Author Note: Baca KH: keyblade War chapter 1 dulu yach, baru baca yang ini, biar mengerti…
Please read and please spend a few minute just for review please?

Just Between You And Me

Part One : Seeing Sora Naked

Riku POV…

Saat aku dan Kairi masuk kekamarnya Sora, kulihat dia masih tertidur pulas tampa menyadari bahwa hari sudah siang. Aku dan Kairi mendekatinya, kulihat expresi wajahnya terlihat cemas, seakan-akan dia sedang mimpi buruk.

"…Sora…Sora… bangun… kau akan telat kesekolah kalau kau tidak siap-saip sekarang." Aku mencoba membangunkannya.

"Hm…" Dia menjawabnya dengan setengah tidur. Dia membuka matanya sebentar dan menutupnya lagi.

"Bangun pemalas…" Kata Kairi sambil menertawakannya.

"Hm… kau tak perlu tertawa Kai…" Sora memanggil Kairi dengan menyingkat namanya. Dia terlihat sedikit marah saat Kairi menertawakannya.

"Habisnya, kau lucu sekali Sora." katanya masih tertawa.

"Sudah…sudah…"Aku menariknya untuk bangun. "Ayo mandi Sora, kau masih punya beberapa menit untuk mandi." Aku mendorongnya kearah kamar mandi. "Jangan lama-lama ya."

Setelah dia masuk, aku menghela napas. Aku dapat melihat kecemasan diwajahnya Sora, sepertinya telah terjadi sesuatu dan dia terlihat khawatir…

Aku bersandar disamping pintu kamar mandi sambil menunggunya selasai mandi. Jika aku meninggalkannya, dia pasti akan mandi lama-lama didalam sana sampai lupa waktu. Dia punya kebiasaan tertidur meski dia dalam keadaan berdiri…

Sekitar beberapa menit dia mandi, aku mendengar dia menjerit meski terdengar pelan olehku, sepertinya telah terjadi sesuatu didalam…

"Roxas!!" Aku mendengar dia berteriak dan menyebutkan nama Roxas.

"Sora!!" Aku memanggilnya dari luar tapi dia tak menjawab teriakanku. "Sora!!!" aku memanggilnya lagi tapi dia masih tidak menjawab. Sepertinya dia tak bisa mendengarkan suaraku karena teredam sama suara air shower didalam.

"Cih!" tampa pikir panjang aku langsung menendang pintu kamar mandinya karena khawatir terjadi sesuatu padanya . Dengan satu tendangan, pintunya langsung terbuka. Aku melihat Sora yang setengah telanjang langsung melihat kearah pintu kamar mandi yang baru saja kudobrak, dia terlihat bingung saat melihatku. Aku melihat Roxas tersenyum sinis padaku, seakan-akan dia telah melakukan sesuatu pada Sora dan sudah menduga bahwa aku akan datang saat dia menjerit.

"Roxas… apa yang kau lakukan!!" Aku mengatakanya dengan nada marah, aku dapat merasakan bahwa dia sedang merencanakan sesuatu.

Sora terlihat bingung dan khawatir mendengar kata-kataku. Sepertinya Roxas memang telah melakukan sesuatu padanya.

"Seperti yang kau lihat." Roxas tersenyum sinis kearahku.

Sora bertambah bingung saat mendengar kata-kata Roxas. Amarahku meningkat saat melihat Sora bertambah bingung saat menatapku.

"Apa yang telah kau lakukan hah!!" Aku memanggil Way To Dawn dan langsung menyerang Roxas tampa ragu-ragu. Roxaspun langsung memanggil keybladenya dan dengan cepat menahan semua seranganku.

"Hentikan!!!" Sora berusaha menghentikan kami berdua. "Aku tak mau ada yang berkelahi di kamar mandiku!!" katanya dengan panic.

Aku langsung berhenti saat Sora menyuruhku berhenti dan begitu pula Roxas. Akan tetapi aku tidak menurunkan kewaspadaanku pada Roxas. Akupun menatapnya dengan keinginan untuk membunuhnya.

"Roxas, kutantang kau bertarung di luar sekarang…" aku mengatakannya dengan sedikit tenang.

