~OHAYOU MINA~
.
.
.
Hyo kembali lagi meramaikan dunia fanfiction dengan fic multichap(lagi). Kali ini masih tetap dengan pair yang sama. Pairing kesukaan Hyo. "NaruHina" yeeeeeey….
Sebelumnya Hyo mau nanya. Kalian tau gak film Thailand yang judul nya 'Litlle thing called love' ?
Bagi para senpai yang tau pasti bakal sadar kalo second fic Hyo ini bakal mirip ama cerita itu. Karena emang Hyo ngambil dari cerita itu ko. (Author ga modal ide). Tapi ini versi NaruHina nya. Paling ada cerita yang Hyo ubah dikit. (dikit banget)
Film nya bagus banget lo para senpai. Tapi mungkin Fic Hyo ini ga bakal sebagus ceritanya karena Hyo bukan lah Author master yang pinter bikin kata-kata.
Ah sudahlah. Sebelum nya.
Discklaimer : Mashasi Kishimoto (Pengarang 'Litlle thing called love' perlu disebutin ga? Tapi Hyo gatau namanya).
Warning : Au, Typo(s), OOC(I think), EYD yang berantakan, dan warning-warning lain nya.
Sumarry : Kalian semua pasti pernah memiliki seseorang yang kalian sukai secara diam-diam. Akupun begitu. Orang itulah yang mengajarkan padaku apa itu 'Hal kecil yang disebut cinta'.
Genre : Romance & Hurt/Comfort
Okay, Lets read my second fic…
Hyoka Hinaru Present
.
.
.
.
.
.
Be with you
…
Gadis itu, tak bisa masuk dalam kategori gadis cantik. Tak percaya? Coba perhatikan penampilan nya.
Kulit nya yang berwarna gelap, rambut indigo pendek berpponi, model seperti itu sudah ketinggalan jaman. Lalu penampilan nya diperburuk dengan sebuah kaca mata yang kebesaran.
Buruk? Memeang. Tapi setiap orang memiliki kelebihan bukan? Begitu pula gadis ini. Jika kita perhatikan dengan seksama, gadis indigo itu memiliki senyum yang manis.
Hinata. Nama gadis itu. Kini sedang terpaku dibalik jendela sebuah kafe menatapi seorang pemuda diatas motor nya yang sedang berhenti karena lampu lalu-lintas dihadapan pemuda itu saat ini berwarna merah.
Manik lavender yang terhalang kacamata tebal itu tak bosan-bosan nya memandangi pemuda diatas motor tadi. Kedua belah tangan-nya ditangkupkan pada dagu menahan berat kepala nya dengan sikut yang bersentuhan langsung pada meja makan kafe didepan nya.
"Naruto-senpai" Bisik gadis itu. Sesekali ia tersenyum sendiri, entahlah. Mungkin karena memikirkan hal-hal yang aneh atau memang otak nya yang bermasalah.
"HAYO… jangan melamun". Suara itu, bukan. Teriakan itu tepat disamping telinga Hinata. Cukup meengagetkan, malah sebenarnya sangat mengagetkan sehingga membuat Hinata gelagapan.
Suara itu milik teman-teman nya. Ino, Tenten, dan Temari secara bersamaan.
Hinata tidak menjawab, dia hanya berani menundukan wajah menyembunyikan rona merah yang tentu saja saat ini menghiasi pipi chubi nya.
Temari mengarahkan pandangan nya keluar jendela tepat menuju arah pandang Hinata sebelum nya.
"Ah, kau ini. Pantas saja melamun". Kata Temari
"Ada apa sih?". Kali ini gadis bercepol dua yang bicara. Atau lebih tepat nya bertanya.
"Liat tuh". Temari memaju-kan dagu nya kedepan. Tepat nya ke arah pandang Hinata sebelum nya.
"Ciyeeee". Suara itu milik gadis berambut pirang pucat panjang yang dikuncir satu diatas.
