Answer

Naruto Masashi Kishimoto

.

SasuFemNaru slight GaaFemNaru GaaSaku

.

"A-ah aku sedang lewat saja tadi hahaha silahkan lanjutkan kegiatanmu. Permisi."

.

Gak suka? GAK USAH BACA!

.

Here we go!

.

.

.

.

Diantara keributan kelas dua belas IPA 2 si pirang duduk sendiri di sudut kelas. Kedua telinganya disumpal earphone berwarna orange cerah. Mencegah polusi udara -keributan kelas ikut tersaring di gendang telinganya.

Disampingnya seorang siswi bersurai gulali sibuk mengajaknya bicara, tapi sekalipun tidak pernah ditanggapinya. Tapi siswi itu tidak menyerah, dia terus berusaha membuat si pirang mau menanggapi ucapannya. Tipe keras kepala.

"Lihat dia! Sombong sekali!"

Bisik seorang siswi sambil mengarahkan pandangannya pada si pirang.

"Ya, aku tahu dia cantik tapi kelakuannya itu loh. Cih menyebalkan."

Bisik siswi lain membenarkan.

"Bahkan kudengar dia menolak Gaara-sama dan mempermalukan Gaara-sama di tengah lapangan upacara."

Siswi lain ikut masuk dalam pembicaraan. Bedanya suaranya tidak lagi berbisik, melainkan langsung menyindir secara langsung. Membuat suasana kelas hening sejenak. Puluhan pasang mata menatap si pirang tajam.

Si pirang yang penjadi tokoh utama pembicaraan terlihat acuh, tangannya bergerak menyentuh tombol di ponsel pintarnya, memperbesar volume suara musik yang di dengarnya.

"Huh untung saja dia anak pemilik sekolah. Kalau tidak sudah aku terjunkan dia dari atap. Lihat wajah songongnya itu! Gah membuatku muak!"

Siswi bersurai gulali yang mendengar sindiran yang ditujukan kepada si pirang mengeram kesal. Cih, tahu apa mereka tentang si pirang. Seenaknya mengejek orang seolah mereka tidak pernah melakukan salah saja.

Brak!

Si pirang berdiri dari tempat duduknya. Menatap tajam kumpulan siswi yang sejak tadi asik membuatnya menjadi pemeran antagonis di cerita ini.

Tap tap tap

Si pirang berjalan mendekat, sudut bibirnya tertarik keatas membentuk seringai iblis yang membuat kumpulan siswi itu membatu di tempat.

'Rasakan itu!'

Batinnya siswi bersurai gulali, senang melihat si pirang berjalan menghampiri sekumpulan siswi yang tadi menyindir si pirang.

"Apa aku perlu meminta baa-chan untuk mengeluarkan penggunjing seperti kalian dari sekolah? Omongan kalian tidak ada bedanya dengan jalang di distrik merah! menjijikkan!"

Si pirang tersenyum lebar hingga kedua matanya menyipit. Tapi senyumannya justru mampu membuat para siswi itu menelan ludahnya susah payah.

"Ah satu lagi, aku tidak menyukai si ketua osis berambut merah itu, jadi wajar kalau aku menokaknya kan? Kalian pikir kalian siapa berani mengatur hidupku? Minggir! kalian menghalangi jalanku!"

Si pirang berjalan keluar dari kelas.

Saat mencapai pintu kelas si pirang berpapasan dengan Iruka-sensei. Si pirang mengangguk kecil didepan Iruka-sensei lalu berjalan keluar kelas tanpa menoleh kebelakang.

"Naruto mau kemana? Kelas akan dimulai sebentar lagi."

Percuma, si pirang sudah berjalan jauh meninggalkan kelas.

"Ya! Namikaze Naruto kembali ke kelas sekarang!"

Teriak Iruka-sensei melihat Naruto sama sekali tidak menanggapi ucapannya. Hei, jam masuk sudah di mulai tapi siswi pirangnya itu justru pergi keluar kelas seenak jidatnya.

"Astaga anak itu!"

Iruka hanya bisa menggeleng pasrah saat tidak lagi melihat punggung Naruto di koridor sekolah.

Xxxxxxxx Answer xxxxxxxxX

Bruk

Berhenti

Si pirang Naruto menoleh kearah toilet pria.

"Siapa disana?"

Naruto berjalan mendekat, tangannya menyentuh pintu kamar mandi dan mengetuknya beberapa kali.

"Hmmmp."

Naruto mendekatkan telinganya ke arah pintu toilet. Dia yakin mendengar suara seseorang dari dalam.

