Declaimer Always Mashasi Kishimoto

But, this story always mine.

WARNING : OOC, AU, Etc.

Rate : M

Pair : SasuSaku

Chasing Perfection

By Arissacchin

Lembaran pertama.

.

.

Sorakan ramai terdengar membahana di halaman Akademi Konoha.

Pewaris perusahaan Haruno itu menyeringai tipis melihat hasil karya Lee dan kawanan lainnya. Juugo, laki-laki yang merupakan murid beasiswa menyebalkan itu kini tengah berdiri meratapi –ya dia lebih suka menyebutnya meratapi, tas dan buku-buku yang di lemparkan ke kolam.

Siswa-siswi Akademi Konoha tertawa puas menatap Juugo yang saat ini terlihat seperti akan meledak. Wajah pemuda malang itu sudah berubah menjadi ungu –dan sedikit kemerahan. Mungkin perbuatan Lee pada pemuda itu dengan melemparkan tasnya ke dalam kolam sedikit toh rasanya hal itu hal yang sepele bukan? Tidak seperti ia membakar tas dan seisi loker cowok raksasa itu.

Pemuda bernama Lee itu mengengadah menatapnya yang kini berada jauh dari jangkauannya. Sakura mendengus geli, entah sudah berapa kali orang-orang itu membully siswa-siswi hanya karena kalimat sederhana yang keluar dari bibirnya.

Penjilat.

Orang-orang berlomba-lomba kelihatan baik di hadapannya, berlomba-lomba menyenangkan hatinya, dan saling berusaha menjadi orang yang bisa ada di sisinya.

Ironis.

Padahal apapun yang mereka lakukan, kecil kemungkinan Haruno Sakura akan mengingat mereka.

Haruno Sakura membuang mukanya dengan memutar tubuhnya menjauhi pohon apel, "pelajaran Asuma akan di mulai, ayo kita pergi Neji."

"Aku penasaran bagaimana kalau dewan direksi menemukan ada anak yang terbully karena kau lagi Sakura," ucap Neji seraya berjalan di samping Sakura. Pemuda Hyuuga itu kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya. "Padahal dia hanya—"

"Jaketku kotor Neji, dan jaket itu baru dikirim dari Milan kemarin. Memangnya mengirimkan barang dengan jarak ribuan kilometer itu gratis ya," gerutu Sakura, ia menyilangkan tangannya di depan dadanya. "Lagipula, aku tidak menyuruhnya untuk melakukan sesuatu pada raksasa itu. Lee hanya berinisiatif sendiri dan itu bukan perintahku."

"Tentu—"

"SAKURA! NEJI!"

Ia baru melangkah tidak jauh dari tempatnya tadi, tiba-tiba ada tangan yang melingkar di bahunya untuk mencari pegangan saat ia berhenti berlarian. Namikaze Naruto nyaris membuatnya terjungkal karena perbuatannya. Ia melirik galak ke arah samping kirinya dan menemukan Naruto yang berkeringat. Pemuda Namikaze itu tidak ikut dengannya dan Neji saat menonton Lee tadi, dengan alasan ada urusan dengan kekasihnya –atau kekasih-kekasihnya.

Apa yang mereka lakukan hingga berkeringat begitu?

"Apa yang kau lakukan dengan perempuan-perempuan itu, Naruto," Neji yang berdiri di sampingnya meliriknya sekilas. "Dan, Sakura jangan melotot begitu. Matamu hampir copot dari tempatnya."

"Aku belum sempat melakukan apa-apa asal kalian tahu," Naruto malah tertawa dengan suara yang agak keras, ia kemudian berjalan sambil menyeret Sakura yang ada di dalam rangkulannya. "Dan, Haruno Sakura-sama, aku punya kabar baik untukmu."

Sakura membuka bibirnya yang berwarna kemerahan. "Kabar apa, bodoh?"

Tiba-tiba saja Naruto menarik bahunya dan membuatnya menatap sepasang mata berwarna biru itu. Sakura mengangkat alisnya tinggi-tinggi, rasa penasaran menggerogotinya. Tapi, sebelum ia bisa membuka mulutnya kembali, Naruto tersenyum senang dan membuka mulutnya.

"Sasuke di transfer kembali ke Akademi Konoha."

Dan beberapa detik yang berlalu terasa begitu lama, mulut Sakura perlahan menganga. Kemudian dengan cepat tubuhnya berbalik menatap Naruto. "Nande? Kapan? Kenapa? Ba-bagaimana!Kau lihat dimana!"