"Kau memperhatikan Naruto-senpai ya?" Gadis bercepol itu bertanya lagi.
"Bodoh, memang nya siapa lagi?" Sahut Temari.
"Ah, tapi sayang Naruto-senpai tidak melihat kesini ya. Emmm, bagaimana kalau…" Ino menggantungkan kalimat nya sambil melirik dengan tatapan nakal kearah teman-teman nya-minus Hinata-.
"Kyaaaaaaaa". Pekikan itu milik Hinata.
Bagimana tidak kaget? Tiba-tiba saja tangan teman-teman nya secara paksa menangkat wajah nya danmelepas kacamata nya.
Pipi chubi milik Hinata di apit oleh tangan-tangan Temari,Ino dan Tenten secara paksa menghadapkan wajah nya kearah luar dari balik jendela kaca.
"Naruto-senpai… liat kesini".
"Liat Naruto-senpai. Dia cantik kan?"
""Naruto-senpai… dari tadi dia memperhatikan mu lo".
Teriakkan itu milik Ino, Temari dan Tenten yang masih berusaha menahan posisi wajah Hinata menatap keluar jendela kaca. Hinata tentu saja berontak diperlakukan begitu. Tapi mau bagaimana lagi. Dia kalah jumlah.
Percuma mereka berteriak, karena nampak nya pemuda yang mereka panggil sudah berlalu karena lampu lalu-lintas dihadapan nya kini kembali berwarna hijau.
"Yaaaah, dia tidak melihat kesini". Keluh Ino.
"Ka-kalian ini apa-apaan sih". Hinata mulai angkat bicara sambil memasangkan kembali kacamata-nya yang baru saja berhasil direbut nya dari Tenten.
"Hei, kami kan hanya ingin membantu mu".
"I-itu tidak perlu".
"Huh, sayang sekali ya". Sahut Temari sambil menyeruput segelas lemon-tea.
"A-aku ingin pulang". Hinata langsung berdiri lalu kemudian berlalu meninggalkan ketiga teman dekat nya itu.
"Hei Hinata, tunggu kami". Sahut Temari, Ino dan Tenten berbarengan, lalu berlari kecil mengikuti langkah Hinata.
RnR Please
Hinata dan teman-teman nya adalah siswa kelas 1SMP di Konoha gakuen.
Konoha gakuenadalah sebuah sekolah besar yang terdapat pelajar SMP dan SMA dalam satu sekolah.
Hinata menyukai kaka kelas nya, Naruto Namikaze yang saat ini menjadi siswa kelas 1SMA di Konoha High School sejak pandangan pertama. Tidak heran memang. Karena banyak gadis di Konoha High School yang menggilai Naruto. Hal ini dikarenakan fisik nya yang menurut para gadis errr…sempurna.
Wajah nya yang tampan, mata nya yang senada dengan indah nya biru smudera, rambut pirang yang acak-acakan namun menimbulkan kesan keren dan juga tiga buah garis pada masing-masing pipi berkulit tan-nya yang membuat seorang Naruto Namikaze terlihat lebih manis. Belum lagi sifat nya yang sangat ramah dan murah senyum terhadap siapapun. Siapa yang tidak tertarik? Tapi, Naruto memiliki sifat yang agak jahil jika bersama dengan teman-teman nya.
RnR Please
Hinata's Pov…
Rumah ku hampir sampai, sekarang aku berjalan kaki pulang sendirian menuju rumahku karena Ino, Temari dan Tenten beda arah dengan ku. Aku merasa bosan, sangat menyebalkan jika berjalan kaki sendirian seperti ini.
Ku rogoh saku jaket ku mencari sesuatu yang mungkin bsia mengurangi rasa bosan ku. Ya, benda itu kutemukan. Benda berwarna putih dan dentuk nya panjang seperti tali. Ujung nya tertancap pada ponsel ku dan ujung satu nya bercabang dua. Pada masing-masing ujung berbentuk bundar.
