Title: Dark Memories
Author : Drumstick99
Main Cast : Kim Jongin/Kai, Do Kyungsoo
Support Cast : Wu Yifan/Kris, Zhang Yixing, Luhan, dll.
Genre : Mystery, Friendship, School Life
Length : Twoshoot
Rating : T
Disclaimer : Cerita ini terinspirasi dari film Death Bell, jadi mungkin agak mirip dikit.. Tapi hampir semua bagian dari ff ini berasal dari imajinasi saya sendiri.. Cuma idenya aja yang sama kayak Death Bell.. :D Cast milik Tuhan dan orang tua masing-masing, saya hanya pinjam nama doang. :D Dan juga, mian kalo nanti judulnya ga sesuai ama ceritanya.. :D FF ini juga pernah saya publish di drumstick99*wordpress*com..
Part 1
Kyungsoo berjalan masuk ke dalam gedung sekolahnya. Ia melepaskan coat hitam yang melindungi tubuhnya dari serangan cuaca yang sangat dingin dan menyimpannya di rak yang memang disediakan sekolahnya khusus untuk menyimpan coat siswa. Mengingat saat ini salju masih menumpuk di seluruh tempat di Seoul. Tentu saja cuaca menjadi sangat dingin.
Setelah merapikan seragamnya dan mengganti sepatunya dengan sandal yang disediakan sekolah, ia berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai 3 gedung sekolah mereka. Saat di tangga, ia berpapasan dengan Jongin yang menaiki tangga dengan langkah terburu-buru. Kyungsoo melihat Jongin dengan pandangan aneh.
Kyungsoo memasuki kelasnya dan duduk dibangkunya dengan tenang. Ia mengambil sebuah buku dari dalam tasnya dan mulai membaca buku itu. Tak lama bel masuk pun berbunyi. Seluruh murid langsung duduk di tempat duduknya masing-masing. Kyungsoo menyimpan buku yang tadi dibacanya dan meletakkan buku pelajarannya di atas meja. Keadaan kelas menjadi hening.
Namun, 10 menit kemudian, keadaan kelas kembali ricuh karena guru yang mereka tunggu tak kunjung datang. Kyungsoo akhirnya mengambil buku yang ia simpan tadi dan mulai membacanya kembali. Tiba-tiba seorang guru masuk ke ruang kelas mereka. Suasana kelas mendadak hening kembali.
"Selamat pagi, anak-anak.. Hari ini Park Seonsaengnim tidak masuk, jadi kalian diberi tugas." Kata Lee Seonsaengnim. "Tugas ini harus dikumpulkan setelah jam pelajaran ini berakhir. Sebelum saya keluar dari kelas ini, apakah ada siswa yang absen?"
"Kim Jongin, Saem.." Kata Zhang Yixing, seorang murid pindahan dari China. "Tasnya ada di bangkunya, tapi orangnya tidak ada di sini."
Kyungsoo melihat ke tempat duduk Jongin. Kemana anak itu? Pikir Kyungsoo. Bukankah tadi mereka berpapasan di tangga saat Kyungsoo baru datang. Lalu mengapa ia tidak masuk ke kelas?
"Kim Jongin lagi?" Lee Seonsaengnim menggelengkan kepalanya. "Kalau dia belum masuk 5 menit lagi, jangan biarkan dia masuk sampai jam pelajaran ini berakhir."
"Ne, Saem.." Seluruh siswa di kelas itu menjawab serempak, kecuali Kyungsoo tentunya. Lee Seonsaengnim keluar dari kelas. Mereka pun mulai mengerjakan tugas yang diberikan oleh Park Seonsaengnim.
Alih-alih mengerjakan tugas yang diberikan oleh Park Seonsaengnim, Kyungsoo lebih memilih untuk pergi ke luar kelas dengan izin dari ketua kelas yang mengira ia ingin pergi ke toilet. Kyungsoo berjalan dengan tenang di lorong sekolahnya dan mengintip ke beberapa ruangan.
"Kemana anak itu.." Kyungsoo mencari Jongin yang entah ada di mana. Ia sudah melihat ke setiap ruangan yang ada di lantai 3.
Kyungsoo melanjutkan langkahnya untuk mencari Jongin. Saat Kyungsoo akan turun ke lantai 2, tiba-tiba ia teringat sesuatu dan membatalkan niatnya untuk turun ke lantai 2. Kyungsoo malah naik ke rooftop sekolah mereka dan mencari Jongin di sana.
