Don't like? Don't read..


Loveless

VampirFict, SasuSaku. ItaSaku.

Naruto© Masashi Kishimoto


-

-

1. Prolog

Jika dunia tahu seberapa bencinya aku pada cinta..

..karena cinta aku menderita dan terluka.

Salahkan cinta jika aku tak dapat melihat cahaya dunia.


"Onii-sama!"

Sasuke terus saja memanggil nama Sang Kakak diantara gelapnya malam, terus berjalan mengikuti kegelapan yang menyelimuti mansion tempat dimana ia dibesarkan itu.

"Itachi-onii-sama!"

Ya, hanya kakaknya lah yang ia pikirkan. Karena setiap saat hanya ada Itachi yang menemani Sasuke.

Sasuke yang baru berusia enam tahun menyadari ada yang tidak beres malam ini, semua penghuni mansion besar itu menghilang. Ia takut sendiri, biasanya sebelum bangun dari tidurnya Sasuke bisa merasakan seseorang di sampingnya untuk membawanya ke alam sadar—tapi malam ini semua tidak ada. Tidak ada ayah, ibu, maupun kakaknya yang merupakan penghuni mansion besar nan megah itu.

"Otou-sama! Okaa-sama! Onii-sama!" Sasuke terus berusaha menemukan mereka, kaki kecilnya terus melangkah tanpa alas di lantai yang dingin. Menelusuri setiap sudut ruangan yang ada.

"Onii-sama kau ada dimana?"

Angin berhembus kencang hingga membuka jendela, tariannya membuat tirai berkibar. Lalu salju pun juga ikut terbawa masuk bersama angin, menambah dingin suasana malam. Gumpalan lembut salju menerpa wajah Sasuke bersama angin, ada sensasi dingin dan menusuk saat yang bersamaan. 'Dingin—'

Mata onyx Sasuke melihat siapa dibalik jendela, ia melihat seseorang berdiri di atas batang pohon. Matanya sedikit melebar dan akhirnya ia tersenyum. Walau tidak terlihat jelas siapa sosok di balik jendela itu Sasuke tahu. Ya, melihat mata merah darah itu perlahan berubah menjadi mata hitam onyx seperti milik Sasuke.

"Itachi-onii-sama!" teriaknya dengan girang.

Dalam hitungan detik, Itachi telah berada di depan Sasuke.

"Darimana saja Onii-sama?" tanya Sasuke, "Kenapa Otou-sama dan Okaa-sama tidak ada?"

Tangan Itachi mengusap kepala Sasuke, "Sasuke, ayo kita pergi," kata Itachi.

"Eh..?" mata Sasuke sedikit menyempit, ia heran. Kenapa semuanya begitu aneh malam ini?

"Otou-sama dan Okaa-sama sudah menunggu.." lanjut Itachi. Kemudian dengan kedua tangan yang bisa dibilang kekar miliknya ia mengangkat Sasuke—menggendong dengan hati-hati adiknya yang tersayang itu.

~)o0O0o(~

"Nah, kita sudah sampai Sasuke," kata Itachi sambil menurunkan Sasuke dari gendongannya.

"Onii-sama, ini dimana?" tanya Sasuke. Ia tertegun melihat sebuah bangunan yang sangat megah, sepuluh kali lebih indah dan lebih luas dari mansionnya.

"Mulai sekarang kita akan tinggal disini," Itachi meraih tangan Sasuke dan menggandengnya, berjalan memasuki bangunan utama dari kerajaan itu.

Saat pintu dibuka, berjejer puluhan pelayan yang membungkukkan badan. Membiarkan Uchiha kecil bersaudara itu masuk tanpa mengangkat kepala mereka.

Permadani merah marun yang mereka injak sangatlah indah, mata Sasuke terus saja melihat ke bawah tanpa sadar bahwa kakaknya telah berhenti melangkah, saat itu juga tangan Itachi melepas tangan Sasuke sehingga Sasuke terus saja berjalan ke depan sampai pada akhirnya ia menabrak sesuatu. Tubuh kecil Sasuke terjatuh, ia mengelus pantatnya yang sakit akibat membentur lantai.

"Hahaha.. lucu sekali cucuku ini," terdengar suara gelak tawa. Hal ini membuat Sasuke sebal, karena selama ini tak pernah ada yang berani menertawakannya.

Ia mendongak melihat siapa orang tidak tahu diri yang menertawakannya, sebuah sosok pria tinggi nan gagah terlihat, rambut hitam dan mata onyx seperti milik Sasuke. Wajah yang rupawan. Tunggu? Cucuku? Siapa laki-laki ini?

"Sasuke-kun, cepat berdiri," seorang wanita yang sangat cantik datang mendekati Sasuke dan membantunya berdiri.

"Okaa-sama."

"Kau tidak apa-apa Sasuke-kun?" tanya Mikoto—Ibunda Sasuke dan Itachi. Sasuke menggeleng.

