MY TUTOR BOYFRIEND
= KYUMIN =
Summary :
Cho Kyuhyun berjanji pada dirinya sendiri untuk membuat siapapun tutor yang akan mengawasi atas perintah eomma nya tidak betah dan segera mengundurkan diri. Namun bagaimana jadinya jika tutor itu adalah Lee Sungmin, seorang namja manis yang membuatnya merasakan debaran aneh saat pertemuan pertama mereka?
Rated : T (?)
Warning : Yaoi, Typo(s), Weird! Boring!
Disclaimer : SUNGMIN MILIKKU! FF ini juga MILIKKU!
.
No Bash! No Flame! No Plagiat!
Don't Like Don't Read
.
Chapter 1
It just my delusion. Hope you like it.
enJOY ~
.
.
.
"Ya! Kau anak baru! Jangan sok jagoan! Hadapi aku! I am Number One di sekolah ini!" teriak namja itu. Tangan kanannya dilayangkan hendak memukul namja yang sedikit lebih tinggi di hadapannya.
Syuut.. Syuut.. Wuush..
'Aishh! Sial!' ia mengumpat kesal karena tak satupun pukulan yang ia layangkan melukai namja yang memiliki rambut warna brunette itu. Bahkan sampai menyentuh pun tidak.
Satu, dua, tiga kali lagi ia terus mencoba melayangkan bogem mentah dengan sasaran entah kepala maupun badan namja di depannya itu. Tapi tetap saja gagal, dengan gesit dan santai sosok itu mengelak mudah.
Pukulannya mulai tak beraturan, konsentrasinya buyar sudah. Deru nafas terdengar semakin cepat. Entah itu menahan lelah atau emosi marah.
"Sudah?" tanya namja itu santai seraya menghampiri orang yang berusaha memukulnya tadi.
"Sekarang giliranku!" lanjutnya sambil mengukir seringaian di bibir tebalnya.
"Ya! Mau apa K-"
BUGH! BUGH! BUAGH!
"Aaaakhh!" teriak namja itu sambil mengusap cairan berwarna merah yang menetes dari hidung dan sedikit di sela bibirnya. Pukulan yang ia terima tadi sangat sakit hingga membuatnya jatuh tersungkur dengan pandangan memburam.
"Huh, begitu saja sudah jatuh? Lemah." decih pria itu.
"Ya! Cho Kyuhyun! Awas kau! Tunggu pembalasanku!" teriak namja tadi sempoyongan berusaha berdiri dibantu teman-temannya.
Namja yang dipanggil Cho Kyuhyun itu hanya mengendikkan bahunya acuh dan melangkahkan kakinya turun dari atap sekolah dan kembali ke kelas. Menghiraukan racauan tak jelas namja yang tengah kesakitan akibat pukulannya tadi.
Cho Kyuhyun adalah siswa baru di Shappire Blue Senior High School. Satu bulan lalu ia membuat heboh dengan masuk ke sekolah yang sebagian besar aset dimiliki oleh orang tuanya. Salahkan ketampanan dan kekayan yang dimiliki keluarganya membuat banyak yeoja mengimajinasikan dan sangat berharap bisa menjadi bagian dari hidup pemuda yang memiliki kulit putih pucat itu.
Sikapnya yang dingin dan tak banyak bicara semakin membuat Kyuhyun dikagumi para yeoja disekolahnya, sosok yang sangat cocok untuk seorang pangeran. Tidak sampai seminggu keberadaannya disana, sudah terbentuk perkumpulan tidak penting –menurut Kyuhyun- yang tentu saja dibentuk makhluk-mahkluk centil disana.
"Oppa~" panggil yeoja cantik bernama Sunhye. Ia mengekor di belakang tubuh tegap Kyuhyun.
"Ya! Kyuhyun Oppa!" kembali teriakan memanggil Kyuhyun terdengar. Ia mempercepat langkah kakinya dan memposisikan diri sejajar disebelah namja idola baru di sekolah itu.
"Hmm?" jawab Kyuhyun malas. Kedua tangannya dimasukkan dalam kantong celana, kebiasaannya saat berjalan.
"Oppa, tadi kau berkelahi?" tanya Sunhye.
"Tidak." Jawabnya cuek.
"Tapi tadi aku melihat oppa memukul Donghae oppa di atap."
"Tsk, jadi kau membuntutiku?" tanya Kyuhyun malas.
"Aku hanya disuruh memastikan kau tak membuat ulah lagi disekolah barumu oppa." ujar Sunhye mengendikkan bahu.
"Terserah."
"Kyuhyun oppa.. Nanti pulang sekolah aku ke rumah oppa ne?"
"Terserah." Jawab dingin Kyuhyun.
"Yak! Oppa~" panggil Sunhye lagi, dengan nada manja.
"Apalagi sih?" sentak Kyuhyun.
"Kenapa jawabanmu hanya terserah! Menyebalkan!"
"Terserah aku, Tck!" decihnya.
"Baiklaaah, kalau begitu akan aku adukan pada auntie, oppa tadi berkelahi lagi!" ucap Sunhye menantang.
"Ya! Awas saja kalau kau berani." ancamnya.
"Haah, baiklah aku diam. Tapi nanti aku boleh pulang denganmu kan oppa? Pak Jong tidak menjemputku."
"Tsk, merepotkan! Terserah, tapi nanti aku ke game center dulu."
"Oke oppa! Tunggu aku dikelasmu nanti!" balas Sunhye dengan semangat. Setelahnya ia berlari menuju kelasnya dengan riang gembira.
"Tsk, menyebalkan." sunggut Kyuhyun.
