Brother's love is my drug

"Maybe I need some rehab, or maybe just need some sleep, I got a sick obsession I'm seein it in my dreams. I'm lookin down every alley, I'm makin those desperate calls, I'm stayin up all night hopin hitin my head against the wall"

Terdengar lagu milik Ke$ha tersebut di kamar Gilbert. Ia sedang menatap langit-langit kamarnya sambil mendengarkan radio. 'mengapa harus lagu itu?' entah mengapa, Gilbert memang tidak suka mendengarnya sejak pertama kali ia mendengar. Entah karena musiknya… atau liriknya? Memang ada apa dengan liriknya? Ia sendiri juga bingung. Padahal, menurutnya lagu tersebut juga bagus, tetapi ia tetap tidak menyukainya. Memberi sinyal, perutnya mengeluarkan bunyi. Rupanya ia lapar mencium wangi masakan Ludwig yang sedang disiapkan di luar. Ia segera mematikan radionya dan memakai kaos favoritnya, lalu keluar kamar.

"West! Makanannya sudah siap belum? Aku sudah lapar nih!" Tidak sabaran seperti biasa, Gilbert berteriak kepada adiknya yang berada di dapur. "Bisakah kau sabar sedikit bruder? Sebentar lagi juga matang." "huuh… lama sekali sih!" Bosan dengan tingkah laku kakaknya yang kekanak-kanakan itu, Ludwig mengabaikan komentar terakhir, walau mukanya terlihat kesal. Gilbert tertawa kecil. Dia memang suka membuat kesal adiknya itu. Tanpa hal itu, mungkin ia tak bisa hidup, seperti drugs. "Nih!" Ludwig sudah berdiri didepannya, melemparkan piring berisi makanan ke meja. Gilbert cemberut, "Aah, West. Apakah baik memperlakukan kakakmu seperti itu?". "Memangnya kamu mau dibagaimanakan? Mau kuperkosa?" Ludwig membalas, dengan maksud bercanda. "Hmm… Boleh saja~" Gilbert menggoda Ludwig lagi. Usahanya berhasil, mukanya sekarang lebih merah dari tomat milik Antonio. "Apaan sih, Gilbert! Gak lucu deh!" Gilbert sudah puas bila sifat kekanak-kanakan adiknya ini mulai keluar. Ia tahu hobinya ini buruk, tapi sekali ia memulai, ia tidak bisa berhenti, seperti drugs.

"Won't listen to any advice. Mommas tellin me I should think twice, But look into my own devices, I'm addicted it's a crisis. My friends think I've gone crazy, my judgments gettin kinda hazy, my steeze is gonna be affected if I keep it up like a love sick crack head"

Siang itu ia pergi ke rehabilitas grupnya. Di sana sudah terdapat teman-teman se-grupnya, Antonio, Francis, Alfred, Arthur, Ivan, dan Yao. Mereka semua tampak sedang good mood. Sepertinya sesi minggu ini akan berjalan lancar. Setelah Gilbert duduk, Dr. Bella, Psikiatris mereka, memulai sesi. "Selamat siang, semua. Bagaimana minggu kalian? Apakah ada masalah baru? Atau masih masalah yang sama? Bagaimana bila dimulai dari sebelah kiriku? Antonio?" "Well, masalahku masih sama, aku masih belum bisa melupakan tomatku. Mereka begitu lezat! Membuatku merasa harus memakannya bersama semua masakan!" Ekspresi Antonio seperti orang stress, bingung mau berbuat apa lagi. "Bagaimana kalau kau mencoba memakan sesuatu yang rasanya mirip dengan tomat? Mungkin itu akan bekerja, tanpa kau harus benar-benar melupakan rasa tomat." Secerah harapan terlihat di muka Antonio. Dr. Bella memang ahli menyelesaikan masalah-masalah orang dengan ide-ide dan sikapnya yang periang.

