Summary: Berawal dari pertemuan para otaku yang direncanakan di Internet. Haruno Sakura jadi terlibat Uchiha Sasuke yang menjadi idola sekolahnya. "Tunggu! Kita satu sekolah?" Sebuah kisah manis yang dibumbui romansa, persahabatan, dan keluarga.
Disclaimer: Masashi Kishimoto
One Thousand Sakura Petals
Chapter 1:
"KYAAA! Sasuke-kuuuuuunnnn!" Sorak meriah yang di dominasi oleh para murid-murid perempuan menggelegar dari sisi lapangan basket Konoha High School. Semua hanya meneriakkan satu nama yang terus-menerus disebutkan secara kontinyu. Sebenarnya itu agak merisihkan bagi si pemilik nama, karena sekarang dia merasa seperti ace tim dan bertanding di liga kejuaraan basket. Padahal laki-laki bernama lengkap Uchiha Sasuke itu hanya sekedar bermain basket di lapangan dingin itu bersama beberapa rekannya untuk mengisi waktu istirahat, dan dia sebenarnya berada di bagian deffence.
Memang sulit memiliki paras tampan seperti dirinya, dia bukan narsis atau membanggakan diri, tapi inilah kenyataan. Dengan tubuh tegap, kulit putih bersih, mata gelap, dan surai hitam langit malam menjadi mahkota spesialnya –karena bentuknya mencuat pada bagian belakang, dan poni panjang menutupi sisi wajahnya, tentu saja ada beberapa poni yang menutupi dahinya– rambut gaya seperti itu hanya ada satu di sekolah, bahkan mungkin di dunia, jadi sangat mudah menemukan yang namanya Uchiha Sasuke di antara milyaran manusia.
Selain paras sempurnanya, dan tentu saja didukung dengan tubuh proposionalnya. Sasuke mempunyai sifat yang sering membuat gadis-gadis menggigit jari karena gemas. Sasuke termasuk laki-laki yang tak banyak bicara, cenderung pendiam, ia semampu mungkin bersikap dingin kepada anak perempuan karena mereka akan bertambah ganas jika Sasuke jadi seorang gentleman.
Sedetik kemudian Sasuke menerima operan bola ketika ia berada di tengah garis lapangan, dan teman timnya semua kena block. Para gadis segera menyemangatinya dan menyuruhnya melakukan three point shoot atau dunk. Sasuke men'dribble bola memutar ketika lawannya mencoba merebut, itu juga sebagai pengalih perhatian agar bolanya tetap pada dirinya dalam beberapa detik dan dengan tekad terakhir Sasuke menge'shoot, suara penonton mereda dan memperhatikan arah parabola yang melambung, masuk? Tentu saja.
"KYAAA!"
Semua murid perempuan bersorak dan ada yang berusaha berlari melintasi lapangan untuk sekedar memberikan Sasuke kecupan selamat untuk tembakan pertama sejak permainan berlangsung, namun sebelum dilancarkannya niat itu, suasana sepi seketika. Semua menatap gadis yang tadi tak sengaja melintas melewati belakang ring basket, pasalnya ia terkena pantulan keras pada kepala oleh bola tembakan Sasuke ketika bola itu jatuh terpantul setelah masuk ring.
Sasuke meringis pelan ke arah gadis bermahkota tak lazim itu, merah muda? Apa itu? Rambut palsu kah? Gadis itu tak bergeming, ia tengah membawa laptop di tangannya. Dan ketika Sasuke dan kawan-kawannya menghampirinya. Sasuke mengira gadis itu bakal menangis tersedu-sedu atau marah-marah, namun gadis itu malah mengabaikannya sambil berlalu.
"Tidak apa-apa, tak usah dipikirkan!" Kata gadis itu melambai pelan tanpa menoleh, Sasuke mengangkat bahunya, kemudian bermain lagi dan detik berikutnya suara penonton dadakan itu langsung beriak kembali.
.
.
.
HARUNO Sakura baru saja menyelesaikan membaca daftar anime yang akan keluar pada tahun depan. Kini ia membuka situs khusus otaku se-Jepang, dan membuka ruang chat khusus miliknya dan kelompoknya. Ia sedang semangat-semangatnya melakukan itu, karena sebentar lagi Sakura akan bertemu dengan kelompok kecilnya, yang terdiri dari enam orang termasuk dirinya yang kebetulan tinggal berdekatan, yaitu Konoha. Mereka bisa dibilang sahabatnya di dunia maya, mereka terdiri dari tiga laki-laki dan tiga perempuan termasuk Sakura sendiri.