Heran kenapa Kyuhyun mau meladeni yeoja cantik itu? Semua orang disekolah tentu berfikir bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Pasangan yang serasi bukan? namja tampan dengan yeoja cantik tentu banyak membuat siapapun iri, meskipun banyak juga yang terang-terangan mendukung kisah mereka. Namun sepertinya harapan mereka takkan pernah menjadi kenyataan.
Bukan tanpa alasan, Kyuhyun yang susah didekati bisa akrab dengan yeoja yang memiliki tinggi semampai itu. Kenapa? Alasan yang sederhana. Karena sebenarnya Sunhye, lebih tepatnya Cho Sunhye adalah sepupu Kyuhyun. Mereka sudah sering bertemu dan berinteraksi sedari kecil, jadi wajar kan kalau mereka dekat?
Kyuhyun kembali menuju kelasnya setelah berpisah dengan Sunhye. Mereka berbeda satu tingkat, Sunhye berada pada tingkat kedua sedangkan Kyuhyun berada pada tingkat ketiga saat masuk sekolah itu.
Tingkat ketiga di sekolah tentu identik dengan ujian kelulusan. Semua siswa sibuk membenahi diri, yang tadinya sering berbuat keributan dan tidak memperhatikan pelajaran menjadi diam dan tekun belajar. Namun rupanya hal itu tak berlaku bagi seorang Cho Kyuhyun.
Benda portable mini yang mampu menampilkan berbagai macam games favoritnya setia menemani hari Kyuhyun di kelas, bahkan saat pelajaran tengah berlangsung. Hasilnya, nilai ujian blok Kyuhyun selalu saja dibawah rata-rata kelas. Bagaimana ia bisa menghadapi ujian kelulusan nantinya jika terus seperti ini?
Kyuhyun sebenarnya adalah anak yang cerdas. Hasil tes intelegensi yang dilakukannya menunjukkan grade Superior dengan skor IQ 140. Namun bagaimanapun juga, setajam-tajamnya pisau jika tidak pernah diasah maka lama kelamaan akan tumpul juga. Jadilah Kyuhyun sekarang berada dalam peribahasa itu karena sikapnya.
Sebenarnya Kyuhyun tidak malas belajar. Hanya saja, ia bosan dengan metode klasik pengajaran di kelas. Membosankan, ia lebih suka belajar sendiri di luar kelas maupun luar sekolah. Ketertarikannya pada dunia beladiri membuat kesan liar dan onar melekat pada dirinya. Terlebih Kyuhyun berasal dari keluarga yang banyak memberi kebebasan, gaya pengasuhan neglected memang umum terjadi pada keluarga dengan orang tua karier seperti keluarganya.
Berbagai macam bentuk beladiri dengan semangat ia ikuti. Mulai dari taekwondo, karate, sampai boxing sekalipun. Yah meskipun tidak ada yang sampai tingkat akhir karena setiap sudah bosan, Kyuhyun akan memilih meninggalkan aktivitasnya itu. Tapi pengalaman mengikuti berbagai macam latihan sudah cukup membuatnya pintar dalam hal berkelahi dan mungkin sedikit berbuat onar. Remember? Kyuhyun anak yang cerdas, ia bisa dengan mudah menyatukan semua hal yang telah ia pelajari.
TUK
Ujung spidol berwarna merah dengan ukuran besar mendarat tepat di ubun-ubun Kyuhyun yang masih setia memainkan PSP kesayangan. Tak hirau pada pelajaran dan tak sadar jika sang guru kini berada tepat di sampingnya, memukul kepalanya.
Kyuhyun berdecak sambil mengusap kepala yang terkena salam sayang dari gurunya. Ia menoleh dan memandang Mr Jason, guru Bahasa Inggris yang di ekspor langsung dari luar negeri oleh dewan sekolah dengan malas.
"What are you doing Cho Kyuhyun?"
"Mwo?!"
"I asking you, what are you doing? Why do you playing game during my class?"
"Kau bicara apa sih?" tanya Kyuhyun.
"Give me your PSP!" perintah guru itu, berusaha meraih dan mengambil PSP Kyuhyun.
"Ya! Jangan sentuh" Kyuhyun segera mengamankan barang berharganya tersebut.
"Hhh, Ok Cho Kyuhyun, If you won't in my class you can get out from here." ucapnya sambil berkacak pinggang sebelah dan menunjuk pintu kelas.
Kyuhyun melihat gesture yang nampak mengusirnya itu. Ia menggelengkan kepala sebentar setelah mencerna bahasa non verbal yang ditunjukkan gurunya itu. Namun nampaknya Kyuhyun tak peduli, dengan santai ia melanjutkan kegiatannya dengan PSP tercinta.
Mr. Jason juga sama, tak bergeming dari posisinya sekarang sambil terus menatap Kyuhyun. Murid lain di kelas pun mau tak mau melihat ke arah namja Februari dan itu berhasil membuat risih dirasakan olehnya.
"Aishh! Arraseo!" dengusnya kesal.
Kyuhyun segera membereskan barangnya, memasukkan dalam tas punggung warna hitamnya dan melenggang keluar kelas. Untungnya pelajaran bahasa Inggris tadi adalah pelajaran terakhir hari ini. Pulang lebih cepat, tentu tidak masalah bagi seorang Cho Kyuhyun.
"Cihh, guru itu sangat menyebalkan! Sok sekali gayanya," decihnya.
Donatur utama sekolah swasta elite di kota Seoul itu memang keluarganya, tapi ia tetap tak bisa berlaku sesukanya. Disana guru bagaikan raja, semua harus menuruti perintahnya.
