Your Call

Genre : Friendship, Romance, Hurt

Twoshot

Jeno | Jaemin | Renjun

Haechan

.

.

.

Ditengah hamparan salju disebuah taman, terdapat seorang pemuda berambut coklat sedang duduk diatas sebuah ayunan. Dia mengadahkan kepalanya keatas untuk merasakan sensasi salju yang jatuh mengenai kulitnya.

Ingatannya kembali mengulang peristiwa yang terjadi 2 bulan yang lalu. Ingatan yang sangat ingin dia lupakan.

Flashback on

Didalam sebuh kelas terdapat sepasang sahabat yang sedang duduk dibangku mereka. Mereka adalah Na Jaemin dan Lee Heachan.

"jadi begitulah, apa yang harus kulakukan jaemin-ah? Aku memang mencintainya tap-" ucapan Haechan berhenti saat dia melihat orang yang sedari tadi dia harap mendengarkan ceritanya malah sedang melamun.

"NA JAEMIN KAU MENDENGARKAN KU TIDAK SIH" teriak Haechan yang membuat seluruh isi kelas memandang mereka berdua.

"Y-ya" jawab jaemin gagap karena kaget. Haechan hanya menatap jamin datar.

"Hehe mian" lanjut Jaemin dengan cengiran polosnya.

"Oke forget that, jadi kenapa kamu tadi melamun" Tanya haechan sambil menahan diri agar tidak mencubit pipi sahabatnya itu.

"Tidak ada ap- Haechan-ah" jaemin sedikit berteriak karena haechan mengambil handphonenya.

"Oh jadi karena ini kau melamun tadi" haechan melirik sahabatnya itu dan kemudian melanjutkan "ayolah nana, aku yakin kalau dia juga menyukaimu ani dia mencintaimu, dan alas an dia memintamu bertemu pasti dia mau menembakmu."

Jaemin diam memikirkan kata-kata haechan barusan. Dia berharap apa yang dikatakan sahabatnya itu benar, tapi entah kenapa dia merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi.

Jam Itirahat

Jaemin melangkahkan kakinya dilorong yang penuh dengan para siswa yang baru keluar kelas. Dia melangkahkan kakinya yang terasa berat menuju taman belakang tempat dia dan sahabat kecilnya Jeno, janjian untuk bertemu. Jaemin merutuki dirinya sendiri yang lupa membawa jaket pagi tadi karena sudah telat. Jaemin memang sangat sensitive terhadap dingin. Dan akhirnya dia mendapatkan hadiahnya, saat ini dia merasa pusing karena kedinginan. Dia ingin cepat-cepat menemui Jeno agar dia dapat segera kembali kekelasnya yang hangat.

Sesampainya ditaman, Jaemin menemukan Jeno sedang duduk di sebuah bangku dibawah pohon yang sudah tidak mempunyai daun.

"Ada apa?" ucap jaemin sambil mendudukkan pantatnya disebelah jeno.

"Tidak apa-apa, hanya ingin nostalgia disini bersamamu" ucap jeno dengan tidak mengalihkan pandangan matanya kedepan.

"Oh ayolah jen aku sedang sibuk sekarang" jaemin semakin mengeratkan blazer yang dia pakai untuk menghalau angin yang datang menghampirinya.

"Memangnya kau sedang-, Oh God nana where is your jacket?" seru jeno saat dia melihat jaemin tidak memakai jaket.

"Aku lupa membawanya tadi karena aku kira Kim Ssaem sudah masuk kelas, ternyata dia malah tidak masuk."

"Are you out of your mind? Kau bisa sakit nana, lain kali jangan lupa membawa jaketmu lagi eoh, aku mohon padamu." Ucap jeno sambil memakainkan jaketnya ketubuh jaemin. Jaemin hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan jeno.

Jeno kemudian membawa jaemin kedalam pelukannya, jaemin berharap jeno tidak bisa mendengar suara detak jantungnya yang saat ini berdetak tak karuan. Dari posisinya sekarang, Jaemin bisa melihat wajah Jeno dari samping yang menurutnya posisi paling sempurna untuk mengagumi wajah tampan Jeno. Jeno sedang menutup matanya jadi Jaemin bisa dengan puas memandangi wajah Jeno.