"Kuterima…"Kata Roxas sambil senyum sinis.

Aku segera keluar dari kamar mandi dan Roxas menyusulku dari belakang. Aku berpapasan dengan Kairi saat aku berjalan keluar dari rumah ini. Dia terlihat bingung melihatku marah, tetapi aku marah bukan padanya. Dengan langkah kakiku yang cepat, kubuka pintu rumah dan menuju keluar, ke lapangan yang luas untuk bertarung dengan Roxas.

Aku berbalik dan menatap kearah rumah Sora, didepan rumahnya, kulihat Roxas sudah berdiri beberapa meter didepan dengan memegang satu keybladenya. Senyum sinis yang tadi selalu melekat diwajahnya telah berubah menjadi expresi yang serius.

Aku memasang ancang-ancang untuk menyerangnya, tetapi dia memulai menyerangku terlebih dahulu. Awalnya dia menyerangku dengan pelan sehingga aku dapat menangkis semua serangannya selama beberapa detik, tiba-tiba dia melompat mundur dan menembakkan magic thunder kearahku.

Aku langsung menghindari magic thundernya, tetapi satu magic thunder datang kearahku lagi secara terus menerus saat aku menghindarinya satu per satu. Tiba-tiba magic itu berhenti berdatangan dan saat aku kembali focus untuk menyerang Roxas, dia sudah tidak ada diposisinya dimana tadi dia berada. Aku mencari dia dengan cepat, memastikan dia tidak berada dijarak yang cukup dekat disaat aku cukup lengah.

Saat melihat ketanah, aku melihat ada sebuah bayangan yang bergerak cepat menujuku. Aku segera melihat keatas, kulihat Roxas hendak memukulku dengan keybladenya. Aku sudah tak punya cukup waktu untuk menghidari serangannya, jadi kutahan serangannya dengan keybladeku.

Hantaman yang cukup kuat membuatku terjatuh ketanah dan dia berusaha mendorongku terus dengan keybladenya dan membuatku terdesak. Dia terus mendorongku hingga membuatku tidak bisa bangun, aku lalu menendang badannya dan tendanganku tepat diperutnya. Tendanganku membuatnya termundur beberapa meter dariku, sehingga aku dapat bangun dari tanah dengan cepat.

Aku segera menyerangnya dan dia hanya menghindari seranganku sambil memegangi perutnya. Aku menembakkan magic dark aura, sebuah bola api hitam meluncur kearahnya. Bola api hitam itu terpecah menjadi lima hingga sepuluh bagian. Bola-bola api hitam itu terus menerus mengikuti arahnya meski dia mencoba menghidari semua bola api hitam itu satu per satu.

Dia lalu memukul bola api hitam itu satu per satu yang selalu datang dari berbagai arah. Selagi dia sibuk menyerang bola api hitam itu, aku berjalan mendekatinya dengan hati-hati dan cepat. Ketika semau bola api hitam itu hilang semua akibat serangannya, aku sudah berada tepat dibelakangnya dan hendak menghantamkan keybladeku kearahnya.

Dia sangat terkejut saat melihat keybladeku sudah hampir menghantamnya, dengan cepat dia berusaha menghindarinya, tetapi lengannya berhasil kulukai meski lukanya hanyalah luka gores.

Dia langsung marah saat menyadari bahwa aku berhasil melukainya dan aku hanya menatapinya dengan senyum sinis melihat dia marah. Dia langsung geram dan menyerangku, dia memanggil keybladenya yang satu lagi dan menyerangku dengan mengkombinasikan magic dan serangannya.

Meski awal-awalnya aku dapat menghidari ataupun menangkis serangannya, semakin lama dia semakin aggressive menyerangku. Tubuhku terkena beberapa luka gores akibat serangannya dan dia juga mendapatkan beberapa luka goresan baru karena aku juga berusaha membalas serangannya.

Aku maupun Roxas sama-sama mulai terlihat lelah. Dia dan aku masih saling menatap satu sama lain dengan amarah dan kurasa pertarungan ini tak akan berakhir hingga salah satu dari kami yang akan kalah!

