Cast: All BTS member

Pair: JiminxYoongi and other~

Rate: T

~Gone~

.

Chapter 1

.

Jalanan kota Seoul pagi ini terlihat sepi. Bukan karena penduduknya yang masih bermalas – malasan di kasur yang empuk namun karena cuaca yang tidak bersahabat pagi ini. Matahari tampak enggan menambah cahayanya yang terpancar dari sela awan, mengintip dibalik awan mendung. Gerimis kecil membasahi jalanan dan payung warna - warni para pejalan kaki. Dengan baju dan jaket tebal, menembus gerimis pagi itu demi menuju tempat tujuan mereka masing – masing.

Seorang laki – laki tampak mengeratkan jaketnya dengan sebelah tangan, mengingat tangan satunya yang menggenggam gagang payung berwarna biru tua. Surai kecokelatannya jatuh menutupi sebagian matanya.

"Shh dingin sekali."desah Yoongi, nama laki – laki tersebut.

"Kenapa aku bisa lupa membawa sarung tangan tadi."lanjutnya sambil memasukkan tangan kirinya ke dalam saku jaket tebalnya.

Yoongi menghentikan langkahnya sesaat di depan sebuah kafe, diamatinya sebentar kafe itu.

"Sepertinya di dalam sangat hangat."gumam Yoongi.

Dilihatnya jam tangannya sekilas.

"Masih ada waktu 2 jam sebelum waktu janjian di perpustakaan bersama Jin hyung. Kalau aku mampir dan minum cokelat panas sebentar pasti tidak apa – apa, dari pada aku membeku kedinginan."ujarnya lalu berjalan mendekati kafe. Ditutupnya payung yang dibawanya dan memasuki kafe itu.

Yoongi berjalan menuju sebuah sofa empuk berwarna cokelat tua disamping jendela besar.

"Selamat pagi. Ingin pesan apa?"tanya pelayan kafe sambil memberikan buku menu.

"Cokelat panas saja."jawab Yoongi pada pelayan yang segera mencatat pesanan Yoongi.

"Ada lagi tuan?"tanya pelayan itu lagi.

Yoongi hanya menggeleng pelan dan tersenyum kecil.

"Baiklah tunggu sebentar, pesanan anda akan segera diantar."kata pelayan itu ramah seraya meninggalkan Yoongi.

Yoongi mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kafe. Pandangannya terhenti pada meja yang ditempati dua orang. Pasangan kekasih mungkin, pikir Yoongi.

Mereka tampak sangat mesra, saling menyuapi satu sama lain dan sesekali bercanda.

"Pasangan jaman sekarang."dengus Yoongi.

Yoongi mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela yang berada di sampingnya. Dia terkaget, matanya yang berhias eyeliner tipis agak melebar. Jantungnya berhenti untuk beberapa detik.

Di depannya telah berdiri seorang laki – laki tampan dengan surai gelap. Rambutnya tampak basah karena gerimis yang masih turun. Dengan hanya menggunakan kemeja putih yang agak basah juga.

'Apa dia tidak kedinginan? Aku yang sudah menggunakan jaket tebal saja menggigil.'batin Yoongi.

Laki – laki itu menatap Yoongi lekat. Yoongi juga tengah memperhatikan laki – laki itu. Mereka saling menatap dengan hanya dibatasi oleh kaca jendela.

"Permisi, ini pesanan anda. Silahkan dinikmati."suara pelayan tiba – tiba menginterupsi Yoongi. Yoongi agak tersentak lalu mengalihkan pandangannya ke arah pelayan tersebut, mengangguk dengan senyum yang menghiasi wajahnya sambil bergumam terimakasih. Setelah pelayan tersebut pergi Yoongi segera melihat ke arah jendela lagi.

Laki – laki itu menghilang.

"Kemana laki – laki itu?"Yoongi tampak mencari laki – laki itu di luar kafe melalui jendela transparan kafe. Namun dia tidak melihat laki – laki itu lagi. Yoongi menghembuskan nafasnya berat. Agak kecewa.

Diambilnya cangkir cokelat panas yang mengepulkan asap tipis di depannya. Disesapnya sedikit lalu menaruhnya kembali. Yoongi menatap cokelat panasnya hampa.

"Permisi."Yoongi menghentikan konsentrasinya mengamati cokelat panasnya.

Kepalanya didongakkan.

"Ya ada a—pa?"jawab Yoongi terbata pada akhir kalimatnya. Dia mendapati sosok laki – laki di seberang jendela tadi telah berada di depannya dengan tersenyum, memperlihatkan eye smilenya.

Yoongi menatapnya.

'Apa dia pangeran dari negeri dongeng yang keluar dari buku dongengnya?Kenapa tampan sekali?'batin Yoongi.

