The Black and White
.
Author:Kuroyuki
Disclaimer:
Naruto by Mashashi Kishimoto
Warning:
OOC, Gaje, typo, Canon, Semi canon, Meiton!Naruto, ,Menma, Akari(OC), FemSasuke!, etc
Genre:
Adventure, Drama, Romance,
Rate:M
Pair:?
Author's Note:
Yah ini adalah the Second Fic saya, (author edan fic satunya belum selesai kok malah nambah ) hadehhhhh...Yah semoga Reader bakalan senang lihat (mungkin baca) fic Gaje milik saya ini. Fic ini saya Khususkan untuk Shiro Slayer6 (atau mungkin foxSlayer) dan berbahagialah Shiro! Kalo bisa tambah Review naa...(harus yang membangun. Ini fic Khusus untuk loe Dobe), Tidak ada kata lagi selain...
*Happy Reading*
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Chapter 1
*Emptiness (kehampaan)*
Di dalam sebuah hutan bernama Shi no Mori (Hutan Kematian) tampak duduk bersandar di salah satu pohon besar yang menjulang menutupi cahaya matahari yang masuk, sehingga disana hanya satu kata mengenai suhu udara disana
"Dingin..." ya itulah yang benar
Perkiraan umur anak itu berkisar antara 13-14 tahunan. Kenapa anak sekecil ini bisa di hutan kematian ? Apakah dia tersesat? Atau dia sendiri yang ingin mendekatkan diri pada mautnya?
Dia tampak tenang sekali, anak bergaya rambut jabrik acak-acakan itu berciri-ciri, rambut Pirang, mata biru Saphire, berkulit tan yang menawan, tiga pasang goresan kumis kucing terpasang rata di pipinya, tingginya mungkin 120 cm-an
Pandangan anak itu kosong entah kemana, padahal matanya melihat ke arah air sungai tak jauh dari tubuhnya
Bahkan anehnya dia tidak ketakutan ketika melirik seekor ular sebesar kakinya merayap di dekatnya lebih tepatnya kearahnya. Dia hanya memandangi ular tersebut dengan pandangan bosan
'Apakah aku bisa berteman denganmu?' Batinnya sendu. Tetapi ular tersebut hanya merayap melewati pahanya yang sedang diluruskan itu, bagaikan ular itu hanya menganggap kaki anak kecil itu adalah akar dari pohon yang di sandarinya
Pada akhirnya dia sendiri...
Sudah menjadi Khodrat manusia, tidak bisa berbicara dengan hewan ataupun tumbuhan, apalagi berteman? Konyol sekali
Naruto POV
Aku kecewa dengan apapun yang berada di sekitarku, mereka tidak mempedulikanku, tidak mengenaliku, bahkan tidak menganggapku ada,
Sungguh ironis hidup di dunia ini, dunia Shinobi, dunia terkutuk yang mengandalkan kekuatan atau bisa dibilang chakra sebagai pengatur kehidupan mereka, tidak peduli tentang negara, hingga terjadi perang dimana-mana yang disebut perang dunia, yang melibatkan seluruh negara
baik negara besar hingga negara kecil. Sampai perang itu diselesaikan oleh Hokage keempat yang kini masih hidup
Sayangnya aku adalah salah satu dari anaknya yang terlupakan,
Salah satu?
Ya salah satu karena aku mempunyai kembaran bernama Menma, dia sama persis seperti diriku, yang membedakannya hanya dua yaitu warna rambutnya hitam dan sifatnya yang sombong dan acuh tak acuh terhadapku
Yang kedua dia adalah adik kecilku, namanya Naruko dia berumur 8 tahun -oh atau mungkin sekarang 10 tahun, berhubungan dengan aku sudah keluar dari keluarga hokage 2 tahun yang lalu. Aku bahkan hampir lupa bagaimana wajah Kaa-san dan Naruko.