"Sudah!! Hentikan pertarungannya!!"teriak Sora, dia segera menghentikan pertarungan kami dan memisahkan kami berdua dengan jarak tertentu supaya kami tidak bisa saling menyerang.

Aku maupun Roxas berhenti dan terdiam ditempatnya masing-masing sejenak. Kulihat Roxas tersenyum sinis padaku, seakan-akan dia telah memenangkan pertarungan ini. Aku hanya dapat menatapnya dengan kesal dan marah.

"Kalian kenapa sih!! Kita jadi terlambat kesekolah!! Kita juga udah bolos pelajaran pertama" Kata Sora sambil memarahi kami berdua.

"Dia harus membayar perbuatannya padamu Sora!!" jawabku. Kuyakin dia mau melakukan sesuatu pada Sora saat dia lagi mandi dan pasti dia sedang lengah.

"Hm… memangnya aku lakukan apa dengan Sora?" kata Roxas dengan polos.

Mendengar kata-katanya membuatku sangat marah. Dia masih saja mengelak dan tidak mau mengakuinya. " Jangan pura-pura tidak tau! Kau mau melakukan sesuatu terhadapnyakan!!"

"Oh, tapi aku hanya…"

Sebelum Roxas menyelesaikan kata-katanya, Sora langsung memotongnya. "Sudah cukup!" Sora memarahi kami. "Roxas! jangan memicu perkelahian baru!! Dan kau Riku dinginkan kepalamu sebentar!! Sepertinya kau dibuatnya salah paham."

"…" aku maupun Roxas langsung terdiam.

"Roxas, kenapa kau menerima tantangannya Riku, padahal kau tak salah apa-apa. Tapi kenapa kau menerima tantangannya? Itu membuat kami terlambat kesekolah dan jadi bolos pelajaran pertama juga. Padahal kau sudah memperingatkan aku kalau aku akan terlambat kesekolah, Tapi kenapa sekarang perbuatanmulah yang membuatku dan yang lain terlambat kesekolah?! Aku minta penjelasan yang bisa aku terima." Kata Sora sambil memarahinya.

"Uh…" Roxas menatap Sora dengan bingung saat mau menjelaskannya. "… yah… begitulah…"

"Begitulah?!'" Sora terheran-heran saat mendengarkan jawabannya. "Begitulah gimana ah!" dia terlihat marah.

"Yah…" dia mendekati Sora dan membisikan sesuatu padanya sambil tersenyum sinis padaku. Aku sama sekali tak bisa mendengarkan kata-kata yang dia bisikkan sama Sora.

"Hah?" Sora bertambah bingung dan Roxas bergabung kembali dengannya. "Riku…" Dia menatapku dengan bingung. "…Kenapa kau amat marah dengan Roxas? Dan apa yang telah dia katakan ke kamu?" Dia mendekatiku sambil bertanya.

"…" Aku terdiam sejenak sambil menatap kebawah. "…Aku hanya…" Tidak suka dia berada didekatmu. Dialah yang telah merebutmu dariku…

"'Hanya' apa Riku?" Sora bertanya lagi.

"…Salah paham seperti katamu. Dia memang memancing amarahku." Aku menjelaskannya dengan perasaan kesal dan sepertinya Sora tidak menyadarinya.

Aku memutuskan untuk tidak menberitaukan alasanku membencinya, karena ini adalah urusanku dengan Roxas saja. Cukup dia saja yang mengetaui kebencianku padanya…

"Dengan mengejekmukan? Apa yang dia katakan ke kamu?"

Aku menghel napas. "Bukan apa-apa. Maaf sudah membuat kita terlambat kesekolah." Aku meminta maaf.

"Tak apa-apa, yang penting satu masalah selesai." Dia memaafkanku dan mengunakan magic cure untuk menyembuhkan luka-lukaku.

"Terima kasih…" kataku senyum. "…ayo kita berangkat kesekolah, pelajaran kedua hampir dimulai."

"Ya, tetapi kita harus jemput Kairi dulu karna dia menunggu di rumahku karna tak mengerti apa yang sedang terjadi."

