Disclaimer : Kamichama Karin © Koge Donbo

Warning : AU, ABAL, AR, ANEH, GAJE, EYD gak bener, Typo(s), ide pasaran dan lain lainya.

Warna jingga dilangit kini berganti menjadi warna hitam kebiru-biruan. Bercak putih mengkilat kini menghiasi langit malam nan indah.

Cahaya rembulan yang tak pernah lelah menerangi bumi pada malam hari. Burung gagak berseru-seru terbang mengitari sebuah apartemen yang telah lama terbengkalai.

Mereka bernyanyi saat menghendus bau anyir yang berasal dari wanita muda yang sedang terpojok di sudut apartement itu.

"T-tolong! J-jangan bunuh a-aku." pinta seorang wanita kepada orang yang memegang sembilah pisau berlumuran darah di hadapan nya.

"Jangan takut ini tidak sakit." balas seorang pemuda dan menyeringai senyum yang menakutkan.

"J-j-jangan bunuh aku, kita bisa jelaskan secara baik-baik," pinta wanita itu lagi.

"Jangan takut, aku hanya ingin menusuk pisau ini ke perut mu itu. Lagian tidak ada yang perlu di jelaskan lagi. Ini adalah perintah," ujarnya berjalan semakin mendekat.

Jleb

Manik merah tua milik wanita itu menjelit ketika sebuah pisau menusuk perutnya, "Ahh!" pekik nya.

"Hahaha menjeritlah sesuka hati mu."

Someone POV

"Koakan burung gagak ini sangat menyeramkan." ungkapku yang sedang berjalan-jalan di dekat apartemen tua yang ada di tengah kota.

"Bau anyir?" gumamku yang tak sengaja menghendus udara di sini lalu aku melangkah mengikuti dimana ber-asalnya bau yang tak sedap itu.

"Hei siapa Kau!" seruku melihat seseorang yang sedang duduk diatas badan entah siapa itu.

"Apa dia mau mem-perkosa?" pikirku menebak asal-asalan

"Ck sialan!" ia berlari meninggalkan orang yang terbaring disana.

"Hei jangan lari," seruku sembari menendang sebuah kaleng dan mengenai kepalanya.

Orang itu masih berlari menjauh, sedangkan aku mendekati orang yang terbaring itu.

"Seorang wanita? Wajahnya," ujarku kaget melihat wajahnya yang tidak normal lagi. Iris zambrutku melihat kearah perut wanita ini yang telah terkoyakkan.

"AAHH!" pekikku ketika melihat organ dalam tubuh wanita ini sudah berserakan di tempat ini.

Aku mundur selangkah dan mengambil Handphone ku lalu menelepon ambulance dan kantor polisi, sebelum mereka datang lebih baik aku pergi dari pada aku nanti diminta keterangan? Itu bakal repot jadinya.

End Someone POV

.

.

Normal POV

"Hoamh" gumma pemuda bersurai blonde-Kujyou Kazune- itu seraya membuka kelopak matanya dan bangun dari tempat tidurnya. Sangat aneh melihat penampilan pemuda ini, baju birunya ternodai dengan warna merah tua yang berbau anyir seperti darah.

Selesai ia membersikan tubuhnya yg dilumuri darah Kazune berjalan menghidupkan televisi yang ada di kamarnya dan duduk kembali di kasurnya.

Jemarinya yang lentik mulai menari di atas remot tv itu.

"Berita hari ini, seorang wanita muda di temukan tewas di dekat apartement tua."

Senyum kecil menyeringai di bibir Kazune itu.

"..dengan bangian tubuh yang berceceran di sekitar lokasi. Polisi masih mencari pelaku pembunuhan ini."

Click

Kazune mematikan televisi itu, bangkit dari tempat tidurnya itu lalu berjalan keluar rumah dengan menyandang tas hitam lalu berangkat menuju sekolahnya, Tokyo gakuen.

.

.

Kazune memasuki kelasnya yang sangat berisik dan melangkah ketempat duduknya yang berada di suduk kiri paling belakang.

Kedua tangan nya ia lipatkan lalu membenamkan kepalanya diantara lipatan tangannya.

Tap..

Tap..

Tap..

Semua murid diam sejenak ketika seorang guru memasuki kelas mereka.

"Selamat pagi semua," sapa sensei

"Selamat pagi," sapa balik mereka para murid namun tidak pada Kazune.

