badanmu yang mungil.. dan keahlianmu yang pandai memasak"

Dan Kyungsoo tampak berekspresi datar saat mendengar jawaban Yunho barusan.

"Apa yang baru saja kau sebutkan itu adalah ciri-ciri dari Changdollah, teman masa kecilmu?"

DEG!

Yunho seketika membeku dengan air muka yang tak terbaca. Bahkan tanpa sadar ia telah melepas genggaman tangannya pada Kyungsoo.

"Bukankah dulu saat kita pertama kali bertemu, kau mengira bahwa aku adalah 'Changdollah-mu'?"

"A-a..pa maksudmu?" tanya Yunho terbata.

"Kau pernah bercerita bahwa dulu kau memiliki sahabat masa kecil yang memiliki tubuh mungil, berpipi chubby, bermata bulat, dan hobi memasak walau terkadang ia hanya menghancurkan seluruh isi dapur.. Apa karena 'dia' kau menjadikanku pelarianmu?"

Yunho tampak bungkam dengan setitik peluh yang membasahi pelipisnya saat ini.

Ia tidak tahu Kyungsoo mendapatkan asumsi itu darimana. Tapi ia sendiri tak paham akan perasaan dan pemikirannya saat ini.

Bertahun-tahun Yunho menantikan kehadiran Changdollah kembali di kehidupannya. Dan setelah ia bertemu dengan Kyungsoo, Yunho seakan-akan melupakan eksistensi Changdollah di hatinya dan berandai-andai bahwa Kyungsoo adalah Changdollah yang selama ini ia cari.

Tapi nyatanya..

Kyungsoo tetaplah Kyungsoo. Dan sampai kapanpun ia tak akan bisa menjadi Changdollah yang Yunho inginkan.

Karena Changdollah yang Yunho cari adalah orang yang ceroboh dan cerewet. Berbeda dengan Kyungsoo yang teliti dan pendiam.

"..."

Hening untuk beberapa saat. Karena Yunho masih tak bisa memberikan jawaban atas pertanyaan Kyungsoo.

"Pikirkanlah baik-baik hyung.. Karena saat ini, tidak hanya Aku yang menantikan cintamu.. Tapi juga ada Changmin-ssi, istri sahmu.. Dan Changdollah, teman masa kecilmu yang kau janjikan untuk menjadi istrimu.."

o

oo

ooo

Malam itu Yunho pulang hampir tengah malam.

Dengan keadaan lelah dan tak bertenaga, ia memasuki apartemennya dengan hati-hati menuju dapur untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering.

Namun sesampainya ia di dapur,

Yunho malah disajikan pemandangan yang miris..

Karena di meja makan yang berada tak jauh dari dapurnya, Changmin tertidur dengan berbagai hidangan makan malam yang tak tersentuh.

Dan..

Sebuah kue tart besar bertuliskan 'Happy Anniversary' dengan lilin yang meleleh sempurna..

Seketika, ada perasaan asing yang menyergapnya hingga membuat Yunho melangkahkan kakinya menuju meja makan itu. Kemudian secara perlahan menduduki kursi di seberang kursi yang Changmin duduki saat ini.

Tanpa sadar, tangannya terulur untuk mengusapkan rambut-rambut Changmin yang terasa sangat halus ia rasakan di tangannya.

Dan dengan sedikit keraguan pada awalnya, Yunho mulai memasukkan sesendok sup kepiting yang sudah dingin ke dalam mulutnya.

Hanya sesendok pada awalnya..

Tapi entah mengapa Yunho kembali memasukkan beberapa kali sendok ke dalam mulutnya..

Karena walau dengan kondisi dingin, ternyata masakan Changmin jauh lebih enak dibanding rasa masakan yang Kyungsoo buat.

o

oo

ooo

"Eh?"

Ketika Changmin membuka matanya, ia merasa heran serta kebingungan.

Karena seingatnya, semalam ia ketiduran di meja makan. Kenapa sekarang ia malah terbangun di ranjangnya sendiri?

Tapi kemudian ia tidak mau memusingkan lebih lanjut karena ia harus segera bersiap diri ke kampus sambil menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya.

Karena walaupun Changmin tahu bahwa Yunho tidak akan memakan masakannya, setidaknya Yunho bisa melihat dan merasakan usaha Changmin untuknya. Bahwa Changmin benar-benar mencintainya dan bersungguh-sungguh untuk menjadi istri yang baik untuknya.