"Tck! Jadi mau kemana sekarang? Hmm, baiklah game center saja." putus Kyuhyun sendiri. Melupakan janji dengan Sunhye, sepupunya.
.
.
.
"Ya! Apa yang kalian lihat?" bentak namja yang memiliki paras sangat manis itu.
"Berikan padaku," lanjutnya berpindah tempat ke belakang dua remaja tanggung yang tengah menunduk sambil meyunggingkan senyum misterius.
Dua orang tersangka tadi saling melirik dan langsung menutup buku yang sedari tadi mereka lihat dari bawah meja.
"Tidak mau Sungmin hyung! / Ya benar, tidak akan hyung!" keduanya menggeleng dan mengamankan barang mereka.
"Yaa! Kalian ini, kemarikan aku mau lihat!" yang dipanggil Sungmin tadi menarik paksa buku yang menjadi rebutan itu.
"A-apa ini?" tegurnya setelah mendapatkan lembaran yang terbuka dan menampilkan berbagai gambar erotis wanita dewasa dalam berbagai pose seksi nan menggoda.
"Wae hyung? Kembalikan ishh.." salah seorang dari mereka berdiri dan merebut kembali majalah itu dari tangan Sungmin sambil berkacak pinggang.
Sontak jitakan sayang Sungmin layangkan pada dua remaja yang menjadi muridnya itu.
"Aww.. / Appo.." keduanya mengaduh.
"Kalian ini.. Tck! Apa-apan itu? Jadi kalian tidak mendengar penjelasanku dari tadi heh?"
"Huhh, ini lebih menarik hyung. Lebih menambah wawasan sebagai laki-laki!"
"Iyaa, benar hyung!" sahut yang lain.
"Ya! Kalian ini.. Minho, Taemin.. Nilai kalian itu selalu dibawah rata-rata kelas. Aku disini mencoba membantu kalian, tapi yang ada kalian tak pernah serius. Baru sebulan aku mengajar kalian rasanya ingin berhenti saja. Tak bisakah kalian belajar dengan sungguh-sungguh?" keluh Sungmin yang mulai mengurut kepalanya, mendadak pusing sekarang.
"Jika hyung ingin berhenti ya berhenti saja." ujar Minho dengan cueknya.
"Mana bisa begitu! Sekarang kerjakan soal-soal ini. Buku ini aku sita, berikan padaku!" perintah Sungmin.
"Tidak mau hyung!" kekeuh keduanya.
TRIIIIIIIIIIIIIING
"Yeaah! Waktunya sudah habis!" teriak girang Taemin saat mendengar bunyi alarm keras dari handphone miliknya. Ya, ia memang sengaja memasang alarm agar pelajaran tambahan yang harus diikutinya dengan terpaksa -karena orang tua mendaftarkannya disana- tidak melebihi batas waktu.
Keduanya langsung membereskan semua buku dan alat tulis yang tercecer di meja dan pergi dengan tidak sopannya keluar dari ruang belajar yang tidak begitu besar itu. Sungmin hanya bisa menghembuskan nafas lemah dan menggelengkan kepala melihat kelakuan dua anak didiknya. Sungmin memutuskan untuk keluar juga setelah merapikan meja lipat dan menaruhnya di pojok ruangan. Dengan membawa beberapa buku di tangannya, ia melangkah menuju ruang pribadinya –ruang sang ayah sebenarnya-.
Tempat bimbingan belajar itu memang milik keluarga pemuda bermarga Lee itu. Dan karena itu kah alasan Sungmin menjadi seorang tutor disana? Tentu tidak, untuk apa ia mau bersusah payah mengajar remaja-remaja tanggung itu sementara kuliahnya saja sudah membuatnya pusing dan menyita banyak waktunya. Apalagi tempat pendidikan yang didirikan ayahnya itu sudah membuka berbagai cabang di seluruh penjuru Korea Selatan. Tentu hal yang mudah untuk sekedar mencari tutor berkualitas dan menggaji mereka dengan setimpal.
Semua ini karena kesalahan dan kebodohannya sendiri yang membuat sang ayah murka dan menghukumnya seperti ini. Dimulai dari rasa keingintahuannya yang besar tentang dunia malam. Setelah lepas dari masa sekolah dan memasuki kehidupan dalam lingkup pertemanan yang lebih luas di bangku kuliah, Sungmin ikut menegak alkohol dan pergi ke diskotik bersama teman-teman barunya.
Pulang dalam keadaan mabuk tentu membuat sang ayah marah dan merasa telah salah mendidik anak. Langsung saja pria paruh baya itu memindahkan tempat kuliah sang anak karena tak ingin perilaku putranya menjadi buruk dan membuat nama baik keluarga tercoreng.
Tak lupa ia memberi hukuman untuk putra sulungnya agar jera. Sungmin tentu saja melakukan protes keras terhadap ayahnya, tapi bisa apa dia selain menurut? Toh itu juga salahnya. Oh ayolah, ia telah menjadi mahasiswa sekarang dan juga sudah memasuki usia yang bisa disebut dewasa. Tak bisakah keluarganya mengerti Sungmin juga ingin berekspresi diri diluar sana?
Satu tahun Sungmin harus menjalani hukuman dari ayahnya untuk menjadi salah satu pengajar di tempat bimbingan belajar mereka. Pengawasan untuk Sungmin juga semakin diperketat agar tak terjebak lagi dengan teman yang tidak jelas asal usulnya.