"Yosh Minna-san hari ini kita mendapatkan siswa baru pindahan dari Kyoto. Ayo silahkan masuk," ujar sensei mempersilahkan masuk pada seorang anak berambut sedikit kecoklatan yang bergelombang.

"Perkenalkan namamu," pinta sensei pada anak itu.

"S-salam kenal namaku Hanazono Karin, a-aku pindahan dari kota Kyoto. Salam kenal." gadis yang bernama Hanazono Karin itu membungkuk 45derajat dan berdiri tegak semula.

"Hanazono, kau bisa duduk disana." sensei menunjuk tempat kosong yang berada di samping Kazune.

Setelah Karin duduk di tempat duduk nya sensei memberi intruksi, "Baiklah karna sensei akan rapat, tolong kalian bahas dan jawab soal matematika halaman 94 sampai jam istirahat." sensei pun meninggalkan kelas.

Karin mengeluarkan buku cetak matematika dari tasnya, lalu tanpa sengaja ia melihat kearah Kazune yang masih membenamkan kepalanya di lipatan tanganya.

Baru saja Karin ingin menyapa, Kazune telah mengangkat kepalanya duluan mengambil buku cetak dan mengerjakan apa yang diperintahkan sensei tanpa melihat gadis asing di samping nya.

Sekali lagi Karin berniat menyapa sosok laki-laki disampingnya itu namun niat nya di sanggah oleh gadis bersurai tosca di depan nya.

"Heh." Karin menoleh

"Kalau boleh saran lebih baik kau jangan berurusan dengan nya," saran gadis itu.

"Kenapa?" tanya Karin polos.

"Emh.. Nanti aku jelasin. Oh ya perkenalkan aku Yii Miyon," ujarnya sembari tersenyum.

"Ah.. Salam kenal Miyon." Karin membalas senyuman teman barunya.

"Memangnya dia siapa?" tanya Karin dengan nada berbisik.

"Dia Kujyo Kazune," jawab Miyon berbisik pula.

"Oh jadi apa dia itu aneh," bisik Karin dan mungkin tidak kedengaran dengan orang yang bersangkutam.

"Sedikit," jawab Miyon.

"Hah yasudah lah, bagaimana kalau kita mengerjakan soal ini bersama-sama?" tawar Karin.

"Ide yang bagus," terima Miyon di sertai anggukan nya.

.

.

"Huahhh akhirnya selesai juga," keluh Karin sembari meregangkan otot kedua tangan nya.

"Hahaha kau lucu Karin, baru ngerjai tugas matematika saja kayak habis olahraga sampai berkeringatan gitu," canda Miyon.

"Hehehe habisnya soalnya susah di mengerti," balas Karin.

Tak

Karin menolehkan kepalanya kearah kanan, mendapati sebuah pulpen warna hitam jatuh di dekat mejanya. Karin bermaksud mengambil pulpen itu hanya saja saat tangan nya menyentuh pulpen ada tangan lain yang menyentuh nya juga. Karin mendongakkan kepalanya, iris emerald nya sedikit membesar ketika bertatapan dengan iris safir lawan jenisnya itu.

"Wah pria ini sangat manis," kata hati Karin yang tercengan(?) melihat orang yang ada di depanya.
lain pula kata hati Kazune ketika melihat Karin, "Dia sperti Suzuka, ah tidak mungkin! 3 tahun yang lalu aku sudah.. argg aku benci mengingat nya."

"A-a ma-maaf," ujar Karin gaguk sembari mengangkat tangan nya.

"Ya tidak apa-apa," balas Kazune dingin, ia mengambil pulpen itu dan memasukannya ke dalam tas lalu pergi begitu saja.

"Karin, apa kau baik-baik saja?" tanya Miyon memegang pundak Karin.

"KYAAAA Miyonn dia sangat manisss, meskipun dingin," ujar Karin tersenyum lebar.

"Hah kau ini, Ohya kau mau mendengarkan ceritaku tentang Kazune atau pergi ke kantin?" tanya Miyon dengan dua pilihan.

"Sepertinya yang pertama," pilih Karin.