"KYAAAAA~!"

Changmin berteriak histeris melihat keadaan di dapur pagi itu.

"YA! Jangan teriak-teriak! Dasar berisik!" maki Yunho yang terkejut dan keluar kamarnya dalam keadaan berantakan.

"E-eh.. i-itu.. Yunho hyung.. k-ke..napa.. dapurnya bersih sekali?" tanya Changmin dengan wajah polos yang menggemaskan. Kepalanya ia miringkan 15 derajat dan jari telunjuknya menunjuk ke arah meja makan yang sudah rapi dan bersih.

"Ck! Tentu saja karena kau yang membersihkannya semalam! Dasar bodoh!"

Brak!

Changmin sempat berjengit karena hentakan pintu kamar Yunho setelah memaki Changmin barusan.

"Eh? Masa sih aku yang bersihkan? Lalu kenapa aku tidak ingat sama sekali?" gumam Changmin masih kebingungan seraya memakai apron untuk memulai membuat sarapan pagi.

.

.

.

"Lalala~.."

Seperti hari-hari biasanya, Changmin bersenandung kecil dengan cerianya seraya menata meja makan yang kini dipenuhi asap mengepul sarapan pagi.

"Yunho hyuung~ sarapannya sudah siap!"

Changmin berlari-lari kecil menuju kamar Yunho.

Walaupun ia tahu pasti, Yunho hanya akan keluar dari kamarnya untuk langsung berangkat ke kantor. Tanpa menghiraukan masakannya atau bahkan menyapanya.

"Hn!"

Changmin tiba-tiba saja membelalakkan matanya ketika Yunho keluar dari kamarnya dan langsung menuju meja makan.

Ingat itu, meja makan!

Dengan gerakan lambat, Changmin membalikkan tubuhnya menghadap Yunho yang baru saja keluar kamar melewatinya begitu saja.

Mata bulat yang selama ini tertutup kabut sendu di wajah si manis mulai bercahaya dengan binar yang cantik.

Karena entah kerasukan setan apa, Yunho kini mendudukkan dirinya di meja makan yang sudah tersaji sarapan pagi dengan menu masakan kesukaan Yunho.

"I-ini.." Yunho tampak mengernyitkan dahinya saat melihat tatanan rapi makanan kesukaannya tersaji di hadapannya.

"Aku buatkan makanan kesukaan Yunho hyung.." Changmin menghampiri meja makan lengkap dengan senyuman manisnya. Kemudian tanpa perlu berfikir dua kali, ia meletakkan segala macam makanan di meja makan itu ke atas piring Yunho hingga penuh.

"Selamat makan, Yunho hyung.." ucap Changmin ceria sebelum memakan makanannya sendiri.

Dengan senyum yang terus mengembang, Changmin menghiasi meja makan itu dengan kehangatan sambil sesekali melirik Yunho yang untuk pertama kali selama 3 tahun pernikahan mereka, mau memakan masakan buatannya.

"Bagaimana Yunho hyung? Yunho hyung suka masakanku?"

"..."

Suara lembut Changmin hanya dibalas oleh angin lalu oleh Yunho yang berwajah dingin tak bersuara menyantap sarapannya.

"Aku berangkat!"

Hingga akhirnya Yunho bangkit setelah selesai dengan sarapannya dan menyeka mulutnya hingga bersih.

"Yunho hyung, tunggu!"

Changmin berlari demi menghalangi langkah Yunho yang tergesa-gesa. Dan tanpa menunggu lama, Changmin menyimpulkan dasi yang ada di saku baju Yunho ke leher Yunho dengan begitu apik dan cantik.

"Nah, sudah selesai.. Yunho hyung sudah tampan sekarang~" Sambil menepuk-nepuk kecil bahu Yunho, lagi-lagi Changmin tersenyum manis membagikan kehangatannya.

"Selamat jalan~ Hati-hati di perjalanan.."

Changmin memeluk singkat Yunho dan mengecup pipinya sekilas sebelum akhirnya kembali tersenyum manis dan kembali ke arah dapur untuk membereskan bekas sarapan pagi mereka.

"Hihihii~"

Terdengar kikikan kecil karena Changmin begitu bahagia pagi itu. Hingga tidak menyadari bahwa setiap gerak geriknya masih dipaku oleh sepasang mata tajam yang memperhatikan Changmin bergerak dengan lincah dan riang di dapur sana.