Langkah Kyungsoo terhenti saat mendengar suara dari balik pintu sebuah ruangan yang ada di sebelah pintu keluar tangga di rooftop sekolah mereka. Ruangan itu menyimpan barang-barang bekas di sekolahnya.
"Apa Jongin ada di sana?"
Kyungsoo bertanya pada dirinya sendiri. Namun pertanyaan itu terjawab saat ia mendengar suara teriakan seseorang dari dalam ruangan itu. Itu bukan suara Jongin. Walaupun orang yang ada di dalam ruangan itu bukan orang yang ia cari, Kyungsoo tetap penasaran dengan apa yang orang itu lakukan di gudang itu.
Ia mendekati ruangan itu dan mengintip lewat celah kecil yang ada di jendela. Kyungsoo terkejut saat melihat seseorang yang diikat di sebuah kursi yang ada di dalam ruangan itu. Tanpa membuang waktu lebih lama, Kyungsoo langsung mencoba untuk membuka pintu gudang yang terkunci itu.
Kyungsoo mencari sesuatu untuk membuka pintu itu, namun tak menemukan apapun untuk membantunya membuka pintu gudang. Tepat saat ia akan mendobrak pintu gudang itu, Jongin muncul dengan membawa sebuah kunci.
"Kyungsoo-ya.."
Jongin memanggil Kyungsoo, ia melemparkan kunci itu pada Kyungsoo yang berdiri tepat di depan pintu. Kyungsoo langsung membuka pintu itu dan masuk ke dalam untuk melihat orang yang ada di dalam gudang itu. Kyungsoo segera melepaskan tali yang diikat di tangan dan kaki orang itu.
"Taeyong Hyung? Kenapa kau ada di sini?"
Dahi Kyungsoo mengerut kecil saat melihat orang yang disekap di dalam gudang itu ternyata adalah seniornya. Orang yang bernama Taeyong itu terbaring di lantai dengan tangan dan kaki yang diikat, juga terdapat beberapa luka lebam di wajahnya.
Kyungsoo membantu Taeyong berdiri, namun Taeyong menolaknya dan malah langsung pergi dari tempat itu. Kyungsoo keluar dari gudang itu dengan segudang pertanyaan di kepalanya. Sementara Jongin masih berdiri di depan gudang itu sambil berkacak pinggang.
"Kenapa kau tak masuk ke kelas?" Kyungsoo berjalan mendekati Jongin. Jongin hanya diam saja, ia menyodorkan selembar kertas ke Kyungsoo. Mata Kyungsoo melebar saat Jongin menyerahkan selembar kertas berwarna putih kekuningan itu padanya. Kyungsoo membaca goresan tangan dengan tinta berwarna merah darah yang ada di kertas itu.
12.00
"Sebelum jam 12 siang ini.." Jongin sedikit bergumam. "Kita harus menemukannya."
Kyungsoo mengangguk. Ia dan Jongin langsung pergi rooftop sekolah mereka. Mereka masuk kedalam kelasnya.
.
.
"Jongin-ah! Kau kemana tadi?" Tanya Kim Minseok yang merupakan ketua kelas mereka.
"Aku tadi disuruh menyusun kursi di aula." Jawab Jongin singkat. Wajahnya tanpa ekspresi. Tentu saja, ia tidak berbohong. Ia memang menolong kepala sekolahnya menyusun kursi-kursi di gedung aula sekolah tadi.
"Jinjja? Ada acara apa nanti?" Kata seorang siswa di kelas itu dengan senyum yang merekah. "Berarti ada pelajaran yang di potong, kan?"
"Aku tak tahu.." Jongin tak menghiraukan sorakkan gembira teman-teman sekelasnya. Ia duduk di bangkunya sambil melihat jam dinding yang di gantung di dinding belakang kelasnya.
Jam itu menunjukkan pukul 9.20 pagi. Ia dan Kyungsoo punya waktu sekitar 3 jam lagi sebelum jam 12 siang. Saat ia sedang mengerjakan tugas yang di berikan oleh Park Seonsaengnim, tiba-tiba sebuah suara dari speaker yang memang disediakan di tiap kelas dan lorong di sekolah mereka berbunyi.
"Selamat pagi, maaf mengganggu kegiatan belajar-mengajar para guru dan murid sekalian. Diberitahukan kepada seluruh siswa-siswi dan guru di SM High School, bahwa hari ini, kegiatan belajar-mengajar di sekolah hanya dilakukan sampai jam pelajaran ke-dua. Setelah jam pelajaran ke-dua berakhir, siswa dipersilahkan belajar mandiri di rumah masing-masing."