Kebetulan mereka sepertinya tidak satu sekolah, nama-nama mereka adalah Ino, Hinata, Naruto, Sai, dan Sasuke. Sakura tak yakin itu nama asli mereka, tapi sepanjang mereka sering melakukan perbincangan online mereka selalu menyenangkan. Sakura jadi tidak sabar bertemu dengan mereka hari minggu ini.
Sakura meringis, merasa sisi kiri kepalanya yang sedikit berdenyut, merasa sedikit perih ketika ia mencoba merabanya. Tentu saja karena habis terkeda bola basket. Tapi sesaat Sakura mengabaikannya lagi, sebenarnya ia sedang mencari hotspot koneksi wifi, oleh karena itu ia dari tadi berkeliaran membawa laptop untuk mendapat sinyal yang bagus. Sakura hendak bersorak, salah satu kontak chat group'nya tiba-tiba menyala hijau, dan terdapat tulisan yang muncul pada chat box'nya.
Sasuke_U is typing...
Sasuke_U: cuma kau saja yang online?
Sakura menaikkan alisnya, Sakura berpikir keras, ia tidak begitu akrab dengan si Sasuke ini. Karena orang ini biasanya mau menyahuti chat dari anggota laki-laki saja dan biasanya sedikit cuek pada anggota perempuan, Sakura melihat foto di profilnya bergambar seorang tokoh fiksi dari sebuah game yaitu Final Fantasy XIII Versus. Noctis, pemeran utama dari game fantasi itu. Dasar, laki-laki.
Sakura_H: yap! Rencana hari minggu, kau bisa ikut kan Sasuke-kun?
Sasuke_U: tentu. Bagaimana yang lain?
Sakura_H: Ino, Hinata, Sai, dan Naruto bilang kalau mereka bisa.
Sasuke_U: hn. Kau sendiri? Tidak ada halangan?
Sakura_H: Tenang saja! Tidak boleh terlambat lho! Ini akan jadi hari besar sepanjang masa!
Sasuke_U: kau berlebihan.
Sakura_H: tidakkah ini menyenangkan? Aku sudah tidak sabar bertemu kalian!
Sasuke_H: kau sudah mengatakan itu hampir setiap kita chatting.
Sakura_H: benarkah? Haha, tentu saja itu karena aku sangat-sangat tidak sabar!
Sasuke_U: terserahlah.
Sakura jadi tersenyum-senyum sendiri, tumben sekali Sasuke seperti itu. Ia kemudian menatap foto profilnya sendiri, salah satu tokoh populer dari penyanyi figuran Vocaloid. Megurine Luka. Dengan mahkota merah muda panjang milik Luka, tentu setidaknya mencerminkan sedikit saja bayangan Sakura. Sakura bahkan berimpian dia bisa melakukan cosplay Luka tanpa menggunakan wig, karena rambutnya yang sekarang jelas kurang panjang! Hanya sebahu!
Rambutnya belum mencapai kepanjangan maksimal. Dan Sakura mengutuki perbuatannya beberapa tahun lalu karena membabat rambutnya hingga pendek sekali.
Bel berbunyi baru saja ia mengetikkan huruf pertama dalam membalas chat Sasuke. Sakura segera melesat menuju ke kelas. Kelasnya berada di lantai dua, jadi dia agak berlari menaiki tangga tapi tanpa menutup layar laptop dan mengakhiri koneksinya.
Sesampainya di kelas, suasana yang masih campur aduk itu tampak sudah mainstream. Dimana beberapa murid laki-laki sedang berceloteh, tertawa keras-keras, duduk diatas meja atau mencorat-coret papan dengan kata-kata humor ataupun gambar-gambar sedikit jorok. Dasar anak laki-laki, menggambar bentuk kotoran di papan bukanlah suatu hal yang terpuji.
Sementara murid wanita, ada yang bergosip, membaca majalah fashion, atau ada yang sekedar melamun. Sakura berjalan ke bangkunya, dan mulai mengetikkan pesan untuk Sasuke.
Sakura_H: di sekolahku sudah bel masuk. Mungkin aku akan segera offline.
Sasuke_U: ya, disini juga. Aku offline duluan. Bye.