"Aku mendengar dari anak-anak perempuan, dia ada di lantai 1 seharusnya ia baru keluar dari –HEY! SAKURA!" Naruto berteriak begitu menyadari Sakura langsung berlari meninggalkannya dan Neji dengan cepat.

"Perempuan itu," dengus Neji.

Kedua pemuda itu kemudian saling berpandangan dan tawapun pecah di anntara mereka berdua. Dan pada akhirnya mereka berlari mengejar sang gadis Haruno itu.

.

.

.

Nama pemuda itu Uchiha Sasuke, pemuda yang merupakan satu-satunya orang yang mampu mengatur Haruno Sakura. Dengan tubuhnya yang tinggi, semasa di SMP Sasuke adalah kapten dari tim basket Akademi Konoha.

Sayangnya 3 tahun yang lalu pemuda itu di transfer ke luar Jepang, untuk mengikuti Ibunya.

"Minggir!"

Rambut sepinggang Sakura bergerak-gerak di punggungnya saat gadis itu berlarian di koridor Akademi Konoha. Berpasang-pasang mata kelihatan heran kenapa gadis angkuh itu berlarian di koridor dengan wajah sumringah yang benar-benar jarang ia perlihatkan.

Beberapa tertegun, karena bisa di hitung dengan jari berapa kali perempuan itu tersenyum –tersenyum tulus bukannya tersenyum mengejek.

Neji dan Naruto yang menyusul berlarian di belakangnya tampaknya membuat mereka tampak makin heran. Tiga orang yang merupakan penguasa –atau guru Kurenai menyebut mereka gerombolan pengacau, Konoha itu kelihatan dalam mood yang sangat baik.

Sakura juga menyadari bahwa hampir setiap orang yang melihatnya berlarian bersama Neji dan Naruto memandang mereka bertiga seperti alien. Tapi, ia sama sekali tidak peduli. Benar-benar tidak peduli. Karena, saat ini yang ia ingin lihat hanya Uchiha Sasuke.

Dan langkahnya terhenti di depan kelas Asumakelas yang seharusnya ia hadiri. Di hadapannya berdiri pemuda berambut gelap, wajahnya terlihat datar seperti biasa. Dengan tas yang ia sampirkan ke punggungnya dengan asal-asalan, pemuda itu kelihatan masih seperti pemuda dengan image badboy yang ia ingat.

Hanya 6 langkah lagi dan Sakura akan bisa menyentuh pemuda itu, merasakan bahwa pemuda itu memang benar-benar ada di hadapannya. 6 langkah lagi dan rasa rindunya bisa terbebaskan.

Mata hitam Sasuke dan mata hijaumiliknya saling memandang satu sama lain.

Tapi, ada sesuatu yang membuat dadanya terasa begitu sakit. Tubuhnya terhenti, seperti enggan bergerak. Dunianya terasa berhenti bergerak ketika mata segelap malam itu menatapnya. Jantungnya berdebar begitu kencang tanpa bisa ia cegah.

Ia tahu dengan jelas, bahwa saat ini, sesuatu yang bahkan Sakura tidak bisa jelaskan tengah terjadi.

"Sasuke-teme!"

Narutolah yang pertama berlari dan berteriak ke arah Sasuke, seolah-olah mewakili Sakura, Naruto meloncat memeluknya dan nyaris membuat Sasuke terjungkal ke belakang. Ia tertawa dengan keras, dan sifat kekanakan pemuda itu muncul lagi.

Tepukan pelan di bahunya membuatnya menoleh. Neji memandangnya dengan khawatir. "Daijoubuka?"

"Engh," Sakura mengangguk pelan, bibirnya kemudian mengulas seringai tipis melihat Sasuke menatapnya balik. "Aku baik-baik saja."

Atau mungkin semua itu hanya perasaannya belaka.

.

.

.

"Daaaaaaaaaaaaaan bagaimana kabarmu?"

Di meja itu terdapat empat orang yang mengenal satu sama lain hampir seumur hidup mereka masing-masing. Haruno Sakura menyeruput cola yang berada di tangannya, mata hijaunya terus mengamati Uchiha Sasuke yang duduk di hadapannya.

"Baik-baik saja kupikir," Sasuke mengangkat bahunya ringan. "Setidaknya tidak terlalu buruk."

