Genre: hurt, romance
Rating: M
Pairing: Yunjae (genderswitch)
Disclaimer:
Cerita ini hanya fiktif belaka. Saya hanya meminjam nama pemeran. Cerita dan kejadian hanya khayalan saya semata, tidak ada hubungannya dengan kejadian di dunia nyata.
Quit Playing Game with My Heart
Sudah tiga bulan Jaejoong menikah dengan Yunho. Namun, mereka berdua bagaikan orang asing. Jarang sekali mereka berkomunikasi, hanya sepatah dua patah kata yang keluar dari mulut Yunho. Ia tidak pernah memandang istrinya itu. Dia menganggap istrinya itu apa?
Jaejoong tahu. Ia sadar bahwa ini semua memang salahnya. Ialah yang terlalu terobsesi kepada Yunho. Ialah yang memaksakan diri untuk mengejar pria itu.
Ibu Yunho adalah teman arisan ibu Jaejoong. Pada suatu hari Ny. Kim meminta putrinya untuk mengantarnya pergi arisan. Ia tidak bisa mengendarai mobil sendiri dan saat itu sopirnya sedang mengambil cuti.
Pada awalnya Jaejoong merasa enggan untuk mengantar ibunya pergi arisan. Ia malas bertemu dengan teman-teman ibunya. Mereka pasti akan menanyainya macam-macam. Akan tetapi, ia tidak bisa menolak permintaan ibunya. Bagaimana pun ia menyayangi ibunya.
Jaejoong mengantar ibunya ke rumah teman ibunya, tempat arisan dilaksanakan. Saat mereka tiba di sana, teman-teman arisan Ny. Kim sudah berkumpul.
Jaejoong hanya berniat untuk mengantar ibunya sampai depan rumah temannya, tetapi ibunya memaksa dirinya untuk masuk. Ia melayangkan protes tentu saja, tetapi sang ibu tidak menghiraukannya. Benar saja, teman-teman Ny. Kim langsung mengerumuninya, menanyakan banyak hal kepadanya.
"Wah, putrimu cantik sekali, Ny. Kim? Apa ia sudah menikah?"
"Belum, putriku belum menikah. Ia baru saja diterima bekerja sebagai sekretaris direktur di sebuah perusahaan besar."
"Wah, hebatnya putrimu itu! Andaikan saja aku mempunyai anak laki-laki, aku akan menjadikan putrimu itu sebagai menantuku. Ia juga sangat sopan."
Saat Ny. Kim sibuk melayani pertanyaan teman-temannya mengenai putrinya, Jaejoong memanfaatkan kesempatan untuk menjauh dari mereka. Ia pergi ke halaman belakang rumah teman ibunya itu. Taman belakangnya cukup luas dan asri. Di sana juga ada kolam renang. Di sanalah ia melihat Yunho untuk pertama kali. Pria itu sedang berenang.
Jaejoong terus memandangi pria itu. Pria itu sangat tampan, tubuhnya juga sangat bagus. Jaejoong sampai menelan air liurnya saat memandang pria itu. Ia sampai tidak sanggup untuk berkedip saat memandang tubuh pria itu.
Yunho akhirnya sadar bahwa ada orang yang memperhatikannya. Ia keluar dari kolam renang dan berjalan mendekat ke arah Jaejoong.
Jantung Jaejoong berdegup sangat kencang saat itu. Tubuhnya terasa membeku. Ia tak bisa menggerakkan tubuhnya. Bagaimana ini? Pria itu semakin mendekatinya.
"Kau siapa?" Yunho bertanya kepada Jaejoong dengan nada yang dingin.
"Aku... aku mengantar ibuku untuk arisan di sini," lidah Jaejoong terasa kelu.
"Oh," komentar Yunho. Raut wajahnya terlihat datar. Ia kemudian berbalik meninggalkan Jaejoong.
Hanya itu? Ia hanya menanyakan itu? Jaejoong merasa lega karena pria itu sudah pergi.
Jaejoong jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Yunho. Yunho adalah pria paling seksi yang pernah ia lihat, mungkin karena ia sangat jarang melihat pria tampan yang hanya mengenakan celana renang. Jadi, di matanya Yunho adalah pria paling seksi.
Jaejoong benar-benar dimabuk cinta. Ia terus memikirkan pria itu. Bayangan pria itu terus muncul di dalam pikirannya. Ia mulai berkhayal yang bukan-bukan.
Jaejoong merasa sangat tidak tenang. Ia tidak bisa memendam terus perasaannya itu. Ia harus mendekati lelaki itu. Namun, bagaimana caranya? Ia sama sekali tidak mengenal pria itu.
Jaejoong mencari tahu siapa pria yang dijumpainya di kolam renang itu. Pria itu ternyata adalah putra dari teman ibunya. "Bu, nanti aku saja yang mengantar ibu." Ia menawarkan bantuan kepada ibunya. Ny. Kim sampai terheran-heran dibuatnya. Biasanya ia enggan untuk mengantar ibunya pergi arisan.
Satu-satunya cara Jaejoong untuk mendekati Yunho adalah melalui Ny. Jung. Ia bersikap sangat manis di hadapan teman ibunya itu. Ia harus membuat Ny. Jung terkesan kepadanya. Ia juga bisa mendapatkan banyak informasi mengenai pria yang disukainya itu dari Ny. Jung.
Beberapa kali Jaejoong berkesempatan untuk berjumpa pria itu lagi, meskipun hanya sebentar dan tidak berinteraksi. Bisa melihat pria itu lagi saja sudah membuat hatinya berbunga-bunga.
"Oh, kau yang di kolam renang itu." Perasaan Jaejoong benar-benar bahagia karena Yunho mengingat dirinya. Ia semakin bersemangat untuk mengejar pria itu.
Pria yang bernama Jung Yunho itu berusia 28 tahun. Ia adalah seorang ahli pemrograman yang bekerja di sebuah perusahaan pengembang game.
Jaejoong sangat gigih untuk mendapatkan hati Ny. Jung. Rasanya sangat sulit untuk mendekati Yunho secara langsung. Jadi, ia memutuskan untuk melakukan pendekatan kepada ibu lelaki itu. Ia bahkan sampai belajar memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga agar bisa memenuhi kriteria sebagai menantu idaman Ny. Jung, padahal sebelumnya ia sangat malas melakukan hal-hal tersebut.
Ny. Jung sangat menyukai Jaejoong. Di matanya Jaejoong merupakan wanita yang sangat sempurna. Wanita muda itu sangat cantik, bertubuh langsing dan cukup tinggi, pandai memasak dan bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Latar belakang keluarga dan pendidikannya juga sangat baik. Sepertinya wanita muda itu sangat cocok untuk menjadi menantunya.
Ny. Jung hanya mempunyai seorang putra dan seorang putri. Yunho adalah putra sulungnya. Pada usia yang ke-28 tahun ini putranya itu belum pernah berhubungan dengan wanita mana pun padahal putrinya saja yang lebih muda sudah bertunangan. Sebagai seorang ibu ia sangat mengkhawatirkan putranya itu. Mengapa tidak ada satu pun wanita yang bisa menarik perhatian putranya itu? Ia sempat berpikir yang bukan-bukan mengenai putranya itu. Akan tetapi, ia langsung menepis pikiran negatifnya itu. Putranya itu normal, hanya saja Yunho terlalu fokus bermain game.
Yunho sangat suka bermain video game sejak kecil. Berbagai game komputer ia mainkan, apalagi setelah munculnya game online. Ia semakin menekuni kegemarannya itu. Ia bahkan sampai belajar pemrograman agar ia bisa membuat game sendiri sesuai yang ia inginkan. Berbagai turnamen game sudah ia menangkan, bahkan sampai tingkat dunia.
Tn. Jung dan Ny. Jung tidak bisa melarang kegemaran anaknya itu. Anaknya itu masih tetap bisa berprestasi di sekolah karena anaknya itu memang jenius. Anak mereka itu juga bisa menghasilkan banyak uang dari turnamen-turnamen yang diikutinya.
Sekarang Yunho sudah berusia 28 tahun. Kegemarannya itu sudah sangat susah untuk ditinggalkan. Kedua orang tuanya sudah sering mengingatkannya untuk bersosialisasi dengan orang lain di dunia nyata.
Ny. Jung memberi tahu suaminya mengenai keinginannya untuk menjadikan Jaejoong sebagai menantu mereka dan Tn. Jung setuju saja dengan pilihan istrinya itu. Mereka pun mulai sering mengundang Jaejoong untuk datang ke rumah mereka. Jaejoong bahkan menjadi cepat akrab dengan adik perempuan Yunho.
Jaejoong bisa menaklukkan seluruh anggota Keluarga Jung, kecuali Yunho. Ia masih tidak tahu bagaimana caranya untuk mendekati lelaki itu, apalagi mengambil hatinya.
Ny. Jung secara terang-terangan menyuruh putra sulungnya itu untuk berkencan dengan Jaejoong. Yunho memang membawa Jaejoong pergi untuk berkencan. Akan tetapi, hampir sepanjang waktu ia hanya memperhatikan tabletnya, bermain game.
Jaejoong, yang pada awalnya merasa sangat senang karena bisa pergi berkencan dengan Yunho, merasa kecewa. Pria itu sama sekali tidak memandangnya. Yunho hanya berbicara seperlunya.
Jaejoong tidak mudah menyerah. Ia tidak patah semangat. Bagaimana pun ia harus mendapatkan pria itu.
Yunho tidak melakukan perlawanan yang berarti saat orang tuanya mengatakan bahwa ia akan dinikahkan dengan Jaejoong. Ia malas bertengkar dengan keluarganya. Dengan pernikahan itu, ia juga akan membuat kedua orang tuanya senang.
Yunho memang menikahi Jaejoong, tetapi baginya tidak ada yang berubah. Kegemarannya bermain game adalah yang utama. Jangan sampai pernikahan mengganggu kesenangannya itu.
.
.
.
"Sayang, sudah waktunya makan makan siang!" Jaejoong berteriak di depan ruang kerja Yunho. Ruang kerja suaminya itu penuh dengan perangkat komputer untuk pemrograman dan tentu saja untuk bermain game. Komputer yang dimiliki suaminya itu sangat canggih. Ia tidak berani memasuki ruangan itu. Ia takut tidak sengaja merusak barang-barang milik suaminya itu.
"Sebentar!" teriak Yunho dari dalam 'surganya'.
Jaejoong merengut. Ia kembali ke ruang makan dengan lesu. Selalu saja begitu. Pada akhirnya ia akan makan sendirian.
Jaejoong merasa bahwa hidupnya sangat menyedihkan. Ia merasa tidak dianggap oleh suaminya sendiri. Rasa sakit hatinya sudah menumpuk. Ia bisa gila jika terus-menerus seperti ini.
Hari ini adalah hari Minggu. Siang ini cuaca sangat cerah, sangat cocok untuk pergi berjalan-jalan ke luar rumah. Ingin rasanya Jaejoong jalan-jalan berdua bersama suaminya, tertawa dan bercanda bersama. Kapan angan-angannya itu akan terwujud?
Jaejoong berhenti dari pekerjaannya untuk menikah dengan Yunho. Ia berharap kehidupannya akan bahagia setelah menikah dengan lelaki pujaan hatinya itu. Namun, itu hanya angan-angan. Kenyataannya sangat jauh berbeda. Sudah tiga bulan menikah, ia bahkan belum pernah disentuh oleh suaminya itu. Suaminya itu lebih sering tidur di dalam ruang kerjanya, atau mungkin tidak tidur.
Yunho memang tidak pernah marah kepadanya, tidak pernah melakukan tindak kekerasan kepadanya. Pria itu menyiksa batinnya dengan cara lain, dengan tidak menghiraukannya. Sosok wanita muda yang enerjik dan ceria itu kini telah hilang.
.
.
.
"Jae, apa kau baik-baik saja? Apa kau sedang sakit?" Ny. Kim berkunjung ke rumah putri dan menantunya. Ia sudah sangat merindukan putri kesayangannya itu.
Jaejoong menggeleng lemah. Ia merasa tertekan oleh kondisi rumah tangganya dengan Yunho. Namun, ia tidak bisa mengatakan hal tersebut kepada ibunya. Ia tidak ingin ibunya itu merasa khawatir.
