Sherlock's New Pupy – Troublesome Brother


Summary

Kisah tentang jerih payang seorang kakak untuk membuat adiknya bahagia... dengan cara yang tidak biasa. Well, Holmes Brothers memang bukan kakak-adik biasa, bukan?


Sherlock menyipitkan mata saat memandang bingkisan merah jambu di depan pintu flat-nya. Sepertinya Mycroft sudah benar-benar gila sampai mengirimnya kado sebesar boks kulkas. Pitanya putih bertotol-totol merah lagi.

Biasanya, Mycroft mudah ditebak. Hampir selalu, sebetulnya. Alur pemikirannya jelas. Ia juga selalu gagal menutupi gerak-geriknya saat memiliki maksud tertentu—ironisnya, justru saat ia berusaha menjadi sehati-hati mungkin. Saking gamblangnya sampai seakan-akan tidak dibutuhkan seorang Sherlock untuk menebak apa yang akan Mycroft lakukan semenit kemudian.

Tapi tidak kali ini. Melihat ukuran dan bentuk kado yang mencolok ini, Sherlock yakin Mycroft sudah berada dalam kondisi terkritisnya. Orang itu pasti sudah frustrasi setengah mati sampai bisa meninggalkan sentuhan keeleganan dan kesombongan dalam setiap tindakannya.

Orang lain akan menganggap Mycroft kacau, tapi Sherlock justru menganggap ini menarik. Sebetulnya, ia sudah agak bosan juga dengan tingkah laku Mycroft yang selalu terorganisir. Terlalu gampang diterka. Membosankan.

Dengan begini, Sherlock punya jutaan bahan untuk dijadikan bahan olok-olok tentang orang yang disebutnya musuh bebuyutan tersebut. Baginya, ide mengusili orang yang kaku, sok serius, sok penting, dan tentunya, sok protektif semacam Mycroft terdengar mengasyikkan.

Lebih jauh lagi, ini bahkan bisa jadi senjatanya untuk menghentikan usaha pemata-mataan Mycroft padanya. Yang sampai ini tidak ada satu pun yang berhasil.

Sherlock masih ingat saat Mycroft datang ke flatnya sendirian Senin lalu. Gayanya angkuh seperti biasa, membuat Sherlock bebas membalasnya dengan bersikap sama-sama pongah. Pasti inilah awal segalanya, pikir Sherlock.

Mycroft tampak serius, seakan sedang membicarakan sebuah skandal. Tapi tidak. Sherlock bisa membedakan mana yang skandal dan mana yang bukan skandal. Skandal yang sebenarnya punya potensi menjadi kasus. Sisanya hanya basa-basi. Kata-kata sang kakak yang berkosakata rumit itu, sayangnya, cuma masuk katagori basa-basi.

"Apa maumu?" tanya Sherlock sambil mengorek telinga dengan kelingking.

Mycroft menekuk bibir dengan penuh harga diri. "Tidak ada. Aku hanya ingin ngobrol denganmu sekali-sekali. Kau tahu? Obrolan sesama saudara."

"Oh," Sherlock menyeringai malas, "seharusnya aku minta Mrs. Hudson membuatkan teh kalau begitu. Maafkan aku. Sayang sekali sudah waktunya kau untuk pulang, bukan?"

Sherlock tidak menunggu Mycroft berdiri. Ia segera beranjak menuju pintu, membukanya, lalu menyilakan sang kakak untuk keluar. "Please,"desisnya.

Mycroft mengangkat bahu kemudian memakai kembali mantelnya. Sebelum melewati pintu, tanpa menoleh sedikit pun, ia berbisik pada Sherlock, "Happy Birthday, Sherly!"

Sherlock mengangkat satu sudut bibirnya lalu menutup pintu keras-keras. Puas mendengar suara sepatu mahal Mycroft menuruni tangga kayu, ia melompat kembali ke sofanya. Tangannya langsung menyambar sebuah kotak kecil hitam di atas meja.

Tidak ada pita dan tidak ada nama pengirim. Ukurannya sebesar dompet tapi setebah karton pasta gigi. Sherlock mengocoknya ringan di samping telinga. Jemarinya menggapai sebuah lup di dekat lampu baca. Diamatinya seluruh permukaan kotak.

Sherlock langsung mendesah. Ia beranjak dengan enggan menuju jendela. Disibaknya tirai dengan sekali hentak, memperlihatkan pemandangan jalanan di luar.

Tepat seperti dugaannya. Sebuah sedan hitam mengilat sedang diparkir di seberang jalan. Sherlock tidak perlu menembak kaca penumpang untuk tahu siapa yang duduk di dalamnya, entah sedang menunggu reaksi apa darinya.

Dengan malas, Sherlock merogoh piamanya, menarik keluar sebuah ponsel. Dalam sekejap, jemarinya yang panjang-panjang telah mengetikkan pesan. Tertuju pada Mycroft.

Kau mau merusak otakku? –SH–

Tak lama kemudian, balasan dari Mycroft datang.

Tidak masalah bersenang-senang sedikit di hari ulang tahunmu, bukan?

Sherlock terkekeh membaca pesan singkat tersebut. Ini sih benar-benar khas Mycroft; sok menutup-nutupi maksud hati dan sok misterius. Tapi gagal.

Aku tetap pakai plester nikotin saja. Kalau mau membuatku senang, bawakan hadiah lain yang lebih bermutu. –SH–

Segera setelah memencet tombol "send", Sherlock langsung membuka jendela flatnya. Dengan sekali lempar, kotak hitam di tangannya langsung mendarat di kap mobil Mycroft.