"Aku tahu kalau aku tampan, jadi berhentilah menatapku seperti itu." Ucap Jeno ambil membuka matanya. Jaemin yang tertangkap basah hanya bisa mengelak dengan kata-kata "k-kau peraya diri sekali, a-aku tidak sedang m-menatapmu. Dan juga kau itu jelek tahu." Tentu saja semua itu bohong karena pada kenyataannya Jaemin memang sedang menatap Jeno. Jeno hanya terkekeh melihat sahabatnya yang tiba-tiba menjadi gagap. Suasana menjadi hening kembali. Jaemin memikirkan kata-kata Heachan yang bilang jika Jeno juga menyukainya. Jadi, Jaemin memberanikan diri untuk menanyatakan perasaannya pada Jeno.

"Jeno-ya"

"Ya"

Belum sempat Jaemin melanjutkan kata-katanya, sebuah tangan sudah lebih dulu menutup mata Jeno. Yang membuat Jaemin terkejut adalah pemilik tangan itu adalah Huang Renjun yang tak lain adalah ketua kelasnya. Jaemin menatap dua orang yang sedang saling melemparkan senyum itu dengan bingung. "sejak kapan mereka menjadi dekat seperti ini?" itulah pertanyaan yang saat ini memenuhi kepala Jaemin.

"Oh hai Jaemin" sapa Renjun dengan senyuman yang menunjukkan gigi gingsulnya yang menambah pesonanya itu. Renjun ikut mendudukkan dirinya disamping Jeno.

"Oh hai Renjun-ah" jaemin membalas sapaan Renjun dengan sebuah senyuman yang dipaksakan karena saat ini dia melihat tangan Jeno yang sedang menggenggam tangan Renjun. Jeno yang tadi sempat menangkap wajah bingung Jaemin akhirnya membuka suara.

"Nana-ya, alasan aku memanggilmu kesini karena aku ingin megatakan sesuatu padamu." Jeno merubah posisi duduknya menghadap ke Jaemin. Jeno tersenyum sambil melanjutkan perkataannya.
"Aku ingin bilang jika mulai dari kemarin, aku dan Renjun sudah resmi menjadi pasangan kekasih" jelas Jeno dengan senyuman yang terukir di wajahnya.

Jaemin yang awalnya terkejut dengan penuturan Jeno cepat-cepat tersenyum bahagia (yang dipaksakannya lagi) agar sahabatnya itu tidak menyadari wajah sedihnya. Jaemin memberikan ucapan selamat kepada Jeno dan Renjun karena sudah menjadi pasangan kekasih. Saat ini memang Jaemin sedang tersenyum bahagia, tetapi dalam hati dia sedang menangis. "jadi ini alasanmun memanggilku kesini." Batinnya. Jaemin tersenyum miris saat melihat dua orang disampingnya ini sedang bercanda dengan mesranya. Tanpa disadari airmata yang daritadi dia tahan terjatuh dengan sendirinya. Cepat-cepat dia menunduk untuk menyeka airmatanya agar tidak ketahuan oleh mereka.

"Nana-ya apa kau baik-baik saja?" Tanya jeno yang menyadari jika sahabatnya itu menunduk terus dari tadi.

"Aniya Jeno-ya, aku baik-baik saja hanya sedikit pusing." Jaemin bisa melihat kekhawatiran diwajah Jeno

"Mau kuantatr ke UKS?" kali ini Renjun yang bicara.

"Terimakasih Renjun-ah, tapi aku ingin kembali kekelas saja." Jeno yang hendak berdiri ditahan oleh Jaemin. "Kau disini saja temani Renjun, aku bisa kembali kekelas sendiri." Ucap Jaemin sambil tersenyum kearah Jeno.

"Kau benar-benar tidak apa-apa Nana-ya? Tidak perlu kuantar kekelas? Tidak boleh kau harus kuantar kekelas." Jaemin memutar bola matanya malas saat Jeno sudah mulai mengoceh sepeti itu.