"Apa jangan-jangan kau hamil?" Ny. Kim menerka-nerka.
Jaejoong tersenyum lemah. Mana mungkin ia hamil. Ia belum pernah berhubungan badan dengan suaminya itu. Ia masih tersegel. "Tidak, Bu."
"Apa kau yakin? Apa kau sudah memeriksakannya ke dokter?" Ny. Kim berharap bahwa putrinya itu benar-benar hamil.
"Siklus menstruasiku masih seperti biasa." Jaejoong tidak ingin ibunya terus berpikir bahwa dirinya sedang hamil.
Ny. Kim tampak kecewa. Ia sudah ingin menimang cucu. "Di mana suamimu? Aku belum melihatnya."
"Ia sedang berada di ruang kerjanya," jawab Jaejoong.
Ny. Kim tampak terkejut. "Ini adalah hari libur. Mengapa ia bekerja pada hari libur?"
Jaejoong mengangkat bahunya. "Mungkin ia sedang dikejar deadline."
"Apa suamimu itu tidak akan menemui ibu mertuanya?" tanya Ny. Kim.
Jaejoong merasa tidak enak kepada ibunya. Seharusnya sang suami menghormati ibunya. "Aku akan panggilkan dia."
Dengan ragu-ragu Jaejoong mengetuk pintu ruang kerja Yunho. Semoga saja ia tidak membuat suaminya itu kesal. "Yunho, ibuku datang kemari. Ia ingin bertemu denganmu."
Yunho sedang serius bermain game online. Tidak ada tombol pause dalam game online.
Yunho bisa mendengar perkataan Jaejoong dengan jelas. Ia bingung. Haruskah ia meninggalkan permainannya? Sedikit lagi ia akan menang.
Jaejoong menunggu jawaban Yunho. Namun, suaminya itu tidak kunjung menjawab. Apakah Yunho tidak mendengar suaranya? Atau mungkin suaminya itu tertidur di depan layar komputer. Ia pun mengeraskan suaranya. "Jika kau tidak mau menemui ibuku, tidak apa-apa. Aku akan mengatakan bahwa kau tertidur karena bekerja semalaman."
Yunho berubah panik. Ia langsung menghentikan permainannya dan segera keluar dari dalam ruang kerjanya. "Aku datang!"
Jaejoong terpana melihat suaminya itu. Pria itu berdiri tepat di hadapannya. Hampir tidak ada jarak di antara mereka. Suaminya itu tampak seksi dan memesona dengan rambut yang berantakan. Ia merasa seakan-akan sudah lama sekali tidak melihat suaminya itu. "Ibu sedang menunggumu di ruang keluarga." Ia tidak berani memandang mata suaminya. Sepertinya ia akan jatuh pingsan jika tatapan mereka bertemu.
Yunho merapikan penampilan seadanya. "Apakah aku terlihat sopan menemui ibumu seperti ini?"
Jaejoong mengangguk. "Tidak apa-apa. Ibuku bukanlah orang asing bagimu. Ia adalah ibumu juga."
Yunho merasa sangat gugup. Ia belum bisa akrab dengan keluarga istrinya.
Ny. Kim merasa senang bisa bertemu menantunya yang tampan. Pria itu bersikap sangat sopan kepadanya dan masih terasa canggung. "Yun, sikapmu itu seperti seorang pemuda yang meminta izin untuk meminang putriku. Kau tidak perlu bersikap kaku seperti itu. Putriku itu sudah sah menjadi milikmu."
Yunho tersenyum kikuk. Ia benar-benar merasa canggung di hadapan ibu mertuanya.
"Ibu senang bisa melihat kalian berdua tampak harmonis. Ibu tidak ingin mengganggu kalian lebih lama lagi. Ibu akan pulang sekarang." Ny. Kim sudah merasa tenang melihat rumah tangga putrinya itu baik-baik saja.
"Mengapa ibu terburu-buru? Apa ibu tidak ingin tinggal lebih lama lagi?" Yunho berbasa-basi.
"Ibu tidak bisa meninggalkan rumah lama-lama. Ibu harus memasak makan malam," ujar Ny. Jung.
Jaejoong tidak ingin ibunya berada lebih lama di rumahnya. Bukannya ia tidak merindukan ibunya, melainkan ia takut masalah rumah tangganya diketahui oleh sang ibu. "Kalau begitu, sebaiknya ibu pulang sekarang. Aku khawatir nanti akan turun hujan."
"Kau benar. Ibu tidak ingin kehujanan." Ny. Kim sama sekali tidak curiga, padahal hari sangat cerah.
.
.
.
Jaejoong tidak tahu bagaimana cara menarik perhatian suaminya. Berpenampilan menggoda tidak mempan kepada suaminya. Yang ia nikahi bukanlah pria biasa.
Jaejoong tidak tahan tidur sendirian hampir setiap malam. Ia ingin dicintai dan diperhatikan oleh suaminya. Ia tidak tahan dengan kondisi ini. Ia menangis karena tidak tahan dengan rasa sakit di hatinya.
Andaikan suaminya selingkuh, Jaejoong masih bisa mengatasinya. Ia sangat cantik dan menarik. Ia bisa mencegah suaminya berpaling dari wanita lain. Akan tetapi, musuhnya bukanlah wanita lain. Suaminya mencintai makhluk lain yang bernama game. Bagaimana ia bisa bersaing dengan 'makhluk' itu? Apa menariknya game?
"Apa aku harus menyerah begitu saja? Apa sebaiknya aku meminta cerai saja? Aku sudah mengorbankan banyak hal untuk mengejarnya. Apakah semua usahaku itu harus berakhir sia-sia?" Jaejoong merasa sangat bingung.
Jaejoong sering mendengar berita mengenai kasus kekerasan dalam rumah tangga. Setidaknya ia masih bisa bersyukur karena ia tidak mengalami hal itu. Keadaannya lebih baik daripada para wanita yang mengalami hal itu. "Setidaknya suamiku tidak akan berselingkuh dengan wanita lain karena ia tidak punya kesempatan untuk bertemu dengan wanita lain."
Kondisi rumah tangganya masih lebih baik. Gamer adalah pria yang setia karena terhindar dari perselingkuhan. Suaminya itu juga masih bersikap baik kepada ibunya. Pernikahannya masih bisa diselamatkan. Ia harus mencari tahu cara untuk menaklukan seorang gamer.
.
.
.
Jaejoong tahu bahwa pria tidak suka dilarang untuk melakukan kegemarannya. Ia tidak boleh melarang Yunho untuk bermain game. Jika ia ingin menghabiskan waktu bersama sang suami, berarti ia juga harus melakukan kegemaran suaminya. Yunho pasti akan senang menemukan seseorang yang memiliki kegemaran yang sama. "Apa aku harus belajar main game juga?"
Jaejoong mencari tahu game apa saja yang dimainkan oleh suaminya. Ia bahkan menyelinap ke dalam ruang kerja Yunho untuk mencari tahu akun game suaminya itu.
Jaejoong kurang menyukai jenis game yang dimainkan oleh Yunho. Game-game dengan jenis seperti itu memang biasanya dimainkan oleh laki-laki. Jarang sekali perempuan yang memainkannya.
Jaejoong mencoba untuk membuat akun untuk bermain game online. Ia merasa sangat kebingungan pada awalnya. Ia pun menjadi sasaran buli pemain lain. "Huh! Apa asyiknya permainan ini?" Baginya pergi ke mall, jalan-jalan, berbelanja, pergi ke salon, jauh lebih menyenangkan daripada bermain game. "Aku tak mengerti mengapa ia tahan duduk di depan layar komputer hanya untuk memainkan permainan ini."
Jaejoong tidak ingin terus terpuruk sendirian di rumah. Ia pun memutuskan untuk pergi berjalan-jalan ke mall, berbelanja sepuasnya. Ia membuka dompetnya. Kartu kredit yang diberikan oleh suaminya masih bertengger di sana. Ia belum pernah menggunakannya. Selama ini ia ragu untuk menggunakannya untuk berbelanja hal yang kurang penting. Biasanya ia menggunakan uang tabungannya sendiri untuk membeli kebutuhan pribadinya, sedangkan untuk keperluan rumah tangga Yunho juga memberikan uang belanja bulanan yang nominalnya cukup besar. "Aku ingin tahu bagaimana reaksimu jika aku menghambur-hamburkan uangmu." Apakah suaminya itu akan marah?
Jaejoong berbelanja di mall sampai lupa waktu. Astaga, ia belum memasak makan malam untuk suaminya! Pasti Yunho sudah meninggalkan kantornya. Ia pun menelepon suaminya itu. "Sayang, kau ada di mana?"
"Aku baru turun ke tempat parkir," jawab Yunho.
"Aku baru selesai berbelanja di mall. Bisa sekalian kau jemput aku?" ujar Jaejoong.
"Oke," balas Yunho.
.
.
.
Yunho sampai di mall tempat Jaejoong berbelanja untuk menjemput istrinya itu. Ia melihat sosok wanita yang sangat mirip dengan istrinya. Wanita itu tampak membawa banyak sekali tas belanjaan. Ia pun mendekati wanita itu perlahan. Benar saja wanita itu adalah Jaejoong.
Jaejoong mengangkut tas belanjaannya ke dalam bagasi. Ia kerepotan melakukannya sendirian. Suaminya itu tidak peka. "Sayang, tolong masukkan barang-barang ini ke dalam bagasi!" Suaranya terdengar manja.
Setelah disuruh, barulah Yunho membantu istrinya itu. Ia tercengang melihat belanjaan istrinya, banyak sekali. "Kau membeli apa saja?"
"Sudah lama aku tidak berbelanja. Banyak sekali barang yang aku beli. Aku membeli pakaian, sepatu, tas, perhiasan, kosmetika, dan masih banyak lagi." Jaejoong menyebutkan satu-persatu barang yang dibelinya. "Aku juga memotong rambut di salon. Menurutmu bagaimana penampilanku dengan rambut baruku?"
Pantas saja Yunho hampir tidak mengenali istrinya, ternyata Jaejoong memotong rambutnya. "Cantik," jawabnya singkat.
Jaejoong memanyunkan bibirnya. "Itu saja?"
"Cantik sekali," koreksi Yunho. Ia bersikap sangat diplomatis. Ia tidak ingin bertengkar dengan istrinya itu.
Jaejoong memaksakan senyumannya. Suaminya itu tidak terdengar tulus.
"Berapa banyak uang yang kau belanjakan?" Yunho mulai khawatir setelah melihat belanjaan Jaejoong. Ia sangat terkejut mendengar nominal yang disebutkan istrinya itu. Namun, ia tidak berkomentar apa-apa. Ia tahu kebanyakan wanita suka belanja.
"Apa kau marah karena aku menghabiskan banyak uang hari ini?" Jaejoong memasang wajah imutnya.
"Tidak." Yunho tidak ingin mencari ribut.
"Oh." Jaejoong justru ingin suaminya itu sedikit marah agar kehidupan rumah tangga mereka terasa lebih berwarna. Selama ini hubungan mereka terasa sangat dingin, hambar.
.
.
.
"Sayang, bisa kau bawakan barang-barang belanjaanku ke kamar? Aku akan memasak makan malam." Jaejoong menyuruh suaminya.
Yunho terlihat malas melakukannya, tetapi ia tetap melaksanakan permintaan istrinya dan tidak banyak berkomentar.
Setelah menyelesaikan permintaan Jaejoong, Yunho mengganti pakaiannya dengan celana pendek dan kaus. Ia langsung masuk ke ruang kerjanya.
Jaejoong membayangkan suaminya menggoda dirinya yang sedang memasak di dapur. Ah, romantis sekali! Kapan hal itu bisa terwujud?
Jaejoong menata masakan buatannya di atas meja makan. Rumahnya terasa sangat sepi. Ia sudah menduga di mana suaminya berada.
"Yunho, makan malam sudah siap." Jaejoong mengetuk pintu ruang kerja Yunho.
"Sebentar!" Yunho fokus memandang layar komputer. Tangannya sangat lihai menggerakkan mouse.
Jaejoong merasa kesal. Selalu saja begitu. Bagaimana caranya ia bisa membuat suaminya itu keluar? Ia menjatuhkan gelas yang dipegangnya.