Miyon memindahkan bangkunya di samping Karin, "Baiklah, dia adalah Kujyou Kazune . Kazune merupakan murid pindahan dari Prancis dua tahun yang lalu. Dia mempunyai saudari bernama Kujyou Kazusa, namun satu tahun yang lalu ia meninggal dunia dengan mati yang mengenaskan. Mayat Kazusa di temukan di salah satu café yang tak jauh dari sini. Katanya sih yang membunuh Kazusa adalah Kazune kakak nya sendiri. Gosip-gosip yang aku dengar katanya keluarga Kazune adalah keluarga pembunuh bayaran," jelas Miyon panjang lebar.

"Apa! mana mungkin!" seru Karin kaget.

Orang orang yang ada di dalam kelas itu melihat kearah Karin, Miyon Lngsung membekam mulut Karin.

"Pstt ngomongnya pelan pelan dong," bisik Miyon dan di jawab oleh anggukan Karin, Miyon melepaskan tangan nya.

"Terus,"

"Tapi aku juga tidak tau gossip itu benar atau tidak. Orang tua Kazune bekerja di luar negeri, dan Kazune hanya tinggal di sebuah apartemen milik ayah nya," sambung Miyon menjelaskan.

"Huh semoga saja gossip itu salah," doa Karin dalam hati.

Normal POV end

.

.

Kazune POV

Aku berjalan mengitari taman mencari tempat duduk yang nyaman, dimana tidak terlalu bertemu dengan sinar matahari. Ku temukan tempat yang cocok untuk ku, dibawah pohon sakura. Segera ku rebahkan tubuhku, rasa lelah mengitariku. Kupejamkan mataku dan menghirup udara sebanyak yangku bisa lalu menghembus kan nya perlahan.

Aku bernostalgia dengan kehidupanku di masa lampau. Mengingat adikku yang meninggal setahun yang lalu, dan mereka menuduh ku karna aku adalah orang yang dingin terhada siapapun termasuk dengan adikku. Apakah bersifat dingin berarti aku membenci adikku sendiri? Mereka sangat bodoh jika menuduhku. Sampai sekarang aku masih mencari siapa pembunuh adikku.

Sejenak aku tersintak mengingat wanita tadi, bagaimana bisa orang yang telah aku bunuh dengan kedua tangan ku hadir lagi di kehidupanku. "Argg!" gerangku sendiri mengacak-ngacak rambutku. Aku masih tidak percaya, walau pun sedikit bahagia melihatnya. Apa tuhan menginginkan aku menebus dosaku pada Suzuka melalui dia?. Sepertinya tuhan benar-benar menginginkan aku mencintai dia sekali lagi walaupun dengan orang yang berbeda.

Kliringg….

Kliringg..

Kli..

Handphone ku yang berdering segera kubuka. Ternyata sebuah e-mail yang kudapat dari orang yang menggajiku untuk membunuh.

From : KJ

Subyek : …

Hei kau di mana? Malam ini kau harus segera membunuh anak tunggal dari keluaga Sakurai. Nanti malam ia akan ke Tokyo Town Square, kau bunuh dia di sana. Jangan meragukan bayaranku untuk mu! Fotonya segera aku kirim nanti.

Aku sedikit mendegus membaca perintahnya. Tapi mau di apakan, dia adalah atasanku.

Aku mendapatkan kan satu e-mail dengan pengirim yang sama, dilampirkan sebuah foto anak lelaki berambut hitam lurus dengan iris mata kecoklatan. Aku me-save fotonya untuk mencari nya nanti malam.

Aku simpan kembali handphone kedalam saku celanaku dan beranjak dari tempat itu dan berjalan menuju kekelasku karna bell sekolah sudah berbunyi dari tadi dan memulai aktivitas belajar seperti semula.

.

.

Malam pun tiba burung gagak terus berkoak atas sana, seakan menunggu kedatangan ku untuk menggoreskan luka kecil pada seseorang. Aku mulai beranjak dari rumahku dengan memakai pakaian serba hitam. Memakai topi ped menutupi rambut pirangku. Aku terus berjalan santai dalam kegelapan, bercinta dengan kesunyian itu tidak asing lagi bagiku.

Aku memanggil sebuah taksi untuk mengantarku ketempat dimana akan ada darah yang terlumuri di pisauku. Setelah sampai di tempat yang kutuju aku berdiri tak jauh dari gedung Tokyo Town tak menyangka jika di sana sangat ramai, banyak bangsawan kaya yang di sambut oleh beberapa wartawan dan rasanya tidak mungkin bisa aku membunuh nya dalam situasi ramai seperti itu.

