Disclaimer :

Detektif Conan milik Gosho Aoyama.

Catatan Penulis :

Akhirnya penulis memutuskan untuk menulis Shinichi x Shiho dulu, Ai x Conan-nya ditunda. Cover story cerita ini bisa dilihat di fesbuk.

Selamat membaca dan berkomentar!


Jangan Bilang Tidak

By Enji86

Chapter 1 - LOVE4869

"Akhirnya selesai juga. Dengan ini aku akan menjadi kaya dalam waktu singkat. Menghabiskan waktu selama setahun untuk kembali ke SMA benar-benar memberiku banyak ide," gumam Shiho. Dia mengamati layar laptop di depannya sambil tersenyum misterius. Di layar laptop terdapat dokumen bernama Proyek LOVE4869 yang berisi gambar rantai-rantai molekul yang rumit. "Oke, sekarang saatnya bekerja!" ucapnya. Dia bangkit dari depan laptop dan pergi ke meja tempatnya melakukan percobaan dengan bahan-bahan kimianya.

Saat itu hari sudah larut malam dan Shiho sendirian di ruang bawah tanah rumah Profesor Agasa untuk mengerjakan proyeknya. Dia mengerjakan proyeknya pada malam hari karena dia bisa berkonsentrasi dengan lebih baik pada malam hari. Dia biasanya melakukan penelitian untuk produk kosmetik dan menjual hasil penelitiannya ke perusahaan kosmetik. Bahkan banyak perusahaan kosmetik yang ingin merekrutnya namun dia menolak karena dia tidak ingin terikat. Dia ingin bebas meneliti apapun yang dia inginkan, sama seperti Profesor Agasa, meskipun itu berarti dia harus menggunakan fasilitas seadanya. Dan kali ini, dia mencoba sesuatu yang baru dan dia berencana akan memasarkan hasil penelitiannya ini sendiri melalui internet.

"Hmm, aku kehabisan test tube," gumam Shiho. Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dan matanya berhenti pada gelas air putihnya yang ada di sebelah laptop. "Pakai itu saja," gumamnya. Dia segera mengambil gelas air putihnya beserta tutupnya, menuangkan isi beberapa test tube ke dalam gelas yang sudah kosong tersebut sehingga menghasilkan cairan berwarna bening. "Dan ini yang terakhir," gumamnya lagi. Dia meludah ke sebuah wadah kaca lalu mengambilnya sedikit dengan pipet dan meneteskannya ke dalam gelas berisi cairan bening itu. Cairan bening itu langsung berubah warna menjadi merah muda dan mengeluarkan aroma stroberi. "Sempurna! Sekarang tinggal mencari seseorang untuk dijadikan kelinci percobaan," gumamnya sambil tersenyum.

Shiho menutup gelas itu dengan tutupnya dan meletakkannya di tempatnya semula yaitu di samping laptopnya. Dia melihat jam di layar laptopnya yang menunjukkan jam dua pagi lalu dia meng-hibernate laptopnya dan menguap. Dia bangkit dari depan laptop menuju pintu ruang bawah tanah, mematikan lampu lalu keluar dari ruangan itu dan melangkah menuju kamarnya.

XXX

"Shiho, ayo cepat bangun," ucap Shinichi sambil mengguncang bahu Shiho keesokan paginya.

Shiho pun membuka matanya sedikit lalu menutupnya lagi.

"Shiho," ucap Shinichi lagi.

"Apa?" tanya Shiho dengan suara mengantuk tanpa membuka matanya.

"Laptopku rusak padahal aku ada tugas presentasi pagi ini di kampus. Apa aku bisa pinjam laptopmu?" ucap Shinichi.

Shiho tidak menyahut ucapan Shinichi dan kelihatannya dia sudah kembali tertidur sehingga Shinichi kembali mengguncang bahu Shiho. Shiho akhirnya membuka matanya dan menatap Shinichi dengan kesal.

"Kenapa kau mengangguku pagi-pagi begini?" ucap Shiho dengan kesal.

"Aku hanya ingin pinjam laptopmu," ucap Shinichi.

"Di ruang bawah tanah," sahut Shiho kemudian dia kembali menutup matanya.

"Lalu password-nya?" tanya Shinichi.

"Hari ulang tahunmu," jawab Shiho yang sudah setengah tertidur.

"Hari ulang tahunku?" tanya Shinichi sambil mengangkat alisnya. Namun Shiho tidak menjawab karena dia sudah terlelap kembali.

"Dasar wanita licik, menggunakan hari ulang tahunku sebagai password agar aku tidak bisa menebaknya," pikir Shinichi sambil menatap Shiho. Lalu dia teringat tugasnya sehingga dia bangkit dari tepi tempat tidur Shiho dan bergegas ke ruang bawah tanah.