'Bruuukkk'
Saat aku ingin menyumpal kuping ku dengan benda tadi. Tiba-tiba seseorang jatuh dari atas tepat kehadapan ku.
Oh tidak, aku mengenali wajah itu. Apa dia malaikat? Ah, bukan. Tapi dimataku dia adalah seorang malaikat yang sengaja dijatuhkan tuhan dari surge untuk menemaniku. Sepertinya aku mulai berhayal lagi. Baiklah lupakan.
Sosok itu terduduk dihadapan ku. Sepertinya ia kesakitan. Tapi dia tetap menahan imej nya. Kurasa.
Sebenar nya aku ingin menolong. Paling tidak mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri. Tapi ada dua hal yang membuat ku tak bias melakukan nya.
Pertama. Orang itu Naruto-senpai. Untuk mempertahankan kesadaranku dihadapan nya saja sudah membuatku panas dingin. Apalagi untuk membantunya berdiri? Kurasa itu sangat sulit. Untuk ku tentunya.
Kedua. Walaupun aku berani mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri, tapi sepertinya Naruto-Senpai tak akan meraih tangan ku karna kulihat tangan nya kini sudah penuh. Tangan kanan nya menggendong seekor anak kucing dan tangan kiri nya membawa beberapa buah mangga yang masih nempel pada ranting dan daun. Eh, mangga?
Kemudian kualihkan pandanganku perlahan keatas. Benar saja, ternyata saat ini aku sedang berdiri tepat dibawah pohon mangga. Ternyata Naruto-Senpai bukan nya jatuh dari langit, tapi jatuh dari pohon mangga.
Naruto-Senpai perlahan menangkat tubuh nya berusaha berdiri. Tanpa mempedulikan ku, Naruto-Senpai mendekat kearah seekor kucing yang memiliki warna bulu sama dengan kucing yang saat ini digendong nya namun kucing itu memiliki ukuran yang lebih besar dari anak kucing yang saat ini Naruto-Senpai gendong.
Pelan-pelan Naruto-Senpai berjongkok dan meletakkan anak kucing yang tadi digendong nya kesamping kucing yang menurut ku adalah induk dari anak kucing yang digendong itu.
Manik indigo milik ku tak bosan-bosan nya menatap Naruto-Senpai. Betapa baik nya ia. Sungguh seperti malaikat dimataku.
Setelah mengelus lembut kedua kucing itu, Naruto-Senpai perlahan bangkit dan memalingkan tubuh nya ke arah aku berdiri. Sepertinya dia memperhatikan ku. Ah, mana mungkin Naruto-Senpai sudi memperhatikan gadis buruk rupa sepertiku.
Kaki-kakinya mulai melangkah. Kurasa langkah nya menuju kearah ku. Tapi aku tetap berusaha mengelak. Naruto-Senpai tidak mungkin memperhatikan ku.
Sebenarnya aku ingin menghindar.Tapi tubuh sialan ini malah membatu.
Naruto-Senpai sudah semakin dekat saja dengan ku. Pikiran ku tentang 'Naruto-senpai Tak mungkin memperhatikan ku' langsung buyar saat kudapati kini jarak nya berdiri hanya sekitar dua langkah didepanku. Apa yang harus ku lakukan?
"Mau mangga?" Naruto-Senpai mengarahkan sebagian mangga yang tadi dipetik nya saat menolong kucing diatas pohon kepadaku.
Kata-kata itu yang kudengar darinya. Ini pertama kali nya dia bicara padaku. Kau tau, aku sangat bahagia. Mungkin ini hal sepele. Tapi menurut ku ini hal yang paling berharga.
Aku tak berani menjawab. Kupaksakan menarik sudut bibir ku ini agar terlihat sebuah senyuman disana. Namun tanpa mengarahkan pandangan ku padanya. Saat ini aku hanya berani menunduk.