"Ya…"

END

O-x-O-x-O

Roxas POV…

Disaat Sora masih tertidur pulas, aku mendengar ada yang membuka pintu kamarnya Sora. Aku mendengar suara langkah kaki yang mendekati Sora yang masih tertidur, sepertinya ada dua orang yang mendekatinya, aku mengetauinya dari suara langkah kaki mereka yang berbeda-beda saat mereka melangkah…

"…Sora…Sora… bangun… kau akan telat kesekolah kalau kau tidak siap-saip sekarang." Aku mendengar seseorang mencoba membangunkan Sora.

"Hm…" Sora menjawabnya dengan malas. Dia membuka matanya sebentar dan menutupnya lagi karena dia silau akan cahaya matahari. Saat dia membuka matanya sebentar,aku dapat melihat Riku berada didekatnya meski hanya sekilas dari matanya Sora.

"Bangun pemalas…" Kata seorang cewek sambil menertawakannya. Sepertinya suara itu suaranya Kairi.

"Hm… kau tak perlu tertawa Kai…" Sora memanggil Kairi dengan menyingkat namanya. Dia terlihat sedikit marah saat Kairi menertawakannya.

"Habisnya, kau lucu sekali Sora." katanya masih tertawa.

"Sudah…sudah…" Kulihat Riku menariknya untuk bangun. "Ayo mandi Sora, kau masih punya beberapa menit untuk mandi." Lalu dia mendorong Sora kearah kamar mandi. "Jangan lama-lama ya."

Saat Sora masuk kedalam kamar mandi, dia langsung menghela napas, sepertinya dia memikirkan sesuatu yang mengganggunya. Dia melepaskan seluruh pakaiannya dengan perlahan-lahan dan meletakkannya dikeranjang baju.

Dia lalu menyalakan shower dan membasahi tubuhna perlahan-lahan selama beberapa menit. Dia lalu membasahi wajahnya dan menutup matanya. Dan seperti dugaanku, dia ketiduran sambil berdiri.

Aku menghela napas saat mengetahu dia tertidur. Perlahan aku keluar dari tubuhnya, lalu menatapi tubuhnya yang telanjang didepanku beberapa detik (A/N: Aw man! I still love it!). Kurasa dia tidak menyadari bahwa aku keluar karena dia memang tertidur.

"Kau akan telat Sora…" Aku mengingatkannya sambil membangunkannya.

"Woah!!!" Katanya sedikit berteriak. Dia terlihat terkejut dan langsung mengambil handuk dengan panic. "Roxas!! jangan muncul tiba-tiba kalau aku sedang mandi!" Katanya dengan muka memerah padam.

Aku sebenarnya ingin tertawa saat dia melihat tingkahnya. Tapi kutahan karena jika dia tau aku menertawakannya, dia akan tambah marah padaku. "Hm? Memangnya kenapa? Kitakan sama-sama cowok lagian." Aku berusaha berbicara seperti normal supaya dia tak tau bahwa aku ingin menertawakannya.

"Tapikan aku tak suka!! Aku tak suka ada yang mengintip! Terutama kamu!!" dia memarahiku.

Waduh, kok dia tambah memarahiku ya? "Iya…iya…"Kataku sambil menghela napas. "Akukan hanya mengingatkan kamu bahwa kau akan terlambat… lagian Riku juga sudah pakai acara dobrak pintu tuh."

Sora langsung melihat kearah pintu kamar mandi, dia melihat Riku mendobrak pintu kamar mandinya. Wajah Riku terlihat khawatir saat melihatku, sepertinya dia menganggapku berbahaya dan aku hanya menatapinya dengan senyum sinis…

"Roxas… apa yang kau lakukan!!" kata Riku dengan nada marah. Sepertinya dia mengira bahwa aku telah melakukan sesuatu pada Sora sehingga membuat dia menjerit seperti tadi.

Aku tersenyum sinis melihat dia menatapku seperti itu, kira-kira apa yang dia pikirkan tentang apa akan yang kulakukan dengan Sora yang setengah telanjang ya? "Seperti yang kau lihat." Kataku asal jawab, tapi meski begitu memang benar sih, 'seperti yang kua lihat'.Beginilah yang sedang kulakukan, menatapi Sora yang setengah telanjang, tak lebih dan tak kurang dari itu.