Yunho, sosok yang masih terdiam di tempatnya memandangi punggung Changmin, kini merasa bersalah untuk pertama kalinya.

Baru ia sadari, bahwa Changmin adalah sosok yang ceria yang sering ia ambil senyuman manisnya. Membuatnya menangis di setiap malam. Dan membuatnya selalu kecewa di setiap hari kebersamaan mereka.

Yunho sebenarnya tahu bahwa saat tengah malam tiba, Changmin akan menangis di dapurnya. Membuang makan malam yang tak pernah disentuhnya.

Hingga kejadian semalam, ia mendapati Changmin tertidur di meja makan masih dengan titik-titik air mata yang menempel di pipi berisinya. Menunggu kedatangan Yunho untuk merayakan hari pernikahan mereka yang ke 3 tahun.

Tapi seperti tahun-tahun sebelumnya, Yunho tak pernah perduli.

Karena biasanya di malam perayaan pernikahannya dengan Changmin, Yunho justru berakhir dengan bergulat panas bersama kekasihnya.

o

oo

ooo

"Changmin sunbae.."

Langkah Changmin sontak berhenti ketika mendengar suara yang memanggilnya dari belakang.

Dan saat ia berbalik, mau tak mau Changmin kembali memaksa senyuman untuk hadir di wajah manisnya.

"Y-ya... Kyung.. soo?" Changmin sempat mengedarkan pandangan ke sekitar lorong kampus yang tengah lengang, untuk sekedar memastikan Changmin tak salah dengar bahwa sosok mungil di hadapannya memanggil dirinya.

"Bisa kita bicara?... berdua?"

.

.

.

Changmin kini duduk bersisian dengan Kyungsoo di bangku taman kampus mereka pagi itu.

"Apa kau tidak lelah?"

"..."

Changmin meremas tangannya sendiri ketika mendengar pertanyaan dari Kyungsoo.

Ia tentu tahu apa makna dibalik pertanyaan itu.

Apa ia lelah menjalani hubungan suami-istri dengan Yunho? Jawabannya sudah pasti iya.

Tiga tahun mereka terikat satu jalinan yang sah di mata hukum namun tak sedikitpun Changmin mendapatkan perhatian Yunho.

Tentu saja Changmin sebenarnya lelah.

Lelah untuk menjadi istri yang baik..

Lelah untuk berusaha tegar dan kuat..

Dan terlebih,

Lelah untuk menunggu Yunho menepati janjinya ketika mereka kecil dulu..

"Changmin sunbae, apa kau tahu hubunganku dengan Yun—"

"Aku tahu!" potong Changmin cepat tanpa mau mendengar lebih lanjut kalimat itu. Kalimat yang hanya membuat hatinya berdenyut sakit.

Hingga Changmin menundukkan kepalanya menatap taburan daun di bawah kakinya.

"Apa kau tahu Yunho hyung sering menginap di ruma—"

"Aku tahu!" potong Changmin lagi dengan matanya yang kini memanas tanpa bisa ia cegah.

Inginnya untuk tak membayangkan..

Tapi ia sering mendengar gosip-gosip murahan di kampusnya tentang Kyungsoo yang berpacaran dengan pengusaha muda hingga sering melewatkan malam-malam panas mereka bersama.

Maka Changmin pun mulai membayangkan suaminya itu bergumul di atas ranjang bersama kekasihnya.

Kekasihnya yang bahkan Yunho akui di muka umum. Berbeda dengan Changmin yang ia sembunyikan rapat-rapat.

Tes!

Tanpa komando, air mata mulai membasahi pipi Changmin yang menahan desakan di dadanya.

"Maaf.."

Dengan perlahan Changmin menatap Kyungsoo yang memilih membuang pandangannya ke depan, tanpa berani menatap balik mata Changmin.

"Maafkan aku yang telah berbuat jauh dengan suamimu..." Kyungsoo tampak memejamkan matanya kala mengakui status asli kekasih tampannya.

"Aku yang seharusnya meminta maaf.. karena telah merebut kekasihmu.." ucap Changmin sambil menundukkan kembali wajahnya.

Sementara Kyungsoo kini mulai memperhatikan guratan kesedihan yang jelas terpancar dari wajah Changmin. Ia benar-benar merasa bersalah karena tetap mempertahankan hubungannya dengan Yunho walau tahu Yunho sudah memiliki istri yang begitu sempurna.