Yunho terkejut mendengar suara gelas pecah. "Apa itu?" Ia segera keluar dari tempat persembunyiannya. Ia melihat pecahan kaca berserakan di lantai.
"Tanganku licin, sehingga gelasnya terjatuh." Kakinya terasa sakit karena terkena pecahan gelas.
Yunho langsung mengambil sapu dan tempat sampah untuk membereskan pecahan gelas di lantai.
Jaejoong hanya memandangi suaminya itu. "Yunho, telapak kakiku menginjak pecahan kaca. Aku tidak bisa berjalan. Rasanya sakit."
Yunho memandang istrinya itu. Mengapa banyak sekali gangguan hari ini? Setelah membersihkan pecahan kaca di lantai, ia menggendong Jaejoong dan mendudukkan istrinya itu di atas sofa yang berada di ruang keluarga. "Kau menyimpan kotak P3K di mana?"
Jaejoong menunjuk kotak P3K yang berada di sudut ruangan. Ia merasa sedikit tidak enak karena hari ini ia cukup merepotkan suaminya itu. Semua itu ia lakukan untuk mendapatkan perhatian dari suaminya itu.
Yunho mencabut pecahan kaca yang menancap di telapak kaki Jaejoong. Kemudian ia membasuhnya dengan air dan meneteskan obat luka. Terakhir ia membalut kaki Jaejoong dengan perban.
"Lukanya tepat berada di telapak kaki. Sepertinya aku akan kesulitan untuk berjalan," ujar Jaejoong lirih. Ia memang sengaja menginjak pecahan kaca itu. "Maaf, aku sangat ceroboh!"
Yunho tersenyum agar Jaejoong tidak merasa bersalah. Ia merasa kasihan melihat Jaejoong yang terluka. Ia tidak berkomentar.
"Bisakah kau membawaku ke ruang makan? Nanti makanannya menjadi dingin." Semoga saja ia bisa membuat Yunho makan malam bersamanya kali ini.
"Tentu saja." Yunho menggendong lagi istrinya itu.
Jaejoong melingkarkan lengannya pada leher Yunho. Ia memandangi wajah suaminya itu. Ia merasa sedih. Mengapa Yunho tidak memandangnya?
Yunho mendudukkan Jaejoong di atas kursi. Ia sudah berada di ruang makan. Jika sudah begini, ia harus makan.
Jaejoong merasa senang karena ia berhasil membuat Yunho makan bersama. Suaminya itu biasanya makan jika benar-benar sudah tidak bisa menahan lapar. Kadang-kadang Yunho membawa makanannya ke dalam ruang kerja. "Aku senang kita bisa makan bersama."
"Bukankah kita selalu sarapan bersama sebelum aku pergi bekerja?" balas Yunho.
"Selain sarapan sebelum kau pergi bekerja maksudku," koreksi Jaejoong.
Yunho merasa tidak enak. Ia tahu Jaejoong merasa kesal akan hal itu. Mungkin ia harus meluangkan sedikit waktunya untuk makan bersama Jaejoong.
.
.
.
Selesai makan biasanya Jaejoong mencuci piring. Kali ini kakinya sedang terluka. Ia kesulitan untuk beranjak. "Bisakah kau membawa piring-piring kotor ini ke tempat cuci piring? Aku akan mencucinya."
Yunho merasa tidak tega melihat Jaejoong berdiri untuk mencuci piring. "Kakimu sedang sakit. Biar besok saja piring-piring kotor ini dibereskan. Aku akan meminta asisten rumah tangga di rumah orang tuaku untuk melakukan semua pekerjaan rumah tangga selama kakimu sakit."
Jaejoong merasa senang karena Yunho sedikit perhatian kepadanya. "Apa tidak masalah?"
"Tentu saja tidak masalah. Ibuku pasti juga akan mengirimkan asisten rumah tangganya kemari jika ia mengetahui bahwa kakimu sedang terluka. Ia sangat menyayangimu seperti anaknya sendiri," ujar Yunho.
Jaejoong tersenyum tipis. "Terima kasih. Saat ini aku merasa sangat tidak berguna."
"Jangan bicara seperti itu. Kau sudah sangat berjasa selama ini. Kau sudah mengurus semua kebutuhanku." Yunho justru yang merasa tidak berguna. "Sebaiknya kau segera beristirahat. Kau pasti merasa sangat lelah setelah belanja seharian."
Jaejoong menunggu Yunho untuk kembali menggendongnya. Namun, suaminya itu diam saja. Ia pun mencoba untuk berdiri sendiri.
Setelah melihat Jaejoong meringis kesakitan, barulah Yunho menggendong istrinya itu. Benar-benar suami yang tidak peka. Ia menggendong istrinya ke kamar dan membaringkannya di atas tempat tidur.
"Aku belum mengganti pakaianku," ujar Jaejoong.
"Aku akan mengambilkannya di lemari. Kau ingin mengenakan baju tidur yang mana?" Yunho ingin segera kembali memainkan game-nya, tetapi ia tidak tega melihat kondisi Jaejoong. Ia masih mempunyai hati.
"Tadi aku membeli baju tidur baru. Bisa kau ambilkan di dalam tas belanjaan berwarna merah?" Jaejoong menunjuk tas belanjaan yang ia maksud.
Yunho mengambil tas belanjaan yang ditunjuk oleh Jaejoong. "Yang ini?"
"Ya, yang itu," jawab Jaejoong.
Yunho mengeluarkan benda di dalam tas belanjaan itu. Ia terkejut melihat baju tidur baru Jaejoong. Bahannya sangat tipis dan transparan. Baginya baju tidur itu lebih cocok disebut pakaian dalam. Rasanya aneh memegang pakaian dalam wanita. "Apa ini baju tidur barumu?"
"Ya, bawalah kemari!" pinta Jaejoong.
Yunho memberikan baju tidur itu kepada Jaejoong. "Ada lagi yang bisa kubantu?"
Jaejoong menggigit bibirnya. Ia ragu untuk mengatakannya. "Aku kesulitan untuk berdiri untuk melepaskan celanaku. Jika kau tidak keberatan, maukah kau membantuku?"
Yunho terdiam sejenak. Ia pun mengangguk. Ragu-ragu ia mencoba untuk menarik turun celana jins yang dikenakan oleh Jaejoong. Mengapa sulit sekali terlepas?
"Yunho, kau belum membuka kancingnya dan menurunkan resletingnya." Jaejoong memberi tahu suaminya itu. Ia pun melakukan hal itu sendiri.
Yunho merasa sangat gugup. Ia sampai lupa. Pantas saja celananya sulit untuk diturunkan. Untuk pertama kalinya ia melihat Jaejoong hanya mengenakan celana dalam pada bagian bawah tubuhnya. Istrinya itu sekarang sedang membuka kancing kemejanya. "Sudah." Ia hendak kembali ke 'markas'-nya.
"Yunho, kau mau ke mana?" Jaejoong tidak ingin suaminya itu pergi. "Bisakah kau temani aku di sini malam ini? Bagaimana jika aku memerlukan sesuatu?"
"Baiklah. Aku akan mengambil laptopku dulu." Yunho pergi ke ruang kerjanya untuk mengambil laptop.
Saat Yunho kembali ke kamar dengan laptopnya, istrinya sudah mengenakan baju tidur baru itu. Pakaian berwarna merah hati itu memang sangat minim. Ia naik ke atas tempat tidur dan mengambil tempat di samping Jaejoong. Ia langsung menyalakan laptopnya.
"Apa yang akan kau lakukan?" Jaejoong ingin tahu.
"Bermain game online," jawab Yunho.
Jaejoong mengintip layar laptop suaminya. Ia memperhatikan suaminya bermain. Lelaki itu tampak sangat serius. Suaminya itu terlihat berkali-kali lipat lebih keren saat ini.
Yunho memenangkan beberapa permainan malam ini. Ia merasa sangat senang. Sudah tidak ada lawan lagi yang bisa ia hadapi sekarang. Ia baru merasa mengantuk. Ia kemudian menyadari bahwa Jaejoong belum tidur dan sedang memandangi laptopnya. "Mengapa kau belum tidur? Apa kau tidak mengantuk?"
"Game yang kau mainkan itu tampak menarik. Bagaimana cara memainkannya?" Jaejoong balik bertanya.
Yunho memberikan penjelasan singkat kepada Jaejoong mengenai game yang ia mainkan. Ia tampak sangat antusias jika membicarakan game.
"Sepertinya memang menarik. Aku jadi ingin mencobanya," ujar Jaejoong. Ia tidak benar-benar tertarik.
"Ya, cobalah. Kau pasti akan senang memainkannya. Permainan ini sangat keren." Yunho merekomendasikan Jaejoong untuk ikut bermain.
"Aku tidak suka bermain game sebelumnya. Apa kau bisa mengajariku?" Jaejoong semakin merapatkan tubuhnya pada tubuh Yunho.
"Ya, tentu saja. Aku akan senang mengajarimu." Yunho menjawab dengan sungguh-sungguh.
"Mungkin besok saja. Sekarang sudah malam." Jaejoong memeluk erat lengan suaminya dan memejamkan matanya.
Yunho mematikan laptopnya dan menaruhnya di atas meja di samping tempat tidur. Ia kemudian menoleh ke arah Jaejoong. Istrinya itu hampir telanjang. Sesuatu berdesir dalam dirinya.
Yunho berbaring dan memejamkan matanya. Jantungnya berdegup kencang. Jaejoong semakin erat memeluknya. Ia tersenyum. Empuk.
.
.
.
Yunho merasa tidurnya terusik. Ia membuka matanya perlahan. Ia terkejut melihat Jaejoong berada di atasnya.
"Maaf, aku tidak bisa menyiapkan kebutuhanmu pagi ini." Jaejoong memberi tahu suaminya.
Yunho masih mengumpulkan nyawanya. Pandangannya tertuju pada sesuatu, dada istrinya. "Tidak apa-apa. Aku bisa menyiapkannya sendiri."
.
.
.
Yunho benar-benar mempersiapkan segala kebutuhannya pagi ini sendirian. Selama tiga bulan terakhir Jaejoonglah yang selalu mengurus segalanya. Ia merasa tidak terbiasa menyiapkan segalanya sendirian.
Selesai mandi, Yunho masih melihat istrinya di atas tempat tidur. Ya, tentu saja. Istrinya itu tidak bisa berjalan karena telapak kakinya terluka. "Apa kau ingin ke kamar kecil?" Setiap pagi ia selalu pergi ke toilet. Mungkin Jaejoong juga mempunyai kebiasaan seperti dirinya setiap pagi.
Jaejoong mengangguk. Ia sudah tidak tahan lagi ingin buang air kecil.
Yunho menggendong istrinya itu ke kamar mandi. Ia mendudukkan Jaejoong di atas toilet. "Kau bisa mengurus semuanya sendirian kan?"
"Ya, tentu saja. Kau tidak perlu khawatir," jawab Jaejoong.
"Baiklah kalau begitu. Jika kau sudah selesai, panggil aku!" Yunho menutup pintu kamar mandi dan meninggalkan istrinya sendirian di dalam.
Luka pada telapak kaki Jaejoong tidak terlalu besar. Jika berjalan memang terasa sakit, tetapi ia masih bisa beraktivitas. Saat ini ia ingin bersikap manja kepada suaminya, selagi ada kesempatan.
.
.
.
Yunho memasak mie instan untuknya dan Jaejoong. Sudah lama ia tidak melakukan hal ini. Selama ini Jaejoong selalu menyediakan sarapan untuknya.
"Mengapa kau memasak mie instan? Masih ada persedian roti dan selai di dalam lemari," tanya Jaejoong.
Yunho sangat rindu makan mie instan. Oleh karena itu, yang terpikir olehnya hanyalah memasak mie instan. "Maaf, aku tidak tahu."
Saat masih lajang Yunho merasa hidupnya sangat bebas. Orang tuanya tidak pernah melarangnya untuk melakukan apa pun yang ia inginkan. Makan mie instan sudah cukup baginya. Setelah menikah dengan Jaejoong, ia tidak sebebas dulu. Ia merasa kehidupannya lebih diatur.
"Kapan asisten rumah tangga ibumu akan datang kemari?" tanya Jaejoong. Suasana ruang makan terlalu sunyi. Ia yang harus terus mengajak suaminya mengobrol.