"Bawa pulang saja, sana!" seru Sherlock sebelum membanting jendela.

Hari berikutnya, Mycroft benar-benar mengirimkan hadiah lain. Kali ini dibungkus rapi dalam amplop cokelat ukuran sedang. Tidak ada nama pengirim di permukaannya. Surat itu diletakkan langsung di depan pintu Baker Street 221 B, di samping surat kabar pagi.

Tidak ada sidik jari atau tanda mencurigakan lainnya, tapi Sherlock langsung menelepon sang kakak. Ia selalu lebih suka pakai sms, tapi kali ini ia benar-benar sedang ingin mengisengi Mycroft, yang tingkahnya makin lama terasa makin konyol bagi Sherlock.

"Kau seharusnya memecat cewek rambut panjang yang kau pekerjakan terus itu," ucap Sherlock kalem segera setelah telepon tersambung, "dia tidak becus jadi pengantar pesan. Bekas kukunya ketinggalan di sudut amplop."

Terdengar degukan seseorang yang baru saja menelan air liur di dalam ponsel. "Jadi kau tahu aku yang mengirimkan amplop itu?"

"Siapa lagi kalau bukan kau?" Sherlock terkekeh, "tidak ada orang lain yang bakal mengirimkan hal aneh-aneh macam ini selain kau."

"Well…, kurasa kau butuh itu."

"Biolaku baik-baik saja. Aku belum butuh senar baru, apalagi yang sudah kau pasangi detektor mikro di seratnya. Bisa berhenti memata-mataiku, tidak sih?"

"Tapi aku khawatir padamu…"

"Aku mau muntah."

Dengan begitu, berakhirlah perbincangan keduanya hari itu. Sherlock menyeret kakinya yang berat menuruni tangga menuju ruang depan flat. Ia membuka pintu dan menemukan seorang gadis seksi berambut panjang gelap sedang berdiri tak jauh dari sana. Membelakanginya.

Sambil tersenyum simpul, Sherlock menghampiri gadis tersebut. Ia langsung memeluknya seakan mereka sepasang kekasih yang lama sekali tak bertemu. Ketika gadis itu berbalik dan tersenyum bingung, Sherlock langsung memohon maaf. Bersikap seakan ia baru saja khilaf sampai memeluk orang yang salah secara spontan.

Sherlock kembali ke flatnya dengan tangan hampa. Amplop berisi senar biola itu telah terselip aman di saku blazer si cewek berambut gelap suruhan Mycroft. Melalui kejadian hari ini, Sherlock langsung bisa menebak, besok akan ada hadiah lain. Hanya saja, ia tidak terlalu berani menebak pasti apa isinya.

Mycroft telah menghadiahinya rokok istimewa, kemudian senar biola. Lama-lama, Sherlock jadi tertarik menebak metode apa yang Mycroft pakai untuk memilihkannya hadiah. Sebuah benda yang mungkin ia suka, bisa ditanami pelacak atau penyadap, dan kemungkinan tidak akan ia buang.

Sherlock tertawa. Mana ada benda seperti itu?

Selama tiga hari berikutnya, tidak ada lagi tanda-tanda kedatangan Mycroft. Akhirnya, ia pasti sudah kehabisan ide sekarang, pikir Sherlock. Tentu saja. Mycroft tidak akan menemukan hadiah yang tepat untuknya. Tidak akan.

Sampai suatu pagi, Sherlock menemukan bingkisan merah jambu mengerikan itu di depan pintu flat.

Secara intuitif, Sherlock langsung mencari tanda-tanda keberadaan Mycroft, suruhan Mycroft, atau kamera pengawas yang videonya sedang di-streaming oleh Mycroft. Jalanan kelihatannya lengang. Tidak ada yang mencurigakan juga di Speedy's.

Sherlock mengangkat bahu kemudian menarik lepas pita totol-totolnya. Dengan cuek, ia merobek kertas pink pembungkusnya kemudian membongkar kardusnya. Saat penutup kardus berhasil dibuka, Sherlock langsung diam terperangah. Dengan tangan gemetar tiba-tiba, ia menarik keluar ponsel lalu mengetikkan pesan singkat pada Mycroft.

You're really out of your mind! –SH–

Sherlock mendelik saat mendapati apa yang ada di dalam kardus. Bukan biola super jumbo, sekotak nicotine patch, ataupun sekaleng tulang yang bisa ia utak-atik. Bukan pula bom atau cairan kimia berbahaya.

Di dalam kotak, seorang pria bertubuh mungil tengah tertidur pulas. Ia meringkuk dengan tubuh gemetar, menggigil kedinginan. Rambutnya yang berwarna pirang pasir dipotong pendek. Wajahnya juga tampak keras, seakan telah mengalami banyak momen buruk dalam hidupnya.

Orang ini pernah mengabdi di dinas militer, pikir Sherlock. Anehnya, pada saat yang sama, pria itu memancarkan aura yang nyaris membuat Sherlock langsung mengasosiasikannya dengan anak anjing.

Ponsel Sherlock mengeluarkan sebuah bunyi BIP. Ada pesan singkat masuk. Dari Mycroft, rupanya.

Kau tidak mungkin bisa menolak yang satu ini.


To be continued


Beginilah fic yang terinspirasi adegan ditemukannya seekor anjing dalam kardus! :3