Sesampainya di ruang bawah tanah, dia segera duduk di depan laptop Shiho dan menghidupkannya. Dia mengambil flashdisk dari tasnya dan menancapkannya di laptop Shiho. Dia sudah mengerjakan separuh tugasnya sebelum laptopnya rusak dan menyimpannya di flashdisk sehingga dia tidak perlu mengerjakan dari awal lagi. Dia ada presentasi jam 8 sementara sekarang sudah jam 7 jadi dia harus bergegas. Akhirnya dia bisa menyelesaikannya dalam waktu 45 menit.

"Yah, aku jadi tidak sempat sarapan," pikir Shinichi. Kemudian dia menyadari gelas berisi minuman berwarna merah muda ketika dia memasukkan laptop Shiho ke dalam tasnya. Dia membuka tutup gelas itu dan mencium aroma stroberi menguar dari gelas tersebut sehingga tanpa pikir panjang dia meminumnya sampai habis karena dia mengira itu jus stroberi milik Shiho yang belum habis. Lalu dia bergegas keluar dari rumah Profesor Agasa untuk berangkat ke kampus.

XXX

Shinichi melangkah lunglai ke tempat parkir kampus dimana dia memarkir mobilnya. Sesampainya di samping pintu mobilnya, dia menghela nafas lalu membuka pintu mobilnya, meletakkan tasnya di kursi penumpang lalu masuk ke dalam. Dia melirik tasnya lalu menghela nafas lagi.

"Shiho pasti akan membunuhku," erang Shinichi sambil membenturkan kepalanya ke setir mobilnya.

Shinichi mengambil tasnya, membukanya dan mengamati isinya yaitu laptop Shiho yang hancur berantakan. Tadi karena terburu-buru, dia berjalan di koridor kampus tanpa memperhatikan jalan sehingga dia terpeleset kulit pisang dan saat terjatuh, tas yang berisi laptop Shiho melayang ke atas lalu jatuh ke tanah dengan keras. Dan tentu saja laptop Shiho yang ada di dalamnya tidak bisa diselamatkan dari kehancuran. Untunglah kelas paginya dibatalkan karena dosennya pergi keluar negeri jadi dia tidak perlu presentasi hari ini.

Shinichi pun menutup tasnya kembali lalu menghidupkan mesin mobilnya. Dia menghela nafas panjang sambil mengumpulkan keberaniannya. Sekarang dia akan pulang dan minta maaf pada Shiho. Lalu dia akan mengajak Shiho membeli laptop baru untuk dirinya dan untuk Shiho. Kalau perlu dia akan membelikan laptop yang paling canggih agar Shiho tidak marah padanya. Dia memang tidak pernah tahan kalau Shiho marah padanya. Shiho adalah tempatnya membicarakan hal-hal yang tidak bisa dibicarakannya kepada pacarnya, yaitu Ran. Dan hal-hal itu sangat banyak sehingga dia tidak bisa membiarkan Shiho mendiamkannya dan tidak mau bicara padanya sehari pun.

Tak lama kemudian, mobilnya pun sudah bergabung dengan mobil-mobil lain di jalan raya.

XXX

Sesampainya di depan pintu rumah Profesor Agasa, Shinichi berpapasan dengan Profesor Agasa yang sepertinya mau pergi.

"Lho, kau kan baru berangkat? Kok sekarang sudah pulang?" tanya Profesor Agasa dengan heran.

"Kelasnya dibatalkan," jawab Shinichi. "Apa Shiho masih di rumah?" tanyanya.

"Ya, dia masih tidur. Sepertinya kemarin malam dia lembur untuk menyelesaikan proyek terbarunya jadi mungkin dia akan tidur sampai siang. Lagipula dia tidak ada kelas hari ini," jawab Profesor Agasa.

"Begitu. Baiklah, aku akan menunggunya di dalam karena ada hal penting yang harus kubicarakan dengannya," ucap Shinichi.

"Silahkan saja. Aku harus pergi sekarang. Aku ada janji dengan temanku. Sampai nanti," ucap Profesor Agasa.

"Sampai nanti, Profesor," ucap Shinichi lalu Profesor Agasa mulai melangkah ke pagar sementara Shinichi melangkah ke dalam rumah.

Shinichi menghempaskan dirinya ke sofa lalu mulai menyusun kata-kata yang akan diucapkannya pada Shiho. Tiba-tiba mata Shinichi membesar karena dia mendadak mendapat ide.