Sakura_H: bye-bye!
Sasuke_U is offline
Sakura menghela nafas panjang dan menutup laptopnya dan mulai mengeluarkan sebuah novel berbau sejarah Jepang dengan simbolisme samurai. Sedetik kemudian Sakura terkejut, mendengar teman-teman perempuannya berlari keluar dan mulai senyam-senyum dan memekik tertahan, menyambut seorang laki-laki berparas tampan yang hanya sebenarnya sekedar lewat.
Siapa namanya dia? Uchiha Sake? Uchiha Suke? "Kyaaa! Sasuke-kun! Sasuke-kun Lihatlah kemari!" Oh ya! Itu namanya Uchiha Sasuke. Nama yang mirip dengan teman otakunya. Sakura mengangkat bahunya, bukan dia saja yang namanya Sasuke kan?
.
.
.
TUBUH Uchiha Sasuke hampir saja membeku, pilihannya untuk bermain basket di lapangan terbuka sebuah kesalahan besar. Harusnya ia bermain di gedung olah raga saja tadi, memang saat bermain tubuhnya dihangatkan oleh gerakan ototnya, namun kini? Sekujur tubuhnya hampir mati rasa. Ini sudah masuk bulan pertengahan Desember, sudah memasuki jangka waktu turunnya salju, tapi sampai saat ini salju masih enggan turun. Anak SMA zaman kini, suka mencari tantangan.
Sasuke masuk merasakan tulang lehernya terasa kaku, ia lupa membawa syal untuk melindungi lehernya yang sedari tadi diterpa kencang angin musim dingin. Ia mengemudikan sebuah motor sport berwarna hitam, dan dia bukan tipe laki-laki pengemudi yang sabar, ia ngebut di sekitar jalan dan sekarang lehernya sudah dengan ajaibnya tidak bisa diputar rotasi.
Sasuke membunyikan klakson motornya agar siapapun yang ada di rumahnya membukakan pintu untuknya. "Kuso!" Kesalnya karena merasa orang rumah tak ada yang menghiraukan bunyi klakson motornya.
Sasuke turun dengan malas dari motornya, namun secara ajaib pula ia tiba-tiba bisa menoleh ketika mendengar pekikan seorang gadis. "Momoi! Momoi!" Anak perempuan bersurai merah muda berseragam sama dengan sekolahnya, berlari mengejar anak anjingnya yang berlari melesat keluar rumah dengan rantai terseret seiring langkah empat kaki kecilnya menjauh.
Sasuke sedikit mendengus sinis. Tetangganya, dan Sasuke tidak begitu kenal. Tapi yang ia tahu gadis itu agak cerewet. Sasuke kerap mendengar suara gaduh gadis itu, karena memang rumah mereka berseberangan. Namun ia sedikit lupa dengan wajahnya, Sasuke tidak mau begitu akrab dengan gadis-gadis ababil seperti itu, tak terkecuali tetanggnya.
Baru saja mau membuka pintu pagarnya, kayu kokoh itu terbuka dari dalam, muncullah seorang pria paruh baya menggunakan seragam pelayan tradisional berupa kimono abu-abu, dan diiringi beberapa maid berpakaian serupa. "Sasuke-sama, maaf kami sedikit terlambat. Silakan masuk, kami akan mengurus kendaraan anda." Sahut pria berkumis itu.
Sasuke segera mengangguk, dan masuk melewati barisan pelayan yang mulai mengucapkan salam 'selamat datang' dengan sedikit membungkuk di sisi dalam pagar. Ada beberapa pengurus kebun yang langsung berdiri tegak dan segera melakukan hal yang sama. Sempurna lah kehidupan Sasuke sekarang. Penggemarnya tak perlu menghayal jauh-jauh bagaimana jika gelar pangeran disandang oleh Sasuke, karena nyatanya dia sudah diperlakukan seperti itu dirumahnya sendiri.
Setelah masuk ke dalam rumah, melempar ransel hitamnya, ia langsung beralih ke komputer bermerk apple yang memang dikenal mahal itu. Ia membuka situs perkumpulan otaku dan masuk ke ruang chat khusus dengan kelompoknya. Uchiha Sasuke, seorang laki-laki ternama yang sempurna, otak tajam, dan pribadi bagai gunung es merupakan seorang otaku saudara-saudara! Sungguh tidak mudah dipercaya!