"Astaga, aku lupa!" Yunho menepuk dahinya. "Aku akan menelepon ibu sekarang juga."
"Tidak usah." Jaejoong mencegah Yunho. "Aku tidak ingin ibu sampai tahu. Ia pasti akan khawatir. Aku bisa mengurus semuanya sendirian. Lukaku kecil."
Yunho merasa kasihan kepada Jaejoong. Sebaiknya apa yang harus ia lakukan? Ia tidak siap untuk memikul tanggung jawab sebagai seorang suami.
"Apa aku harus mengambil cuti hari ini agar kau tak sendirian di rumah?" tanya Yunho.
Jaejoong merasa senang sekali saat Yunho menanyakan hal itu. Itu artinya Yunho memperhatikan dirinya. "Tidak usah. Kau harus tetap pergi bekerja. Kemarin aku sudah banyak membelanjakan uangmu."
"Baiklah kalau begitu. Apa kau yakin bahwa kau akan baik-baik saja sendirian di rumah?" tanya Yunho sekali lagi untuk meyakinkan.
"Yunho, aku bukan anak kecil. Aku bisa menjaga diriku sendiri," senyum Jaejoong. Ia merasa senang karena Yunho mengkhawatirkannya.
"Baiklah. Aku pergi sekarang. Jika ada apa-apa, hubungi saja aku!" Yunho berpamitan.
Setelah suaminya pergi, Jaejoong menghela nafas berat. Suaminya selalu pergi begitu saja. Tidak ada ciuman. Memangnya kapan mereka pernah berciuman? Seingatnya tidak pernah.
.
.
.
Jaejoong berharap Yunho akan menelepon untuk menanyakan kabarnya. Namun, tidak ada pesan atau apa pun dari suaminya. Suaminya itu baru akan menelepon atau mengirim pesan jika memang benar-benar ada yang penting. "Jadi, aku tidak penting? Huh!"
.
.
.
"Aku pulang!" Yunho pulang agak terlambat. Setelah jam kerja berakhir, ia menyempatkan diri untuk bermain game sebentar.
Jaejoong menyambut kepulangan suaminya dengan wajah cemberut. Ia benar-benar kesal kepada suaminya itu.
Yunho menatap wajah cemberut istrinya. "Ada apa kau cemberut seperti itu?"
Jaejoong semakin emosi melihat Yunho dengan wajah polosnya. Mengapa suaminya itu sama sekali tidak peka? Seharusnya Yunho menghiburnya, bukannya bertanya. "Mengapa kau pulang terlambat?" ketusnya.
"Oh, jalanan macet." Yunho berbohong. Jaejoong mungkin akan memarahinya jika ia mengatakan yang sejujurnya. "Apa kau marah karena aku pulang terlambat?"
"Tanganku tersiram air panas tadi siang." Jaejoong memperlihatkan tangannya yang terbakar. Kulitnya melepuh. Ia tidak bisa berjalan dengan benar, sehingga ia menyenggol termos di atas meja dan tangannya tersiram air panas.
"Mengapa kau tidak memberi tahuku? Bukankah aku menyuruhmu untuk menghubungiku jika terjadi sesuatu?" Yunho menceramahi Jaejoong.
Amarah Jaejoong memuncak. Jadi, Yunho menyalahkannya? Ia yang terluka di sini. Mengapa ia justru yang dimarahi? "Teganya kau tidak menanyakan kabarku, padahal kau tahu bahwa aku sedang terluka."
"Bukankah kau mengatakan bahwa kau akan baik-baik saja ditinggalkan sendirian di rumah?" balas Yunho. Ia tidak merasa melakukan hal yang salah.
"Tanganku tersiram air panas. Jadi, apa itu baik-baik saja?" Jaejoong meniggikan nada bicaranya.
"Mana kutahu bahwa tanganmu tersiram air panas? Kau tidak memberi tahuku." Yunho membela dirinya.
"Seharusnya kau menanyakan kabarku." Jaejoong bersikeras.
"Kau sendiri yang mengatakan bahwa kau akan baik-baik saja." Yunho mengingatkan Jaejoong.
Jaejoong terdiam. Memang benar apa yang dikatakan oleh Yunho. Akan tetapi, Yunho tetap salah. Suaminya itu sama sekali tidak peka dan tidak perhatian kepadanya. Ia benar-benar dikendalikan oleh emosi. Ia menangis.
Yunho berubah panik. Mengapa Jaejoong menangis? Apa ia telah berbuat salah? Apa karena ia pulang terlambat? "Jangan menangis, Sayang! Maafkan aku! Aku memang salah." Salah atau tidak, ia merasa bahwa ia harus meminta maaf.
Jaejoong merasa sangat kesal. Pada saat seperti ini seharusnya suami memeluk istrinya yang menangis dan menghiburnya. "Yunho, apa kau mencintaiku atau tidak?"
Yunho tertegun. Ia tidak tahu. Ia setuju untuk menikahi Jaejoong karena ia sudah bosan disuruh menikah oleh kedua orang tuanya. Orang tuanya selalu bertanya kapan ia akan mengenalkan kekasihnya kepada mereka. Ia malas mencari kekasih. Jadi, saat orang tuanya menjodohkannya, ia setuju saja. Jaejoong juga gadis yang baik dari keluarga baik-baik, cantik, sopan, cerdas, dan berpendidikan. Ia tidak mempunyai alasan untuk menolak perjodohan itu. Orang tuanya pasti tidak akan sembarangan memilih menantu.
Jaejoong menahan rasa sakit di hatinya. Suaminya itu tidak lekas menjawab. Yunho pasti tidak mencintainya. "Kau tidak mencintaiku, bukan?" Ia tersenyum getir.
"Jae, jangan berpikiran seperti itu." Yunho berkata dengan halus. "Aku minta maaf jika aku berbuat salah. Kau boleh menghukumku sesuka hatimu."
"Kau tidak pernah memperlakukanku seperti seorang istri." Jaejoong mengeluarkan keluh-kesahnya. "Selama ini aku selalu melaksanakan kewajibanku sebagai seorang istri. Aku mengurus semua kebutuhanmu dan juga mengurus rumah ini. Mengapa sedikit pun kau tidak pernah memandangku? Katakan apa kekuranganku!"
"Kau sangat sempurna. Kau tidak mempunyai kekurangan apa pun." Yunho berkata jujur. Ia tidak bisa menemukan kekurangan dari wanita yang menjadi istrinya itu. Sebagai seorang wanita, Jaejoong memang tampak sempurna.
"Lalu mengapa tidak sedikit pun kau memberikan perhatian kepadaku?" Jaejoong tidak memercayai perkataan Yunho.
Yunho terdiam. Ia bingung. Ia memang tidak pernah mempersiapkan diri untuk menjadi seorang suami, seorang kepala keluarga. "Lalu aku harus bagaimana? Perhatian seperti apa yang kau inginkan dariku?"
"Aku ingin kita seperti pasangan lain." Jaejoong malu untuk menyebutkan detilnya. Yunho pasti mengerti apa yang ia maksud.
Kenyataannya Yunho tidaklah seperti yang Jaejoong pikirkan. Ia tidak mengerti maksud istrinya itu. "Apa kau ingin aku mengatakan bahwa aku mencintaimu setiap hari?" Jika hanya mengatakan cinta saja, itu mudah. Ia bisa melakukannya jika hal itu bisa membuat Jaejoong tidak marah lagi.
"Ya," jawab Jaejoong ketus.
"Baiklah. Aku akan mulai hari ini. Jaejoong, aku mencintaimu," ujar Yunho. Ia memenuhi keinginan istrinya itu.
Rasanya Jaejoong ingin berteriak. Mengapa Yunho tidak juga mengerti apa yang ia inginkan? "Kau tidak terdengar tulus mengatakannya."
Yunho bingung. Apa maunya Jaejoong? Mengapa ia selalu salah di mata Jaejoong?
"Sudahlah, kau tidak perlu memaksakannya." Kesabaran Jaejoong sudah habis. Ia menyerah. Mungkin ini memang sudah menjadi nasibnya mempunyai suami seperti Yunho yang sangat tidak peka. "Tidak usah memaksakan diri untuk mengatakan cinta jika kau memang tak cinta."
Yunho merasa lelah setelah seharian bekerja. Ia perlu menyegarkan pikirannya. Caranya menghilangkan penat adalah dengan bermain game. Besok adalah hari libur. Malam ini ia berencana untuk begadang semalaman bermain game. Istrinya itu membuatnya pusing saja. Mungkin ia harus mempelajari cara menaklukkan wanita. Kira-kira apa yang wanita sukai? Ia mengira-ngira bahwa wanita suka dirayu dengan pujian dan kata-kata manis dan suka diberi hadiah. "Jae, cintaku, kumohon kau jangan marah! Apa pun yang kau inginkan akan kuberikan."
"Aku menginginkan dirimu, hatimu. Apa kau akan memberikannya kepadaku?" tantang Jaejoong.
Yunho merinding mendengar permintaan Jaejoong. "Apa pun."
Jaejoong tetap tidak percaya perkataan Yunho. Ia sangat mengenal sifat suaminya itu. Ia pun bergerak mendekati Yunho. Rasa sakit di kakinya tidak ia pedulikan. Ia mengecup bibir suaminya itu sekilas dan memandang wajah pria itu. Jantungnya berdegup sangat kencang. Ia menginginkan pria itu.
Yunho balas menatap Jaejoong. Mengapa Jaejoong menciumnya? Bukankah wanita itu sedang marah? Apa Jaejoong sudah tidak marah lagi?
Tiba-tiba Jaejoong merasa malu. Ia menundukkan kepalanya. "Kita sudah tiga bulan menikah, tetapi kau belum pernah menyentuhku. Apakah kau tidak menginginkanku?" Ia menitikkan air matanya lagi. "Hatiku sakit."
Oh, kini Yunho tahu yang diinginkan Jaejoong saat ini. Mengapa Jaejoong tidak langsung mengatakannya saja? Mengapa harus marah-marah terlebih dahulu? Ia tidak perlu kebingungan jika Jaejoong langsung mengatakannya. "Kau menginginkannya sekarang atau nanti setelah makan malam?"
Jaejoong dibuat syok oleh pertanyaan Yunho. Apakah Yunho serius? Rasanya ia ingin melompat kegirangan. Ia sama sekali tidak merasa lapar. "Terserah kau saja," lirihnya.
"Aku ingin mandi terlebih dahulu." Yunho sedang menyusun rencana.
"Ah, baiklah. Aku akan menyiapkan air hangat untukmu." Jaejoong berubah melembut.
"Tidak perlu. Aku bisa menyiapkannya sendiri," balas Yunho. "Lebih baik kau bersiap-siap saja." Ia mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda Jaejoong.
Jantung Jaejoong tertembak panah asmara. Ia tidak sedang bermimpi, bukan?
.
.
.
Yunho membawa tabletnya ke dalam kamar mandi. Ia login ke dalam permainan melalui tabletnya. Ia kemudian mengirim pesan di ruang chatting timnya. Permainan yang ia mainkan adalah permainan yang menuntut kerja sama tim. Ia berperan sebagai pemimpin di dalam timnya. Ia adalah pemain yang sudah melegenda dan disegani oleh lawan-lawannya.
King U-know:
Malam ini aku tidak akan bisa bermain. Kalian bermain saja tanpa diriku.
Choikang to the Max:
Ada apa? Apakah kau sedang ada masalah?
King U-know:
Tidak ada masalah, hanya saja aku akan sibuk dengan hal lain malam ini.
6002theMicky:
Besok libur. Memangnya apa yang akan kau kerjakan malam ini?
1215thexiahtic:
Oh, tidak! Bagaimana nasib kami tanpamu?
King U-know:
Kalian kan sudah bertahun-tahun memainkan permainan ini. Kalian pasti bisa bermain tanpaku. Hanya malam ini. Besok aku akan bermain kembali.
Choikang to the Max:
Baiklah. Percayakan saja semuanya kepada kami! Kau tidak perlu khawatir. Semoga urusanmu lancar!
King U-know:
Terima kasih. Kalau begitu, malam ini kau yang memimpin teman-teman yang lain, Min.