"Tadi Shiho kan memberiku ijin memakai laptopnya dan memberikan password laptopnya dengan mudah karena dia masih setengah tertidur. Jadi kalau aku minta maaf saat dia masih setengah tertidur, dia pasti akan memaafkanku dengan mudah," gumam Shinichi dengan senyum licik di bibirnya.

Shinichi segera bangkit dari sofa dan berjalan menuju kamar Shiho. Dia duduk di tepi tempat tidur Shiho dan sudah akan membangunkan Shiho tapi tiba-tiba dia merasa aneh. Dia memandang wajah Shiho yang sedang tertidur dan entah kenapa jantungnya berdetak sangat kencang. Dia mengulurkan tangannya untuk membelai pipi Shiho dan dia merasa jantungnya berdetak semakin menyakitkan namun dia juga merasakan kesenangan dan kenikmatan. Setelah membelai pipi dan rambut Shiho selama beberapa saat, dia menjadi semakin berani. Dia menunduk kemudian mencium kening Shiho lalu naik ke tempat tidur dan dengan hati-hati menarik Shiho ke dalam pelukannya agar Shiho tidak terbangun. Dia menghirup aroma rambut Shiho dalam-dalam kemudian memejamkan matanya untuk tidur.

Sementara itu, Shiho samar-samar merasakan seseorang memeluknya dalam tidurnya tapi dia masih merasa terlalu lelah untuk bangun sehingga dia mengabaikannya dan tidur kembali.

XXX

Saat Shiho terbangun siang harinya, dia merasakan ada orang yang mendekapnya dan membelai rambutnya. Dia pun membuka matanya dan langsung bertemu pandang dengan mata Shinichi yang memandangnya dengan tatapan penuh cinta dan tersenyum kepadanya. Matanya langsung terbelalak dan dia memandang Shinichi dengan horor. Dia pun berteriak sambil mendorong Shinichi menjauh sampai Shinichi terjatuh dari tempat tidur.

"Ada apa, Sayang? Kenapa kau mendorongku?" tanya Shinichi sambil bangkit dari lantai.

"Kudo-kun, apa-apaan ini?" seru Shiho tanpa menjawab pertanyaan Shinichi.

"Apanya?" tanya Shinichi dengan wajah tanpa dosa. Dia kembali duduk di tepi tempat tidur Shiho dan mengulurkan tangannya untuk membelai pipi Shiho tapi Shiho menyentakkan tangannya.

"Jangan sentuh aku," ucap Shiho tajam.

"Kenapa aku tidak boleh menyentuhmu? Aku mencintaimu," ucap Shinichi.

"Apa?" seru Shiho.

"Aku bilang aku mencintaimu jadi ijinkan aku menyentuhmu, oke?" ucap Shinichi.

"Kudo-kun, kau sudah gila," ucap Shiho dengan nada tidak percaya.

"Aku tidak gila tapi aku tergila-gila padamu," ucap Shinichi sambil nyengir.

Shiho menatap Shinichi dengan ngeri kemudian dia bergegas bangkit dari tempat tidur agar dia bisa keluar dari kamarnya dan menjauh dari Shinichi, tapi sebelum sampai ke pintu kamar, Shinichi menangkap pergelangan tangannya.

"Kau mau kemana, Sayang?" tanya Shinichi.

"Menjauh darimu," jawab Shiho sambil berusaha melepaskan tangannya tapi Shinichi malah memeluknya dari belakang.

"Kenapa kau mau menjauh dariku? Aku mencintaimu, Sayang," ucap Shinichi di telinga Shiho.

"Lepaskan aku," seru Shiho sambil meronta.

"Kenapa aku harus melepaskanmu? Aku mencintaimu," ucap Shinichi kemudian dia mencium pipi Shiho lalu ciumannya bergerak turun ke leher Shiho.

Sementara itu, air mata mulai menggenang di pelupuk mata Shiho. Baru kali ini dia merasa begitu ketakutan. Bahkan ketakutannya saat ini mengalahkan ketakutannya saat Gin atau Vermouth menodongkan senjata kepadanya. Dia ketakutan karena dia khawatir pada Shinichi yang menurutnya tiba-tiba menjadi gila dan dia khawatir kalau Shinichi yang gila ini akan berbuat macam-macam kepadanya.

Tiba-tiba pintu kamar Shiho terbuka dan Yukiko muncul dari baliknya.

"Shiho-chan, kau tidak lupa kan kalau hari ini...," Yukiko tidak bisa meneruskan ucapannya karena melihat pemandangan di depannya. Dia serasa membeku di tempat, lalu dia menyadari mata Shiho yang berlinang air mata dan ekspresi wajah Shiho yang ketakutan sehingga wajah terkejutnya berubah menjadi wajah marah.