Seorang guru memberikan pengumuman. Seluruh murid di SM High School bersorak riang. Kecuali Jongin dan Kyungsoo tentunya. Seluruh siswa di kelas Jongin dengan segera menyelesaikan tugas mereka dari Park Seonsaengnim. Mereka pikir, mereka bisa pulang dengan segera jika sudah selesai menyelesaikan tugas dari Park Seonsaengnim dan mengumpulkannya kepada ketua kelas.
Namun sepertinya harapan mereka hanya sekedar impian belaka saat Lee Seonsaengnim masuk ke kelas mereka dan memberikan pengumuman yang bertolak belakang dengan pengumuman yang mereka dengar tadi.
"Apa tugas dari Park Seonsaengnim sudah selesai?" Tanya Lee Seonsaengnim. "Bagi yang sudah selesai, silahkan kumpulkan di meja guru."
"Ne.." Sahut seluruh siswa di kelas 11-A itu. Mereka lalu mengumpulkan kertas tugas mereka ke atas ruang guru dan kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.
"Ada sebuah pengumuman untuk kelas ini. Kelas kalian akan tetap tinggal dan pulang seperti biasa." Kata Lee Seonsaengnim langsung pada intinya. Seluruh penghuni di kelas 11-A mendesah kecewa. Bahkan banyak yang besorak tak menentu untuk menunjukkan kekecewaan mereka. Kelas itu mendadak menjadi lebih ribut dari sebelumnya. Sehingga Lee Seosaengnim harus mengangkat tangannya ke atas untuk mengisyaratkat agar murid kembali tenang.
"Mungkin kalian sangat kecewa saat mendengar ini. Tapi berbahagialah karena kelas kalian adalah kelas terpilih. Berdasarkan rata-rata nilai per-kelas dan sifat murid, kelas kalian menjadi kelas yang memiliki nilai rata-rata tertinggi." Lee Seonsaengnim kembali melanjutkan ucapannya saat keadaan di kelas mulai tenang. "Hari ini kalian akan memperdalam pelajaran Bahasa Inggris kalian. 3 orang yang mendapat peringkat teratas di kelas kalian akan bersaing dengan murid-murid di sekolah lain dalam olimpiade yang akan diadakan 2 minggu lagi. Dan senior kalian, Wu Yifan, akan membimbing kalian juga. Ada pertanyaan?"
Seluruh siswa di kelas itu hanya diam saja. Menandakan pengumuman yang di berikan oleh Lee Seonsaengnim sudah cukup jelas. Lee Seonsaengnim mengambil kertas tugas mereka di atas meja guru yang menyusunnya agar menjadi lebih rapi.
"Kalau tidak ada pertanyaan, saya keluar dulu. Untuk jam pelajaran ke-tiga ini, kalian boleh memakainya untuk beristirahat. Setelah itu, silahkan menuju aula sekolah kita untuk persiapan pelatihan."
Lee Seonsaengnim keluar dari kelas mereka. Seluruh murid mendadak menjadi lesu. Mereka menatap teman-teman mereka yang berlarian di lorong sekolah. Teman-teman dari kelas lain bisa pulang dan bermalas-malasan di rumah mereka masing-masing. Sementara mereka? Mereka harus tetap tinggal di sekolah untuk menjalani pelatihan untuk seleksi olimpiade Bahasa Inggris.
Kyungsoo dan Jongin memilih untuk keluar dari kelas dan menikmati angin segar di halaman belakang sekolah. Di sana ada sebuah pohon tua yang sangat rindang. Mereka duduk di bawah pohon itu. Jongin memandangi kertas yang ada di tangannya.
"Kenapa ia selalu memberi tahu kapan ia akan mendatangi korbannya?" Kyungsoo ikut memandang kertas yang dipegang oleh Jongin.
"Mungkin ia menyuruh korbannya untuk bersiap-siap?" Kata Jongin acuh.
"Bersiap untuk mati? Apa maksudmu?" Kyungsoo memandang Jongin dengan tatapan datar. "Jangan bermain-main, Kim Jongin. Kali ini kaulah yang menjadi targetnya."
"Lalu bagaimana jika aku mati?" Jongin terkekeh mendengar ucapan Kyungsoo.
"Tentu saja tidak boleh! Apa yang harus ku katakan pada orang tuamu nanti?" Kyungsoo memukul pelan bahu Jongin. "Kita sudah berteman sejak kecil. Aku tahu kau takkan menyerahkan dirimu begitu saja untuk dibunuh oleh seseorang yang bahkan belum tentu kau kenal."