Belum sampai menginjak bulan pertama saja ia sudah mengeluh dan meminta ayahnya menghentikan semua ini. Kini sudah memasuki bulan keduanya, masih ada sisa sepuluh bulan lagi masa hukumannya. Sungguh ini sangat menyiksa bagi Sungmin.
"Sudah mau pulang Sungmin-ah?" tanya seorang yeoja yang juga menjaga bagian informasi disana.
"Hmm, aku duluan yaa," angguk Sungmin disertai senyum ramah.
Setelahnya ia keluar dan berjalan kaki menuju rumahnya yang hanya berjarak satu kilometer. Ia melihat ramai sekeliling lalu lalang kendaraan maupun orang-orang yang berjalan menuju tujuan masing-masing. Sungmin memilih berjalan menepi dekat jalan raya, daripada terhimpit di tengah padatnya manusia.
Drrrt… Drrrt… Drrrt…
"Yeoboseyo eomma" jawab Sungmin setelah melihat id caller di telepon genggamnya.
"Ne, aku akan segera pulang." lanjutnya.
"Sekarang sudah dijalan eomma." Sungmin memutar bola matanya malas mendengar sang eomma yang terlalu khawatir padanya.
"Ne, eomma.. nado saranghae.." akhirnya, selesai juga pembicaraan mereka.
Sungmin memasukkan kembali handphonenya pada kantong jaket hitam yang tengah ia kenakan. Sebelumnya ia memasang headphone dan langsung memasang pada kedua telinganya. Alunan musik bertempo cepat langsung menghentak indera pendengaran Sungmin. Ia terlihat sangat menikmati lagu, bahkan ikut menyanyikannya sebelum …
ZZRAAAAAAAAAASHH
Air yang menggenang di pinggir jalan itu mengenai Sungmin setelah sebuah motor sport berwarna merah terang melintas dengan kecepatan sedang. Hasil cipratan air tadi berhasil membuat baju dan sebagian celana yang ia kenakan menjadi basah.
"Aiishh, Ya! Berhenti kau!" Sungmin menunduk memperhatikan bajunya lalu berteriak marah pada seorang pemuda yang kini menepi tak jauh di depannya. Dengan terburu Sungmin menghampiri pria berjaket biru yang tak dikancingkan itu.
"Ahh, mianhae aggashi.." ucap pemuda itu setelah sudah Sungmin berada di dekatnya.
"Mwoo? Ya! Aku ini namja!" dengus Sungmin makin kesal. Sudah membuat bajunya basah, seeaknya saja pemuda berseragam ini memanggilnya aggashi. Oke, Sungmin tahu dia memang sering salah disangka yeoja oleh orang yang pertama bertemu dengannya. Hal itu membuatnya kesal sendiri.
"Eoh?" Pemuda bermuka dewasa itu memandangi sosok di depannya intens, dari atas ke bawah. Sampai pada bagian dada dan leher ia tergelak sendiri. Benar, yang didepannya ini adalah seorang namja. Tapi bagaimana bisa seorang namja memiliki rupa yang sangat cantik seperti ini. Ia sungguh tak habis pikir, namja ini sangat manis pikirnya.
DEG
Mendadak jantung pemuda bermotor itu berdegup kencang saat obsidian kelamnya bertemu dengan manik tajam namja manis yang kini melipat kedua tangan di dada. Debaran aneh yang belum pernah ia rasakan seumur hidupnya.
"Ya! Cho Kyuhyun!" panggil Sungmin membuyarkan amatan orang yang kini tengah memandangnya seolah tak percaya bahwa ia namja tulen.
"Ehh? Darimana kau tahu namaku?" Kyuhyun berjengit kaget saat namanya terpanggil.
Sungmin hanya menunjuk arah dada dengan dagunya. Yah, Kyuhyun masih mengenakan seragam sekolah dan tentu namanya tertera jelas disana. Ia menunduk sekilas mengikuti arah yang ditunjukkan namja manis itu lalu menganggukkan kepala dan ber oh ria dalam hati.
"Buka jaketmu!" perintah Sungmin.
"Mwo? mau apa kau?" tepis Kyuhyun saat Sungmin mulai menarik-narik jaket birunya.
"Ini salahmu, kau membuat bajuku basah seperti ini. Rumahku masih jauh aku tidak mau masuk angin. Kemarikan jaketmu." Jawab Sungmin santai.
"Tidak mau. Salahmu sendiri, kenapa berjalan terlalu menepi seperti itu." tolak Kyuhyun.
"Kau harusnya bertanggung jawab!" marah Sungmin, ia memelototkan mata bulatnya. Bukannya takut, yang ada remaja di depannya ini malah tertawa terbahak melihatnya .
"Phuahahah, kau imut sekali. Kau ini benar-benar namja?" tanya Kyuhyun sangsi setelah melihat aegyo Sungmin.
BUGH
Satu tinju Sungmin layangkan pada lengan Kyuhyun. Demi apa orang di depannya ini kembali meragukan gendernya. Mungkin dengan begini orang yang ia tahu bernama Kyuhyun itu akan sadar kalau ia punya kekuatan laki-laki juga.
"Aww, appo.. Yaa, kenapa kau memukulku hah?" tanya Kyuhyun sambil mengusap pelan lengannya yang terasa nyeri. Sungmin tidak menjawab, ia hanya memandang sinis pada Kyuhyun sambil berkacak pinggang.
"Tck oke oke, aku mengaku salah. Maafkan aku." ujar Kyuhyun malas.
"Kalau begitu cepat lepaskan jaketmu." Sungmin mulai membuka jaketnya sendiri dan menyampirkan di bahu. Kyuhyun memandang kulit putih Sungmin yang kini terekspos karena kaos lengan pendeknya. Ia mengerjab terpesona, otaknya pun berpikir cepat.