6002theMicky:
Tunggu saja laporan dari kami besok pagi. Kami akan memenangkan pertandingan malam ini.
King U-know:
Semangat, Kawan-kawan! Kalian pasti bisa.
.
.
.
Jaejoong merasa sangat gugup sekaligus senang. Ah, akhirnya ia akan memiliki pria itu sepenuhnya. Ia mengenakan baju tidurnya yang paling seksi. Rambutnya ia biarkan terurai. Ia sudah sangat menantikan malam ini. Ia berbaring di atas tempat tidur sambil menunggu suaminya keluar dari dalam kamar mandi.
Yunho menghabiskan waktu cukup lama di dalam kamar mandi karena ia harus memberikan instruksi kepada anak buahnya. Ia keluar dari dalam kamar mandi hanya mengenakan handuk di pinggangnya. Rambutnya basah dan tangannya memegang tablet.
Jaejoong benar-benar mengagumi fisik suaminya itu. Ia teringat saat mereka pertama kali berjumpa. Suaminya itu masih keren seperti waktu itu. Ia memandang tablet di tangan suaminya. Mengapa Yunho membawa tablet ke kamar mandi?
Yunho merasa tidak perlu berpakaian setelah keluar dari kamar mandi. Ia langsung naik ke atas tempat tidur. Sebelumnya ia meletakkan tabletnya terlebih dahulu di atas meja di samping tempat tidur, di sebelah ponselnya.
Tanpa ragu Yunho melemparkan handuknya. Ia kemudian menindih tubuh Jaejoong. Ia menatap mata wanita itu dalam-dalam.
Jaejoong gemetaran. Detak jantungnya sangat cepat. Ia merasa sangat gugup.
Yunho mencium wanita itu. Tangannya meraba-raba tubuh Jaejoong.
Akhirnya penantian Jaejoong berakhir. Ia akan menjadi seorang istri seutuhnya.
Yunho adalah tipe pemain yang tenang, tidak agresif, tetapi serangannya mematikan. Ia tidak hanya ditakuti oleh lawannya, tetapi juga dikagumi oleh lawannya. Caranya bermain selalu membuat lawannya terpana.
Malam ini pun ia bermain dengan tenang. Anggap saja ini adalah permainan yang seperti biasa ia mainkan. Serang titik terlemah lawanmu. Buat lawanmu bertekuk lutut di hadapanmu.
Permainan Yunho yang begitu lembut dan rapi bisa membuat Jaejoong gila. Sentuhan-sentuhan Yunho pada tubuhnya begitu lembut, tetapi intens. Selama ini ia selalu menerka-nerka seperti apa suaminya itu bermain di atas ranjang. Ia tidak menyangka bahwa tipe permainan Yunho seperti ini, lembut tetapi memabukkan.
Bagi Yunho semuanya harus diperhitungkan. Ia harus tahu karakter lawannya. Tiga bulan tinggal bersama Jaejoong sudah cukup baginya untuk mengenal karakter Jaejoong. Ia memang terkesan cuek dan tidak perhatian, tetapi ia sudah terbiasa menganalisis sifat orang. Jangankan orang yang tinggal bersamanya, pemain yang hanya ia jumpai di dunia game saja bisa dianalisisnya. Itulah mengapa ia menjadi pemain yang sangat disegani. Namun, meskipun demikian, tetap saja baginya wanita adalah makhluk yang sulit untuk dimengerti. Oleh karena itu, ia lebih senang bergaul dengan teman-teman yang ia jumpai dalam permainan.
"Apa kau senang, Sayang?" Yunho masih bermain lambat. Ia mengirimkan rangsangan-rangsangan berupa sentuhan-sentuhan lembut.
"Hmm." Jaejoong hanya bisa menggumam. Rasanya menyenangkan sekali.
Yunho menanggalkan gaun tidur Jaejoong dengan perlahan. Ia tidak suka bermain dengan tergesa-gesa. Harus ada seni dalam setiap permainan yang ia mainkan.
Jaejoong tidak bisa berkutik. Ia serasa melayang di udara. Tak ada yang bisa ia lakukan selain menggumam dan mendesah. Permainan lembut Yunho ternyata mematikan.
Yunho menyeringai. Ia sudah berhasil melumpuhkan lawannya. Ia tidak menyangka bahwa akan semudah ini. Mungkin lawannya masih syok mendapatkan serangan darinya. Lawannya itu tidak menyangka bahwa serangan yang ia lancarkan akan seperti ini.
Jaejoong benar-benar dibuat melayang. Ia sampai tidak sadar bahwa Yunho sudah menelanjanginya. Ia baru tersadar saat ia merasakan tangan Yunho bermain-main di sekitar daerah pribadinya. Ia merasakan cairan mengalir deras di bawah sana.
Yunho mulai merasa nyaman dengan permainan barunya ini. Ia sudah mulai bisa membiasakan diri. Permainan ini ternyata mengasyikan juga. Mempermainkan lawan dan membuat lawan berada di bawah kendalinya adalah hal yang sangat menyenangkan. Ia mulai bersemangat. Ia sudah melemahkan lawannya. Kini saatnya ia melancarkan serangan pamungkasnya.
Jaejoong berteriak dengan sangat keras saat Yunho melancarkan serangan tiba-tiba. Serangan yang diterimanya kali ini lebih dahsyat.
Senyuman Yunho semakin terkembang. Serangannya berhasil. Ia tidak bermain lembut lagi. Ia menyerang lawannya itu secara bertubi-tubi. Jaejoong harus tahu bahwa ia bukanlah pemain yang lemah.
Jaejoong terus mendesah dan berteriak. Rasanya benar-benar luar biasa. Ia memandang wajah suaminya. Ia melihat sosok keren yang ia lihat pada malam sebelumnya. Ia melihat sosok Yunho yang sedang bermain game semalam. Suaminya itu terlihat paling keren saat bermain game, memandang layar monitor dengan serius dan penuh antusiasme. Seringaian khas tersungging di wajah suaminya itu. Ia benar-benar keren. Ia semakin mengagumi suaminya itu. Entah mengapa ia bisa ditaklukkan oleh pria itu.
Yunho menjadi semakin bergairah. Ia mencoba untuk memanas-manasi lawannya agar permainan menjadi semakin seru. "Sayang, mengapa kau hanya diam dan pasrah saat aku melakukan semua ini kepadamu? Tidakkah kau ingin melakukan sesuatu kepadaku?"
Jaejoong merasa tertantang oleh ucapan Yunho. Ia menarik kepala suaminya itu dan mencium bibirnya. Oh, jadi Yunho menginginkan dirinya untuk lebih agresif? Baiklah, ia akan mengikuti permainan suaminya itu.
Suatu permainan akan menjadi sangat seru jika lawan yang dihadapi sangat kuat dan melakukan perlawanan. Itu menurut Yunho. Tidak semua pemain memiliki pemikiran yang sama. Ada juga tipe pemain yang lebih senang menghadapi lawan yang lemah dan mudah untuk dikalahkan. Bagi Yunho yang harus dinikmati adalah prosesnya, bukan hasilnya. Kemenangan bukanlah segalanya. Proses untuk mendapatkan kemenangan itu yang penting. Ia tetap akan merasa puas walaupun ia kalah jika pertandingannya berlangsung dengan sangat seru melawan lawan yang sangat kuat. Kekalahannya itu bisa ia jadikan pelajaran untuk menyusun strategi pada pertandingan selanjutnya.
Jaejoong adalah wanita yang agresif. Ia bisa mengimbangi permainan Yunho. Ia sangat bersemangat malam ini. Ia membalik keadaan. Kini ia berada di atas tubuh suaminya.
Yunho terkejut saat tiba-tiba Jaejoong menukar posisi mereka. Ini menarik. Aku tidak boleh meremehkannya. Ia menjadi lebih bersemangat menghadapi Jaejoong yang seperti ini. Mungkin tidak apa-apa jika aku membiarkannya berada di atas angin sebentar. Aku ingin tahu cara bermainnya seperti apa.
Jaejoong kini mengendalikan permainan. Ia bergerak dengan lincah.
"Aah, kau hebat juga, Sayang!" Yunho membiarkan Jaejoong senang sebelum ia mengambil alih kembali permainan.
Jaejoong tersenyum. Peluh membasahi sekujur tubuhnya. Ia terus bergerak tanpa lelah. Yunho memujinya. Itu artinya pria itu merasa puas atas pelayanannya.
Yunho merasakan gerakan Jaejoong semakin melambat. Wanita itu mulai kelelahan. Sepertinya ini adalah saat yang tepat baginya untuk kembali mengambil alih permainan. Ia pun kembali menindih wanitanya itu. "Giliranmu sudah selesai."
Jaejoong menjerit. Serangan yang diterimanya kali ini lebih cepat dan dahsyat.
"Berteriaklah yang keras, Sayang!" Yunho sudah akan menyelesaikan permainannya. Ia mempercepat temponya.
"Aah, Yunho!" Jaejoong tidak bisa menahan kenikmatannya. Luar biasa, malam ini sungguh luar biasa.
Yunho melancarkan serangan terakhirnya. Ia menyemburkan spermanya di dalam. Akhirnya ini selesai. Ia telah memenangkan permainan ini. Ia merasa sangat senang. Ini adalah kemenangan yang begitu indah. Rasanya melelahkan, tetapi menyenangkan.
Jaejoong memandang wajah suaminya. Cintanya kepada Yunho semakin besar. Ia rela mengorbankan apa pun, asalkan ia terus bisa seperti ini dengan pria itu.
Yunho sudah bisa menormalkan nafasnya. Ia menyeringai kepada wanita yang masih berada di bawahnya itu. "Bagaimana? Seru sekali, bukan?"
Jaejoong mengangguk. Ia tersenyum dengan sangat manis. "Kau sangat luar biasa. Aku menyukainya."
"Lain kali aku akan menyajikan permainan yang lebih seru daripada ini. Kau pasti tidak akan kecewa," ucap Yunho dengan penuh percaya diri.
"Aku tidak sabar menantikannya." Jaejoong mengerling nakal.
"Kau pasti sangat lelah setelah bermain. Tidurlah!" ujar Yunho.
Jaejoong memeluk lengan Yunho. Ia ingin tidur dalam pelukan lelakinya itu.
Yunho menyelimuti wanitanya itu dan mencium kening Jaejoong. "Kau juga sangat luar biasa. Aku merasa sangat bangga kepadamu. Sekarang tidurlah! Aku akan menantikan permainan indahmu lagi."
.
.
.
Yunho tidak bisa bergerak. Jaejoong memeluknya dengan sangat erat. Ia mencoba untuk meraih ponselnya. Beberapa kali ponselnya itu bergetar saat ia sedang berada di tengah-tengah pertarungan melawan Jaejoong. Akan tetapi, ia tidak bisa menghentikan permainannya di tengah-tengah.
Choikang to the Max:
Kita mengalami kekalahan besar malam ini. Strategi musuh benar-benar tidak terduga. Mereka bisa membaca rencana kita.
Raut wajah Yunho masih terlihat tenang. Ia merasa panas oleh kekalahan yang dialami oleh timnya, tetapi ia harus tetap berpikir dengan kepala dingin. Ia harus memikirkan strategi berikutnya untuk membalas kekalahan malam ini.
.
.
.
Jaejoong terbangun dari tidurnya. Suaminya tidak tidur di sebelahnya. Pria itu terjaga, memandang layar laptop dengan serius. Oh, betapa ia sangat menyukai ekspresi suaminya saat ini. "Sayang, mengapa kau tidak tidur? Apa kau tidak merasa lelah?"
Yunho sama sekali tidak menoleh ke arah Jaejoong. Ia masih serius memandang ke arah layar laptopnya. "Ada yang masih harus kukerjakan. Kau kembalilah tidur!"
Jaejoong merasa suaminya sangat dingin. Ia mengintip layar laptop suaminya. Suaminya itu sedang membuka halaman game online. Suaminya itu ternyata masih memikirkan game online usai bercinta dengannya. Jangan-jangan suaminya itu memikirkan game online saat menyetubuhinya tadi. Ia ternyata belum bisa mengalahkan game online di hati Yunho. Apa yang harus ia lakukan untuk menjadi yang nomor satu di hati dan pikiran Yunho? Hati Yunho bagaikan gym dalam permainan Pokemon Go. Ia harus mengambil alih Pokemon gym dari kekuasaan lawan dan setelah itu ia harus mempertahankannya agar kekuasaannya tidak direbut oleh lawan.