"Kau benar, Kyungsoo-ya.." Kata Jongin. "Makanya, apa kau mau membantu sahabatmu ini untuk menemukan pelakunya dan mencegahnya melakukan hal ini lagi?"
"Tentu saja.. Aku tak ingin ada korban lain lagi." Kata Kyungsoo. Tiba-tiba ponselnya bergetar, menandakan ada pesan masuk. Kyungsoo merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya. Ternyata temannya di kelas yang memberitahu agar mereka segera ke aula sekolah yang terletak di gedung yang berbeda dengan bangunan untuk kelas mereka.
Kyungsoo dan Jongin langsung pergi ke aula sekolah mereka. Tanpa menyadari seseorang telah melihat mereka dengan tatapan mematikan dari kejauhan.
.
.
Jongin dan Kyungsoo duduk bersebelahan di aula sekolah mereka. Yoon Seonsaengnim selaku guru yang mengawasi mereka selain Lee Seonsaengnim sedang memberi kata sambutan di depan mimbar. Namun Jongin dan Kyungsoo tampak tak peduli.
"Jadi kau yang menyusun kursi-kursi di sini tadi pagi?" Kata Kyungsoo, Jongin mengangguk kecil. "Lalu bagaimana kau bisa tahu Taeyong Hyung ada di gudang sana?"
"Sebelum masuk sekolah tadi, aku pergi ke rooftop sekolah. Lalu aku melihat seseorang terkunci di dalam gudang itu." Jongin menceritakan secara singkat apa yang ia alami tadi. "Saat aku pergi ke ruang penyimpanan kunci diam-diam untuk mengambil kunci gudang itu, Yoon Seonsaengnim melihatku dan menyuruhku membantunya menyusun kursi di sini."
"Begitukah? Lalu, bagaimana pelaku pembunuhan itu bisa menjadikanmu target korban selanjutnnya?" Kyungsoo bertanya dengan nada serius.
"Aku tak tahu. Tapi ku rasa, harusnya hari ini ia tak membunuhku." Kata Jongin tenang.
"Memangnya kenapa?" Kyungsoo bingung dengan perkataan Jongin.
"Kau tau kan dia selalu memberi surat-surat seperti ini sehari sebelum ia membunuh korbannya?" Kata Jongin. "Berarti harusnya ia membunuhku besok. Hari ini aku masih bisa bermain-main sepuasnya sebelum mati besok."
"Kau benar!" Kyungsoo menjentikkan jarinya pelan. "Tapi kenapa kau tadi bilang waktu kita hanya sampai jam 12 siang ini?"
"Hanya tebakanku saja. Jam 12 siang ini, atau jam 12 malam nanti. Tadi kita menyelamatkan Taeyong Hyung. Berarti ia tidak jadi membunuh Taeyong Hyung." Kata Jongin. "Bisa jadi, aku adalah pengganti Taeyong Hyung untuk hari ini."
"Kalau begitu, haruskah kau membolos hari ini?" Kyungsoo menyarankan sesuatu yang tidak baik. Tapi hanya itu cara untuk menyelamatkan sahabatnya ini. Mengingat korban selalu ditemukan tewas di lingkungan sekolah.
"Yoon Seonsaengnim melihat kalian. Tenanglah sedikit." Bisik Zhang Yixing yang duduk di belakang mereka. Bisikan kecil dengan nada yang agak dingin itu cukup membuat Kyungsoo dan Jongin bungkam.
.
.
Setelah mendengarkan celoteh membosankan dari Yoon Seonsangnim, guru yang sudah cukup berumur itu turun dari panggung. Lalu tiba-tiba lampu di ruang aula mati. Hari memang masih terang, namun aula sekolah mereka tertutup. Seluruh murid kelas 11-A kebingungan dengan lampu di ruang aula yang tiba-tiba mati. Ruangan itu menjadi gelap karena seluruh pintu tertutup.
Jongin merasakan getaran kecil di saku celananya. Ia mengambil ponselnya dan membaca pesan yang baru masuk ke ponselnya itu.
Tak seharusnya kau mengganggu. Lari pun tak ada gunanya. Aku tetap akan menemukamu.
Kalau kau bersedia, ayo bermain sebentar..
Jongin-ah mau bermain, kan?
Jongin membaca pesan itu dengan ekspresi yang tak dapat di tebak. Jujur, ia sudah menduga apa arti dari isi pesan itu. Dan ia harap, dugaannya salah.
.
.