"Hmmmp!"

Itu jelas suara orang. Naruto yakin itu. Apa dia sekap?

"Hei kau tidak apa-apa? Katakan sesuatu hei!"

Naruto berusaha membuka pintu toilet tapi percuma. Toilet itu dikunci dari dalam. Sial!

Bola sapphirenya bergerak gusar, mencari seseorang yang mungkin bisa membantunya mendobrak pintu toilet. Tapi percuma, pelajaran pertama sudah dimulai sejak setengah jam yang lalu.

Tidak ada seorangpun yang bisa dia harapkan.

"Cih menyebalkan!"

Naruto mengambil posisi kuda-kuda di depan pintu toilet, lalu -

Brak

Kriet

"Ah pintunya rusak. Mati aku!"

Si pirang merarapi pintu toilet yang kini terbelah menjadi dua bagian akibat tendangan supernya. Lupa tujuan awalnya mendobrak pintu toilet.

"Kau siapa?"

Naruto memutar kepalanya kesamping.

"Shit!"

Umpatnya saat melihat seorang siswa yang menatapnya dengan pandangan menilai. Bukan itu yang membuat Naruto mengumpat, melainkan kondisi seragam siswa itu yang penuh dengan darah segar. Ah, dia tidak sedang menjadi saksi pembunuhan kan?

"A-ah aku sedang lewat saja tadi hahaha silahkan lanjutkan kegiatanmu. Permisi."

Sret

"Huaaa lepaskan akuuuu! Baa-chan tolong Naru!"

Teriakan Naruto membuat siswa itu terkekeh. Well, gadis yang menarik.

"Kau mau lihat?"

Bisik siswa itu di telinga Naruto, sebuah seringai kejam tercetak jelas di wajah tampannya.

"T-tidak jangan libatkan aku. Aku mohon, aku akan membantu menguburnya kalau kau minta tapi tolong jangan libatkan aku!"

Siswa itu terdiam, tangannya yang tadi mencengkram kerah seragam Naruto mengendur.

Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Naruto langsung berlari menjauh meninggalkan siswa bersurai raven yang masih mencoba mencerna isi kepala si pirang.

"Menguburnya?"

Siswa itu melirik seragam putihnya, wajahnya berubah pucat.

"Dia tidak berpikir aku baru saja membunuh orang kan?"

Pertanyaan itu mengalir begitu saja.

Xxxxxxxxxxx Answer xxxxxxxxxxX

Sementara itu, di sisi lain si pirang terus berlari tanpa tujuan. Nafasnya sudah hampir mendekati batas maksimal. Kakinya sudah hampir menyerah. Tapi gambaran seragam siswa itu yang di penuhi darah membuat semangat melarikan dirinya terus meningkat. Yah, sebelum dia menabrak seorang siswa yang sebenarnya sangat tidak ingin dia temui sekarang.

"Kau tidak apa?"

Plak

Naruto menampik uluran tangan siswa bersurai merah yang berniat membantunya berdiri.

"Kenapa berlarian di koridor sekolah saat jam pelajaran? Kau membolos lagi?"

Naruto merotasi manik sapphirenya.

"Bukan urusanmu!"

Sahut Naruto ketus.

Siswa bersurai merah itu melirik tangan Naruto yang mengalami tremor.

"Apa yang terjadi?"

Naruto segera berdiri saat melihat siswa bersurai merah itu duduk di hadapannya. Tapi kakinya terasa seperti jelly akibat terlalu lama berlari, membuat tubuhnya oleng.

Hap

Beruntung siswa itu berhasil menangkap pinggang Naruto sebelum si pirang menyentuh lantai.

"Cih dasar keras kepala!"

Naruto memekik kaget saat tubuhnya tiba-tiba melayang di udara. Pandangan tajam itu secara gratis dia hadiahkan pada si pelaku yang hanya terkekeh sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Ayo kita ke uks."

Plak

Naruto memukul kelapa siswa itu.

"Turunkan aku brengsek!"

Siswa itu mengangkat bahu acuh dan terus berjalan menuju ruang uks dengan Naruto di gendongannya.

"Kubunuh kau nanti Sabaku Gaara!"

Desis Naruto pasrah dan terpaksa mengalungkan kedua tangannya di leher siswa bersurai merah yang di kenalnya bernama Gaara. Ketua osis sekaligus pangeran sekolah yang kemarin dia tolak.

Gaara hanya melengkungkan senyum tipis saat merasakan kedua tangan Naruto yang melingkari lehernya.