Aku berusaha mengangkat tanganku untuk meraih apa yang Naruto-Senpai berikan padaku.
Usai memberikan senyum seperti biasa. Naruto-Senpai berbalik arah dan dengan langkah yang pincang meninggalkan ku. Sebenarnya aku ingin berterimakasih, tapi bibir ku terasa kelu.
Kenapa selalu begini. Kenapa aku tak pernah berdaya jika ada dia.
"Kau mau mangga?". Lagi, kata-kata itu terdengar lagi. Tapi kali ini kata-kata itu bykan untuk ku.
Kali ini Naruto-Senpai memberikan sebagian mangga yang dipetik nya tadi pada seorang gadis yang cantik. Gadis itu memiliki rambut yang panjang berponi berwarna pirang pucat. Mata violet nya begitu indah. Jika dibandingkan dengan ku. Ah, sepertinya tidak sepadan.
Kulihat gadis itu tersipu malu dan mengucapkan terimakasih pada Naruto-Senpai. Apa dia juga menyukai Naruto-senpai? Ah, memang nya siapa gadis yang tidak tertarik dengan Narruto-senpai.
Sakit sekali melihat nya. Tadinya aku baru saja terbang tinggi. Tinggi sekali. Tapi kenapa Naruto-Senpai juga memberikan mangga pada gadis itu.
Kulanjutkan langkah ku yang tertunda. Dengan gontai ku seret kaki ku menuju rumah yang jarak nya kini hanya beberapa blok saja.
RnR Please
~Normal pov…
"Aku pulang". Gadis berponi itu menyapa saat memasuki sebuah rumah sederhana yang bernuansa jepang klasik.
"Selamat datang Hinata". Wanita paruh baya membalas sapaan nya.
"Nee-chan, tadi ayah kirim surat". Kali ini giliran seorang gadis kecil yang mungkin berumur 12tahun berlari kecil kearah gadis yang dipanggil Hinata itu.
"Benarkah? Ayah bilang apa?"
"Nih, nee-chan baca aja sendiri. Ayah juga kirim foto nya di Amerika". Gadis kecil tadi menunjukan sebuah surat.
Hinata memperhatikan setiap kata-kata yang tertulis pada secarik kertas itu.
Bagaimana kabar kalian semua istriku dan anak-anakku?
Semoga kalian baik-baik saja ya. Ayah disini sangat merindukan kalian, tapi sayang nya ayah tak bisa pulang bulan ini. Maaf jika ayah mengecewakan kalian semua. Padahal ayah sudah berjanji. Tapi ayah harap kalian semua bisa mengerti akan kesibukan ayah disini.
Untuk Hinata dan Hanabi. Sebagai gantinya, ayah berjanji akan mengirimkan tiket ke Amerika, namun itu hanya jika diantara kalian yang mendapatkan peringkat pertama disekolah.
Maka dari itu, berusahalah.
Mungkin hanya itu yang ingin ayah sampaikan. Sekali lagi ayah minta maaf karena tak bisa pulang sesuai janji ayah.
Semoga kalian baik-baik saja disana.
Salam hangat penuh cinta
Hyuuga Hiashi.
"Apa ini benar bu?". Pertanyaan itu ditujukan oleh Hinata pada wanita paruh baya disamping nya.
"Ayah mu tak pernah berbohong kan". Wanita yang dipanggil ibu oleh Hinata itu menjawab sambil tersenyum lembut.
"Baiklah. Aku pasti bisa meraih peringkat pertama disekolah. Ayah tunggu aku". Hinata memandang penuh semangat pada foto yang dikirimkan oleh ayah nya.
Dalam foto itu terdapat gambar seorang lelaki paruh baya yang tersenyum sambil mengangkat jempol kanan nya. Lelaki itu bedriri didepan patung yang sangat besar. Patung itu dikenal banyak orang dengan nama liberti.