Kedua orang tuaku sangat menyayangi kedua saudaraku itu bahkan kakekku Jiraiya yang konon katanya kakek mesum ini salah satu dari tiga legenda Sannin, aku mengetahui ketiganya sekaligus
Pertama adalah Jiraiya, kakekku yang mesum
Kedua adalah Senju Tsunade, Cucu dari Hokage pertama, Senju Hashirama
Ketiga adalah Orochimaru, pertapa ular yang menggilai eksperimen illegal
Jika ada yang tanya kenapa aku mengetahui hal sejauh itu? Karena saat usiaku menginjak 12 tahunan aku sering ke perpustakaan Konoha, tentunya untuk membaca buku. Banyak orang yang merupakan pegawai atau pengurus perpustakaan kagum terhadapku, namun sebenarnya hal itu hanyalah tameng untuk menutupi lubang kehampaan di dalam hatiku
Sayangnya lubang itu tidak dapat kututup...
"Ternyata kamu disini, Naruto! " panggil seseorang memanggil namaku dan akupun menoleh dengan bosan
Dia seorang bukan-, dua perempuan, umurnya sama sepertiku 14 tahun dan mereka kembar, dan saat melihat mereka aku iri sekali kepada dua perempuan di samping kananku itu...
Aku iri...
Melihat kedekatan mereka, yang tidak bisa aku gapai. Lalu aku menatap aliran sungai lagi kemudian memejamkan mataku.
Bukankah saudara itu harus selalu bersama dan saling mendukung? Tetapi Menma bukanlah orang yang seperti itu. Dia adalah orang yang memajukan sikap sok dewasanya yang aku anggap malahan terlalu kekanak kanakan
"Kenapa kau kemari, Sasuke? " tanyaku tenang, aku mulai memandangi gadis itu dengan tatapan datar. Sasuke dan adiknya adalah gadis baik meskipun sikap mereka bertolak belakang
Sasuke bersikap dingin, sedangkan kembarannya itu hangat
"Seharusnya aku yang bilang seperti itu, baka" sahutnya nampak sebal menanggapi pertanyaanku, hari demi hari dia semakin dingin saja
"Aku hanya lelah" jawabku Amatir
"Memangnya kamu lagi ngapain kok bisa lelah begitu Naruto-kun" bukan Sasuke yang menjawab melainkan gadis yang merupakan kembarannya, Akari.
"Tak tahu" balasku, mereka berdua mengangkat salah satu alis mereka
Benar-benar kompak...
"Kalau tidak tahu kenapa lelah?" Tanya gadis itu kembali. "Bukan urusanmu, Akari" balasku lagi dengan tampang polos
Kulihat kedua gadis itu tersentak, kuakui perkataanku tadi cukup dingin untuk mereka. Sasuke melihat Akari, kembarannya. Sasuke sedikit terkejut ketika adiknya menunduk menyembunyikan wajahnya diantara bayangannya
"Naruto, kau tidak seperti ini, Kenapa bisa-bisanya kamu membuat Akari sedih hah.." bentaknya dan kutanggapi dengan wajah datarku
"Lalu kenapa, apa kamu akan membunuhku? Atau menghajarku sampai tidak bisa bicara lagi?" Tanggapku enteng ditambah dengan raut wajah bosan.
Tap tap tap
Sasuke mendekatiku lalu..