"Shin-chan, apa-apaan ini?" seru Yukiko.

XXX

"Kau baik-baik saja?" tanya Yukiko sambil membawa poci teh dan cangkirnya ke ruang makan dimana Shiho duduk untuk menenangkan diri.

"Aku baik-baik saja. Terima kasih, Bibi," jawab Shiho.

"Syukurlah," ucap Yukiko sambil duduk di kursi. Dia lalu menuangkan teh ke dalam cangkir. "Minumlah teh ini agar kau merasa lebih baik," ucapnya sambil menyodorkan cangkir teh tersebut kepada Shiho.

Shiho hanya mengangguk dan menerima cangkir tersebut kemudian meminum isinya.

Yukiko tersenyum melihat Shiho kemudian mengalihkan pandangannya ke Shinichi yang menggerutu di sudut ruang makan. Shinichi berada di situ karena ibunya akan memberinya tatapan membunuh jika dia berani mendekat.

"Apa yang kau lakukan? Apa kau sudah gila, Shinichi?" tanya Yukiko dengan galak.

"Aku tidak gila. Aku hanya tidak bisa menahan perasaanku pada Shiho," jawab Shinichi dengan kesal.

"Apa yang kau bicarakan? Kau kan sudah punya pacar?" tanya Yukiko dengan heran.

"Memang, tapi sekarang aku mencintai Shiho dan aku ingin dia jadi milikku," jawab Shinichi lalu dia mengalihkan pandangannya ke Shiho dengan senyum di bibirnya. "Jangan khawatir Sayang, aku akan segera membereskan urusanku dengan Ran sehingga kita bisa bersama," ucapnya.

Shiho mengernyit memandang Shinichi sehingga Yukiko menatapnya dengan prihatin. Lalu mendadak Shiho berdiri dengan mata membesar sehingga Yukiko terkejut.

"Ada apa?" tanya Yukiko tapi Shiho tidak menjawab dan hanya menatap Shinichi dengan galak.

"Kudo-kun, tadi pagi saat kau meminjam laptopku, apa kau meminum cairan yang ada di dalam gelas di sebelah laptopku?" tanya Shiho.

"Ya, aku meminumnya. Jus stroberi itu rasanya enak sekali, sama sepertimu," jawab Shinichi sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Oh my God!" seru Shiho sambil memandang Shinichi dengan tatapan putus asa.

Yukiko yang dari tadi memperhatikan pembicaraan Shinichi dan Shiho dengan bingung akhirnya membuka mulutnya.

"Ada apa Shiho-chan?" tanya Yukiko.

"Dia meminumnya," jawab Shiho sambil duduk kembali.

"Minum apa?" tanya Yukiko.

"Penemuan baruku," erang Shiho.

"Penemuan barumu?" tanya Yukiko dengan nada tertarik.

"Ya, bisa dibilang itu semacam obat untuk memanipulasi hormon seseorang sehingga orang itu akan merasa tertarik dan jatuh cinta pada obyek obat tersebut, singkatnya itu adalah ramuan cinta. Rencananya aku ingin menguji cobanya dengan aku sebagai obyek obatnya," jawab Shiho. "Oh, bagaimana bisa dia yang meminumnya?" erangnya.

"Itu penemuan yang hebat, Shiho-chan. Shin-chan bahkan langsung tergila-gila padamu. Kau memang hebat," ucap Yukiko dengan riang sehingga Shiho langsung sweatdrop.

"Bibi, sekarang bukan saatnya untuk mengatakan hal itu," ucap Shiho.

"Kalau begitu Ibu tidak keberatan kan kalau Shiho jadi menantu Ibu," ucap Shinichi yang tiba-tiba sudah ada di belakang Shiho sambil mengalungkan lengannya di leher Shiho.

"Sudah kubilang jangan sentuh aku," ucap Shiho sambil menyentakkan tangan Shinichi kemudian dia berdiri dan berbalik untuk menatap Shinichi. Dia sudah tidak takut lagi pada Shinichi setelah dia mengetahui apa yang sudah terjadi. "Aku harus segera membuat penawarnya jadi aku butuh laptopku," ucapnya.

"Err, itu...," ucap Shinichi dengan gugup sehingga Shiho menaikkan alisnya. "Shiho, tolong jangan marah padaku ya. Aku akan membelikanmu laptop yang jauh lebih bagus dan lebih canggih. Aku janji," ucapnya dengan tatapan memohon.

Shiho menatap Shinichi sejenak dengan wajah tanpa ekspresi.

"Oh Tuhan, tolong ampuni aku," erang Shiho.

Bersambung...