My 4th fanfic dechuuuu X3. Karena belum sempat translate yang "Karna Karma Itu Ada" akhirnya malah bikin cerita baru . Kali ini ceritanya terfokus ke Yorozuya tapi ada sedikit OkiKagu nya. Selamat menikmati 3. Part 1 of 2.
Kagura
Kalau dipikir-pikir, sudah lama sekali, ya.
Sejak aku bertemu dengan seorang Sakata Gintoki dan seorang Shimura Shinpachi dengan cara yang konyol: mereka menabrakku. Tapi aku tidak akan mati hanya karena ditabrak sebuah skuter. Setelah berbagai hal yang aku dan 2 orang itu alami dalam 1 episode, kami kini menjadi sebuah keluarga, yang disebut 'Yorozuya'.
Keluarga, eh?
Yap. Mereka sudah kuanggap seperti keluarga sendiri. Sudah banyak hal-hal bodoh yang kami lalui bersama. Shinpachi sudah seperti kakak bagiku, dan si pria berusia 23 tahun yang kupanggil 'Gin-chan' itu sudah seperti ayah bagiku. Meski dia sudah lama menjomblo. Hihi.
Hari Rabu yang cerah di musim panas, pukul 9 pagi. Satu saat dimana perubahan itu terasa baru akan dimulai.
"Kalau Gin-san menemukan gadis yang saling menyukai dengannya, apa yang akan kita lakukan, ya?" kata Shinpachi, tiba-tiba, ketika si rambut keriting berwarna perak sedang tidak ada.
"Si pembawa berita itu?" tanyaku, sambil membuka sebuah kotak kecil berisi Sukonbu.
"Mungkin saja. Tapi bisa saja yang lain."
"Anego?"
"Err... kalau itu kupikir-pikir dulu."
"Menurutmu sendiri bagaimana?"
"Aku tidak tahu. Makanya kutanya kau. Kalau kau sendiri akan bagaimana?"
"... Entah," kataku pendek, sambil kembali terfokus pada Sukonbu-ku.
Suasana di antara kami hening. Shinpachi tidak lagi mengungkit hal itu.
Tapi ngomong-ngomong pertanyaan Shinpachi agak terngiang di kepalaku. Tumben sekali kan, dia menanyakan hal seserius itu.
Hm. Benar juga.
Apa yang akan kami lakukan, ya?
Pukul 12 siang. Gin-chan belum kembali juga. Shinpachi sepertinya pulang ke rumahnya. Hanya ada aku sendiri. Sadaharu sedang tertidur setelah mengeluarkan benda menjijikan yang disebut kotoran dengan wajah tak berdosa.
Bosan, aku lalu pergi meninggalkan Yorozuya, membawa payungku.
Musim panas di Edo kali ini cukup panas. Jalanan cukup sepi. Mungkin orang-orang juga tidak tahan dengan panasnya.
Seorang pemuda berambut coklat pasir tengah berjalan ke arah yang berlawanan denganku.
Insting mencari masalah milikku keluar. Aku mencari ancang-ancang untuk menendangnya.
"SADIIIISSSSS!" teriakku sambil mengayunkan kaki.
"Eits, sudah kuduga. Salah satu serangan yang bisa membahayakan keselamatan ini akan datang cepat atau lambat," kata pemuda itu, sambil menahan kakiku.
"Cina. Kau tidak ada bosan-bosannya ya mencari masalah denganku?" kata pemuda itu, yang namanya Sougo Okita itu, yang merupakan kapten divisi pertama anjing pemerintah itu, yang bodoh itu.
"Sampai kita tahu siapa pemenangnya, jangan harap aku akan berhenti mengganggumu orang sadis, HAHAHA!"
"Pemenang? Sudah jelas aku kan?"
"Kau? KAU? Kau bermimpi!"
Kami melakukan rutinitas sehari-hari: beradu fisik. Biasanya ini tidak akan berakhir sampai salah satu dari Gin-chan atau si maniak mayones (atau keduanya) datang dan melerai kami.
"Eits."
Seorang pria berambut hitam kehijauan memegang kakiku dan si Sadis.
Hijikata Toshiro. Dengan rokok di mulutnya, dan sebuah botol mayones di kantongnya.
"Hentikan permainan anak-anak kalian. Kita ada pekerjaan, Sougo."
"Hijikata-san, kalau kau tidak punya teman, pergilah loncat tebing dan carilah teman setelah melakukannya. Jadi kau tidak akan mengganggu kami."
"ITU SAMA SAJA KAU MINTA AKU BUNUH DIRI DASAR BOCAH KURANG AJAR!"
"Menyuruhmu bunuh diri dan memintamu pergi loncat tebing itu adalah hal yang berbeda, Hijikata-san."
"ITU SAMA SAJA BODOH!"
"Kalau begitu, carilah orang sadis lain yang bisa diajak bertengkar, ng, misalnya, Danna."
"Si rambut keriting? Dia terlihat sedang bersenang-senang dengan seorang wanita di depan pachinko jadi rasanya aku akan terlihat menyedihkan kalau mengganggunya. Cih, bisa juga dia dapat perempuan."
Gin-chan? Dengan perempuan?
Aku segera berlari meninggalkan si Sadis dan si maniak mayones itu. Tentu saja, menuju pachinko.