Sasuke sedikit tersenyum samar, semuanya online!
Naruto_Uz: cie! Si Teme Online!
Sai_: selamat datang Sasuke-kun.
Ino_Y: selamat datang, Sasuke-kun!
Hinata_H: selamat datang, Sasuke-kun.
Sasuke_U: hn, yo. Kalian membahas apa barusan?
Sai_: kami baru saja online, jadi belum bahas apa-apa.
Sasuke_U: oh, baguslah. Sakura? Dimana dia?
Naruto_Uz: aku tidak tahu! Dari tadi dia tiba-tiba sepi.
Sakura_H: gomen! Aku tadi ada sedikit masalah, anjingku kabur dari rumah, jadi agak lama! Hehe...
Sasuke berhenti ketika membaca kalimat yang diketikkan Sakura. Deja vu. Dia gadis yang ia kenal lewat dunia maya, semuanya memang sengaja agar tidak memberitahu sekolah dan wajah masing-masing. Jadi informasi mereka sangat tertutup, foto-foto mereka juga adalah gambar anime semua, kecuali Ino. Sasuke tak yakin dengan gambar gadis cantik berambut pirang di foto profilnya, tapi ia tak pernah ada niat untuk bertanya. Ada beberapa hal yang ia tahu pula, seperti Sai dan Naruto satu sekolah, begitu juga Hinata dan Ino.
Tunggu, tadi ia ingin membahas apa? Sakura? Anjing yang lepas? Ia jadi sedikit memilah ingatannya. Sudahlah.
Sasuke_U: sekarang kita lengkap. Apa saja rencananya untuk hari minggu. Itu Christmast Eve kan?
Sakura_H: aa. Kita berkumpulnya di Coffe Cafe saja. Pukul sembilan malam. Bagaimana?
Ino_Y: ide yang bagus Sakura! Apa kita akan memakai dress code?
Hinata_H: dress code sepertinya akan memudahkan kita untuk mengenali satu sama lain.
Naruto_Uz: kita pakai hoodie berisi telinga rubah yuk!
Sasuke_U: aku tidak punya barang seperti itu, Dobe.
Sakura_H: jangan bercanda, itu akan aneh!
Sai_: setuju dengan Naruto-kun! Dimana membelinya? Aku rasa itu lucu.
Sakura_H: jangan mulai deh Sai!
Hinata_H: topi rajutan, itu tidak akan mencolok kan kalau kita memakainya. Bagaimana?
Sai_: setuju dengan Hinata-san!
Ino_Y: dari tadi Saisetuju-setuju saja deh.
Naruto_Uz: Sai, kau penghianat!
Sakura_H: setuju dengan ide Hinata! Sasuke-kun, kalau kau bagaimana? Setuju?
Sasuke_U: itu lebih baik dari pada idenya Dobe.
Naruto_Uz: Teme jahaaat~
Ino_Y: warnanya kita sepakati ya? Kalian mau warna apa? Ungu yuk!
Sakura_H: hot pink!
Sai_: biru.
Naruto_Uz: merah!
Hinata_H: merah...
Sasuke_U: hitam.
Sasuke jadi frustasi sendiri melihat warna yang teman-temannya sebutkan adalah warna-warna yang jauh dari kata sepakat, karena semuanya memilih warna yang berbeda. Hot pink? Sakura itu ada-ada saja, bayangkan Sasuke dilihat salah seorang penggemarnya memakai topi seperti itu, ia bisa langsung membuat fan clubnya jadi semakin menggila.
Sakura_H: hitam saja deh.
Sai_: hitam!
Ino_Y: hitam? Deal! Yang lain?
Naruto_Uz: sebenarnya aku masih ingin pakai hoodie telinga rubah sih, tapi ya sudahlah hitam tidak masalah. Hinata-chan?
Hinata_H: hitam saja.
Ino_Y: baiklah, jadi kita semua pakai topi rajutan hitam, mantel hitam juga ya? Syal? Kita bedakan saja ya, kita punya code tersendiri, ok? Aku warna ungu, Ino code purple!
Sasuke_U: blue.
Sai_: white...
Hinata_H: violet.
Naruto_Uz: orange (y)
Sakura_H: pink!
.
.
.