Plakkk
Aku ditampar oleh gadis tercantik di keluarga Uchiha Fugaku ini lebih tepatnya putri sulungnya. Sakit tetapi tidak sesakit lubang yang berada di hatiku. Aku hanya memasang muka datar meski ditampar dengan keras oleh telapak tangan yang lentik dan putih itu
"Dimana Naruto yang selalu ceria, dimana Naruto yang gagah, dimana Naruto yang mengajariku tentang indahnya ikatan, dimana Naruto yang aku SAYANGI!.." Sasuke memberondongku dengan kata-kata bijak yang merupakan topengku, dan aku terperanjat ketika Sasuke yang memberi penekanan pada kata terakhirnya
"Mungkin yang kamu ucapkan hanyalah topeng belaka, dan dia akan mati. Dia terlalu lemah untuk hidup, terlalu lemah untuk dikatakan Shinobi, terlalu lemah untuk melindungi, terlalu lemah untuk memiliki ikatan dengan orang yang mempunyai chakra meskipun sedikit...dia akan terbunuh, entah kapan dan dimana" jelasku membuat Dua gadis itu semakin kaget hingga tidak dapat berkutik lagi dan akhirnya bungkam
Aku pergi meninggalkan mereka dalam kondisi itu. Kulirik ke belakang menggunakan ekor mataku. Sasuke mendekati adiknya yang lebih muda 7 menit darinya yang telah meneteskan air matanya lalu memeluknya
'Gomen na, Sasuke, Akari-chan. Dengan begini kalian akan menjadi kuat tanpa ada orang lain yang mengganggu kalian semacam orang sepertiku yang tanpa Chakra ini. Semoga beruntung di Ujian chuunin nanti' batinku, tak kusangka aku mengulum senyum yang terasa pahit ketika mengucapkan hal tersebut dalam lubuk hatiku
Dan akhirnya aku menghilang di gelapnya hutan itu dan tidak melihat mereka lagi yang menyisakan suara-suara dari makhluk yang hidup dihutan sana
#Akari POV#
Aku sempat tidak percaya dengan perkataan yang keluar dari bibir Naruto-kun, kenapa kami-sama, kenapa Naruto-kun bisa berubah sikap menjadi dingin dan tak berperasaan? Padahal kemarin kami tertawa bersama, berlatih bersama, dan makan bersama.
Kenapa? Tolong kembalikan Naruto-kun seperti semula kami-sama. Aku terus mendekap tubuh Sasuke-nee dan terus mempererat pelukan kami. Aku mengalirkan air mata dengan deras, rupanya aku kembali cengeng seperti saat aku belum bertemu dengan Naruto-kun
Baru kusadari kakakku yang notabenenya gadis paling dingin se-akademi ini menangis, hanya untuknya. Kurasa kami berdua mempunyai perasaan yang sama terhadap Naruto-kun. Aku yakin itu, dan aku harus mulai menyerah mengejar Naruto-kun. Kuharap Sasuke-nee lebih mengenal Naruto-kun dengan baik.
"Nee-chan?! " panggilku menyebut nama kakakku
"Hmm? Ada apa?" Jawabnya lembut, meski dalam hatinya dia pasti menggerutu dan menyalahkan Naruto-kun karena telah membuatnya menangis dan membuatku menangis
"Apa yang Naruto-kun selama ini rasakan? Seolah-olah dia telah merencanakannya sejak lama" ucapku
"Merencanakan apa?" Tanya Nee-chan bingung
"Soal tadi" balasku, mengingat hap tadi membuat air mataku kembali turun tanpa kompromi
"Sebenarnya Naruto. ..." Nee-chan menggantungkan kalimatnya
"...tidak memiliki chakra dan dia jarang ke rumahnya..." dia melanjutkan perkataannya yang sempat didiamkan untuk beberapa saat
Mataku melebar
"benarkah, Naruto-kun tidak memiliki chakra?" Tanyaku penasaran lagi dan dia kemudian mengangguk
"Lalu dia tinggal dimana sampai sekarang?" Tanyaku lagi
"Di tempat kediaman Sandaime hokage Dan aku tahu yang membuatnya sakit hati adalah...dia merasa diabaikan oleh kedua orang tuanya sendiri, yakni Yondaime-sama" jelas Sasuke Nee-chan dengan rinci, membuatku semakin membelalakkan mata. Aku baru tahu bahwa Naruto-kun adalah keluarga Yondaime-sama. Tapi kenapa orang sebaik Naruto-kun diabaikan?, mungkin aku tahu jawabannya...yaitu...Naruto-kun tidak memiliki chakra.
#Akari POV end#
.
.
.
.
.
.
.
Naruto tampak berada di salah satu pohon yang terdapat ayunan tali disana. Dengan aura suram melingkupi tubuhnya
'Aku tidak berguna' racaunya lalu mengayun ayunan tersebut dengan pelan
'Besok adalah hari terakhir di akademi, lalu menjadi kelompok genin' pikirnya
'Apa yang harus kulakukan? Secuil chakra pun aku tidak punya mana mungkin bisa menjadi genin?' Batinnya
"Mendoukusai" keluhnya
.
.
.
.
.
.
.
.