Xxxxxxxxxxxx Answer xxxxxxxxxxX

Gaara memandang sosok Naruto yang kini tertidur di ranjang uks. Setelah hampir satu jam memaksa si pirang untuk beristirahat, akhirnya Naruto mau memejamkan matanya

"Apa kau membenciku karena aku menolak Sakura?"

Suara Gaara mengambang di udara.

"Apa aku harus menerimanya supaya kau tidak membenciku lagi seperti ini?"

Gaara tersenyum pahit melihat wajah polos Naruto yang akan berubah kejam saat kedua kelopak matanya terbuka.

"Baiklah qku akan menerima Sakura, tapi jangan paksa aku menerima perasaannya. Kau tahu sendiri siapa gadis yang aku sukai kan?"

Cup

Gaara mencium kening Naruto lama. Lalu berjalan keluar dari ruang uks.

Tes

"Maafkan aku, Gaara."

Xxxxxxxxxx Answer xxxxxxxxX

"Oi, kau temannya si pirang itu kan!"

Seorang siswi bersurai gulali menghentikan langkah kakinya. Iris jadenya memandang bingung tiga siswa yang tiba-tiba menghadang jalannya. Siapa mereka?

"Kalian bicara padaku?"

Sret

"Tidak kau tidak teman pirangmu, kalian sama-sama membuatku kesal!"

Bruk

Siswi bersurai gulali itu jatuh menghantam lantai. Siku kanannya tergores pinggiran pot yang ada di sampingnya.

"Dasar banci, beraninya sama cewek. Pengecut!"

Siswi bersurai gulali itu memandang sosok Naruto yang datang menghampirinya, mata birunya menatap tajam tiga siswa yang tadi menghadang jalannya. Satu, dua, ti-

Kretek

"Aaaaarg! Tanganku!"

Ah pasti begitu lagi, tangannya terasa ngilu melihat Naruto memutar tangan salah satu siswa itu hingga terdengar suara retakan tulang yang membuat bulu kuduknya berdiri. Padahal ini bukan kali pertama dia melihat Naruto mematahkan tulang siapapun yang sengaja mengganggunya.

"Ini koridor, jangan membuat keributan. Cih. Menyebalkan."

Naruto melepaskan tangan siswa yang baru saja dia patahkan. Membiarkan siswa itu melubangi punggungnya dengan tatapan tajamnya. Seperti Naruto peduli saja!

"Arigatou Naru-chan."

Naruto duduk di hadapan siswi itu dan menatap tangan siswi bersurai gulali yang mengeluarkan darah segar.

"Kau terluka. Cih akan kubunuh mereka!"

Grep

Siswi gulali itu menggeleng.

"Aku tidak apa-apa."

Naruto mengangguk, tangannya menyodorkan sapu tangan berwarna orange kepada siswi bersurai gulali.

"Maafkan aku Sakura. Gara-gara aku kau-"

Naruto terdiam saat merasakan sebuah telapak tangan berukuran besar yang mengacak surai pirangnya.

"Arigatou Naru-chan sudah menolong pacarku."

Naruto terdiam ditempat. Aliran darahnya seolah berhenti mengalir.

"Gaara-kun!"

Glek

Naruto menelan salivanya yang terasa pahit. Melihat Sakura bergelayut manja di lengan Gaara. Kenapa Naruto merasa tidak rela?

"Ah iya, aku dan Gaara-kun sekarang menjalin hubungan loh hehehe."

Sakura -siswi bersurai gulali tersenyum lebar. Sementara Gaara sendiri melirik kesamping tidak berani menatap si pirang. Apapun asalkan tidak melihat wajah si pirang yang dia yakin akan menggoyahkan pilihannya -lagi.

"A-ah sejak kapan? Kalian jahat sekali tidak memberitahuku."

Naruto berusaha menahan detak jantungnya yang membuatnya susah bernafas.

"Mou Naru-chan jangan ngambek dong! Aku traktir Ramen deh!"

Naruto mengangguk setuju, melupakan rasa sesak yang sampai sekarang masih di rasakannya.

"Dasar maniak ramen! Kenapa badanmu tidak melar sih padahal isi kepalamu hanya ramen dan ramen."

Gerutu Sakura gemas.

"Ramen adalah hidupku. Kau tahu itu kan!"

Sejak awal dia yang meminta Gaara menerima Sakura. Tapi kenapa rasanya sesakit ini?

Xxxxxxxxxx Answer xxxxxxxxxxX

"Tadaima!"

Naruto memandang bingung kedua orang tuanya beserta kakek dan neneknya yang memasang senyuman aneh, mereka berdiri menghadang jalannya.