SEKOLAH khusus perempuan itu terlihat mewah dari pada sekolah lain. Itu karena semua muridnya memang anak-anak yang terbilang terpandang. Ada dua cabang dari Konoha Quality Gakuen, yang pertama adalah khusus perempuan yang terletak di bagian timur kota Konoha, dan khusus laki-laki yang terletak di barat kota.
Konoha Quality Gakuenmemang khusus untuk kalangan kelas atas, pendirinya pun pihak swasta, berbeda dengan Konoha High School adalah sekolah negeri yang dihuni oleh golongan ekonomi yang bermacam-macam dan murid-murid cenderung berprestasi.
Kita kembali memusatkan perhatian ke Konoha Quality Gakuen Timur, seragam mereka yang elegan berwarna merah kotak-kotak. Kebanyakan murid perempuan disana berjalan elegan, tertawa pelan dan berbicara lembut. Kita sorot ke dalam taman sekolah yang ada di bagian dalam, banyak gadis-gadis cantik nan anggun duduk-duduk di bangku taman ataupun berdiri di bawah pohon.
Gadis berambut pirang kuncir kuda, duduk bersebelahan dengan gadis berambut hitam lurus dengan poni datar. Keduanya sama-sama asyik membicarakan rencana kecil mereka.
"Ini pasti menyenangkan! Naruto bisa kubayangkan dia laki-laki yang cerewet dan asyik, Sai-kun? Kurasa dia terlalu polos dan plin-plan. Sasuke-kun! Oh, aku rasa Sasuke-kun pasti orangnya tampan. Aku punya feeling yang kuat!" Gadis berambut pirang berbicara sedikit cepat, poni panjangnya tak menghalangi pengelihatannya walaupun menutupi sebelah matanya.
"Hm, aku rasa Na-Naruto-kun itu lu-lucu, Sakura-san pa-pasti menyenangkan, Sai-kun a-aku rasa dia ba-baik, Sasuke-kun dia pasti ju-juga baik." Gadis yang memang pemalu itu agak terbata-bata, ia hampir saja kehilangan nafasnya karena saking gugupnya.
Hyuuga Hinata namanya, dia begitu manis dengan mata polosnya yang berwarna kelabu. Sifatnya yang pemalu, baik hati, dan lemah lembut begitu melambangkan kesempurnaan klan Hyuuga yang memang tidak dipandang remeh. Jago bela diri dibalik sisinya yang feminim, Hinata juga punya keahlian memasak. Sangat sempurna bagi seorang gadis belia. Namun sayang, dari sekian banyak lelaki yang memujanya, mulai dari laki-laki yang dikenalkan lewat perjodohan atau pun di luar sekolah, belum ada yang begitu memikat hatinya.
Begitu juga Yamanaka Ino, gadis berpenampilan fashionable itu mempunyai matayang indah, bisa memikat siapa saja, dengan tubuh yang langsing, dan juga modis, ia pasti dengan mudah mendapatkan pacar. Tapi setelah putus dari mantan kekasihnya, Ino belum sempat mengurusi cinta-cinta lagi.
.
.
.
SAI, pemuda yang berseragam Konoha Quality Gakuen Barat itu tengah asyik menggambar sebuah sketsa seorang gadis yang muncul di mimpinya belakangan ini. Bertumpuk-tumpuk kanvas yang terbuang hanya untuk menyempurnakan imajinasinya. Ia tengah duduk tenang di ruang klub lukis yang hanya ada beberapa orang saja.
Ia mencoba mengingat-ingat mimpinya, gadis itu, tersenyum ke arah lain, senyumnya indah begitu memabukkan, dan ketika gadis itu menatapnya, matanya yang bulat dan berwarna-
Pensil di tangan Sai berhenti tergores ketika pintu ruangan itu terbuka.
"Sai! Gawat! Syal warna orange ku ternyata dibawa ke Iwa oleh adik sepupuku! Antar aku membelinya sekarang!" Tanpa menoleh Sai sudah tau pemilik suara berisik tersebut. Uzumaki Naruto. Pria berambut jabrik dengan tiga goresan halus bak kumis kucing di kedua pipinya. Kulit yang cokelat khas pria gila olah raga itu tampak kontras dengan kulit Sai yang putih pucat.
Seketika laki-laki berambut hitam legam itu menyelesaikan kegiatan melukisnya, ia bangkit dan untuk kesekian kalinya Sai membuang sketsa itu.
.
.
.