Tap tap tap
Dengan muka malas Naruto menatap bagian depan, seseorang berdiri menghadap ke seluruh penghuni kelas
"Cih" desisnya pelan
'Ternyata hokage sama sendiri yang datang ya' batinnya sinis
Pria yang memakai pakaian dan tudung hokage menatap sebentar ke arah anak-anak blonde yang terlihat mengacuhkannya dan memilih menatap ke luar kelas lewat jendela
"Perhatikan semuanya" peringat Hokage, tetapi saat Hokage itu melirik Naruto, anak itu tetap mengarahkan pandangannya ke arah jendela
"Naruto, perhatikan Hokage sedang bicara" peringat Iruka, dengan malas Naruto menoleh ke arah Yondaime-hokage itu
"Baiklah kita akan membagikan tim, satu tim berisi tiga orang dan satu Jounin pembimbing" cetusnya
"Kita mulai, tim satu..."
.
.
.
.
,
.
.
"...tim 7 terdiri dari Namikaze Naruto, Uchiha Sasuke, dan Haruno Sakura...dengan Jounin pembimbing Hatake Kakashi"
"...tim 8 terdiri dari Hyuuga Hinata, Inuzuka Kiba dan Aburame Shino...dengan Jounin pembimbing Yuuhi Kurenai"
"...tim 9 terdiri dari Namikaze Menma, Uchiha Akari dan Uzumaki Arashi...dengan Jounin pembimbing Gekko Hayate"
"Tim 10 terdiri dari Nara Shikamaru, Yamanaka Ino, dan Akimichi Chouji dengan Jounin pembimbing Sarutobi Asuma
"Baiklah setelah saya bubarkan, kalian bisa menemui Jounin kalian masing-masing...sekarang bubar..." ucap Yondaime-hokage mengakhiri pertemuan ini. Sesaat sebelum dia meninggalkan kelas, terlebih dahulu pria blonde itu melirik Naruto yang menghadap keluar dari jendela.
"Sungguh merepotkan" cicit Naruto tetapi tidak dapat di dengar oleh Hokage
Lalu Yondaime-Hokage meninggalkan ruang kelas
Hening
Tidak ada suara apapun dari tiga bocah yang duduk itu. Naruto sibuk melihat pemandangan luar mengarah ke langit, sedang Sasuke melihat Naruto dengan wajah sedih, kemudian Sakura sedang canggung dengan suasana ini rasanya ia ingin berteriak
Tap tap tap
"Ohayou" suara seseorang membuat Sakura tersentak hampir terjungkal, Sasuke merubah tatapannya yang sendu menjadi dingin kembali, Naruto menatap pria bermasker di ambang pintu dengan bosan
"Sudah siang sensei" ucap Naruto datar
"Maaf-maaf, baiklah untuk hari ini tidak ada pelajaran, kita akan bertemu besok pagi pukul tujuh tepat di training ground 7 " kata pria berambut silver dengan masker dan ikat kepala Konoha yang menutupi mata kirinya
"Baiklah sekarang bubar" setelah mengucapkan hal tersebut pembimbing tersebut menghilang ditelan kepulan asap
'Benar-benar merepotkan' batin Naruto kesal lalu berjalan keluar meninggalkan dua gadis yang cengo disana, karena yang menyampaikan pesan tersebut hanyalah bunshin
.
.
.
.
.
.
.
"Baiklah kita sudah berkumpul" Kata Pria bermasker disana
"Tetapi terlambat 1 jam untuk sensei" sahut Naruto membenahi
"Hehehehe...maaf aku tadi sempat tersesat dijalan yang bernama kehidupan" balas pria bermasker dengan sedikit tambahan tertawa renyah
'Kalimat macam apa itu' batin para remaja disana
"Kita mulai dari perkenalan dulu, dari hal yang disukai, tidak disukai sampai impian. Yang pertama siapa yaaa...baiklah kamu dulu gadis berambut pink" cetus Guru pembimbing yang aneh itu
"Seharusnya sensei terlebih dahulu" sambar Sasuke
"Baiklah, Na wa Hatake Kakashi, apa yang aku suka kalian tidak perlu tahu, apa yang tidak aku suka kalian juga tidak perlu tahu" jawab jounin pembimbing, diketahui bernama Kakashi Hatake.