"Kalian salah minun obat?"

Mereka serentak menggeleng. Senyuman aneh itu tidak juga luntur. Alarm bahaya berbunyi keras di kepalanya.

Tap

Naruto melangkah mundur.

"Ah aku salah masuk rumah. Aku akan keluar sekarang."

Sret

"Apa maksudmu salah masuk rumah bocah?"

Naruto menoleh kebelakang, entah kenapa firasatnya tiba-tiba tidak enak melihat seringai menyeramkan yang tercetak jelas di wajah neneknya.

"Baa-chan aku tidak bisa bernafas!"

Lirih Naruto saat neneknya tidak juga melepaskan cengkraman di kerah seragamnya.

"Ups maaf. Ah duduklah Naru-chan ada yang ingin kami bicarakan."

Naruto berjalan mundur, berusaha melarikan diri tapi suara tegas ayahnya membuat Naruto diam ditempat dan terpaksa duduk diatas sofa ruang keluarga.

"Ah etto apa nenek marah karena aku merusak pintu toilet sekolah?"

Cicit Naruto, tidak berani mengangkat kepalanya.

"Oh jadi kau yang merusak pintu toilet pria itu? Cih awas kau bocah!"

Bentak sang nenek setelah mendengar 'pengakuan dosa' Naruto.

"Sudahlah itu hanya pintu Tsunade."

Sepertinya Naruto berhutang nyawa pada kakeknya untuk kali ini. Eh tunggu, jadi ini bukan masalah pintu itu?

"Jadi begini Naru-"

Naruto menatap horror kedua orang tuanya.

"K-kalian tidak berniat menjodohkanku kan? Seperti yang ada di film huaaa Naru tidak mauuuuu!"

Ctak

"Ittai kaa-san kenapa memukulku?"

Kushina mendengus melihat tingkah absurd anaknya yang kadang membuatnya malu.

"Dengarkan dulu kalau orang tua sedang bicara. Dasar anak ini!"

Naruto mengangguk pasrah.

"Naru-chan omedetou!"

Pelukan dari sang kakek membuat Naruto terkejut.

"Cucuku memang pintar, jii-chan bangga padamu!"

Naruto memukul punggul sang kakek.

"Jii-san Naru tidak bisa bernafas."

Sang kakek langsung melonggarkan pelukannya tapi tetap dalam posisi memeluk cucu pirang kesayangannya itu proktektif.

"Bacalah sendiri."

Naruto menerima surat yang di berikan sang ayah kepadanya dan mulai membaca isi surat itu. Semakin lama matanya semakin melebar tidak percaya.

"Aku diterima? Jii-san aku diterima! Yeay! Naru sayang jii-san!"

Tsunade membuang muka melihat Naruto hanya memeluk kakeknya saja.

"Cih berani sekali dia memonopoli cucuku."

Naruto yang melihat neneknya tampak kesal langsung berlari menghampiri neneknya dan memberikan ciuman singkat di pipi sang nenek.

"Naru juga sayang baa-chan hehe."

Ehem

Minato mengkode agar Naruto juga memberikannya pelukan gratis misalnya.

"Tidak mau ah, tou-san bauuu~"

Kushina terkekeh mendengar ucapan Naruto.

"Kan sudah aku bilang mandi dulu tadi."

Tambah Kushina memperburuk awan mendung imaginer diatas kepala Minato.

"Ah iya kaa-san lupa, karena kamu masuk melalui jalur undangan kamu harus tinggal di asrama kampus. Tidak apa kan Naru?"

Saat itu juga senyum di wajah si pirang luntur.

"Huaaa aku capek berpura-pura jahat terus!"

Tsunade mengacak surai pirang Naruto gemas.

"Siapa juga yang menyuruhmu berpura-pura seperti itu ha?"

Naruto menghela nafas lelah.

"Tentu saja karena aku tidak mau dimanfaatkan oleh para penjikat itu lagi. Hah baa-chan tidak ingat apa yang Naru alami saat smp? Baa-chan mau Naru bangkrut lagi dan diusir tou-san lagi?"

Uhuk

Minato tersedak salivanya sendiri.

Well, fakta bahwa dia pernah mengusir Naruto karena si pirang membuat tagihan kartu kreditnya membengkak sampai sekarang akan selalu diselalinya.

Untung saja saat itu Naru memutuskan untuk tinggal di rumah neneknya, kalau sampai dia tidur di pinggir jalan seperti tuna wisma, Minato janji tidak akan memaafkan dirinya sendiri.