"Juara satu dari belakang maksudnya". Suara Hanabi barusan benar-benar membuat semangat hinata yang tadi menggebu-gebu menjadi runtuh.
RnR Please
Ruang kelas VII B(Kelas Hinata, Ino, Temari dan Tenten)…
"Pada kata inspiration, huruf 'a' dibaca menjadi 'e' dan pada huruf 't' dibaca 's'. jadi, cara membacanya adalah 'inspiresion'". Suara itu, setengah berteriak milik seorang wanita yang mungkin berumur sekitar 27 tahunan sedang menerangkan didepan kelas. Panggil saja Anko-sensei
"psssst, Hinata" Ino yang letak duduk nya berada diseberang bangku Hinata, berbisik sambil memberikan secarik kertas pada Hinata.
"E-eh, i-ini apa?"
"Baca"
Hinata mengarahkan pandangan nya pada kertas yang tadi diberikan oleh Ino. Kertas itu masih terlipat, sehingga Hinata perlu membuka lipatan itu dulu sebelum membaca tulisan apa yang tertera pada secarik kertas misterius itu.
Nama : Naruto Namikaze
Kelas: XD
Umur: 16 thn
Tinggi badan : XXX cm
Berat Badan : XXX Kg
B'day: 10 Oktober
Gol darah : O
Nama Ayah : Minato Namikaze
Nama Ibu: Uzumaki Khusina(katanya ga mau ganti marga jadi Namikaze)
No sepatu: 42
Hoby: Menjahili teman
'Ba-bagaimana Ino bias mendapatkan data-data tentang Naruto-senpai'. Batin Hinata yang saat ini sukses membulatkan mata nya sempurna.
Hinata menarik nafas perlahan. Lalu melanjutkan bacaan nya.
Catatan: Mending kamu menjauhi Naruto-senpai, kudengar dia tidak tertarik dengan siapapun disekolah ini. Dia tidak pernah pacaran. Selain itu, Naruto-senpai juga tergolong siswa yang nakal. Dia sering dihukum karena mengerjai teman-teman nya. Bahkan ku dengar ada dua orang siswi dikeluarkan dari
Kata-kata terakhir itu berlawanan terbalik dengan isi kepala Hinata. Bergegas ia meraih bolpoin nya dan menuliskan beberapa kata dibawah catatan Ino tadi.
Merasa apa yyang ditulis nya sudah cuku. Hinata mengembalikan kertas itu pada Ino. Dengan cara mengendap-endap agar tidak ketahuan Anko-Sensei tentunya.
Itu tidak mungkin. Naruto-senpai itu orang baik.
Ino menatap tak percaya pada Hinata, tapi Hinata sudah tidak lagi memperhatikan nya karena saat ini Hinata begitu serius menangkap penjelasan dari Anko-Sensei guru bahasa Inggris mereka. Dan pelajaran Bahasa Inggris adalah pelajaran yang paling disukai Hinata.
Saat itu dikantin…
"Bi, tolong jus tomat nya empat". Suara lembut itu milik seorang gadis berkacamata yang kita kenal bernama Hinata.
Saat ini Hinata sedang mengantri didepan warung kantin. Bukan hanya Hinata, dibelakang nya juga terdapat beberapa siswa yang berjejer rapi menunggu giliran untuk memesan termasuk Temari, Tenten dan Ino yang saat ini tepat dibelakang Hinata. Aneh? Menurut ku tidak, konoha gakuen memang mewajibkan siswa nya untuk tertib. Bahkan saat membeli makanan ataupun minuman dikantin.
Tiba-tiba seorang pemuda di ikuti kedua teman nya yang salah satu nya memegang bola basket mendorong Hinata. Tubuh mungil Hinata tentu saja huyung dan terjatuh kesamping karena dorongan itu.
"Bi, kami minta empat soda". Kata pemuda yang tadi mendorong Hintata tanpa mempedulikan Hinata yang terjatuh akibat ulah nya.