.
.
.
"Sayang, apa kau punya waktu untuk mengajariku bermain game? Bukankah kau pernah berjanji untuk mengajariku?" Jaejoong bergelayut manja di lengan suaminya.
Yunho sedang membereskan sisa-sisa kekalahan timnya semalam. Ia duduk di teras yang menghadap taman belakang. "Sebentar ya, Sayang! Aku harus membereskan ini terlebih dahulu."
Jaejoong tidak suka Yunho lebih memprioritaskan yang lain daripada dirinya. Namun, ia hanya menyimpannya sendiri. Setidaknya Yunho akan mengajarinya, walaupun itu nanti. Ya, nanti.
.
.
.
Satu jam kemudian Yunho baru selesai bermain. Ia mencari-cari Jaejoong di dalam rumah. Ia menemukan istrinya itu sedang menonton drama di televisi. "Bukankah kau ingin aku mengajarimu bermain? Aku bisa mengajarimu sekarang."
Sebenarnya Jaejoong tidak berminat untuk bermain game. Ia merasa sangat malas. Ia harus melakukan ini demi bisa menghabiskan waktu bersama Yunho.
Dengan sabar Yunho menjelaskan aturan permainannya kepada Jaejoong. Ia sangat senang mengajari pemain baru.
Jaejoong berusaha memahami semua yang dijelaskan Yunho. Tidak ada yang menarik dari hal yang dijelaskan oleh Yunho. Satu-satunya yang menarik adalah orang yang menjelaskannya.
Jaejoong pun kemudian membuat akun untuk bermain. Nama akunnya adalah 'mjjeje'.
"Karena kau baru mulai bermain, levelmu masih rendah. Kau hanya bisa bermain melawan pemain lain yang levelnya masih rendah juga," ujar Yunho.
"Jadi, aku tidak bisa bermain denganmu?" tanya Jaejoong.
Yunho tersenyum. "Untuk saat ini belum. Jika kau terus menang melawan pemain lain, levelmu akan naik. Suatu saat kau akan bisa bermain bersamaku atau melawanku."
Jaejoong cemberut. Ini benar-benar tidak mudah. Bagaimana ia bisa bermain satu tim dengan suaminya itu? Melawan pemain lain yang levelnya rendah saja belum tentu ia akan menang. Bagaimana ia bisa naik tingkat?
.
.
.
Yunho tersenyum melihat Jaejoong marah-marah di depan layar komputer. Istrinya itu merasa kesal karena terus-menerus kalah dari pemain lain. Menurutnya ekspresi Jaejoong sangat lucu. Ia pun kemudian menghampiri istrinya itu. "Bagaimana? Apa kau sudah mahir memainkannya?"
Jaejoong menatap tajam Yunho. "Aku kesal. Mereka membuliku." Ia terlihat frustasi.
Yunho terkekeh. "Teruslah berusaha! Aku akan menunggumu di level yang lebih tinggi." Ia kemudian memberikan beberapa tips kepada Jaejoong.
Jaejoong menjadi semakin kesal karena Yunho menertawakannya. "Bagaimana jika kau memainkan akunku sampai levelnya cukup untuk bermain bersamamu?"
Yunho menggeleng. "Kau harus berusaha sendiri untuk menaikkan levelmu. Semakin tinggi levelnya, tingkat kesulitan juga menjadi lebih tinggi."
Jaejoong ingin menyerah. Ia tidak akan sanggup untuk meraih level yang tinggi demi bermain dengan suaminya itu. Belum sehari ia sudah menonaktifkan akunnya itu.
Yunho cukup kecewa karena Jaejoong memutuskan untuk berhenti bermain. Istrinya itu ternyata tidak cukup kuat mental dalam menghadapi tekanan dari pemain lain.
.
.
.
Permainan yang dimainkan oleh Yunho bertambah satu. Secara rutin ia memainkan permainan barunya itu. Jika ia tahu bahwa permainan ini seru, mungkin ia akan memainkannya sejak awal ia menikah dengan Jaejoong. Permainan ini juga menjadi seru berkat lawan mainnya juga. Strategi yang mereka gunakan bisa berganti sesuai keinginan mereka. Kadang satu putaran tidak cukup bagi mereka. Mereka bisa bermain beberapa putaran dalam sekali bermain.
6002theMicky:
Intensitas bermainmu berkurang. Apa akhir-akhir ini kau sibuk?
King U-know:
Aku memainkan permainan lain yang juga menyenangkan.
1215thexiahtic:
Permainan apa itu? Aku menjadi penasaran.
King U-know:
Aku tidak akan memberi tahu kalian.
Choikang to the Max:
Mengapa? Bukankah mengasyikan jika kita bisa bermain satu tim lagi di permainan lain?
King U-know:
Yang kumainkan ini permainan satu lawan satu.
6002theMicky:
Kau mencurigakan.
King U-know:
Hahaha!
1215thexiahtic:
Apa kau akan berhenti bermain bersama kami?
King U-know:
Tidak, tentu saja tidak. Aku sangat menyukai permainan ini. Aku tidak ingin meninggalkannya begitu saja. Aku juga tidak ingin berpisah dengan kalian begitu saja. Kalian sudah seperti saudaraku, meskipun kita tidak pernah bertemu di dunia nyata.
Choikang to the Max:
Bisa saja kita menjadi musuh dalam permainan lain.
King U-know:
Hahaha! Ya, begitulah permainan. Kita bisa menjadi musuh di tempat lain, tetapi di sini kita harus bekerja sama dengan kompak.
6002theMicky:
Suatu saat nanti kita harus bertemu. Aku penasaran orang seperti apa kalian di dunia nyata.
.
.
.
Jaejoong merasa senang karena hubungannya dengan Yunho menjadi lebih baik. Ia sudah menjadi istri sungguhan. Oh, betapa senangnya! Meskipun hubungannya dengan sang suami mengalami peningkatan, tetapi Yunho masih lebih mencintai game online daripada dirinya.
Tanpa sepengetahuan Yunho, Jaejoong membuat akun game baru. Ia menggunakan nama 'bornfreeonekiss' sebagai nama akun barunya. Ia bermain saat Yunho tak ada di rumah. Sama seperti sebelumnya, ia tetap menjadi sasaran empuk pemain lain. Namun, sekarang ia tidak mempunyai beban seperti sebelumnya. Setidaknya Yunho tidak akan tahu betapa payah dirinya saat bermain. Yunho tidak akan menertawakannya lagi.
Jaejoong bermain diam-diam selama kurang lebih dua bulan. Ia mempelajari banyak hal selama dua bulan tersebut. Ia juga bertemu dengan rekan setim yang baik. Rekan-rekan setimnya itu banyak membantunya, sehingga perlahan ia bisa memenangkan pertandingan dan levelnya mulai naik. Rekan-rekan setimnya tidak ada yang tahu bahwa ia adalah seorang wanita, seorang ibu rumah tangga.
Jaejoong mulai terbiasa bermain. Ia sudah tahu apa saja yang harus ia lakukan untuk memenangkan pertandingan. Mungkin keinginannya untuk bertemu Yunho di level atas tidaklah mustahil.
Choikang to the Max:
Ada pemain baru yang menjadi topik pembicaraan. Namanya bornfreeonekiss.
6002theMicky:
Siapa dia? Namanya norak sekali. Hahaha!
Choikang to the Max:
Ia baru mendaftar dua bulan yang lalu. Levelnya naik dengan sangat cepat. Sebentar lagi mungkin kita bisa bertemu dengannya dalam sebuah pertandingan.
Hey, Yunho! Bagaimana pendapatmu?
King U-know:
Ia bukanlah ancaman bagi kita. Kalian tenang saja.
Yunho mengatakan hal itu agar teman-temannya tetap tenang. Tidak ada satu pun pemain yang bisa diremehkan. Ia tetap harus waspada. Diam-diam ia mengawasi pemain baru itu, bahkan sebelum Changmin memberitahunya.
Yunho merasa bahwa pemain baru itu sangat menarik. Cara bermain pemain baru itu sangat menarik. Tidak pernah sebelumnya ada pemain yang bermain dengan gaya seperti itu. Ia menganalisis statistik permainan pemain baru itu.
6002theMicky:
Apa mungkin ia adalah pemain lama yang membuat akun baru?
King U-know:
Bukan. Cara bermainnya sangat unik. Aku belum pernah menemukan pemain yang bermain seperti dia.
Choikang to the Max:
Mungkin ia bermain jauh sebelum dirimu. Jika itu benar, kau harus berhati-hati, Yunho!
King U-know:
Hahaha!
Mungkin saja apa yang dikatakan teman-temannya itu benar. Yunho merasa gugup sekaligus bersemangat. Ia akan merasa terhormat bisa menghadapi pemain legendaris, jika memang itu benar.
.
.
.
Baru kali ini Jaejoong bergaul dengan para lelaki dan ia adalah satu-satunya wanita di sana, meskipun hanya di dunia maya. Terkadang ia harus menyaksikan obrolan mereka tentang wanita. Kadang-kadang obrolan mereka sangat vulgar. Ia merasa jijik, tetapi dengan begitu ia bisa tahu apa yang kebanyakan pria pikirkan tentang wanita. Jika mereka tahu bahwa ada seorang wanita di antara mereka, mungkin mereka tidak akan bisa sebebas itu mengobrol. Ia menjadi penasaran apa saja yang Yunho bicarakan dengan teman-temannya di dunia maya.
Akhirnya Jaejoong bisa juga meraih level yang cukup tinggi untuk bisa bertemu dengan King U-know, pemain yang sangat ditakuti. Ia sudah siap untuk bertemu suaminya itu di dunia maya. Ia pun mengubah namanya menjadi 'King U-know's Queen'.
6002theMicky:
Hahaha! Aku menemukan sesuatu yang menarik.
1215thexiahtic:
Apa itu?
Choikang to the Max:
Pasti pemain yang bernama King U-know's Queen.
6002theMicky:
Ah, mengapa kau selalu tahu lebih dulu daripada aku?
Choikang to the Max:
Itu adalah bornfreeonekiss. Ia mengganti namanya.
King U-know:
Apa?
Choikang to the Max:
Hahaha! Sepertinya kau mempunyai penggemar.
1215thexiahtic:
Bukankah Yunho sudah mempunyai banyak penggemar sejak dulu?
Choikang to the Max:
Yang ini sangat fanatik. Hahaha!
Junsu, ke mana saja kau? Akhir-akhir ini kau jarang muncul.
1215thexiahtic:
Aku sibuk berkencan dengan pacar baruku. Eu kyang-kyang!
Seharusnya kalian juga mencari pacar. Jangan bermain terus! Jika kalian sudah tua, tidak akan ada yang mau dengan kalian.
Choikang to the Max:
Aku tidak sempat mencari pacar. Andaikan ada gadis cantik yang bermain di sini, pasti akan kudekati. Huhuhu!
6002theMicky:
Sepertinya King U-know's Queen itu perempuan. Kau bisa mengincarnya, Min.
Choikang to the Max:
Ia milik pemimpin kita. Apa kau tidak lihat namanya? Pemain sepertiku tidak akan mempunyai peluang untuk menang bersaing dengan pemimpin kita.
King U-know:
Aku tidak berminat. Kau ambil saja.
Choikang to the Max:
Yang ia inginkan adalah kau, bukan aku.
.
.
.
Yunho benar-benar penasaran dengan pemain baru itu. Mengapa pemain baru itu mengganti nama seperti itu? Apakah pemain baru itu sedang mengincarnya? Ia harus ekstra hati-hati mulai sekarang.
Jaejoong lagi-lagi menjadi bahan pembicaraan di dunia game karena namanya yang kontroversial. Sudah beberapa orang mengiriminya pesan untuk menanyakan hal tersebut. Ia malas meladeni mereka dan memilih untuk tidak menghiraukan mereka.
Choikang to the Max:
Hai! Bolehkah aku berkenalan denganmu? Aku satu tim dengan King U-know.
Tentu saja ia tidak bisa mengabaikan pesan yang satu ini. Orang itu bisa membawanya lebih dekat kepada King U-know.