"Nah, karena Itachi-kun dan Sasuke-kun sudah datang sebaiknya Okaa-san mengatakan yang sebenarnya. Mulai sekarang kalian akan tinggal disini, kalian adalah pangeran kerajaan Uchiha. Kalian akan meneruskan tahta memimpin para vampir sebagai pureblood vampir.. terutama kau, Itachi-kun," lanjut Mikoto.

Fugaku menatap Itachi dengan tajam, dan saat mata onyx Itachi bertemu dengan milik Fugaku, Itachi menunduk.

"Saya tahu. Otou-sama, Okaa-sama.." kata Itachi, Sasuke hanya terdiam karena belum sepenuhnya mengerti apa yang baru saja dikatakan oleh ibunya itu.

"Ne, Sasuke-kun?" Mikoto menatap putra bungsunya itu. Membuat Sasuke semakin bingung.

"Sudahlah Mikoto, setelah dia seusia Itachi pasti dia mengerti. Benarkan Fugaku?"

"Hai, Otou-sama," jawab Fugaku.

"Aku adalah kakekmu Sasuke.." Madara mengelus-elus rambut jabrik Sasuke. Wajah Sasuke memerah. Benar-benar hari yang sial, pikirnya.

"Sebaiknya pangeran dan tuan puteri beserta putranya istirahat dulu, Uchiha-sama," kata seorang penasihat Madara yang selalu mengekor, Orochimaru.

"Kau benar. Tsunade, antarkan anakku dan cucuku keruang pribadi mereka yang baru.." pinta Madara.

Tsunade mengangguk, "Hai, Uchiha-sama."

~)o0O0o(~

"Otou-san!!"

Crash— suara cakar-cakar panjang terus saja mencabik sebuah tubuh yang telah dipastikan tidak bernyawa itu. Tubuhnya terkoyak tanpa ampun. Seluruh isi tubuhnya berceceran dilantai berubin putih bersih. Warna darah yang pekat mendominasi setiap sudut mata yang memandang. Cat putih susu tembok itu juga telah ternoda oleh warna darah. Makhluk aneh yang sangat menjijikan itu terus saja mengoyak tubuh itu—menjilat darah yang menetes, mencabik daging yang tercompang-camping, atau menelan bulat-bulat jantung yang keluar dan tidak lagi berdetak—dengan ganas.

Lima meter dari sana seorang anak kecil menangis dalam pelukan ibunya. Kepalanya terbenam dengan kuat dalam dada ibunya. Ia tidak mau melihat lebih dari ini, ia hanya anak kecil berusia lima tahun yang tak sepantasnya melihat semua ini. Ibunya meneteskan air matanya. Kedua tangannya mendekap erat putri kecilnya seolah ia ingin bersatu.

"Sakura-chan, jangan lihat ke belakang," pinta ibunya.

Memang seorang ibu tidak akan pernah mau terpisah dengan anaknya.

Dengan mengumpulkan segenap keberanian, Sakura mengintip dari balik tubuh ibunya. Matanya membulat. Sungguh tidak bisa dipercaya bahwa tubuh ayahnya telah habis dilahap makhluk itu hingga ketulang-tulangnya.

Dan kini makhluk itu menoleh melihat dua perempuan yang berpelukan erat. Lidahnya menjulur menyapu jejak darah disekitar bibirnya. Kemudian selangkah ia maju.

"Okaa-san.." kata Sakura lirih. Sontak ibu Sakura melihat ke belakang, seluruh tubuhnya gemetar. "Sakura-chan.. pergi dari sini," katanya enggan melihat mata jade yang ia wariskan pada putrinya itu.

Dengan cepat Sakura melepas pelukan ibunya dan berlari sekuat tenaga ke arah pintu yang terbuka. Ia berlari dan terus berlari meninggalkan ibunya yang hanya dalam hitungan detik mungkin akan menemui ajalnya.

Kyaaa!!—terdengar suara jerit pilu kesakitan dari belakang, dan Sakura sejenak menghentikan larinya. Tangan mungilnya terkepal. Hati kecilnya mengatakan bahwa ia harus kembali. Kaki kecilnya kembali melangkah dan saat menginjak salju yang tebal kaki itu berubah haluan—ia kembali.

Betapa terkejutnya Sakura, baru tigabelas langkah kakinya menepak salju makhluk yang telah mencabik-cabik ayahnya itu kini di hadapan matanya. Tubuhnya membeku tidak bisa bergerak.

Pasrah. Hanya itu yang bisa ia lakukan. Mata jadenya terpejam, ia siap untuk menyusul ayah dan ibunya.

.

.

.

Crash—terdengar suara tubuh tercabik namun tidak ada rasa sakit yang Sakura rasakan. Apa memang sakit untuk mati itu terlalu sakit intuk dirasakan hingga ia tidak bisa menjerit?