"Bagaimana jika kau ku antar pulang saja, mmh.. Siapa namamu?" tawar Kyuhyun.
"Sungmin, Lee Sungmin." Jawab Sungmin cepat.
"Baiklah Sungmin-ssi. Naiklah, kau ingin cepat sampai rumahmu kan? Kita sudah banyak membuang waktu disini." ujar Kyuhyun.
Sungmin diam sejenak memikirkan tawaran Kyuhyun. Memang, rumahnya masih berjarak delapan ratus meter lagi, itu cukup jauh dan melelahkan jika harus berjalan. Tak ada salahnya kan menerima tawaran itu? Lagipula Sungmin juga ingin segera mandi lalu mengganti baju yang kini telah kotor dan bau.
"Cepatlah!" sentak Kyuhyun tak sabar.
"Ahh, iya iya.." Sungmin memakai kembali jaketnya, segera naik motor besar itu dan duduk di boncengan Kyuhyun.
.
.
.
Kyuhyun terus mengulum senyum saat perjalanan pulang ke rumah. Setelah mengantar namja manis yang ia ketahui bernama Sungmin tadi, tak pudar lengkung itu di bibirnya. Membuat kadar ketampanannya semakin meningkat.
Masih teringat dengan jelas bagaimana namja yang memiliki rambut hitam tadi enggan mengucapkan terimakasih dan langsung masuk dalam rumahnya sambil menghentakkan kaki kesal. Sungmin bilang kecepatan motornya bisa membuat jantungnya lepas.
'Hahaha, ada-ada saja. Padahal biasanya aku mengendarai motor lebih cepat lagi' tawa Kyuhyun dalam hati.
Oh, jangan katakan jika Kyuhyun jatuh cinta pada lelaki manis itu. Tidak, tentu tidak. Terlalu cepat mengatakan itu adalah cinta. Cho Kyuhyun pun tak pernah percaya dengan keajaiban cinta pertama. Kyuhyun. yaah mungkin hanya merasa tertarik dengan namja bernama Sungmin tadi. Lelaki yang membuatnya merasa sebal sekaligus senang diwaktu bersamaan.
Sebal karena bentakan dan pukulan yang diberikan namja itu, bahkan masih terasa nyeri di lengannya. Namun setidaknya ia mendapat hiburan saat melihat aegyo yang mungkin dilakukan namja itu tanpa sadar. Ini seperti bukan Kyuhyun yang terbiasa menyelesaikan masalah dengan kekerasan kan? Padahal siapapun yang menganggu, apalagi berani membentak pasti tak akan lepas dari genggamannya.
'Tck, apa yang kau pikirkan Cho Kyuhyun.' batinnya. Sayang, pertemuan tadi sebegitu singkatnya.
Tak terasa Kyuhyun sudah mulai memasuki daerah perumahan elite dimana rumahnya merupakan salah satu yang terbesar disana. Ia memperlambat laju motornya dan tak lupa membunyikan klakson agar para security yang selalu siap ada di bagian depan rumah segera membukakan pintu untuknya.
Rumah besar dengan perpaduan bangunan modern klasik dan bernuansa segar alami disekitar tempat masuk menjadi tanda betapa megahnya kediaman keluarga Cho itu. Di antara jalan besar menuju pintu utama terdapat kolam ikan yang memanjang dan bunga-bunga indah di bagian kanan dan kirinya.
Kyuhyun memarkirkan motornya di garasi dan bermaksud langsung menuju kamarnya. Ia menyurakan siulan tanda perasaannya yang sedang bahagia. Namun sebuah teguran dari wanita paruh baya memaksa dia untuk berhenti dan meladeni sosok yang biasa dipanggil eomma olehnya.
"Darimana saja kau Cho?" tanya wanita bernama Cho Heechul itu. Disebelahnya terlihat juga yeoja cantik berumur belasan tahun yang ikut memandang Kyuhyun sebal.
"Ya~ Oppa tadi juga meninggalkanku sendiri di sekolah. Oppa membolos lagi?" ucap yeoja bernama Sunhye turut memperpanas suasana.
"Tck, sejak kapan eomma ikut campur urusanku. Ini weekend eomma, besok juga libur. Apa salahnya bersenang-senang sedikit. Dan kau Sunhye, berisik sekali kau. Aku tidak membolos." kilah Kyuhyun.
"Sedikit katamu? Setiap hari sepertinya kau juga seperti ini. Tadi eomma mendapat telepon dari pihak sekolah. Kau membuat masalah apa lagi sampai dikeluarkan dari kelas begitu hm? Kau sudah besar Cho, sudah tingkat akhir. Saat teman-temanmu yang lainnya sibuk mempersiapkan diri dan belajar, apa yang kau lakukan? Main game, membuat keributan setiap saat. Cih, mau jadi apa kau?" ungkap Heecul seratus persen benar adanya.
"Sudahlah eomma, aku lelah." jawab Kyuhyun cuek. Ia lalu melangkah menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di lantai atas.
"Baiklah kalau maumu begitu, semua fasilitasmu akan eomma sita. Tak ada credit card, tak ada motor. Sampai perilaku dan nilaimu di sekolah membaik. Selamat beristirahat." putus Heechul kejam. Sontak Kyuhyun menghentikan langkah dan berbalik badan menatap raut cuek eommanya.
"Ahh eomma! Mana bisa begitu!" protes Kyuhyun tak terima.