King U-know's Queen:
Hai!
Choikang to the Max:
Siapa kau? Mengapa kau menggunakan nama itu?
King U-know's Queen:
Aku adalah istri King U-know.
Choikang to the Max:
Hahaha! Kau lucu sekali. Aku bertanya dengan serius.
King U-know's Queen:
Aku juga menjawab dengan serius.
Choikang to the Max:
Oh, baiklah. Kita ganti topik. Apa tujuanmu? Apakah kau ingin bermain melawan Yunho atau ingin bermain satu tim dengannya?
King U-know's Queen:
Yang mana saja, asalkan aku bisa bertemu dengannya.
Choikang to the Max:
Hmm, sepertinya kau adalah penggemar beratnya. Aku tidak tega melawan wanita. Jadi, lebih baik kau bergabung ke dalam tim kami saja. Bagaimana? Apa kau mau?
King U-know's Queen:
Benarkah? Apa kau serius? Tentu saja aku mau.
Jaejoong merasa senang karena ia bisa satu tim dengan Yunho. Akhirnya, keinginannya akan terwujud. Ia akan bermain bersama Yunho, menghabiskan waktu bersama.
.
.
.
Yunho merasa heran melihat istrinya itu senyum-senyum sendiri. "Kau kenapa?"
Jaejoong tersenyum semakin lebar. "Hari ini aku merasa senang sekali."
"Apa yang membuatmu senang?" Yunho bertanya dengan raut wajahnya yang datar seperti biasa.
Jaejoong terdiam. Apakah ia harus memberi tahu Yunho? Bagaimana jika Yunho tidak menyukainya? Bagaimana jika Yunho marah? "Ah, tidak apa-apa." Ia memutuskan untuk tidak memberi tahu suaminya, mungkin lain kali.
Yunho mengerutkan keningnya. Ia merasa penasaran. "Apa kau hamil?"
Jaejoong tidak mengira bahwa Yunho berpikir sejauh itu. Apa suaminya itu sudah ingin mempunyai seorang anak? Tidak terasa sudah hampir setahun mereka menikah. "Tidak, belum."
"Oh," komentar Yunho.
"Apa kau ingin segera mempunyai anak?" tanya Jaejoong.
"Aku tidak merasa harus terburu-buru. Akan tetapi, mungkin orang tuaku sudah ingin menimang cucu," jawab Yunho. "Apa kau sudah ingin punya anak?"
Tentu saja Jaejoong menginginkannya. Ia berharap suaminya akan berubah jika seorang anak hadir dalam perkawinan mereka. Yunho pasti akan memprioritaskan anaknya daripada game, bukan? Ia pun mengangguk.
Sebenarnya Yunho belum siap untuk menjadi seorang ayah. Ia baru belajar untuk menjadi seorang suami. Namun, ia tidak ingin membuat Jaejoong marah. Istrinya itu bisa membuatnya stres jika sedang marah. "Baiklah."
.
.
.
Yunho marah kepada Changmin karena tanpa seizinnya Changmin memasukkan anggota baru ke dalam tim mereka, terlebih lagi pemain itu adalah pemain yang menurut kabar merupakan penggemar fanatiknya. Namun, Yunho tidak bisa terus marah kepada Changmin. Itu bisa merusak kekompakan tim mereka.
Masuknya anggota baru membuat Yunho harus menyusun strategi baru. Ia membagi tugas untuk anak buahnya.
King U-know's Queen:
Halo, semuanya! Salam kenal.
6002theMicky:
Hai, Cantik! Perkenalkan aku Micky. Siapa namamu?
King U-know's Queen:
Panggil saja aku 'J'.
Yunho tidak ikut bergabung menyapa anggota barunya itu. Ia merasa tidak nyaman dengan bergabungnya anggota baru tersebut.
King U-know's Queen:
Pemimpin kalian itu pendiam ya. Mengapa ia jarang mengobrol?
Choikang to the Max:
Mungkin ia malu karena ada kau di sini. Hahaha!
King U-know's Queen:
Apa ia tidak menyukai kehadiranku di sini? Apa ia tidak suka aku bergabung dengan tim kalian?
Choikang to the Max:
Tidak, bukan begitu. Ia pemalu. Tentu saja ia tidak keberatan kau bergabung di sini.
Changmin merasa tidak enak kepada keduanya karena ia memasukkan anggota baru tanpa seizin Yunho. Ia telah menyalahgunakan kepercayaan Yunho yang mengangkatnya menjadi wakil ketua.
King U-know:
Tidak, aku sama sekali bukan pemalu.
King U-know's Queen:
Akhirnya aku bisa berbicara denganmu. Aku sangat mengidolakanmu.
King U-know:
Oh.
King U-know's Queen:
Mengapa responmu sangat dingin? Apa kau memang seperti ini di dunia nyata?
King U-know:
Maaf.
King U-know's Queen:
Aku masih pemula. Maukah kau mengajariku? Aku ingin bisa sehebat dirimu.
King U-know:
Kau pasti bohong. Tidak mungkin kau seorang pemula. Permainanmu tidak terlihat seperti permainan seorang pemula.
King U-know's Queen:
Apa kau mengawasiku? Ah, senangnya kau memperhatikanku.
Yunho tertangkap basah. Ia tidak bisa membalas perkataan anggota baru itu. Ia memilih untuk keluar dari permainan.
King U-know's Queen:
Halo?
Choikang to the Max:
Sepertinya ia melarikan diri karena kau akhirnya tahu bahwa ia memperhatikanmu.
6002theMicky:
Seorang pemain tangguh yang disegani semua lawan ternyata bisa melarikan diri juga. Hahaha!
1215thexiahtic:
Aku pusing melihat nama kalian berdua.
.
.
.
Baru kali ini Yunho merasa tidak nyaman bermain game. Mungkin ia harus rehat sejenak dan lebih fokus pada kehidupannya di dunia nyata. Istrinya menginginkan seorang anak. Mungkin sebaiknya ia berkonsentrasi pada tujuan tersebut.
Sepulang bekerja Yunho tidak langsung pergi ke ruang kerjanya. Setelah mengganti pakaian, ia membantu istrinya menata makanan di meja makan.
Jaejoong merasa senang sekali. Ini pertama kalinya Yunho membantunya mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
"Sayang, nanti malam kita 'main' ya." Yunho memberi kode kepada istrinya.
Main? Main apa yang Yunho maksud? Jaejoong sedikit kebingungan. Apa suaminya tahu bahwa ia bermain game? "Ma... main apa?" Ia gugup karena takut ketahuan.
Yunho terkekeh. Mengapa sekarang istrinya itu pura-pura tidak mengerti, padahal biasanya ganas? "Main apa lagi? Tentu saja yang seperti biasa." Ia mengedipkan matanya.
Jaejoong merasa syok. Jadi, Yunho tahu bahwa ia bermain game? "Ma... maaf."
Yunho tidak mengerti mengapa istrinya itu meminta maaf. Apakah Jaejoong tidak mau menerima ajakannya? "Apa kau sedang datang bulan?"
"Hah?" Jaejoong tidak mengerti mengapa Yunho menanyakan hal itu.
"Bukankah kau ingin punya anak?" tanya Yunho lagi.
Akhirnya Jaejoong mengerti maksud suaminya itu. Ia merasa lega. "Aah, maaf aku salah menangkap maksudmu tadi. Tentu saja, malam ini aku siap." Akhir-akhir ini banyak hal yang membuatnya bahagia.
.
.
.
Sebelum mulai bermain dengan istrinya, Yunho menyempatkan diri untuk login ke dalam permainan. Ia hanya ingin memberi tahu rekan-rekannya bahwa ia tidak bisa bermain malam ini.
King U-know:
Teman-teman, maaf malam ini aku tidak bisa main. Ada urusan yang sangat penting.
King U-know's Queen:
Aku juga.
Keduanya keluar dari dunia permainan sebelum yang lainnya membalas pesan mereka.
Choikang to the Max:
Kalian berdua mencurigakan.
1215thexiahtic:
Mungkin mereka janji bertemu di dunia nyata. Cinta bisa bersemi di mana saja. Hahaha!
6002theMicky:
Dasar Yunho! Di depan kita bersikap dingin dan malu-malu, ternyata di belakang...
.
.
.
Rumah tangga Yunho dan Jaejoong menjadi semakin harmonis. Yunho mulai mengurangi intensitasnya bermain game. Ia harus mempersiapkan diri untuk menjadi seorang ayah.
Anak buah Yunho mulai mencurigai pemimpin mereka dan anggota baru mereka. Keduanya sibuk pada saat bersamaan. Jangan-jangan keduanya sudah berkencan di dunia nyata.
Untuk menghilangkan rasa penasarannya, Changmin menelepon ponsel Yunho pada malam hari. Yunho agak lama mengangkat telepon darinya. Sekilas juga ia mendengar suara desahan wanita. Ia menjadi semakin berpikir yang bukan-bukan. "Mereka tidak sekedar berkencan, tetapi sudah melakukan hal itu."
Choikang to the Max:
Ternyata mereka benar-benar bertemu di dunia nyata dan melakukan hal itu.
1215thexiahtic:
Melakukan apa?
Choikang to the Max:
Itu, hal yang dilakukan oleh seorang pria dan seorang wanita, berdua, pada malam hari.
1215thexiahtic:
Apa itu? Aku tidak mengerti. Katakan saja apa itu secara langsung! Kau membuatku bingung.
6002theMicky:
Junsu, kau memang tidak tahu atau berpura-pura tidak tahu?
Memangnya kau tidak pernah melakukannya dengan kekasihmu?
1215thexiahtic:
Melakukan apa? Mana kutahu?
6002theMicky:
Grrrrrr! Lama-lama kau membuatku kesal.
Choikang to the Max:
Hahaha!
Sudah, jangan bertengkar! Ini salahku. Seharusnya aku menyebutkannya secara langsung.
Yunho dan J bertemu di dunia nyata dan berhubungan sex.
1215thexiahtic:
Oh my God, Sun!
Bagaimana kau bisa tahu? Apa kau mengintip mereka?
Choikang to the Max:
Aku menelepon Yunho malam-malam. Ia lama sekali mengangkat telepon dariku dan aku mendengar suara desahan wanita.
1215thexiahtic:
Aku tidak menyangka bahwa cinta benar-benar bisa bersemi di dunia game.
6002theMicky:
Menurutku itu bagus. Yunho adalah orang yang kaku. Semoga saja ia bisa berubah menjadi lebih luwes. Aku turut berbahagia untuk mereka.
Choikang to the Max:
Aku justru mengkhawatirkan J. Kita semua tahu bahwa Yunho adalah pria yang sangat dingin. Selama ini ia tidak pernah bergabung jika kita membicarakan wanita. Aku takut Yunho membuat J kecewa dan meninggalkannya.
Aku takut Yunho hanya menjadikan J sebagai mainan saja.
6002theMicky:
Kita jodohkan saja mereka. Kita goda mereka habis-habisan. Hahaha!
1215thexiahtic:
Boleh juga idemu.
.
.
.
Choikang to the Max:
Ke mana kalian berdua semalam? Mengapa tidak online?
King U-know:
Maaf, aku sibuk.
6002theMicky:
Ah, kalian pasti menghabiskan malam berdua. Hahaha!
King U-know's Queen:
Hehehe. Aku jadi malu.
Changmin, Micky, dan Junsu habis-habisan menggoda Yunho dan J. Jaejoong tampak malu-malu dan senang digoda mengenai hubungannya dengan Yunho, sedangkan Yunho merasa tidak nyaman, apalagi respon pemain baru itu seperti menyiram bensin ke bara api. Ia merasa canggung menghadapinya. Ia lebih memilih untuk tidak merespon candaan mereka.
Choikang to the Max:
J, sejak kapan kau mulai menyukai Yunho?
King U-know's Queen:
Sudah lebih dari setahun.
Choikang to the Max:
Aah, sudah cukup lama juga ternyata.
6002theMicky:
Selamat! Akhirnya impianmu menjadi kenyataan. Akhirnya kau bisa bermain di tim yang sama dengannya.
King U-know's Queen:
Hehehe. Ya, akhirnya.
Uhm, ia tidak pernah menanggapi obrolan dariku. Apa ia tidak senang dengan perkataanku?