Siapa yang tak kenal Shim Changmin?

Sosok manis dengan pahatan tubuh dan wajah yang sempurna bagai dewa Yunani, anak tunggal dari konglomerat terkaya di negeri itu.

Ditambah dengan perangainya yang cerdas, sopan, dan ceria membuat siapapun mampu bertekuk lutut di hadapannya.

Tapi siapa sangka..

Sosoknya kini layu terisolir hanya karena ia menjaga martabat suami yang bahkan tidak pernah melihatnya sama sekali.

"Tapi aku meragukan cinta Yunho hyung padaku.."

Changmin kembali mengangkat kepalanya dan menatap Kyungsoo bingung. Sementara Kyungsoo tersenyum miris menatap balik Changmin.

"Aku seperti bayang-bayang dari cinta pertamanya.."

Changmin semakin mengerutkan keningnya mendengar ucapan Kyungsoo.

"Kami bertemu di sebuah kedai ice cream.. Melihatku yang memesan ice cream strawberry di hadapannya, membuat Yunho hyung selalu memperhatikanku.."

Kyungsoo kembali menghadapkan tatapannya lurus ke depan. Membiarkan angin lembut taman kampus itu menghantarkan aroma bunga dan menggerakkan surai legamnya.

"Hingga akhirnya kami berkenalan.. Bertukar nomor ponsel.. Dan saling bercerita.."

"Awalnya Yunho hyung selalu memanggilku dengan nama 'Changdollah'.."

DEG!

Changmin sontak membulatkan matanya namun luput dari tatapan Kyungsoo karena pandangan Kyungsoo lurus ke depan dan terlalu fokus pada ceritanya.

"Hingga akhirnya ia bercerita, bahwa aku mengingatkannya pada sosok bernama 'Changdollah' tersebut.. Ia pernah berjanji bahwa ia akan memperistri teman masa kecilnya itu jika mereka bertemu kembali.. Itulah yang membuat Yunho hyung menjanjikan pernikahan denganku.. Karena ia menyangka bahwa akulah Changdollah yang selama ini ia cari.."

Changmin mengalihkan pandangannya dari Kyungsoo dengan berbagai perasaan yang berkecamuk di hatinya. Di satu sisi, ia merasa senang ketika mengetahui ternyata Yunho tidak melupakan janjinya. Tapi di sisi lain, ia bertanya kenapa harus Kyungsoo? Kenapa Yunho tak pernah menyadari bahwa Changminlah yang ia cari?

"Tapi aku tetaplah aku.. Dan aku bukan cinta pertama yang selama ini ia cari.. Untuk itu.."

Kyungsoo menghadapkan tubuhnya ke arah Changmin yang terduduk di sampingnya sebelum menggenggam tangan Changmin dengan lembut.

"Maukah kau melepas Yunho hyung?"

"!"

Changmin terkejut bukan main dengan permintaan Kyungsoo secara terang-terangan padanya.

"Akan terasa semakin sulit baginya untuk memilih jika kau masih masuk ke dalam daftar orang yang berhak memilikinya.. Dan jika kau melepaskannya, itu akan memudahkan Yunho hyung untuk menetapkan hatinya antara aku dan Changdollah.."

Changmin tersenyum miris mendengar pernyataan Kyungsoo. Karena masalahnya..

Changmin dan Changdollah..

Adalah orang yang sama.

o

oo

ooo

Klik!

Pintu apartemen Changmin terbuka dan sosok tampan itu pun memasukinya tanpa perlu permisi dahulu.

Namun baru selangkah ia memasuki apartemen yang selama 3 tahun ini ia tinggali, tiba-tiba ia merasa sepi. Karena biasanya Changmin akan menyambutnya hangat dengan senyuman manis untuk memeluknya, mengecup pipinya, membukakan kerah dan dasinya, membawakan tas kerjanya, serta menyiapkan air hangat dan makan malam untuknya.

Yunho, sosok tampan itu tampak menggelengkan kepalanya dengan kasar saat mengingat perhatian Changmin untuknya.

'Mungkin ia belum pulang..' batin Yunho saat melihat arlojinya karena ia pulang jauh lebih awal dari biasanya.

Jika biasanya ia pulang pukul sembilan lebih, hari itu Yunho sudah sampai di apartemen mereka pukul 5 sore.

Namun alangkah terkejutnya Yunho saat hendak memasuki kamarnya..