"Bisa saja. Eomma ingin melihatmu belajar setiap hari sampai ujian kelulusan dimulai. Atau semua fasilitasmu tadi eomma sita."
"Ya ya ya, baiklah aku akan belajar. Sudahkan eomma?"
"Tidak, belum, kau tak bisa dipercaya Cho. Eomma akan mempersiapkan tutor untuk mengajar dan mengawasimu."
"Huh, terserah eomma saja!" teriak Kyuhyun lalu berjalan cepat menuju kamarnya.
BLAAAM!
Terdengar keras pintu ditutup tanpa perasaan oleh pemuda karnivora itu. Mungkin saat ini emosi tengah menguasai dirinya. Mengingat ia tak pernah bisa lepas dari credit card dan motor kesayangannya. Ancaman eommanya sungguh keterlaluan kali ini.
"Astaga Sunhye, auntie pusing sekali sekarang. Anak itu benar-benar.." keluh Heechul sambil menggelengkan kepala lemah melihat tanggapan yang diberikan anak semata wayangnya tersebut.
"Kyuhyun oppa juga tadi berkelahi lagi, tapi untungnya tidak diketahui pihak sekolah.." adu Sunhye sambil memijit pelan pundak Heechul.
"Aigoo.. Kau benar-benar mengawasi anak itu rupanya."
"Ne, auntie tenang saja. Sunhye pasti akan melaporkan apa yang Kyuhyun oppa perbuat di sekolah."
Heechul menarik nafas lega, setidaknya ia punya mata-mata untuk mengawasi anaknya itu. Ia sadar Kyuhyun semakin hari semakin berulah. Puncaknya adalah saat Kyuhyun harus dipindahkan lagi untuk ketiga kalinya karena membuat keributan di sekolah lamanya. Benar-benar membuat kepalanya pusing.
Sebenarnya, Heechul sadar anaknya membutuhkan perhatian lebih darinya. Setelah selama ini ia membebaskan anak itu dan menuruti apapun keinginannya menggunakan uang sebagai tameng, hingga Kyuhyun berbuat sesuka hati tanpa pengawasan.
"Terimakasih Sunhye-ya. Tolong kau tetap awasi anak itu untuk auntie.."
"Hu um pasti auntie. Oh ya ngomong-ngomong memang auntie benar akan menyiapkan tutor untuk Kyuhyun oppa?"
"Ahh iyaa.. untung kau mengingatkanku, tolong ambilkan handphone auntie disitu." ucap Heechul seraya menunjuk handphonenya yang terletak di atas meja nakas samping sofa yang ditempati Sunhye.
Sunhye beralih melihat arah yang ditunjuk auntie kesayangannya dan mengambil apa yang diperintahkan. Ia terus memperhatikan saat wanita yang masih terlihat cantik di usia empat puluh itu menyentuh layar. Tak lama terdengar nada sambung khas yang berarti kakak dari eommanya itu kini menelepon seseorang.
"Yeoboseyo Teukie-ya.." ucap Heechul setelah orang diseberang mengangkat panggilan darinya.
"Ya, kau ingat anakku yang kemarin ku ceritakan? Aku butuh bantuanmu sekarang.."
"Hmm, bisakah kau menyiapkan satu tutor untuknya, aku ingin Kyuhyun belajar secara privat dirumah agar masih dalam pengawasan." lanjutnya.
"Anakmu? Benarkah? Tentu saja tak masalah, malah akan sangat bagus sekali. Berarti ia sudah terpercaya kan?"
"Ahh, besok? Tentu saja boleh, ku tunggu dirumah." ujar Heechul semangat.
"Ne, gomawo Teukie-ya. Annyeong.."
Heechul menutup telepon itu dengan senyum mengembang secerah sinar rembulan di malam kelam ini. Tentu saja ia tidak main-main dengan ucapannya pada Kyuhyun tadi. Ia menoleh pada remaja cantik yang juga tengah tersenyum kepadanya.
"Semuanya sudah beres Sunhye-ya. Besok mereka akan kesini dan anak itu bisa memulai minggu depan." ujar Heechul pasti yang dijawab anggukan oleh Sunhye.
Kyuhyun memilih kembali ke kamarnya setelah tanpa sengaja mendengar percakapan eommanya entah dengan siapa di telepon tadi. Rasa laparnya berganti menjadi tidak nafsu makan. Tak sekalipun Kyuhyun mengira sang eomma yang biasanya tak peduli itu benar-benar serius dengan perkataannya tadi.
"Sepertinya aku harus mencari cara agar bisa lepas dari ini semua. Apa aku kabur saja?" gumamnya. Tentu tidak, Cho Kyuhyun tidaklah sepengecut itu dan memilih menghidar dari masalahnya.
'Bagaimana jika kubuat saja tutor itu yang mengundurkan diri dan meminta berhenti? Hmm, ya sepertinya itu cara yang bagus. Kau memang jenius Cho!' katanya dalam hati. Sebuah seringaian tercetak di sudut bibir tebal Kyuhyun atas pemikirannya tadi.
.
.
.
Pria paruh baya dengan tubuh yang sedikit berisi itu terlihat santai menonton televisi yang menampilkan berita terkini di hari ini. Beberapa kali terdengar komentar ia lontarkan sendiri entah pada siapa.
"Yeobo.." suara merdu orang yang telah mendampingi hidupnya selama dua puluh dua tahun itu terdengar. Ia bisa melihat wanita cantik itu kini menghampirinya dengan membawa nampan berisi secangkir teh hangat dan sepiring biskuit. Mereka memang sering menghabiskan waktu bersama saat malam hari begini.