Tanggal dua puluh empat Desember, adalah hari yang ditunggu-tunggu seorang Haruno Sakura. Pukul delapan gadis itu sudah siap dengan dirinya, ia tinggal berjalan ke depan kompleks dan menyewa taxi, ia harus segera berangkat ke Coffe Cafe. Tempat itu terletak di Konoha Town Square dekat stasiun kereta bawah tanah, di malam Natal seperti ini pasti masih ramai.
Salju baru saja jatuh ke topi rajutan Sakura. Sakura segera memekik girang, Sakura suka salju, sudah tiga hari yang lalu salju mulai turun. Ah! Syalnya! Baru saja ia berjalan beberapa meter dari rumahnya dan syukurlah ia ingat, itu kan hal yang sangat penting, apalagi itu merupakan simbol satu-satunya agar teman-temannya langsung tahu kalau itu Sakura.
"Sakura-chan mau keluar kemana?" Suara akrab yang ramah memergoki Sakura yang hendak berbalik. Tampaklah seorang pria berumur sekitar dua puluh tahunan dengan rambut panjang dikuncir, membuka kaca jendela mobilnya yang diparkir didepan rumah besar model Jepang itu dan menyapa Sakura.
"Ah! Itachi-san, selamat malam," Sakura membungkuk, "aa, aku ingin keluar ke Coffe Cafe di Konoha Town Square." Ungkap Sakura. Itachi tersenyum, dan sempat menawarkan diri untuk mengantar Sakura, namun Sakura menolak dengan halus. Sakura berkata kalau ada barang yang tertinggal, jadi Sakura melesat kembali ke dalam rumah.
.
.
.
UCHIHA Sasuke mengeratkan topi rajutannya, yang menutupi rambut bak buntut ayam mencuatnya. Syal biru laut bermotif kotak-kotak melingkar di lehernya. Syukurlah, rambutnya tidak akan terlihat mencolok. Sasuke memakai sepatu kulit tebal dan berjalan ke luar pagar. Dan segera masuk ke dalam mobil yang di kemudikan kakaknya, Uchiha Itachi.
Ia belum punya SIM mobil, tepatnya karena surat-surat itu sedikit tertunda akibat adanya kesalahan teknis. Bukan masalah besar bagi Sasuke, lagi pula ia juga malas membawa mobil, dan jangan berharap Sasuke mau membawa motornya di suhu yang hampir minus enam derajat celcius.
"Kau ini manja sekali Sasuke, masa sudah besar masih diantar jalan-jalan," keluh Itachi ketika Sasuke memakai sabuk pengamannya. Heran juga Itachi, tumben sekali adiknya yang pemalas itu pergi keluar hanya untuk jalan-jalan. Jangan-jangan kencan lagi. Mungkin blind date? Sudahlah, sekarang Itachi juga akan kencan dengan kekasihnya. Jadi sekalian saja mengantar Sasuke.
"Hn, sudahlah Aniki. Cepat jalan saja." Gerutu Sasuke dengan tatapan malas.
"Baiklah, sekarang diantar kemana?" Tanya Itachi lembut sambil menatap adiknya.
"Coffe Cafe di Konoha Town Square." Itachi sedikit terpaku dalam kebingungannya. Kenapa pikirannya jadi aneh ya?
.
.
.
Sakura sudah sampai di Konoha Town Square. Benar dugaannya, ramai dan meriah sekali. Sakura sempat terkagum-kagum sendiri, namun ia hampir saja meloncat-loncat saking girangnya, dalam beberapa menit ia akan bertemu dengan teman-temannya.
Dan perlu diketahui, Konoha Town Square merupakan tempat dimana sepanjang jalan terdapat berbagai toko bermacam-macam. Ada Departement Store yang mewah, kios-kios kecil yang menjual barang antik, butik, restoran, pasar tradisional, dan masih banyak lagi. Tempat itu bersih dan terjaga. Dan sekarang pohon-pohon sisi jalan dihiasi lampu kelap-kelip Natal. Orang-orang banyak berlalu lalang, merayakan Christmast Eve mereka disana.
Sakura mulai merasakan dadanya berdegup kencang kembali ketika ingat tujuannya. Ditambah lagi ia siap-siap meledak dan mengeluarkan lelehan magma. Sakura jadi merapatkan syal merah jambu yang senada dengan rambutnya. Ia berjalan sedikit terburu mengetahui kalau waktu hampir saja menunjukkan pukul sembilan.