"Apa yang telah kau lakukan hah!!" Riku sangat marah padaku, dia memanggil keybladenya dan langsung menyerangku tampa ragu-ragu.

Akupun langsung memanggil Oathkeeper dan dengan cepat menahan semua serangan Riku.

"Hentikan!!!" Sora berusaha menghentikan kami. "Aku tak mau ada yang berkelahi di kamar mandiku!!"

"…" Sepertinya Sora salah ngomong, dia seharusnya berkata, 'Aku tak mau kalian berdua berkelahi.'. Begitu yang seharuskan dia katakan pada kami. Tapi entah bagaimana kata 'Aku tak mau ada yang berkelahi di kamar mandiku!!' keluar dari mulutnya. Kurasa dia terlalu panic melihat kami berkelahi tiba-tiba sehingga dia jadi salah ngomong. Tapi berkat kata-katanya yang salah ngomong itu, ini berarti…

"Roxas…"Kata Riku dengan nada dingin. "Kutantang kau bertarung di luar sekarang…" dia langsung menantangku diluar tampa ragu-ragu.

Aku tersenyum sinis, sudah kuduga dia akan menantangku bertarung diluar karena arti dari kata-kata Sora yang 'Aku tak mau ada yang berkelahi di kamar mandiku!!' adalah: kalian boleh bertarung asalkan tidak dilakukan di kamar mandi. Jadi dengan senang hati aku menjawab: "Kuterima…"Kataku sambil senyum sinis.

Riku segera keluar dari kamar mandi dan aku menyusulnya dari belakang. Kulihat Riku berpapasan dengan Kairi saat dia berjalan keluar dari rumah ini. Kairi terlihat bingung saat melihat Riku marah dan dia tambah terkejut melihatku.

"Hey Kairi, Naminé …" Aku menyapa mereka sebentar dan segera menuju keluar.

Saat Aku berada diluar, kulihat Riku yang tadinya membelakangiku, berbalik dan menatapku dengan wajah serius. Dia memasang ancang-ancang untuk menyerangku, tetapi aku menyerangnya terlebih dahulu.

Awalnya aku menyerangnya dengan pelan sehingga dia dapat menangkis semua seranganku. Aku berusaha mengarahkannya ketengah-tengah lapangan ini. Setelah berada tepat ditengah lapangan ini, aku melompat mundur beberapa langkah dan menembakkan magic thunder kearahnya.

Dia langsung menghindari magic thunderku dan kutembakkan satu magic thunder lagi kearahnya lagi secara terus menerus sambil bergerak menuju kearanya secara hati-hati. Ketika dia menghindari satu per satu magicku, dia tidak terlalu memperhatikan posisiku.

Aku melompat kearahnya dan berhentikan menembakkan magicku. Aku hendak menyerangnya dari atas selagi dia lengah, tetapi dia menyadari kehadiranku. Aku segera menghantamkan keybladeku kearahnya tetapi dia menahan seranganku yang kuat ini dengan keybladenya.

Hantaman yang kuat dari seranganku membuatnya terjatuh ketanah dan aku berusaha mendorongnya terus dengan keybladeku dan mencoba membuatnya terdesak. Aku terus mendorongnya hingga membuatnya tidak bisa bangun, lalu dia menendang badanku dan tendangannya tepat diperutku. Tendangannya membuatku termundur beberapa meter darinya, sehingga dia dapat bangun dari tanah dengan cepat.

Dia segera menyerangku dan aku hanya menghindari serangannya sambil menahan rasa sakit dari perutku. Dia menembakkan magic dark aura, sebuah bola api hitam meluncur dengan cepat kearahku. Bola api hitam itu terpeceh menjadi lima hingga sepuluh bagian.

Bola-bola api hitam itu terus menerus mengikuti arahku meski kucoba menghidari semua bola api hitam itu satu per satu, tetapi bola api itu berbalik lagi kearahku dan mengejarku kemanapun aku pergi. Kurasa bola api akan menghilang setelah mengenai dan melukaiku.