"Hmm? Duduklah sini.." ujar pria bernama Lee Kangin sembari menepuk tempat kosong disebelahnya.
"Ada yang ingin ku bicarakan denganmu.." kata istrinya yang telah mendudukkan diri disampingnya.
"Ada apa hmm?" sahut Kangin.
"Mengenai uri Sungminie. Apa satu tahun tidak terlalu lama untuknya? Aku tak tega melihatnya."
"Hmm.. Aku mengerti, tapi ini pembelajaran bagi anak kita yeobo.."
"Tapi aku rasa satu tahun memang terlalu lama.." ujar wanita itu kecewa.
"Baiklah, lalu bagaimana? Kau ingin mengurangi hukumannya?" tanya Kangin lembut.
Wanita yang akrab disapa Leeteuk itu pun akhirnya menjelaskan tentang rencana untuk sang anak pada suaminya. Tentu dengan porsi beban yang sama dan tak mengurangi esensi dari sebuah hukuman yang bertujuan untuk perbaikan diri putranya. Sedikit perdebatan dilakukan pasangan suami istri tersebut untuk mengambil keputusan.
"Eomma, Appa.." suara tenor Sungmin menyapa indera pendengaran keduanya.
Sungmin melihat kedua orang tuanya sedang berbicara serius saat ia akan pergi ke dapur lalu memutuskan untuk bergabung disana setelah mengambil buah apel dari dalam kulkas.
"Ahh Minnie chagi, kemarilah ada yang ingin appa dan eomma sampaikan." ujar nyonya Lee dengan senyum hangatnya.
"Nde.. Ada apa eomma?" sahut Sungmin yang langsung mengambil tempat duduk di tengah, di antara kedua orang tuanya. Ia mulai menggigit dan memakan apel yang ada dibawanya.
"Ehmm, bagaimana kuliahmu?" tanya sang ayah memulai pembicaraan.
"Krauss.. Engg, baik-baik saja appa." Jawab Sungmin sambil mengunyah buah favoritnya.
"Lalu, tugas mengajarmu di tempat bimbingan belajar kita?" tanya kepala keluarga itu dengan nada sedikit menggoda.
"Glup.. Isshh.. Mereka sangat menyebalkan appa. Tidak ada yang mau fokus belajar dan memperhatikan apa yang kujelaskan. Oh ayolah appa, tolong hentikan ini semua ne? Sungmin janji tidak akan minum dan mabuk lagi. Jebal appa.." ujarnya memohon sembari mengerucutkan bibirnya dan memasang muka memelas.
Nyonya Lee yang melihat itu mengelus pelan kepala putra sulungnya. Menggemaskan sekali tingkah bocah itu. Bocah? Yah dimanapun orang tua akan selalu menganggap anaknya itu masih kecil kan? Meskipun umur Sungmin kini sudah berkepala dua.
"Eomma.." rengek Sungmin.
"Iya sayang.. Kami sudah membicarakan ini tadi. Hukumanmu akan dikurangi, tapi sepertinya tantangannya juga lebih berat." secercah harapan muncul bagi Sungmin saat mendengar pernyataan eommanya.
"Jeongmal? Untuk berapa lama eomma?" tanya Sungmin antusias.
"Hmm, jadi teman eomma memiliki anak yang 'sedikit' susah untuk belajar. Padahal tiga bulan lagi ia akan menghadapi ujian kelulusan. Kau mau tidak menjadi tutor untuknya?"
"Jadi, aku hanya perlu mengajarnya tiga bulan eomma?" binar itu tampak jelas di mata indah Sungmin.
"Benar, tapi kau harus bisa membuat nilainya membaik. Jika kau bisa membuatnya mendapat nilai baik maka hukumanmu selesai. Tapi jika nilainya masih dibawah rata-rata apalagi sampai tidak lulus ujian maka kau akan melanjutkan kegiatan mengajarmu sampai bulan terakhir. Bagaimana?" tantang ayahnya.
Sungmin terdiam sejenak memikirkan tawaran itu. Tiga bulan jika dibandingkan dengan sepuluh bulan tentu hanya tidak lama, hanya sepertiga dari seluruh waktu hukuman yang harus ia jalani. Lagipula sesulit apa memangnya mengajar anak sekolah seperti itu? Bahkan selama dua bulan ini ia sudah sering menghadapi sikap menyebalkan Taemin dan Minho, dua orang yang dianggapnya menyebalkan melebihi murid lainnya.
"Aku hanya mengurus satu murid saja kan? Dan kegiatanku di tempat bimbingan belajar dihentikan juga kan appa?" tanya Sungmin memastikan.
"Tentu saja." jawab ayahnya pasti.
"Hmm, baiklah appa! Aku setuju!" jawab Sungmin dengan muka berseri.
'Akan kupastikan dia belajar dengan baik dan hukuman ini selesai!' tekadnya dalam hati. 'Dan pastinya waktu luangku akan lebih banyak..' batinnya senang. Sungmin tersenyum sendiri, mengangguk-angguk senang dan kembali melahap buah apelnya dengan semangat sampai habis.
"Cha, kalau begitu tidurlah sekarang. Besok pagi kita akan ke rumah calon muridmu itu. Dia seumuran dengan adikmu." ucap nyonya Lee.
"Humm baiklah eomma, appa.. Gomawo ne. Saranghae!" ucap Sungmin dilanjut dengan meengecup kedua pipi orang tuanya bergantian dan beranjak menuju kamarnya dengan hati berbunga-bunga.