"Oh ayolah Jen, aku sudah aku bisa kembali ke kelas sendirian. Dan berhentilah mengoceh seperti eomma." Jeno hendak membuka mulutnya tapi sudah keduluan oleh Jaemin.

"Aku tidak akan jatuh, tidak akan menabrak apapun dan aku akan tetap memakai jaketmu." Ucap Jaemin final lalu melangkah pergi.

"Nana-ya hati-hati, jika ada apa-apa langsung telpon aku." Teriak Jeno yang hanya dibalas dengan lambaian tangan Jaemin.

Saat ini Jaemin ada diatap gedung. Air matanya jatuh begitu saja tanpa dia tahan. Rasanya sangat sakit sampai dia sulit untuk bernafas. Saat dia hendak meninggalkan taman belakang, dia sempat melihat kembali kearah Jeno. Dan itu adalah tindakan yang paling dia sesali seumur hidupnya karena dia melihat Jeno yang sedang mendekatkan wajahnya kearah Renjun. Jemin sudah cukup dewasa untuk mengerti apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia terus menagis sejadi-jadinya sambil memukuli dadanya yang terasa sangat sakit. Setelah cukup lama menangis, akhirnya dia terdiam. Dia merasa sangat bodoh karena menganggap Jeno juga mempunyai perasaan yang sama dengannya. Saat ini Jaemin memilih untuk diam menikmati sensasi angin dingin yang mengenai kulitnya, perhatiannya teralihkan saat dia merasakan getar yang berasal dari handphonenya. Dia tersenyum melihat pesan yang masuk, itu adalah pesan dari Haechan. "Nana-ya kau dimana?" "Kenapa kau tidak masuk kekelas?" "Kim ssaem menanyakan keberadaanmu dan aku bilang jika kau sedang sakit dan berada di UKS." "Yaa balas pesanku, kau ada dimana?" "Apakah saat ini murid terpintar kita sedang bolos pelajaran eoh?" seperti itulah isi pesan dari Haechan yang berhasil membuat mood Jaemin menjadi baik lagi. Tapi itu tidak bertahan lama karena tiba-tiba senyummannya hilang setelah melihat pesan masuk. Pesan dari seseorang yang membuatnya menjadi sakit. Dia memilih untuk mendiamkan pesan itu tanpa ada niat untuk membalasnya.

From 0822 xxxx xxxx

Jaemin-ah kau dimana? Kenapa kau tidak masuk kelas? Apa kau sakit? Hubungi aku jika kau sudah membaca pesan ini.

Huang Renjun.

.

.

Dua bulan sudah berlalu sejak kejadian itu, sekarang tanggal 13 February itu berarti besok adalah hari special dia dengan Jeno. Special bukan dalam artian mereka saat ini dalam hubungan yang serius. Besok adalah peringatan 12 tahun mereka bersama sebagai sahabat. Ya sahabat, karena nyatanya sampai sekarang Jeno masih berpacaran dengan Renjun. Jaemin tersenyum kecut saat mengingat hal itu, setelah Jeno berpacaran, Jaemin jadi jarang bermain berdua dengan Jeno. Jaemin mengerti akan hal itu, bagaimanapun juga pacar harus didulukan daripada teman bukan. Jaemin duduk diatas tempat tidurnya sambil memegang sebuah gantungan kunci berbentuk balok not. Jaemin ingat betul mata Jeno yang berbinar saat melihat gantungan kunci itu, tapi berakhir dengan poutan dibibirna setelah dia tahu harganya yang lumayan mahal. Jaemin kemudian mengambil handphonenya dan mengetikkan sesuatu. Setelah itu dia memutuskan untuk pergi ke alam mimpi.

To JenoLee

Kau tidak lupa besok hari apa kan?:) aku akan menunggumu ditaman biasa sepulang sekolah. Pastikan kau datang, jika tidak akan ku pastikan kau menyesal setelahnya.

Tbc

Hai semua /sok manis:v ini ff pertama ku, lagi bosen aja sih jadi iseng-iseng bikin ff. Maafkeun kalo ceritanya gk jelas, alurnya kecepetan ato kelambatan.

Mungkin readernim bisa memberikan saran hehe. Okelah selamat membaca dan salam kisseu dari dedek Jisung muahh.