"baiklah selanjutnya aku" Dengan ceria gadis berambut merah muda mengajukan diri.
"Watashi wa Haruno Sakura. Apa yang aku suka etto maksudku siapa yang aku suka...Kyaaaa..." Sakura membayangkan Wajah Menma yang sedang menggigit bunga mawar merah sambil menutup sebelah matanya seperti menggoda seorang cewek
"Watashi wa Uchiha Sasuke, Hobi berlatih dengan adik kembarku dan apa yang aku suka tidak ada..."
'...kecuali Naruto' batinnya menyambungkan kalimat ini
"... dan aku tidak mempunyai cita-cita tetapi aku mempunyai sesuatu yang kusebut dengan ambisi yaitu membunuh seorang laki-laki..."
'...dan juga membuat Naruto bahagia' tambahnya yang diucapkan dalam hati
"Na wa Uzumaki Naruto, dan sesuatu yang aku suka tidak kusuka sama seperti yang sensei katakan dan..." ujar Naruto sambil memejamkan matanya
"...aku tidak mempunyai sesuatu hal yang bodoh yang disebut impian..."imbuhnya
"Impian hanyalah mimpi, tidak untuk jadi nyata. Yang kuinginkan hanyalah kekuatan...hanya itu saja..." Naruto menambahi kalimatnya.
Kakashi sempat terkejut ketika Naruto menyebut klannya dengan Uzumaki bukan Namikaze selain itu dia juga terkejut anak hokage tidak mempunyai sebuah impian apapun
Naruto membuka kelopak matanya, menampakkan biru yang mengartikan kata redup melalui matanya. Ya mata safir yang indah itu tidaklah secerah Yondaime-Hokage, tetapi biru safir kelam yang hanya dapat melihat kegelapan dibanding cahaya, baginya Cahaya adalah pengganggu tidurnya
"Jika boleh bertanya, apakah seorang manusia tanpa chakra tetapi bisa mempunyai gerakan semacam Taijutsu atau Kenjutsu bisa disebut Shinobi?" Tanya Naruto dengan polosnya
"Tentu saja, hal tersebut dapat kamu pahami pada seorang guru yang membimbing yaitu Might Guy. Dia adalah guru yang satu-satunya tidak memiliki chakra, tetapi dia bisa membuat Taijutsu nya sebagai sebuah pompa yang mendorong kekuatan yang terpendam di dalam dirinya" jelas Kakashi dengan rinci
Naruto mengulum senyum tipis "begitu ya" ucapnya singkat lalu kembali ke wajah datarnya, entah dari siapa dia belajar menjadi dingin begitu. Mungkin dari gadis cantik bernama Uchiha Sasuke ysng kini duduk di samping Sakura sedangkan Naruto di sebelah kanan Sakura. Jadi, Sakura adalah pembatas dari jarak Naruto dan Sasuke
Mungkinkah Naruto ingin menjauhi Sasuke? Dan Sasuke sepertinya kesulitan menggapai Naruto kah?
"Pertemuan ini akan aku akhiri, besok pagi pukul tujuh tepat kita akan berlatih disini dengan ini" Kakashi berucap sambil memamerkan sepasang lonceng kecil dari saku celananya
"Usahakan dirimu tidak terlambat lima belas menit dari perjanjiannya, sensei" peringat Naruto dan mendapat eye smile dari Kakashi,
Buing
Dan benar saja itu hanyalah sebuah kage bunshin milik Kakashi Hatake, mungkin dia adalah Hatake Terakhir
.
.
.
.
.
.
.
*TBC*
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
A^N:bagaimana? Aneh kah? Gaje? Yah begitulah. Semoga ada yang senang dengan kedatangan fic kedua saya ini. Dari kelihatannya Naruto bakalan lemah dan berkembang seperti di canon tapi dia mempunyai sifat dingin Uchiha. Jika ada yang salah silahkan Review biar saya perbaiki. Selanjutnya RnR (Read and Review) oke jaa...
.
.
.
.
.
.
*黒と白*
。
#Kuroyuki wa Rogu Outo da