Dari arah yang berseberangan, Changmin baru saja keluar kamarnya masih dengan pakaian lengkap kuliahnya namun dengan rambut yang berantakan dan mata yang sembap.

Yunho yang melihat itu tetap berusaha mengontrol ekspresi datarnya untuk menutupi keterkejutannya.

Tapi detik berikutnya, Yunho tidak bisa lagi menutupi perasaannya saat melihat Changmin yang tidak biasanya itu kembali memasuki kamarnya lengkap dengan lelehan air mata yang berhasil lolos ketika menangkap sosok Yunho di hadapannya.

"Ada apa dengannya?" lirih Yunho yang tiba-tiba merasakan sakit di hatinya ketika Changmin mengacuhkannya untuk pertama kalinya.

.

.

.

Pukul 8 malam..

Dan Changmin belum menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan keluar dari kamarnya.

Padahal, sebenarnya Yunho sengaja pulang cepat untuk bisa makan malam bersama Changmin untuk menebus kesalahannya selama ini karena telah mengacuhkannya.

Tapi melihat bagaimana keadaan Changmin sore tadi, membuat Yunho enggan dan kikuk untuk meminta Changmin keluar dari kamarnya.

Tapi saat ini ia lapar sekali!

Oleh karena itu, akhirnya Yunho berinisiatif untuk membeli makan malam di luar dan memakannya bersama Changmin di apartemen mereka.

Tok Tok Tok

Yunho mengetuk pintu kamar Changmin dengan ragu.

"Aku akan beli makan malam dulu di luar.." ucap Yunho agak keras agar Changmin di dalam kamarnya mendengar.

Namun, entah insting seorang istri atau apa, Changmin akhirnya keluar dari kamarnya untuk mengingatkan Yunho yang pelupa agar tidak lupa memakai jaketnya mengingat udara malam di musim semi cukup dingin.

Dan benar saja, coat yang biasa Yunho pakai saat keluar rumah masih tersampir pada hanger di dekat pintu. Maka dengan pakaian seadanya, Changmin pun meraih mantel Yunho untuk menyusul Yunho.

Melupakan dirinya sendiri yang kini hanya berbalut piyama tipis dan menembus angin malam.

.

.

.

Yunho memutuskan berjalan kaki untuk membeli makan malam di restoran dekat apartemennya.

"Yunho hyung!" panggil Kyungsoo dari arah seberang apartemen Yunho. Sosok mungil itu melambai-lambaikan tangannya ke arah Yunho.

Yunho yang melihat kekasihnya itupun langsung tersenyum dan segera menghampirinya.

"Yunho hyung.. hosh.. hosh.."

Sementara di belakang Yunho, Changmin baru saja menyusulnya sambil berlari dengan sebuah mantel di tangannya.

Namun Yunho sudah terlanjur menyeberangi jalan menuju Kyungsoo dan membuat Changmin kembali merasakan sakit saat melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Yunho lebih memilih Kyungsoo.

Tiiiin!

"Yunho hyung awass!"

Dan saat Changmin akan kembali memasuki apartemennya, ia mendengar teriakan Kyungsoo yang menggaung.

BRAAKK!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Changmin tak bisa bernafas..

.

.

.

.

Begitu pula dengan Kyungsoo yang terkejut bukan main.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Yunho hyung.."

Changminlah yang akhirnya berhasil membuka suaranya dan menggerakkan kakinya yang gemetar ke tengah jalan beraspal.

Dengan Yunho yang tergeletak tak berdaya... darah mengucur dari sekujur tubuhnya... dan..

Sorot matanya yang menyimpan rasa luka dan bersalah pada Changmin yang kini memangkunya dengan hati-hati.

"Kumohon.. bertahanlah.."

Bisikan Changmin menjadi pengantar kegelapan bagi Yunho sebelum di bawa ke rumah sakit terdekat.

Meninggalkan Kyungsoo yang mematung di tempat.

.

.

.

TBC

.

.

.

First of all, Selamat hari raya Idul Fitri untuk yang merayakan! Mohon maaf kalau nanachan punya salah ^.^

Iya tau, salahnya banyak banget kaan? Sampe ff yang lain ga lanjut2.. hihii

Untuk itu, ff ini anggap aja sebagai hadiah buat readers setia nanachan yang masih mau nungguin karya2 nanachan.

Keep reading! And see you in the final chapter!