Aku menggunakan sedikit magic blizzard pada keybladeku agar dalam satu serangan bola api hitam itu padam. Lalu kupukul bola api hitam itu satu per satu yang berdatangan dari berbagai arah.

Kubelah semua bola api hitam itu menjadi dua dan satu per satu bola api hitam itu padam akibat effect dari blizzard yang kupakai dikeybladeku. Ketika semau bola api hitam itu hilang semua karena pukulanku, aku merasakan aura membunuh yang sangat kuat dan itu sangat terasa dari arah belakangku, aura itu terasa dekat sekali seakan-akan dia berada beberapa senti dari dibelakangku...

Saat aku menolah kebelakang, aku melihat keyblade Riku sudah hampir menghantamku, dengan cepat aku berusaha menghindari serangannya sebisa mungkin, tetapi lenganku berhasil dia lukai meski lukaku hanyalah luka gores.

Aku langsung kesal karena dia berhasil melukaiku terlebih dahulu dan Dia menatapiku dengan senyum sinis melihatku kesal. Aku langsung geram dan menyerangnya, aku memanggil Oblivion dan menyerangnya dengan mengkombinasikan magic dan seranganku.

Aku terus menembakinya magic thunder sambil menyerangnya dengan cepat. Meski awal-awalnya dia dapat menghidari ataupun menangkis seranganku, aku mulai mempercepat seranganku sampai kecepatan maximal.

Tubuhnya terkena beberapa luka gores akibat dari seranganku yang sangat cepat, tetapi aku juga mendapatkan beberapa luka goresan baru karena dia juga berusaha membalas serangannya dan kalau kecepatan seranganku maximal, pertahananku menjadi korban akibat meningkatnya kecepatan seranganku. Aku menjadi sulit menangkis serangannya dan kecepatanku agak kurang terkontrol meski seranganku menjadi mematikan.

Aku maupun Riku sama-sama mulai terlihat lelah. Dia dan aku masih saling menatap satu sama lain dengan amarah. Kurasa pertarungan ini tak akan berakhir hingga salah satu dari kami pingsan karena kelelahan akibat kehilangan banyak darah atau mungkin bisa juga karena salah satu dari kami akan mati akibat dari pertarungan ini…

"Sudah!! Hentikan pertarungannya!!" Tiba –tiba Sora menghentikan pertarungan ini dan memisahkanku dan Riku dengan jarak tertentu, mungkin dia khawatir jika kami masih berdekatan, akan timbul perkelahian lagi.

Aku maupun Riku berhenti dan terdiam ditempatnya masing-masing sejenak. Aku tersenyum sinis pada Riku,kulihat dia memiliki luka yang sedikit lebih banyak dariku. Kurasa kekuatanku sedikit lebih unggul darinya dan itu memang kenyataannya. Dari tadi dia terus menatapku dengan kesal dan marah, seakan-akan dia tau apa yang kupikirkan tentangnya.

"Kalian kenapa sih!! Kita jadi terlambat kesekolah!! Kita juga udah bolos pelajaran pertama" Kata Sora sambil memarahi kami berdua.

"Dia harus membayar perbuatannya padamu Sora!!" jawab Riku dengan marah.

"Hm… memangnya aku lakukan apa dengan Sora?" kataku dengan polos. Aku memang tidak melakukan apa-apa dengan Sora, tetapi hanya sekedar menikmati pemandangan gratis darinya saja kok.

" Jangan pura-pura tidak tau! Kau mau melakukan sesuatu terhadapnyakan!!" Riku tambah marah saat aku tidak mengakui perkataanya.

"Oh, tapi aku hanya…"

Sebelum Roxas menyelesaikan kata-katanya, Sora langsung memotong kata-kataku. "Sudah cukup!" Sora memarahi kami. "Roxas! jangan memicu perkelahian baru!! Dan kau Riku dinginkan kepalamu sebentar!! Sepertinya kau dibuatnya salah paham."

"…" aku maupun Riku hanya bisa diam.