Ternyata, mereka berdua mengejarku.
"Kau mau mengganggunya?" seru maniak Mayones, berusaha menyamai kecepatan lariku. Aku hanya menyahut "TENTU SAJA!"
Sementara itu, di belakangnya ada si Sadis. "Aku bahkan tidak tahu kenapa aku ikut berlari."
Setelah menemukan Gin-chan, aku berhenti berlari. Dua orang bodoh yang katanya ada pekerjaan tapi malah mengikutiku itu juga ikut berhenti. Gin-chan terlihat membelakangi kami, dengan seorang wanita di sampingnya.
Tak lama kemudian Gin-chan membalikan wajahnya. Wanita itu juga.
Mereka terlihat berpisah ke arah yang berlawanan. Wanita tersebut menuju ke arah kami. Kami kemudian mencari tempat persembunyian.
Setelah wanita itu menjauh, kami bertiga mendatangi Gin-chan.
"Gin-chan!" panggilku. Pria itu segera menyahut.
"Kagura? Eh? Kalian berdua kenapa ada disini juga?"
"Yang tadi itu siapa, Gin-chan!"
"Ng... perempuan... ngg... Hahaha. Ketahuan ya."
Gin-chan, si Sadis dan si maniak mayones, mereka kemudian berbincang-bincang. Kebanyakan hanya duo sadis itu menindas Hijikata.
Tidak ada yang aneh.
Tidak.
Ada satu.
Aku memang tidak mengerti hal yang seperti itu tapi,
Setelah berkali-kali melihat wajah Gin-chan,
Untuk pertama kalinya, aku melihat wajah Gin-chan yang seperti ini,
Eskpresi wajah orang yang tengah jatuh cinta.
Hari Jumat, musim salju. 6 bulan setelah pertanyaan bodoh itu.
Seorang wanita muda duduk di bangku yang terletak di sebrang bangku yang aku dan Shinpachi duduki. Di sebelah wanita tersebut ada seorang pria berusia 23 tahun yang rambutnya keriting berwarna perak dan sebuah kimono putih dengan motif yang bahkan aku tidak tahu apa motifnya dengan majalah JUMP menguasai kedua tangannya.
Sebuah cake coklat berada di piring yang dipegang wanita itu, dengan sebuah garpu kecil di tangan kanannya. Ia mengambil sedikit potongan dari kue coklat itu lalu memasukkannya ke dalam mulut Gin-chan.
"Enak?" kata wanita itu. Gin-chan menjawab bersemangat. Ia memang suka sekali makan yang manis-manis.
Aku dan Shinpachi tidak berkomentar apapun. Mereka berdua seperti ada di dunia milik sendiri.
Aku lalu mengambil remote TV, kemudian menyalakannya. Namun acara tidak ada yang bagus. Terus mengganti-ganti channelnya tanpa tetap di satu channel manapun.
Sebuah channel TV menampilkan berita dengan seorang wanita yang sudah tidak asing sebagai pembawanya.
Ketsuno Ana.
Satu-satunya wanita yang kutahu bisa menarik perhatian Gin-chan.
Tapi wanita yang ada di sebelahnya saat ini bukanlah Ketsuno Ana.
Aku lalu mematikan TV tersebut. Kemudian pergi keluar Yorozuya, kali ini tanpa payungku. Shinpachi mengikutiku dari belakang. Kami mengatakan akan pergi keluar sebentar namun tidak disahut oleh salah satu oleh mereka.
"Aku mau ke rumah. Kau mau ikut, Kagura-chan?"
Aku menggeleng, tanda aku akan pergi ke tempat lain. Kami lalu berpisah jalan di depan Snack Otose.
Aku tidak punya tujuan. Sadaharu sedang tidur. Aku tidak mau mengganggunya. Jadi aku hanya berjalan-jalan tanpa arah.
Sudah beberapa bulan sejak wanita itu rutin datang ke Yorozuya dan hapir melakukan hal yang sama setiap hari dengan Gin-chan. Sejak wanita itu datang, uang sewa jadi terbayar dengan lancar. Otose nampak menyukai wanita itu (tentu saja karena kelancaran bayar uang sewa). Tapi aku dan Shinpachi, seperti sama-sama saling tahu kalau... Gin-chan sedikit berubah. Yah. Dia tak lagi melakukan hal-hal bodoh dan yang tidak mencerminkan kalau dia itu pria berusia 20-an. Sejak ada wanita itu Gin-chan jadi sedikit lebih dewasa.
Aku tidak pernah berniat menanyai namanya... karena aku memang tidak mau tahu. Toh, dia juga tidak berusaha mendekatiku atau Shinpachi. Calon istri macam apa itu tidak mendekati anak dan adiknya sama sekali ketika mereka akan menikah.
"Menikah."
Kenapa, ya, sesuatu itu baru terasa berharga kalau sudah kehilangan?
... Cih.
To Be Continued
Ngomong-ngomong aku sengaja ga ngash nama ceweknya karena biarkan kalian yang berimajinasi tentang 'wanita itu' disini hehee.. yang jelas bukan Ketsuno Ana sih karena udah ada di ceritanya kalau "wanita yang bersama Gin-chan itu bukanlah Ketsuno Ana" ^^
RnR ya! :D