"Mmm, itu... meja – meja di kafe ini sudah penuh semua. Aku melihat masih ada sisa tempat di depanmu, jadi apa aku boleh bergabung denganmu?"tanya laki – laki itu sambil melirik sofa di depan Yoongi.

Yoongi tersentak menatap sekeliling. Saat dia datang tadi kafe ini tidak sepenuh ini. Hanya beberapa pengunjung yang datang, tapi kenapa sekarang kafe ini penuh? Apa selama itu dia memperhatikan cokelat panasnya?

"Ehm, jadi boleh atau tidak?"tanya laki – laki itu lagi yang menyadarkan Yoongi kembali.

"Eh maaf aku malah melamun. Silahkan duduk saja, aku juga tidak akan lama disini."jawab Yoongi.

Laki – laki itu mengangguk anggukan kepalanya dan merebahkan dirinya duduk di sofa yang berada tepat di depan Yoongi. Memanggil pelayan dan memesan cappucino hangat.

Dia tersenyum kepada Yoongi yang tengah memperhatikannya. Yoongi membalasnya dengan senyum kecil.

"Aku Park Jimin."kata laki – laki itu yang bernama Jimin sambil mengulurkan tangannya.

Yoongi menerima uluran tangan Jimin dan menjabatnya lembut. "Yoongi. Min Yoongi."

Mereka melepas jabatan tangan mereka.

"Nama yang cantik. Seperti orangnya."ucap Jimin yang membuat Yoongi merona.

Yoongi yakin wajahnya kini telah merah seperti kepiting rebus.

"Sepertinya kau lebih tua dariku ya? Aku panggil hyung boleh?"tanya Jimin.

"Tentu."Yoongi tersenyum.

Beberapa saat kemudian pelayan datang dan mengantarkan pesanan Jimin dan dibalas dengan gumaman terimakasih dari pemuda berambut hitam gelap tersebut.

"Sendirian saja?"tanya Jimin memecahkan keheningan diantara mereka.

"Ya. Aku ada janji dengan temanku tapi aku mampir sebentar dulu kesini. Di luar sangat dingin."jawab Yoongi dengan semburat merah tipis yang masih menghiasi kedua pipinya.

"Oh begitu. Ini takdir bukan?"Jimin bertanya yang membuat Yoongi agak bingung.

"Eh?"gumam Yoongi.

Jimin agak terkekeh kecil. "Ah tidak lupakan."

Yoongi hanya tersenyum melihat tingkah laki – laki yang baru dikenalnya beberapa saat yang lalu ini, dan sepertinya telah sukses merebut hatinya .

"Kau... tidak kedinginan?"tanya Yoongi menatap rambut dan kemeja Jimin yang basah.

"Eh? Tidak kok, tidak apa – apa. Ini tidak terlalu dingin."jawab Jimin tersenyum.

"Benarkah? Aku saja hampir membeku. Tanganku saja sudah seperti ini."ucap Yoongi sambil menjulurkan tangannya yang telah sangat pucat untuk diperlihatkan pada Jimin.

Jimin melihat tangan Yoongi sebentar. Diangkat tangannya untuk menyentuh tangan Yoongi lalu di genggam.

Yoongi terkejut. Ia menatap kepala Jimin yang menunduk melihat tangannya yang tengah menggenggam tangan Yoongi. Lalu Yoongi ikut melihat tangannya yang berada dalam genggaman Jimin.

"Eh, hangat sekali."bisik Yoongi.

"Kau suka?"tanya Jimin lalu mendongak menatap Yoongi.

Dahinya berkerut, bingung kenapa tangan Jimin bisa sehangat itu. Bahkan Jimin tak meniup tangannya sama sekali. Akhirnya Yoongi tersenyum kepada Jimin yang dibalas dengan senyum juga oleh Jimin.

Setelah merasa tangannya telah cukup hangat. Yoongi berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Jimin dengan berlahan. Tentu saja Yoongi sangat canggung saat ini.

Yoongi melihat jam tangannya. Sudah satu jam ternyata dia berada di kafe ini. Dia ingin melanjutkan perjalannya menuju perpustakaan untuk menemui Jin hyung.

Saat Yoongi akan berpamitan dengan Jimin. Tiba – tiba ponselnya berdering menandakan pesan baru. Yoongi mengambil ponselnya dari saku jaketnya dan membuka pesan baru tersebut.

Jimin memperhatikan Yoongi sambil meminum cappucinonya pelan. Ditatapnya tiap lekuk wajah Yoongi yang menurutnya memang sangat cantik untuk ukuran seorang laki – laki. Jangan lupakan kulit putih pucatnya yang sangat mulus tanpa cacat. Dan senyumnya yang sangat manis itu telah membuatnya terpesona.

Dilihatnya ekspresi Yoongi yang sedikit berubah saat membaca pesan itu dan mengetik balasan.