"Kenapa kau kembali lagi ke Akademi Konoha?" giliran Neji bertanya.

"Aku mendapatkan beasiswa penuh di sini, dan Ibu mengatakan kami akan pindah ke Tokyo lagi. Jadi, tidak ada salahnya kembali masuk ke Akademi Konoha bukan."

Kemudian keadaan kembali hening. Iris hijau itu mengamati pria di depannya. Uchiha Sasuke bisa di bilang lumayan berubah. Tubuhnya semakin tinggi dan –astaga Sakura merasa seperti orang mesum, tubuhnya terbentuk lebih baik di bandingkan tubuh ceking Uchiha muda itu 3 tahun yang lalu. Pengaruh pubertas mungkin. Kulitnya masih putih walaupun tidak seputih dulu. Sakura bisa melihat beberapa luka di tangan Sasuke. Dan, terakhir mata kelam pemuda itulah yang menurutnya paling berubah. Daripada terlihat lembut tiap menatapnya, Uchiha muda itu kelihatan lebih hati-hati menurutnya. Tapi, entahlah. Ia begitu yakin ada yang berubah dari Uchiha Sasuke walaupun ia sendiri kurang yakin apa yang berubah dari pemuda itu.

Ia masih harus mencari jawaban untuk pertanyaan itu.

Tiba-tiba saja Naruto menjentikan jarinya. "Bagaimana kalau kita ke Knight malam ini? Clubbing melepas penat bagaimana?"

"Naruto—"

"Tidak bisa," potong Uchiha Sasuke. Tiga pasang mata itulah yang membuatnya kembali membuka mulutnya. "Aku ada pekerjaan paruh waktu malam ini."

Jawaban yang keluar dari mulut Sasuke membuat Sakura merasa tertampar kembali.

Dan ia kembali di ingatkan bahwa dunia Sasuke dan dunianya sudah berbeda.

.

.

.

"Apa yang membuat Ojou-sama begitu murung?"

Sakura mengalihkan pandangannya dari pemandangan di luar kaca mobilnya. Ia menghela nafasnya, kemudian menopangkan kepalanya pada tangan kanannya. "Banyak hal Kakashi. Kepalaku sampai mau pecah rasanya."

"Yare yare," pria berusia awal 30'an itu terkekeh pelan. "Tapi, anda lebih baik jangan memasang wajah seperti itu. Nanti akan tumbuh keriput di kening anda kalau anda mengerutkan kening anda terus menerus."

"Kau bicara apa," Sakura mendengus menahan tawa. "Bahkan dengan keriputpun aku akan tetap tampak cantik. Lagipula, kau pikir aku mau apa punya beban pikiran begini."

Ya, begitu banyak hal yang membuat otaknya di paksa berputar untuk berpikir.

Dunia memang telah berubah, tentu saja.

Dan begitupula Uchiha Sasuke.

Harusnya ia menyadari lebih awal bahwa Sasuke yang bertemu dengannya kembali bukanlah Uchiha Sasuke yang dulu. Bukan Uchiha Sasuke yang akan tersenyum lembut padanya, bukan Uchiha Sasuke yang akan selalu melindunginya, dan bukan pula Uchiha Sasuke yang selalu ada di sisinya.

Roda nasib berputar.

3 tahun yang lalu, siapa yang menyangka bahwa kerajaan bisnis keluarga Uchiha akan runtuh dengan begitu mudahnya karena pihak dalam? Kekayaan keluarga dengan silsilah panjang itu hilang dalam sekejap dan beralih tangan pada orang lain. Ia tidak menyalahkan hal itu membuat perubahan besar-besaran dalam hidup keluarga Uchiha, karena mungkin jika hal itu terjadi pada keluarganya, keluarganyapun akan berubah.

Ia masih ingat pagi hari dimana ia mendengar dari Ibunya bahwa keluarga Uchiha mengalami kebangkrutan. Ia sadar, dalam dunia bisnis dalam 1 detik setiap orang bisa dengan mudah terguling dari tahta yang ia duduki.

Keluarga Uchiha tercerai berai. Kak Itachi terpaksa pulang dari Inggris, Sasuke tidak masuk sekolah berhari-hari, dan hari itupun datang. Paman Fugaku menggantung dirinya di rumah keluarga Uchiha. Ia masih ingat bagaimana muramnya ekspresi si bungsu Uchiha saat pemakaman Ayahnya di laksanakan.

Hidup mereka berubah.