"Tapi Naru bersyukur, kalau tou-san tidak mengusir Naru mungkin Naru masih mau saja jadi atm berjalan para penjilat itu. Cih amit-amit."

Sambung Naruto saat menyadari perubahan mimik wajah Minato.

"Arigatou tou-san."

Xxxxxxxxxxx Answer xxxxxxxxxX

-skip time-

Naruto memandang kamar asrama yang selama 4 tahun kedepan akan di tinggalinya.

"Selamat tinggal kehidupan SMA!"

Kriet

Naruto melebarkan bola matanya melihat dekorasi kamarnya yang terlihat berkelas. Waw! Ini lebih seperti menginap di hotel daripada asrama.

"Waaaaah nyamannya."

Naruto menghempaskan tubuhnya diatas kasur empuk yang mulai saat ini akan dia klaim sebagai kekasih keduanya setelah ramen.

"Perhatian kepada penghuni asrama untuk berkumpul di aula sekarang juga."

Naruto membuka lagi kelopak matanya. Sedikit tidak rela, tapi akhirnya si pirang berjalan malas menuju aula asrama.

Saat hampir sampai di ujung tangga, matanya menatap penampakan 'seseorang' yang sampai sekarang tidak akan dia lupakan.

"Kau!"

Naruto menunjuk seorang laki-laki bersurai raven yang berdiri di hadapan penghuni asrama yang lain.

Sementara itu si raven yang merasa ada seseorang yang menunjuknya balik memandang Naruto yang menatapnya tanpa berkedip.

"Ah kau si pirang itu!"

Si raven ikut menunjuk kearah Naruto.

"Huaaa aku akan satu asrama dengan pembunuh! kaa-san Naru mau pulang!"

Seluruh penghuni asrama swetdrop mendengar teriakan gaje si pirang yang kini sudah berlari masuk kedalam kamarnya.

"Kau mengenal si pirang itu?"

Tanya pengurus asrama kepada si raven.

"Hn."

Pengurus asrama mendengus sebal mendengar gumaman aneh si raven.

"Apa dia baru saja mengatakan kepala asrama itu pembunuh?"

Bisik salah satu gadis bersurai pirang pucat sambil melirik si raven yang balik menatapnya tajam.

"Mou lihat saja wajah datarnya. Aku tidak kaget kalau dia pernah membunuh orang tanpa mengedipkan mata. Wajahnya saja psikopat begitu."

Sahut laki-laki bersurai coklat dengan dua tato segitiga terbalik di kedua pipinya.

"Mondekusai hoam."

Laki-laki bersurai nanas menguap lebar.

"Bangun dasar rusa pemalas!"

Bentak seorang gadis bersurai pirang diikat empat.

"Bisakah kalian diam!"

Hening.

Si raven menghela nafas lelah. Kesalahpahaman si pirang sudah berhasil menodai nama baiknya sebagai kepala asrama.

"Uchiha Sasuke. Kepala asrama Konoha. Yoroshi-"

Bruk

"Ittai!"

Sasuke -nama si raven menoleh kesamping, diujung tangga dia melihat si pirang yang terjatuh dengan posisi tidak elit dan hampir semua isi kopernya berserakan di lantai.

Tap tap tap

"Kau! Urusan kita belum selesai!"

Naruto menelan ludahnya susah payah.

"Ah kalian jangan ada yang mengganggu gadis ini. Dia milikku. Kalian mengerti!"

Ucap Sasuke sambil menunjuk si pirang yang masih terduduk di ujung tangga.

"Siapa namamu?"

Sasuke duduk di hadapan si pirang.

"K-kau tidak akan membunuhku kan?"

Pertanyaan si pirang mau tidak mau membuat Sasuke terkekeh. Dia menarik dagu Naruto agar si pirang menatapnya.

Onyx hitamnya sejenak terpaku melihat pantulan langit musim panas dari dua bola sapphire Naruto.

"Tidak, asal kau menuruti apa yang aku perintahkan."

Naruto hampir saja menangis melihat seringai menyeramkan di wajah Sasuke.

"Jadi siapa namamu?"

Naruto menelan salivanya susah payah.

"N-Naruto. Namikaze Naruto."

Cup

Kedip-kedip.

Loading 20%

Loading 50%

Loading 80%

Loading 99%

Loading complete!

Ciuman pertamakuuuuuu!

"Yoroshiku ne Ki-chan!"

End/Tbc?

note :

setelah saya baca lagi loh kok? banyaj typo dan kata-kata gak penting ya hehehe jadi saya upload ulang deh. maaf atas ketidak nyamanannya.

Arigatou~