Tampa ia sadari ia kehilangan keseimbangan akibat jalanan ramai, boot berhaknya tergelincir salju dan menabrak seseorang dengan tubuh tinggi yang tengah melihat sebuah kaca toko. Sakura hampir terhuyung ke belakang, namun ia sempat mencengkram mantel hitam orang itu. Orang asing itu segera menatapnya tak suka.
Sakura jadi sedikit takut-takut melihat laki-laki berparas tampan dengan mata memicing tajam. Mata Sakura yang hijau itu ditatap lekat-lekat oleh pemuda yang umurnya mungkin tak jauh darinya. "Go-gomennasai!"
Sakura membungkukkan tubuhnya pelan, sementara yang ditabraknya tak bergeming, "hn, kau punya mata tidak?" Gerutu pria itu dengan suara bassnya. Sakura mendongkak, kesal dengan kata-kata kasarnya dan mulai mencemooh pria itu dalam hati.
'Cih, cakep-cakep sombong! Shannarooo!' Sakura menatapnya di balik poni merah jambunya yang hampir menutupi sisi kiri-kanan wajahnya, sementara mereka masih saling memberikan tatapan membunuh, Sakura mengeratkan topi rajutan yang berwarna sama dengan pria itu, hanya modelnya saja yang berbeda.
Dengan kekesalan terakhirnya, Sakura menghempaskan pundaknya menabrak sengaja lengan pria itu. Tentu saja karena orang itu lebih tinggi darinya. "Hn, semua gadis menyebalkan." Itu kata-kata terakhir yang Sakura dengar dari laki-laki yang menatap punggung Sakura kesal.
Dengan wajah stoic miliknya, laki-laki yang memakai syal berwarna biru laut bermotif kotak-kotak itu sudah kembali menatap jendela toko ketika Sakura berbalik ingin membalas orang itu. Sakura tertahan, melihat apa yang kira-kira dilihatnya. Hanya pohon natal dengan patung keluarga yang saling merangkul? Sakura menaikkan bahu, sudahlah, ini bukan saatnya mengurusi pria asing tampan yang sombong. Teman-temannya sudah menunggu!
.
.
.
"Ne! Ne! Itu sepertinya Sakura-chan! Benar tidak?" Kata laki-laki jabrik dengan syal oranye cerah dan cengiran lebar, menunjuk seorang gadis yang baru masuk ke dalam cafe minimalis itu. Naruto Uzumaki, tanpa aba-aba, hanya menggunakan perasaannya dan perkiraannya ia segera melambai ke arah gadis bermantel hitam, memakai topi rajutan, dan syal merah jambu melingkar di lehernya. "Sakura-chan! Di sebelah sini!"
Gadis yang merasa dipanggil itu segera tersenyum gembira. Dia berlari kecil ke meja bundar dekat jendela yang sudah dipenuhi empat orang yang menyambutnya semangat. "Haaiii! Gomen, aku terlambat," kata gadis yang bernama Haruno Sakura itu sambil tersenyum senang.
"Tidak apa-apa, kami baru juga sampai kok." Sahut Yamanaka Ino, Sakura terkagum-kagum dengan kecantikan gadis yang seperti barbie itu. Rambutnya pirang, dan tampak halus! Sakura memikirkan dalam-dalam. Foto profil Ino bukannya ia kira artis Korea– tunggu! Tidak! Ternyata itu foto aslinya. Ya tuhan, itu asli? Dia cantik sekali!
Dan, Sakura melirik ke sebelah, gadis beriris lavender, pemalu, yang sedari tadi menutupi wajahnya dengan poni datar yang mengembang indah. Rambutnya panjang lurus, berwarna hitam. Ingat foto profilnya, tokoh Eru Chitanda di anime Hyouka! Dia pasti Hinata. Sakura tiba-tiba merasa ciut. Dia merasa terjelek disana. Dengan rambut merah muda aneh, tubuh yang pas-pasan, tidak bisa dibilang seksi, ia terbilang gadis berbetis lobak, dan tak kenal make up! Sial!
"Uwwaaa! Ternyata Sakura-chan cantik sekali. Kau itu tipeku lho!" Goda Naruto, pria jabrik, dengan senyum lebar. Dia lumayan keren, dan ia cepat akrab juga. Sakura tak pernah senyaman ini dengan orang yang ia kenal. Ingat foto profil Naruto? Diambil dari animasi fantasi yang juga beraliansi game seri fantasi, Cloud di Final Fantasy VII.