Esoknya, pagi-pagi sekali Sungmin sudah siap dan rapi untuk pergi. Semalaman ia terus berdoa sampai tertidur semoga muridnya kali ini tidak lebih parah dari Taemin maupun Minho. Setelah selesai sarapan bersama keluarga ia dan satu-satunya wanita di keluarga Lee itu beranjak pergi.
"Aku pergi dulu appa.." pamit Sungmin.
"Dan kau anak kecil, belajar sana jangan main dan berkelahi terus. Ishh, mukamu makin terlihat jelek saja dengan luka lebam itu." ejeknya kemudian mengacak surai adiknya itu dengan kasar.
"Ya! hyung! Ishh.. pergi sana.." usir sang adik yang terus menggerutu di sela makannya.
"Ahahaha, kajja eomma.." ajak Sungmin sambil menggandeng keluar eomma tercinta. Keduanya melaju diantar supir keluarga menuju sebuah perumahan di daerah Gangnam. Selama perjalanan Sungmin tampak memperhatikan betul daerah yang akan sering ia kunjungi selama tiga bulan ini. Setidaknya ia harus menghafal jalan menuju tempat hukumannya nanti.
Sesampainya di rumah yang dituju, keduanya langsung disambut oleh wanita cantik dan terlihat anggun. Terkesan sekali wanita itu tetap menjaga penampilannya meskipun berada di rumah sendiri.
"Ohh, Teuki-ya. Akhirnya kau datang." ucap nyonya rumah yang langsung menempelkan kedua pipinya kiri kanan bergantian menyambut kedatangan tamunya.
"Ini anakmu?" tanyanya ramah yang dijawab anggukan oleh Leeteuk.
"Ne, Lee Sungmin imnida.." ujar Sungmin memperkenalkan diri.
"Aigoo, manis sekali. Namaku Heechul, Cho Heechul. Maaf ya jika sudah merepotkanmu dengan permintaanku ini." ucap Heechul.
"Ahh, ne ahjumma. Tidak masalah.." jawab Sungmin ramah.
"Nahh, ayo masuk." ujar Heechul dan mengarahkan mereka pada ruang tamu di rumah mewah itu. Tak lama seorang yeoja muda ikut menyambut kedatangan Sungmin dan eommanya. Mereka saling memperkenalkan diri sebelum akhirnya duduk bersama dan berbincang agak lama.
"Oh ya, Sunhye.. tolong bangunkan hyungmu." ujar Heechul.
"Oke auntie." jawab Sunhye semangat.
'Hahh, aku kira dia yang akan menjadi muridku.' desah Sungmin dalam hati. 'Hyung? laki-laki? Hmm, pantas eomma bilang dia susah belajar. Semoga saja ia bisa diajak bekerja sama dan tak membuat banyak masalah.' batinnya. Sedikit kecewa memang, biasanya perempuan akan lebih menurut dan gampang diatur daripada laki-laki kan?
"TIDAK MAU! PERGI SANA, MENGGANGGU SAJA!" teriakan keras menggema dari lantai atas rumah itu. Cho Heechul tersenyum malu sambil mengurut keningnya. Sementara Sungmin menelan ludahnya susah. Sepertinya doanya kemarin malam tidak dikabulkan oleh Tuhan.
Sunhye akhirnya berhasil menyeret keluar sepupunya yang masih memejamkan mata dengan kepala menunduk malas. Berjalan sambil tidur mungkin salah satu keahlian namja itu. Sungmin memperhatikan dengan seksama calon muridnya itu, perasaannya mendadak tidak enak.
"Bangun Cho! Tutor untukmu sudah eomma datangkan. Bangun sekarang juga atau akan kuhancurkan seluruh kaset game mu." ancam yeoja cantik itu.
Akhirnya Kyuhyun mau membuka matanya, ia menutupi wajahnya dengan sebelah telapak tangannya layaknya orang bangun tidur. Matanya menyipit dan melihat namja yang kemarin memarahinya berada di sebelah eommanya dari sela jarinya. 'Ahh tidak mungkin, aku pasti berhalusinasi..' batinnya.
"K-kau! Cho Kyuhyun." nada tak percaya keluar dari mulut Lee Sungmin saat melihat namja yang berjarak tak jauh darinya. Ia mengerjab tak percaya dengan bibir sedikit terbuka.
DEG
Kyuhyun segera menurunkan tangannya dan langsung melebarkan mata saat mendengar suara yang sama memanggil namanya menghentak kesadarannya. Ia dengan jelas melihat sosok manis bernama Lee Sungmin itu benar-benar berada disana. Bukan hasil halusinasinya.
.
.
.
To Be Continued
Ekhemm.. Haloo ? hehehe..
Saya datang membawa cerita baru..
Hihihi, sebelumnya mau banget deh ucapin Happy Leeteuk Day buat kemarin.. #tebarbebek
Buat imblacksmile juga ini janji FF ku buat ulang tahun kamu.. Selamat tambah tua ya..
Oh ya, ini rated T (?) loh.. rated T (?).. yah meskipun ada tanda tanya nya juga #plakk
Oh ya.. Saya juga ingin mengucapkan.. Selamat Bulan ramadhan.. Selamat Berpuasa bagi teman-teman yang menjalankan.. Oke saya tahu KyuMin itu godaan, tapii.. Haha susah emang buat berpaling dari mereka.. Apalagi sikap mereka akhir" ini bener" bikin gemes!
Maafin Liita lahir batin yaa teman-teman tercintaa semuanyaa..
Lalu, bagaimanakah kelanjutan FF ini? Layak dilanjut ataaauuu .. ? hehehe
Review ne? *bow
Kamsahamnidaaaaaa~ #pelukatuatu