Dr. Bella melanjutkan giliran. Semua orang masih memiliki masalah yang sama, sepertinya semua dengan kecintaan terhadap sesuatu, seperti Francis dengan kecintaannya yang berlebihan terhadap, well, cinta. Alfred dengan kecintaannya terhadap burger, Arthur dengan hal-hal berbau mistis, Ivan dengan kesadisannya, Yao dengan cintanya pada Shinatty-chan, hingga tiba giliran Gilbert, satu-satunya dengan masalah baru. "Hmm.. Sepertinya aku ingin melanjutkan ke tahap berikutnya―" Tiba-tiba semua orang mengelilingi kursinya, termasuk Dr. Bella, "Haah? Dengan siapa? Kami tidak mengetahui kamu punya pacar! Blablabla.." "Tunggu dulu, semua. Jadi, sebenarnya dengan siapa kamu ingin melanjutkan hubungan kalian?" Dr. Bella memotong. "LUDWIG" Gilbert mengatakan dengan muka tak berdosa. "APAAAAAA! OMG WTF?" Semua heboh mendengarnya, kecuali Gilbert, yang hanya bingung melihat tingkah laku aneh tersebut. "Ehm… Gilbert, sepertinya harus saya jelaskan," muka Dr. Bella merah, ketahuan bahwa dia itu fujoshi. Karena terlanjur ketahuan, maka Dr. Bella melanjutkan, dengan sedikit perubahan, "Ehm, meskipun saya mendukung, tetapi… hubungan… sesama jenis itu tidak bagus, apalagi kakak-beradik! Sebaiknya kau pikirkan dulu baik-baik tentang hal ini. "Ta-Tapi Dr. Bella, aku tidak bisa menghindarinya! Aku kecanduan, aku tidak bisa berhenti menarik perhatiannya padaku!" Gilbert sudah tak tahan memendam perasaan sebenarnya kepada adiknya itu. "Kamu sudah gila ya! Dia itu adikmu! Kau sudah seperti ayahnya sendiri! Bagaimana kau bisa menjalani hubungan dengannya!" Arthur teriak-teriak seperti orang kesetanan. 'berlebihan sekali sih dia' tampaknya semua berpikir begitu. "Walaupun kau berkata begitu, kau kan juga menjalankan hubungan dengan adik-adikmu, contohnya, Alfred. Kemarin aku melihat kalian berdua melakukan sesuatu di hotel langgananku. Hehehe…" Francis menggoda mereka berdua. Arthur, yang tadinya ingin melanjutkan, dengan muka yang merah dan badan lemas, kembali ke kursinya. "Ah, terserah kalian lah, mau ngomong apa. Aku masih akan melakukannya. Itu keputusan terakhirku!" Ia tahu itu sebuah keputusan yang buruk, tapi tetap tak peduli. Ia juga tahu bahwa kalau ia melanjutkan bersikap seperti ini, perlahan-lahan ia akan hancur.

"I don't care what people say. The rush is worth the price I pay. I get so high when your with me, but crash and crave you when you leave"

"What you got boy, is hard to find. I think about it all the time. I'm all strung out my heart is fried, I just can't get you off my mind!"

Gilbert kabur dari dari sesinya hari itu. Dia sudah muak mendengar apa kata orang-orang. Ia harus cepat menyatakan cintanya pada Ludwig sebelum si gila pasta itu merebutnya, Ludwignya. Gilbert ingin segera pulang, ingin membuat adiknya merasa marah dan malu.