Kak Itachi berusaha membanting tulang mencari cara untuk membiayai keluarganya, Tante Mikoto mencari pinjaman kesana-kemari, dan Sasuke mengundurkan diri dari Akademi Konoha. Suasana saat itu kacau sekali, baik Sakura, Neji, atau Naruto sudah berusaha menawarkan bantuan pada keluarga Sasuke. Salahkanlah ego besar si laki-laki keras kepala itu, karena ia menolak habis-habisan dan bahkan mengusir mereka bertiga.

Dan pada akhirnya Uchiha Sasuke pindah dari Tokyo, dan pemuda itupun seolah menghilang di telan bumi. Heh, pribahasa yang—

"—saya melihat Tuan Sasuke di pelataran parkir tadi Nona. Apa anda sudah bertemu dengan Tuan muda?"

Ia mengerjap. "Sudah," jawab Sakura. Bisa di bilang bodyguard merangkap supir merangkap pengawasnya ini hampir mengetahui segala hal mengenai Haruno Sakura. Blah, toh Hatake Kakashi adalah tempat dimana Sakura bisa dengan mudah mencurahkan pikirannya.

"Dia memakai sepedah ke Akademi Konoha, saya pikir itu akan menjadi sulit untuknya."

Sakura menggeram rendah, ia mengacak-acak rambut merah jambunya dengan kasar. Tentu saja, kenapa ia bisa melupakan hal itu. Uchiha Sasuke, salah satu penguasa Akademi Konoha –dulunya. Orang terdekat dari Haruno Sakura. Orang yang dulunya selalu mencari gara-gara dengan tiap orang. Dengan kata lain, akan banyak orang yang memiliki dendam pada lelaki itu.

Ia akan terkejut kalau tidak akan ada orang yang mencari gara-gara dengan Uchiha Sasuke.

Dengan keadaan Sasuke di titik terbawahnya, akan banyak orang yang mengincarnya. Dan ia yakin dengan status Sasuke sebagai murid 'beasiswa' akan mempermudah orang-orang untuk melakukan hal-hal yang selama ini mereka inginkan.

Well, akan banyak hal yang ia harus lakukan esok hari sepertinya.

Lagipula, siapa sih yang membuat aturan bodoh seperti menjahili murid-murid beasiswa?

.

.

.

Suara dentuman musik masih terdengar di ruangan VIP di Klub Knight. Malam ini baik Naruto dan Neji tidak di temani satu perempuanpun. Bahkan Haruno Sakurapun mengatakan bahwa malam ini ia tidak akan bisa menemani keduanya.

Delapan gelas minuman keras telah di minum oleh Naruto, dan ia masih belum teler.

Memang ia belum legal untuk berada di sini. Tapi, apa yang polisi-polisi bodoh itu bisa lakukan ketika ia notabene adalah pemilik klub ini? Percayalah uang bisa membuat segala hal jadi lebih mudah.

"Sasuke berubah," Neji membuka mulutnya. "Tidak kusangka ia akan kembali saat ini juga."

"Memangnya aku menyangka dia bakal pulang? Kupikir Sasuke tidak akan pernah kembali sungguh, apalagi ia kembali ke Akademi Konoha. Si teme itu nekat. datang sebagai murid beasiswa, diakan tahu aturannya. Lebih baik ia ke sekolah biasa." Naruto menghela nafasnya dalam-dalam. "Sakura bodoh, gara-gara aturan yang ia buat aku berani taruhan besok orang-orang akan mulai membully Sasuke."

"Astaga," desah Neji. "Sakura dan peraturannya, semua ini semacam backfire."

"Sakura juga yang bodoh, gara-gara aturan yang ia buat aku berani taruhan besok orang-orang akan mulai menjahili Sasuke."

Naruto ingat jelas bahwa Sakura selalu membenci murid beasiswa. Beda kelas menurut perempuan Haruno itu, mereka tidak pantas ada di Akademi Konoha. Ironisnya sekarang laki-laki yang paling gadis itu pedulikan justru menjadi murid beasiswa.

"Lee sepertinya akan menjahili Sasuke habis-habisan."

"Tentu saja, Sasukekan pernah mempermalukan Lee saat kita masih di tingkat 8," Naruto tersenyum lebar. "Tapi, memangnya orang-orang akan berani menyentuh Sasuke? Walaupun keluarga Uchiha jatuh miskin, dia tetap Uchiha Sasuke. Pemegang sabuk hitam taekwondo, cowok yang bisa bertarung satu lawan sembilan dan tetap tidak kalah, dan jangan lupakan Sakura. Siapa yang bakal nekat menyentuh Sasuke? Knight in black horsenya Sakura."