Perlahan mata jade itu terbuka kembali. Sekarang apakah ia di surga? Warna putih salju yang tersinari cahaya bulan masih sama seperti tadi—itu artinya Sakura belum berpindah tempat.

"Kau tidak apa-apa, gadis kecil?"

Eh?

.

.


Sebelas tahun kemudian..

Suara detak kaki orang berlari menggema di koridor, seorang gadis berambut merah muda sedang berlari mengejar waktu jika ia tidak ingin dimarahi lagi. Ia selalu saja terlambat datang karena terhalang oleh badai yang akhir-akhir ini terjadi hampir setiap hari. Ia berlari dan terus berlari, sampai ia tidak menyadari bahwa ada seseorang di depannya. Tubuh kecilnya menabrak sosok kekar di hadapannya, tubuh gadis berambut merah muda itu terpelanting jatuh.

"Aduh.." keluhnya. Dalam hati ia mengutuk seseorang di hadapannya yang membuat pantatnya bertumbukan dengan lantai. "Kalau jalan itu—eh?" kata-katanya terputus saat ia mendongak melihat Sasuke—pangeran Uchiha seorang pureblood vampire.

Sasuke menatapnya, membuat Sakura—nama gadis berambut merah muda itu terkagum-kagum akan ketampanan Uchiha muda itu. Wajah tampan dibingkai rambut hitam raven, setiap detail wajahnya diukir sempurna, mata onyx yang dingin dan menusuk seolah mengintimidasi setiap orang yang melihat mata itu.

"Sasuke-sama.." kata Sakura pelan sambil tidak mengalihkan pandangannya.

"Hn," sebuah kata yang singkat menjadi sebuah kalimat tak berarti dan tak bermakna sebelum Uchiha muda itu berjalan pergi tanpa ambil pusing dengan Sakura yang tadi terus melihat kagum ke arahnya.

Sebuah uluran tangan menyadarkan Sakura dari lamunannya. "Mau sampai kapan kau disitu, eh?"

Betapa kagetnya Sakura saat mengetahui siapa yang menawarkan tangannya untuk membantu Sakura bangun. Dengan wajah yang tersipu malu ia menyambut uluran tangan itu.

"Arigatou Itachi-sama," kata Sakura sambil membungkukkan badan dengan sempurna 90°.

"Hn..." kata Itachi, kemudian ia berlalu berjalan ke arah yang sama dengan Sasuke.

"Hari yang indah. Bisa bertemu dua pangeran dalam sehari.. tapi tetap saja semuanya menyebalkan," gumam Sakura. "Gawat! Aku terlambat!"

Sakura segera berlari menuju ke ruangan Sang Guru—Tsunade untuk belajar tentang ilmu pengobatan seperti biasanya.

Tak terasa ia sudah sampai didepan pintu ruangan Tsunade, diketuknya pintu itu disusul suara dari dalam, "Masuklah," Sakura melangkahkan kakinya perlahan, takut kalau ia dimarahi Tsunade seperti kemarin.

"Lama sekali Sakura. Terjebak badai lagi?" tanya Tsunade.

Eh? Tsunade-sama tidak memarahiku?

"Kau kenapa? Kau pikir aku akan memarahimu, eh?"

Sakura terdiam tidak berani menatap mata Sang Guru.

"Hari ini kau sudah tidak perlu datang lagi."

"A-apa?"

"Karena mulai hari ini kau ditugaskan untuk menjadi salah satu perawat pangeran."

"A.. A-apa?" tanya Sakura semakin tidak percaya.

Tsunade mendengus,"Kemampuan pengobatanmu sudah lebih dari cukup, karena itu Yang Mulia mempercayakan semuanya padamu."

"Tapi Tsunade-sama.." Sakura terdiam saat Tsunade menepuk bahunya. "Kau adalah penerusku, jangan membuatku menyesal telah mengambilmu dari Oto. Mengerti?"

Sakura mengangguk. Benar, apapun yang diperintahkan oleh Tsunade, Sakura harus menurutinya. Ia tidak ingin disebut sebagai anak tidak tahu diri. Sebelas tahun yang lalu Tsunade memunggutnya dari Oto. Saat itu ia hanyalah seorang gadis kecil yang sebatang kara lantaran seluruh keluarganya habis dibantai oleh segerombolan makhluk yang tidak dikenalinya.

"Sepertinya ini membuatmu terkejut. Kalau begitu mulai besok kau sudah bisa melakukannya."

Sakura mengangguk kecil, "Baik, Tsunade-sama.."

Semua hal yang baru akan segera dimulai. Setiap hari Sakura akan bertemu dengan pangeran Uchiha yang selalu dipuja oleh para gadis—dan dirinya tentunya. Sakura tersenyum tipis. "Hosh!" katanya sambil mengepalkan tangannya.


Keep or delete?