Sakura tengah mencari-cari orang terakhir yang hilang. "Kau pasti Sai ya?" Sakura membuat pria yang sedari tadi diam dan terbengong-bengong. Sai adalah salah satu anggota dengan foto profil Ogami Rei dari anime Code Breaker. Sai tersenyum dan mengangguk, ya, Ogami Rei dan Sai sama-sama memiliki senyum palsu yang menawan.
"Ya, senang berjumpa denganmu, Sakura-san," katanya sedikit dengan pipi memerah. Sakura tersenyum lebar, Sai adalah pria yang tampan! Dengan kulit putih pucat, rambut hitam bentuk standar laki-laki, matanya juga beriris gelap.
"Hm, jadi tinggal Sasuke-kun ya," Sakura segera mengambil tempat di meja bundar itu, dan duduk di sebelah Naruto. Ia melirik ke semua wajah teman-temannya, dan melihat kalau semua sudah memesan minuman. Sakura memanggil pelayan dan memesan satu cangkir kopi susu hangat untuk dirinya.
"Baiklah! Begini, sebenarnya aku sangat tidak percaya kalau kita bisa bertemu! Ini akan menjadi semakin menarik. Sekarang setelah aku pikir-pikir, wajah Sasuke-kun'lah yang paling menegangkan! Aku rasa dia cute!" Yamanaka Ino mulai bercerita panjang, yang disambut gelak tawa teman-teman kecuali Uzumaki Naruto.
"Hhmmpp! Sasuke-kun, Sasuke-kun, Sasuke-kun terus saja dia. Apa kalian terlalu buta untuk melihat pria keren disini?" Protes Naruto. Naruto dan Sasuke sudah lama saling mengenal di dunia maya. Jadi mereka sudah seperti sahabat, walaupun dalam kenyataan mereka belum pernah bertatap muka. Semua tertawa pelan, dan mulai menggoda Naruto lagi.
Namun semua terhenyak ketika seorang masuk ke Coffe Cafe, pria tegap, mantel hitam, topi rajutan hitam dengan syal biru laut bermotif kotak-kotak menatap sekeliling, mata tajamnya bak elang dan iris hitam pekat tanpa dasar mulai memilah pemandangan kumpulan orang yang berpakaian sama dengannya.
Semua terbengong-bengong, namun yang paling terkejut adalah Sakura. Buktinya kini ia menganga tak percaya, saat laki-laki itu mendekat dan berhenti di hadapan Sakura yang tadi langsung berdiri ketika melihat siluet laki-laki itu. Sakura memicing tak suka, dan suasana itu dilihat oleh keempat temannya.
"Sasuke-kun? Eh?" Kata Sakura dengan nada sindiran menandakan ketidaksukaannya, itu dia! Pria yang tadi ditabraknya, dan membuatnya naik pitam akibat cemoohnya yang menyebalkan.
Pria itu menyeringai dengan sombongnya ke arah mahluk bersyal hot pink yang mencolok diantara mantel hitamnya. Gadis itu bahkan lebih pendek darinya, dengan mata bulat beriris hijau cerah yang galak semakin membuat pria itu menjadi. Ia mendengus pelan, masih dengan seringai angkuh dan mata tajamnya.
"Hn. Ku kira kau tidak punya mata," pria itu dengan suara bass yang sama, suaranya yang seperti sengatan belut listrik kecil yang bisa membuat semua gadis terpesona, tak mempengaruhi Sakura, pria itu masih menggantungkan kata-katanya, ia mendengus, "hn. Sakura."
.
.
.
(A/N)
Greetings Minna-san!
This is my new SasuSaku Fiction.
Sebenarnya fic ini terinspirasi dari imajinasi saya yang acak-acakan, digabungkan lewat dua cerita yang saya imajinasikan juga -?-
Saya disini ambil kisah yang berdasarkan urutan waktu, karena yang dulu selalu flashback. Dan rencananya fic ini menjadi ajang project jangka waktu panjang. Berhubung setiap chapter direncanakan lumayan panjang, updatenya mungkin nggak tentu ya.
Thanks for Reading
Kritik dan saran diterima dengan terbuka.
Ada yang bersedia meriview? :)