"Dan jangan lupakan kita, memang siapa yang nekat menyentuh Uchiha Sasuke jika kita ada di belakang si rambut ayam itu. Mereka pasti masih lebih menyayangi nyawa mereka bukan?" Neji mengangkat gelasnya mengajak Naruto bersulang. "Untuk tahun terakhir di sekolah yang sepertinya akan menyenangkan."

Naruto mengangkat gelasnya dan tersenyum lebar. "Dan untuk si brengsek yang beruntung."

.

.

.

.

Uchiha Sasuke bukanlah pria bodoh.

Ia tahu jelas kembali ke Akademi Konoha adalah suatu keputusan bodoh. Dengan keadaannya saat ini, ia bisa dikatakan adalah pria yang paling tidak berdaya di lingkungan Akademi tolol itu. Tapi apalagi yang bisa ia lakukan ketika Ibunya memutuskan pindah ke Tokyo lagi, dan jelas biaya untuk pindah sekolah cukup mahal.

Beasiswa di Akademi Konoha terdengar menggiurkan apalagi ketika kau tidak memiliki banyak pilihan lainnya.

Entitas adam ini tahu jelas bahwa dirinya yang kembali bersekolah di Akademi khusus orang-orang yang memiliki uang dengan jumlah banyak itu memiliki banyak konsekuensi. Salah satunya bertemu lagi dengan teman-teman lamanya.

Dia tahu jelas bahwa kini ia berbeda kelas dengan 3 orang teman lamanya itu. Ia bukan lagi Uchiha Sasuke, si bungsu keluarga Uchiha yang kemansyurannya sudah berlangsung sejak lama. Bukan lagi Uchiha Sasuke yang memiliki segalanya dan bisa menghancurkan segalanya dalam hitungan detik. Dan bukan pula Uchiha Sasuke yang bisa melakukan apapun sesuka hatinya tanpa berpikir panjang terlebih dahulu.

Kali ini, dia cuman Uchiha Sasuke.

Laki-laki biasa, pekerja paruh waktu di kedai kopi, dan anak dari seorang pemilik toko bunga kecil-kecilan.

Setelah memarkirkan sepedanya, kakinya melangkah memasuki gedung Akademi Konoha. Ia mengacuhkan bisik-bisik di sekelilingnya. Bah, dia tahu kok kalau dia akan menjadi bahan pembicaraan semua orang sejak ia memutuskan masuk ke Akademi Konoha.

BRUK.

"Oh lihat, ini dia murid beasiswa baru kita. Uchiha Sasuke!"

Dan ia jelas mengetahui kemungkinan bahwa akan banyak orang yang dengan sukarela membullynya.

Pemuda Uchiha itu hanya memandang datar cowok berambu aneh di depannya, ia kemudian menggerakan tubuhnya ke arah kiri dan berkata, "Aku terlambat masuk ke kelas."

Tapi lagi-lagi tangan pemuda ceking di depannya membuatnya tertahan lagi. Matanya mendelik menatap pria itu. Walaupun tangannya mengepal di dalam sakunya karena ia menahan marahnya, tapi wajahnya masih terlihat tidak menampakan ekspresi berarti. Ia ingat jelas, bahwa di sini, dia tidak lagi bisa berbuat semena-menanya.

Sabar Sasuke…sabar…

"Woah! Berani sekali kau! Kau tidak tahu siapa aku?" tiga orang pria lain di belakang orang ini terlihat mendengus menahan tawa. "Kau tahu siapa aku bukan!"

"Memangnya kau siapa," ucap Sasuke malas-malasan seraya menarik nafasnya dalam-dalam, berusaha menghandle emosinya sendiri.

Tawa terdengar di koridor Akademi Konoha, dan dengan cepat pemuda itu mencengkram kerah baju Sasuke. Tangannya mengepal di udara, matanya membelalak marah. "HEI! KAU BRENG—"

"Kurasa kau tidak akan mau menyentuh Sasuke, Lee."

Suara seorang perempuan membuat seisi koridor itu hening. Mata Lee yang awalanya terlihat marah kali ini terlihat membelalak panik. Uchiha Sasuke masih mengingat suara milik siapakah yang mampu membuat Lee berhenti.