"Spertinya aku harus menyamar," niatku dalam hati. Sejenak aku berfikir dengan menyenderkan tubuhku di dinding. manik safirku menatap ke sebuah toko pakaian di depanku. Aku berjalan menuju toko itu.

Kring

"Selamat datang."

Aku berjalan mencari baju yang cocok untuk kesana. Tanganku memilah milih tuxedo dan akhirnya aku mendapatkan nya. Ku ambil dan membawanya ke kasir.

"Ini." Aku menyodorkan tuxedo berwana hitam .

"Kazune," panggil lelaki berambut caramel di hadapanku.

Aku melihatnya dengan datar, mengingat siap dia dan akhirnya ku temukan, "Micchi?"

"Aahaha aku tak menyangka bisa bertemu denganmu," ujarnya tersenyum senang.

"Kau masih sama seperti dulu," balasku dingin.

"Dan kau juga. Sudah empat tahun aku tidak berjumpa denganmu dan ternyanyata sifatmu belum berubah," candanya. "Hei untuk apa tuxedo ini? Kau ingin kencan?" sambung nya.

"Bukan untuk kencan, tapi untuk masuk kesana," jawabku datar menunjuk gedung yang ramai itu. Michiru Nishikiori ya itu nama lengkap nya, dia adalah temanku sewaktu di Prancis dahulu. Namun karna perusahaan ayahnya bangkrut mereka pindah ke Jepang.

"Jangan bilang kalau kau masih-" "Ya yang seperti kau duga. Aku masih suka bermain dengan pisauku," ujarku memotong bicaranya.

"Siapa sasaranmu?" tanyanya sembari menghitung harga tuxedo yang ku beli

"Sakurai Yuuki," jawabku.

"Sasaran yang bagus," jawabnya enteng seraya memberiku kepada ku tuxedo itu.

Aku meninggal Micchi yang sedang melayani beberapa pembeli. Aku pergi kekamar ganti untuk menukar pakaianku dengan tuxedo lalu keluar lagi menunjukkan kepada Micchi.

"Bagaimana? Apakah gayaku mencurigakan?" tanyaku meminta tanggapan.

"Wahh kau tampak tampan Kazune. Hanya saja ada yang kurang," ujarnya seraya berjalan mengambil spatu kulit miliknya.

"Pakai ini," Micchi meletakkan sepatu kulit berwana hitam "namanya bangsawan tidak ada yang memakai sepatu ket jika pakai tuxedo."

"Hahaha kau bisa saja, oke ini aku pinjam dulu."

Kazune POV end

.

.

Normal POV

Tanpa rasa ragu Kazune berjalan memasuki gedung itu. Tidak ada satu orangpun yang mencurigainya. Manik safirnya liar menatap wajah orang orang disana secara bergantian. Ia terus berjalan kesana kemari mencari buruannya.

"Dimana dia," pikir Kazune. Ia terus melangkahkan kakinya sampai akhirnya terhenti ketika melihat seorang pemuda yang menarik perhatian nya.

"Itu dia." Senyum kecil terukir dibibir Kazune. Ia berjalan mendekati pemuda berambut hitam itu. Kazune terus berjalan santai mendekatinya mengambil sebuah minuman dari maid. Satu orangpun tidak ada yang mencurigai nya sedikitpun. Wajar Kazune sudah ahli untuk membunuh dan menyamar. Kazune berjalan melewati pemuda itu.

1 detikk

2 detikk

3 detikk

Brukk!

"Yuuki-kun."

Semua orang disana berlari mengejar putra tunggal keluarga Sakurai ini. Tuxedo putih yang ia kenakan meresap darah sehingga orang yang melihat nya berteriak histeris.

"S-siapa yang melakukan ini!"

"Yuuki-kun hiks..hiks."

"Panggil polisi dan ambulan sekarang!"

Kazune terus berjalan di telan keramaia. Seringai jahat terlukis di wajahnya.

.

.

To be continue

Reader yang baik meninggalkan review ^^

Hora minna –channnn … Ray hadir lagi dengan fic gaje lagi. Gomen jika banyak typo. Dalam pencarin genre Ray mitak bantuan dengan Mikan-chan. Fic ini ray buat Cuma twoshoot. . silahkan beri komentar di bawah ini.. flame pun juga tidak apa-apa :D yang penting udah beri review.. sampai jumpa lagii minna-sann