Jimin berpikir sejenak siapa yang tengah mengirim pesan pada Yoongi sehingga ekspresinya berubah seperti itu.

'Semoga bukan pacarnya.'batin Jimin. 'Ah apa yang aku katakan.'batin Jimin lagi.

"Siapa? Kenapa kelihatannya kau kecewa seperti itu?"tanya Jimin setelah Yoongi memasukkan ponselnya kembali.

"Oh itu, temanku membatalkan janjinya bertemu denganku. Saudaranya dari luar negeri tiba – tiba datang dan dia tidak bisa meninggalkan saudaranya sendirian."jawab Yoongi seadanya.

Mendengar jawaban Yoongi membuat Jimin bernafas agak lega. Sepertinya Park Jimin memang sudah terperangkap pesona seorang Min Yoongi.

"Jadi kau akan tetap disini? Cokelatmu juga belum habis."tanya Jimin, berharap Yoongi akan tetap berada di kafe bersamanya.

Yoongi berpikir sejenak. Gerimis sudah reda sejak beberapa menit yang lalu. Dia harus membersihkan rumahnya dan mengerjakan beberapa tugas kuliahnya. Tapi dalam hati, Yoongi agak enggan pulang karena laki – laki di hadapannya saat ini.

'Bagaimana jika aku tidak bisa bertemu dengannya lagi nanti?'pikir Yoongi. Dan akhirnya pekerjaannya yang menumpukpun yang memenangkan pikiran Yoongi.

"Mmm, sepertinya aku harus pulang. Tugas sudah menungguku di rumah."ucap Yoongi.

Yoongi meraih cangkir cokelatnya yang sudah agak dingin dan diteguknya sampai habis dalam sekali tegukan. Lalu ia mengambil uang dari sakunya dan meletakkannya di meja lalu berdiri.

"Baiklah Jimin-ssi aku pergi dulu. Sampai bertemu lagi lain kali. Senang berkenalan denganmu."ucap Yoongi sambil menundukkan sedikit badannya lalu meninggalkan Jimin.

Jimin memperhatikan Yoongi yang semakin menjauh. Tanpa sengaja matanya menangkap sebuah benda yang tergeletak di bawah meja. Diraihnya benda itu. Jimin tersenyum hangat saat menyadari bahwa benda yang sedang digenggamnya saat ini adalah payung milik Yoongi yang tertinggal.

Jimin segera mengambil uang dan meletakkannya di meja lalu berjalan meninggalkan kafe menyusul Yoongi. Matanya agak menatap sinis saat melewati meja yang ditempati sepasang kekasih yang sedang bermesraan dan segera keluar dari kafe.

.

Yoongi berjalan menuju halte bus untuk pulang. Kepalanya ditengadahkan sedikit melihat langit yang berangsur – angsur mulai cerah. Di lihatnya lampu lalu lintas untuk pejalan kaki sudah berwarna hijau. Yoongi berlari agar tidak tertinggal lampu kembali berwarna merah lagi nanti, Yoongi agak malas menunggu.

Yoongi berlari di jalan penyeberangan dengan jalan penyeberangan yang lumayan ramai, tidak sengaja Yoongi bertabrakan dengan seseorang

Ponselnya terjatuh dari kantong jaketnya. Mau tidak mau Yoongi segera kembali ke tengah jalan untuk mengambil ponselnya yang terpental jatuh.

Namun lampu penyeberangan sudah berkedip – kedip. Beberapa detik setelahnya lampu berubah menjadi merah, menandakan lampu lalu lintas untuk kendaraan berwarna hijau sekarang.

Yoongi memungut ponselnya lalu berdiri kembali. Dilihatnya sebuah mobil yang mengarah ke arahnya dengan kecepatan tinggi. Tak ada tanda – tanda mobil itu akan berhenti. Sepertinya pengemudi mobil itu mengantuk atau mabuk.

Yoongi tidak bisa maju ataupun mundur sekarang, dia tidak bisa menyelamatkan diri. Badannya terasa sangat kaku dikelilingi mobil – mobil yang melaju. Yoongi melihat mobil yang melaju ke arahnya itu dengan pasrah, ia menelan ludahnya berlahan melihat mobil yang makin mendekat dan memejamkan matanya.

Apapun yang akan terjadi padanya nanti, Yoongi sudah sangat pasrah.

.

.

To Be Continued

.

.

A/N

Halo semua, salam kenal...

Aku author baru disini. Maaf kalo masih jelek ff nya yaa... Masih belajar juga sayanya.

Oke, karena masih baru disini kan aku masih agak labil gitu kalo yang review dikit, nanti males ngelanjut ini ff /modus._.

Ini ff pertama aku di ffn, udah tau ff pertama malah nge-post ff chaptered-_- ah ya sudahlah.

The last...

RnR juseyooo...:D