"Roxas, kenapa kau menerima tantangannya Riku, padahal kau tak salah apa-apa. Tapi kenapa kau menerima tantangannya? Itu membuat kami terlambat kesekolah dan jadi bolos pelajaran pertama juga. Padahal kau sudah memperingatkan aku kalau aku akan terlambat kesekolah, Tapi kenapa sekarang perbuatanmulah yang membuatku dan yang lain terlambat kesekolah?! Aku minta penjelasan yang bisa aku terima." Kata Sora sambil memarahiku.

"Uh…" 'Waduh, apa yang harus kukatakan padanya?' pikirku. Aku tak punya alasan khusus sih, tapi aku memang tak suka pada Riku. Karena dialah, aku tinggal di dunia virtual meski hanya beberapa hari saja. Saat itu, aku sangat kecewa saat mengetauinya dan parahnya lagi, aku ingat siapa yang membawaku kesana. Aku menjadi dendam padanya. Padahal tujuanku meninggalkan The Organization adalah untuk menemui kamu Sora. Tapi aku tak bisa mengatakan ini terang-terangan padamu Sora… "… yah… begitulah…" jawabku asal.

"Begitulah?!'" Sora terheran-heran saat mendengarkan jawabanku. "Begitulah gimana ah!" dia bertambah marah padaku.

"Yah…" aku mendekati Sora dan membisikan sesuatu padanya. "Mengejek Riku…" Aku mengatakannya sambil tersenyum sinis. Kulihat Riku menatapku dengan marah dan aku sengaja memberikan jawaban yang membuat Sora tambah kebingung.

"Hah?" Sora bertambah bingung seperti dugaanku dan aku bergabung kembali dengannya tampa memberikan kesempatan padanya untuk bertanya padaku.

Kulihat pandangan Riku berubah menjadi lembut saat dia menatap Sora, sesaat setelah aku kembali bergbung dengan Sora. Sudah kuduga dia sangat menyukai Sora dan akan melakukan apapun untuknya.

Tetapi Riku, aku tak akan menyerahkan Sora padamu, karena aku tidak suka padamu dan aku juga menyukai Sora. Meski Sora tidak menyukaiku karena ada orang lain yang dia sukai, itu tak masalah.

Asal, orang yang dia sukai bukanlah kamu. Aku tak akan menyerahkan Sora padamu, padamu yang hanya menganggapku Nobody yang tidak memiliki hati. Kami Nobody juga memiliki hati, meski kami kehilangan hati kami, kami selalu mengingat hati kami meskipun kami mencoba melupakannya. Kami Nobody juga punya mimpi agar dapat hidup layaknya manusia normal. Oleh karena itu, sampai matipun aku tak akan membiarkan Sora jatuh cinta pada orang yang berhati dingin sepertimu, tak akan pernah…

Aku menghela napas. Kurasa Sora akan terus menanyakan pertanyaan yang sama lagi nanti. Tetapi aku tak akan memberitaukannya alasan yang sebenarnya, karena ini adalah urusanku dan Riku saja dan kau Sora, kau tak boleh campur tangan dengan urusan kami berdua…

END

Author Note: Ok, jadi sangat ribet urusan cintanya Sora. Man! I love complicated love story, even it making me headache! Hehehe...
Nanti ada bagian keduanya, cuma aku mikir-mikir dulu isi perbicaraannya.

Sora: I'm feel sick! Headache! Why you don't explain to me at all Roxas!!! (Mad at him)
Roxas: Hey, the author said I can't tell you. She will kill me if I tell you.
Sora: (Puppy eyes) Please tell me Roxy.
Roxas: (he was weak when Sora looking at him like that) Uh…
Sora: (Still with puppy eyes) Pretty please?
Roxas: Uh… I guess, just a little. Now, listen carefully…
Sora: Yeah? (Excited)
Roxas: Actually…
Me: Don't you dare to tell him ROXAS! (Whispering loudly from behind)
Roxas: Gah!! (Very surprise)
Sora: Aww… just a little! Please…?
Me: The answer is no!
Sora: (Looking at me with his puppy eyes) Please…?
Me: Sorry Sora, even I love your puppy eyes, I still not going to tell you (Apologize).
Sora: Grr… (Mad and then he was leaving)
Me and Roxas: (Feel sorry to Sora)
Me: Well, there nothing I could say then this, please review?