Sesampainya didepan rumah, Gilbert mendengar suara orang terjatuh, atau dijatuhkan. Saat membuka pintu, jantung Gilbert terasa berhenti. Ia sesak nafas dan tanpa sengaja menjatuhkan tasnya yang ia tenteng. Ia shock melihat pemandangan didepannya. Adiknya dan Feliciano akan… "Gi-Gilbert! Ini tidak seperti apa yang terlihat! Aku hanya ingin menolong Feliciano saat terjatuh, tapi aku juga ikut-ikutan terjatuh!" Ludwig menjelaskan dengan khawatir, sementara Feliciano hanya duduk diam dilantai, tak mengerti permasalahannya. Ludwig mendekati Gilbert yang sedang mengambil tasnya. Ludwig hendak memeluk kakaknya itu, tetapi Gilbert menepis tangannya, "Jangan sentuh aku West, jangan pernah…" ia lari ke kamarnya. Airmata jatuh ke pipinya.

Gilbert membanting pintu kamarnya sambil terisak. Mengapa ia menangis? Ia mempercayai kata-kata Ludwig. Tetapi… kenapa ia merasakan perasaan… cemburu? Airmatanya mengalir semalaman hingga ia akhirnya tertidur.

"Gilbert, Gilbert, bangun dong, sudah siang nih." Suara ―yang anehnya― lembut milik Ludwig membangunkan Gilbert dari tidurnya. Sambil perlahan membuka mata, Gilbert melihat adiknya duduk di ujung tempat tidur, disebelahnya tersedia sarapannya, lengkap di atas meja kecil dengan vas berisi bunga mawar. "Lu, Ludwig?" Ludwig tersenyum. "Ini permintaan maaf dariku karena telah membuatmu salah paham semalam. Maukah kau memaafkanku, mein bruder?" Gilbert sudah tak tahan lagi jika ia melihat senyum adiknya yang manis itu, 'aku harus memberitahukannya sekarang!'

"Hey, so I got a question, do you wanna have a slumber party in my basement? Do I make your heart beat like an 808 drum? Is my love your drug?"

"Because your love, your love, your love, is my drug. Your love, your love, your love. I said your love, your love, your love, is my drug. Your love, your love, your love"

"We- West, aku ingin memberitahumu sesuatu," Gilbert menyalakan CD karaokenya, terdengar kembali lagu 'Your Love Is My drug' milik Ke$ha, Gilbert mulai menyanyi,

Maybe I need some rehab
Or maybe just need some sleep
I got a sick obsession
I'm seein it in my dreams
I'm lookin down every alley
I'm makin those desperate calls
I'm stayin up all night hopin hitin my head against the wall

What you got boy, is hard to find
I think about it all the time
Im all strung out my heart is fried
I just cant get you off my mind!

Because your love your love your love is my drug
Your love your love your love
Your love your love your love is my drug
Your love your love your love

Wont listen to any advice
Mommas tellin me I should think twice
But look into my own devices, im addicted its a crisis
My friends think ive gone crazy
My judgments gettin kinda hazy
My steeze is gonna be affected if I keep it up like a love sick crack head

What you got boy, is hard to find
I think about it all the time
Im all strung out my heart is fried
I just cant get you off my mind!

Because your love your love your love is my drug
Your love your love your love
Your love your love your love is my drug
Your love your love your love

I dont care what people say
The rush is worth the price I pay
I get so high when your with me
But crash and crave you when you leave

Hey, so I got a question
Do you wanna have a slumber party in my basement?
Do I make your heart beat like an 808 drum
Is my love your drug? your drug?
Huh, your drug?
Huh, your drug?
Is my love your drug?

Because your love your love your love is my drug
Your love your love your love
Your love your love your love is my drug
Your love your love your love

Because your love your love your love is my drug
Your love your love your love
Your love your love your love is my drug
Your love your love your love

"ja, jadi, bagaimana, West?" "a, a, aku―" belum sempat Ludwig mengatakan apapun, seseorang membuka pintu kamar Gilbert.

"Maniak pasta itu!"

TBC

A/N: Fic baru lagi! fic saya masih ada segudang, tapi belom pada selesai -_- #curcol

kali ini pairnya germancest! ini fic multichapter, paling sekitar 5 chapter atau lebih

review please? danke!