"Sakura-san…" gagap Lee seraya melepaskan cengkramannya pada kerah baju Sasuke dengan kasar.

Uchiha Sasuke mendengus. Tubuh kurus Sakura membelah kerumunan, menciptakan bisik-bisik di sekeliling mereka semua. Perlahan-lahan orang-orang mulai membubarkan diri –ia tahu bahwa tidak akan ada orang di Akademi ini yang mau memiliki masalah dengan Haruno Sakura.

"Kau kira siapa yang menyuruhmu melakukan hal itu?" matanya menyipit menatap Lee dari atas hingga bawah.

"Ta-tapi ini peraturan darimu bukan? Peraturan!"

Sakura sejenak terdiam. "Kalau begitu berhenti, tinggal hapuskan saja peraturannya, mudah bukan?"

"APA!" suara Lee melengking, ia menggelengkan kepalanya tidak mengerti. "Tapi kenapa! Peraturan ini sudah berlangsung lama, kenapa tiba-tiba di hentikan?"

"Itukan terserah dia." Naruto yang baru saja tiba langsung merangkul Sakura seraya melemparkan cengirannya. "Dia yang membuat, dia yang menghapus."

"Atau setidaknya Sasuke adalah pengecualian dalam peraturan bodoh itu," lanjut Neji yang muncul dari belakang Sasuke.

"Tapi—"

"Dengarkan apa kata mereka? Kau bukan siapa-siapa, kau tidak ada hak untuk membantah mengerti?" ketus Sakura. Ia melepaskan rangkulan Naruto dan berderap berjalan ke arah Lee. Setelah berdiri di hadapan pemuda itu ia menunjuk pemuda itu dengan jari telunjuknya. "Aku tidak akan segan-segan menghancurkan tangan kotormu, atau bahkan keluargamu kalau kau berani menyentuh Uchiha Sasuke sedikitpun mengerti?"

"Dan ini berlaku untuk kalian semua!" gadis itu memutar tubuhnya dan mulai memandangi semua orang yang menonton kejadian ini. Ia memasang wajah datarnya dan menatap mereka semua satu persatu. "Jika aku mendengar ada yang menjahili, memukuli, melirik, apalagi menyentuh Uchiha Sasuke aku tidak akan segan-segan untuk memberi perhitungan pada siapapun. Aku tidak peduli kalian laki-laki atau perempuan, tapi kalau kalian—"

"Aku tidak butuh perlindungan dari seorang perempuan."

Dan semua mata yang awalnya menatap Sakura kini berbalik memandangi Uchiha Sasuke. Pemuda berambut gelap itulah yang kini menjadi pusat perhatian.

"Apa?" ucap Sakura dengan alis yang mengkerut.

Sasuke memandang perempuan yang kini berbalik berdiri sejajar dengannya, ia menelan ludahnya dengan susah payah. "Aku tidak butuh bantuanmu Haruno. Back off, jangan campuri urusanku."

Heh, dia tidak butuh perlindungan apapun.

Terutama tidak dari seorang perempuan bernama Haruno Sakura.

Uchiha bungsu itu kemudian membalikan tubuhnya dan berjalan berderap menjauhi kerumunan, ia mendengar suara Sakura yang memanggil-manggil namanya, tapi ia tidak peduli dan tidak boleh peduli. Kalau memang ia mau memutuskan tali hubungannya dengan orang-orang di masa lalunya.

Haruno Sakuralah orang pertama yang perlu ia jauhi.

.

.

TO BE CONTINUE.

.

.

Author Note's :

HAHAHAHA GIMANA DENGAN FANFIC INI? Pengganti dark moon dan semoga bisa sama-sama dicintai kayak dark moon wkwkwk. Karakternya disini rada kejam gitu Sakuranya, anak borju alias anak orang tajir gituuuu. Sementara Sasuke? Ada big twist di chapter depan!

Jadi, lanjut apa….gimana?

Oh ya, ini bakalan ada rate M sceene tapi eksplisit. Mending tetep di rate ini, apa diturunin? Oh ya, ini mungkin nanti di update lagi bareng sama Ending Dark Moon ya hehehe. Jangan protes! :p Oh ya, ada yang punya wattpad? Kemungkinan cerita ini dibikin versi wattpadnya sama aku sih, kalau ada yang mau follow account wattpad aku, namanya selenavella ya hehehehe.

.

.

Sincerely,

.

Selena.