Keadaan sekolah sudah sangat sepi, karena hanya ada siswa penghuni kelas 11-A, Yoon Seonsaengnim, dan Lee Seonsaengnim. Jongin memperhatikan setiap siswa yang masuk ke kelasnya. Ia harus memastikan seluruh teman-temannya sudah masuk ke kelas. Terakhir, ia melihat Jaehyun yang masuk ke kelasnya. Setelah itu, ia tak melihat siapapun berjalan di lorong lagi. Namun ia merasa siswa di kelasnya belum lengkap.
Tak lama, Yixing berjalan masuk ke kelas mereka dengan tenang. Tangannya ia masukkan ke dalam saku celana sekolahnya. Jongin melihat tingkah Yixing yang agak aneh hari ini. Biasanya Yixing selalu melempar senyum kepada setiap orang yang ia temui. Tapi hari ini, ia bahkan berjalan tanpa ekspresi yang berarti di wajahnya.
Yixing menatap Jongin lekat saat berjalan ke bangkunya yang terletak dua bangku di depan Jongin. Tak lama, Yoon Seonsaengnim masuk ke kelas mereka. Dan mengabsen murid satu per-satu. Menyadari ada seorang murid yang tidak ada di dalam kelas, ia bertanya pada siswa di kelas itu.
"Keman Byun Baekhyun?" Tanya Yoon Seonsaengnim. Seluruh murid yang ada di kelas itu langsung melirik satu sama lain. "Dan apa Wu Yifan belum datang?"
"Ya, kemana dia? Bukankah tadi ada di aula?" Tanya Joonmyeon yang duduk di bangku yang ada di sebelah Baekhyun.
"Iya, bukankah tadi dia ada di aula?" Seluruh siswa di kelas itu saling bersahut-sahutan. Namun tak seorangpun dapat menjelaskan dimana keberadaan Wu Yifan dan Byun Baekhyun.
Seluruh siswa di kelas itu –kecuali Jongin, Kyungsoo, dan Yixing- tampak panik. Jongin dan Kyungsoo saling memandang satu sama lain, sementara Yixing hanya diam saja. Tiba-tiba speaker di sekolah mereka mengeluarkan suara. Tidak ada yang bisa mengenali suara itu.
"Selamat pagi, semuanya. Pagi yang cerah, ya.. Sayangnya, kalian tidak bisa kembali ke rumah seperti teman-teman di kelas lain, ya.." Orang yang memiliki suara itu terkekeh sebentar sebelum melanjutkan ucapannya. "Kalian bosan belajar terus, kan? Kalau begitu, maukah kalian bermain-main sebentar bersamaku? Tenang saja, kalian tidak akan meninggalkan pelajaran kalian. Kita akan belajar sambil bermain. Bagaimana?"
Seluruh siswa di kelas 11-A dan Yoon Seonsaengnim terdiam. Lee Seonsaengnim masuk ke kelas mereka tepat saat TV di kelas mereka menayangkan sebuah video. Dalam video itu, terliat seorang siswa yang mereka kenal sebagai Byun Baekhyun sedang duduk di atas sebuah kursi kayu tua. Tempat itu sangat gelap. Sehingga mereka tidak bisa mengenali dimana Baekhyun berada.
"Kurasa kalian harus benar-benar menikmati permainan ini bersama. Karena, mungkin besok kalian akan kehilangan salah satu dari kalian. Ah, mungkin saja, hari ini kalian akan kehilangan teman kalian itu. Cepatlah mencari jawabannya, jika tidak, nyawa teman kalian ini akan terancam. Aku tahu kalian adalah siswa yang pintar."
Sesaat setelah suara itu tidak terdengar lagi, layar TV di kelas mereka langsung berubah. Menayangkan rangkaian kalimat dalam Bahasa Inggris dan sebuah kode berupa nomor.
Healing – Elevation
Memory – Long Time
248 224 -
A Word – First
A Place That You Can Find on Your School
Hurry Up!
.
.
To Be Continued…
a.n : Annyeong Chingudeul… ^^ Aku bawa ff lagi nih.. Twoshoot.. Berarti chapter depan itu chapter end.. Kkk~ Jangan lupa tinggalkan jejak ya.. Soalnya chapter depan aku protect dan cuma yang udah comment yang aku kasi passwordnya, dan akan aku update kalo reviewsnya udah mencapai target aku.. Jadi, jangan jadi siders.. Okk..?
Untuk cara minta passwordnya nanti, bisa lewat (Drumstick Drumthor) atau twitter ( drumthor)
Buat yang udah review, Gamsahamnida~~