Hinata segera meraih kacamata nya yang sempat terjatuh lalu mencoba berdiri dengan dibantu oleh Ino, Tenten dan Temari.
"Se-senpai, ke-kenapa begitu?" Lirih Hinata sambil menepuk-nepuk rok sekolah nya yang agak berdebu.
"Kenapa? Kau marah gadis jelek?"
"Hei, kau tak tau diri. Sudah mendorong teman ku bukan nya minta maaf, malah mengejek". Kali ini Ino angkat bicara.
"Setidak nya dia tidak mati karena hanya didorong begitu". Sahut pemuda yang tadi didorong Hinata.
"Lagian kan kami ini tim basket sekolah, memang lebih pantas kan kami didahulukan karena kami ingin minum akibat kelelahan akibat berjuang untuk sekolah ini".
Kali ini seroang pemuda berambut hitam yang mirip helm yang sedari tadi berdiri dibelakang pemuda yang mendorong Hinata ikut menyahut sambil menunjukkan bola basket yang sedari tadi dibawa nya.
"Alasan konyol macam apa itu? Dasar kalian para banci. Berani nya dengan anak perempuan". Bentak Temari yang mulai naik pitam.
"Kau mau kuhajar ya". Geram si penabrak Hinata. Ah, panggil saja dia Kiba.
Suasana dikantin menjadi cukup gaduh.
Naruto yang sedang bermain bola di lapangan yang letak nya dekat dengan kantin sekolah, ikut menyaksikan kegaduhan itu dari kejauhan.
Tak lama menunggu, karena memang tak ada yang perlu ditunggu. Naruto segera melangkahkan kaki nya kearah sumber kegaduhan.
Naruto tak banyak bicara, dia hanya melangkah. Namun tindakan yang begitu simple seperti itu mampu membuat kegaduhan mereda hanya dengan kedatangan nya. Para siswi menatap nya kagum sambil sesekali menjeritkan Nama nya, sementara para siswa hanya berdecak kesal. Naruto tak mempedulikan orang-orang yang memperhatikan nya kagum maupun kesal.
"Bi, tolong jus tomat nya empat" Ujar Naruto, tak lupa disertai senyuman ringan kepada seorang wanita paruh baya penjaga kantin tersebut.
Tanpa menunggu lama, kini Naruto tengah mendapati empat buah gelas plastik yang berisikan jus tomat ditangan nya.
"Ini, ambil lah". Ujar Naruto sambil menyodorkan empat gelas plastik berisi jus tomat itu kepada Hinata. Tak lupa tersenyum tentunya.
Hinata tak berani menjawab, perlahan ia meraih empat gelas plastik berisi jus tomat itu dari Naruto.
"Permisi". Suara itu terdengar sebelum akhir nya Naruto berlalu meninggalkan Hinata yang hanya bisa terpaku menatap kagum kearah nya.
"Ciyeeee". Suara Ino, Tenten dan Temari secara bersamaan menggoda Hinata yang hanya bisa menunduk malu.
"I-ini minuman kalian". Hinata memberikan jus pada masing-masing teman nya tanpa mempedulikan godaan mereka.
"Sepertinya anak itu ingin main-main dengan kita ya, Kiba". Seorang pemuda berambut helm membuka suara nya.
""Ayo kita beri pelajaran sepulang sekolah nanti. Kau ikut Shino?" Kiba menatap seseorang disamping nya yang sedari tadi hanya diam.
"Tersesah". Jawab orang itu dingin.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
~TBC~
Menurut para senpai sekalian gimana second fic Hyo ini?
Buruk?
Abal?
Nista?
Hina?
Atau Bagus? *plak*
Hyo ga mau banyak-banyak bacot ah.
Sama seperti para Author lain nya. Yang ingin Hyo katakan adalah…
"TOLONG REVIEW NYA! T,T"