6002theMicky:
Ia pemalu, tetapi tidak mau mengaku.
Kau ajak saja ia mengobrol secara pribadi.
King U-know's Queen:
Uhm, bagaimana jika ia marah dan mengabaikanku?
6002theMicky:
Ada kami yang akan membelamu. Hahaha!
1215thexiahtic:
Micky, memangnya kau berani menghadapi Yunho, pemimpin kita yang hebat?
Dengan sekejap ia akan menghabisimu dan melemparmu ke level terendah.
6002theMicky:
Hahaha!
Tentu saja.
Hahaha!
Tidak. Hahaha!
Jaejoong memberanikan diri untuk mengirim pesan pribadi kepada akun Yunho. Ia ingin mengenal jauh karakter suaminya itu di dalam game.
King U-know's Queen:
Hai!
Apakah pesanku ini mengganggumu?
King U-know:
Tidak, sama sekali tidak mengganggu.
King U-know's Queen:
Apa kau marah kepadaku? Kau tidak pernah ikut mengobrol dengan yang lainnya jika ada aku.
King U-know:
Tidak, aku sama sekali tidak marah. Mengapa aku harus marah?
King U-know's Queen:
Kau pasti merasa tidak nyaman karena mereka menggoda kita.
King U-know:
Tidak, itu biasa. Mereka memang biasa bercanda seperti itu.
King U-know's Queen:
Sungguh?
King U-know:
Ya.
King U-know's Queen:
Benarkah? Apa kau serius?
King U-know:
Hmm.
King U-know's Queen:
Ah, senangnya!
Obrolan mereka berlanjut terus mulai saat itu. Jaejoong memang banyak bicara dan Yunho sedikit bicara. Namun, mereka berdua sama-sama menikmati obrolan tersebut. Mereka membicarakan banyak hal, kecuali identitas mereka di dunia nyata.
Untuk pertama kalinya Yunho merasa nyaman mengobrol dengan seorang wanita, entah mengapa, padahal obrolan mereka biasa saja. Hmm, mungkin karena yang mereka bicarakan seputar game. Ia merasa bahwa J bisa memahami dirinya, tidak seperti wanita pada umumnya.
Yunho merasakan jantungnya berdebar-debar setiap ia mengobrol dengan J. Ia mulai memikirkan dan membayangkan sosok J itu. Seperti apa sosok perempuan itu di dunia nyata?
Yunho tertegun. Mengapa ia merasakan perasaan seperti itu? Apakah ia menyukai J? Tiba-tiba ia merasa sedih. Ia sudah punya istri, yaitu Jaejoong.
Yunho merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Namun, cintanya itu harus kandas begitu saja. Ia menemukan cintanya saat sudah ada seseorang di sisinya. Mengapa J hadir terlambat dalam hidupnya? Ia menyesali hal itu, tetapi tidak ada yang bisa ia perbuat. Ini adalah permainan takdir. Ia dan J tidak bisa bersama.
Mencintai seseorang yang tak pernah kau lihat sebelumnya, hal itu sangat konyol, bukan? Mungkin J tidak secantik Jaejoong, tidak sesempurna Jaejoong. Namun, J bisa mengerti dirinya. Itulah wanita yang dibutuhkan oleh seorang pria, wanita yang bisa memahaminya, bukan yang menuntut untuk dimengerti tetapi tidak mengatakan apa maunya dengan jelas. Yunho menemukan sosok wanita idamannya pada diri J.
Yunho sadar bahwa ia tidak boleh mencintai J. Cintanya harus untuk Jaejoong. Istrinya itulah yang mempunyai hak secara penuh atas dirinya, bukan wanita lain.
.
.
.
Jaejoong merasakan perubahan pada diri suaminya. Pria itu menjadi suka melamun. Ia mulai khawatir. "Sayang, ada apa denganmu akhir-akhir ini? Apakah ada masalah?"
Yunho memaksakan senyumannya. "Tidak. Semuanya baik-baik saja."
Jaejoong tahu bahwa suaminya itu berbohong. Ia merasa sangat cemas. Ia pun mencoba mencari tahu melalui teman-temannya di dunia game, tetapi tampaknya tidak ada masalah. Mungkin ini hanya perasaanku.
.
.
.
6002theMicky:
Teman-teman, minggu depan aku akan datang ke Korea. Ayo kita bertemu!
Choikang to the Max:
Wah, akhirnya kau pulang juga ke tanah airmu! Ayo kita bertemu!
Yunho merasa gugup. Mungkin ia akan mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan J di dunia nyata jika tim mereka mengadakan 'kopi darat'.
1215thexiahtic:
Uhm, bolehkah aku membawa kekasihku?
Choikang to the Max:
Tentu saja boleh. Yang sudah mempunyai pasangan, silakan bawa pasangan kalian.
Yunho dan J, kalian juga harus datang ya!
King U-know's Queen:
Uhm, aku tidak tahu.
Choikang to the Max:
Mengapa, J? Kami semua akan datang, termasuk Yunho. Rasanya tim kita tidak lengkap jika kau tidak datang. Benar kan, Yunho?
King U-know:
Ya.
Tentu saja Jaejoong tidak bisa datang. Ia akan bertemu dengan Yunho di sana sebagai J. Sampai sekarang ia belum juga memberi tahu suaminya itu bahwa ia bermain sebagai J. Ah, jika Yunho datang pada pertemuan tersebut, ia juga pasti akan diajak, bukan? Bukankah Changmin mengatakan bahwa yang mempunyai pasangan boleh membawa pasangannya. Ia masih bisa bertemu teman-temannya di dunia game, meskipun sebagai istri Yunho.
Choikang to the Max:
Jika kau ada kesempatan, datang saja, J.
King U-know's Queen:
Aku akan mempertimbangkannya.
.
.
.
Yunho merasa bingung. Apakah ia harus mengajak Jaejoong untuk datang ke pertemuan itu? Mungkin Jaejoong tidak akan suka bertemu dengan mereka. Jaejoong tidak suka bermain game dan sepertinya tidak akan cocok dengan teman-temannya, lagipula di sana ada J. Ia bingung harus bagaimana jika kedua wanita itu bertemu. Ia sangat penasaran ingin bertemu dengan J. Ya, sebaiknya ia tidak mengajak istrinya itu. Kehadiran Jaejoong akan membuat teman-temannya merasa tidak nyaman, terutama J. Semua anggota tim tahu bagaimana J sangat terobsesi kepadanya.
Jaejoong menanti-nanti Yunho untuk mengajaknya ke pertemuan itu, tetapi Yunho belum mengatakan apa pun, padahal pertemuannya esok hari. "Sayang, apakah kau ada acara besok?" Ia mencoba mengingatkan. Mungkin saja suaminya itu lupa.
Yunho bingung bagaimana harus mengatakannya. "Besok aku akan ada janji untuk bertemu teman-temanku."
"Siapa?" tanya Jaejoong.
"Err... teman," jawab Yunho dengan gugup.
Jaejoong memutar bola matanya. "Teman yang mana maksudku."
"Teman biasa. Semuanya lelaki. Kau jangan khawatir." Yunho tidak ingin Jaejoong bertanya lebih jauh lagi.
Jaejoong tidak mengerti mengapa Yunho berbohong kepadanya. Itu artinya Yunho tidak akan mengajaknya. "Bolehkah aku ikut? Aku juga ingin berkenalan dengan teman-temanmu. Tidak ada satu pun temanmu yang kukenal."
Yunho berpikir cukup lama. Ia sudah terlanjur mengatakan bahwa semua teman yang akan ia temui besok adalah laki-laki. Bagaimana jika J benar-benar datang? "Hmm, aku tidak tahu apakah teman-temanku akan keberatan atau tidak."
"Teman-temanmu pasti tidak akan keberatan. Aku tidak akan mengganggu. Setelah berkenalan dengan mereka, aku akan pergi meninggalkanmu dengan mereka." Jaejoong membujuk suaminya.
"Hmm, baiklah," ujar Yunho pada akhirnya. Ia tidak ingin Jaejoong curiga.
.
.
.
Yunho merasa sangat gugup. Besok ia akan bertemu dengan J. Ia sampai tidak bisa tidur. Apakah ia akan tetap menyukai wanita itu jika ia melihat sosok wanita itu di dunia nyata? Bagaimana jika J jelek atau mempunyai cacat fisik? Mungkin itu tidak berpengaruh baginya. Cintanya tidak berdasarkan fisik. Ia mempunyai istri yang sangat sempurna secara fisik, tetapi ia justru tertarik kepada seseorang yang belum pernah ia lihat sebelumnya hanya karena ia merasa nyaman berkomunikasi dengan wanita itu. Apakah selama ini ia berselingkuh dari Jaejoong? Ia hanya mengobrol dengan J, tidak lebih, tetapi perasaannya tumbuh kepada J. Wanita itu sangat memahami dirinya.
Yunho melihat J sedang online. Ia menyapa rekan setimnya itu.
King U-know:
Sedang apa kau belum tidur?
King U-know's Queen:
Sedang menunggumu untuk menyapaku. Hehehe.
Yunho merasa yakin bahwa J juga menyukainya. Ia takut mengecewakan wanita itu. Besok ia akan mengenalkan istrinya kepada teman-temannya. Bagaimana perasaan J nanti?
King U-know:
Apa kau benar-benar menyukaiku atau hanya bercanda?
King U-know's Queen:
Tentu saja aku serius. Aku sangat menyukaimu, bahkan mencintaimu.
Nafas Yunho terasa berat. Ia berharap ini hanya lelucon. Ia berharap karakter J tidak nyata. Ia sudah siap untuk merasakan patah hati karena tidak bisa bersatu dengan J, tetapi ia tidak ingin J juga mengalami patah hati. Mengetahui seseorang yang ia cintai bersedih rasanya lebih menyakitkan daripada menerima kenyataan bahwa mereka tidak berjodoh.
King U-know:
J, aku tidaklah nyata. Kau tidak boleh menyukaiku. Kau boleh mengagumi permainanku, tetapi kau tidak boleh menyukai pribadiku.
King U-know's Queen:
Mengapa tidak boleh?
King U-know:
Karena kau akan kecewa.
Aku mempunyai istri, J.
King U-know's Queen:
Aku tahu.
King U-know:
Lalu mengapa kau masih menyukaiku? Tidakkah kau merasa sakit hati?
King U-know's Queen:
Istrimu itu adalah aku. Hehehe.
King U-know:
J, aku serius. Aku mempunyai istri di dunia nyata. Besok aku akan membawanya ke pertemuan tim kita.
Baterai ponsel Jaejoong sudah menipis. Ia harus segera keluar dari permainan dan mengisi ulang baterai ponselnya. Ia tidak membalas pesan dari Yunho lagi.
Yunho tidak mendapatkan balasan dari J. Wanita itu pasti kecewa dan marah kepadanya. Biarlah seperti itu. Mereka memang tidak berjodoh. J pasti akan menemukan jodohnya sendiri, yang tentu saja lebih baik daripada dirinya. Mungkin J akan berhenti main game. Mungkin lebih baik seperti itu.
.
.
.
Changmin, Micky, dan Junsu sudah sampai di tempat pertemuan mereka. Mereka bertemu di sebuah kafe.
"Junsu, mengapa kau tidak jadi membawa kekasihmu?" tanya Changmin.
"Ia tidak mau ikut. Ia takut kita hanya akan membicarakan game dan menganggapnya tidak ada," jawab Junsu. Ia adalah orang yang sangat lucu di dunia nyata. "Kalian juga mengapa sendirian? Kalian pasti tidak punya pacar. Hahaha!"
"Hey, ada yang datang! Mungkin itu Yunho." Micky alias Yoochun memberi tahu kedua temannya. Ia melihat seorang pria memakai kaus polo berwarna merah, menggandeng wanita cantik bergaun merah juga. Mereka memang memakai dress code merah agar mudah dikenali.
"Mungkin wanita yang bersamanya itu J. Wanita itu juga memakai baju merah," ujar Junsu.
"Wah, ternyata J teman kita itu cantik sekali!" Changmin terpana melihat wanita bergaun merah itu. "Jika aku tahu bahwa ia secantik itu, pasti aku tidak akan membiarkan Yunho untuk memilikinya."
Yunho melihat tiga orang pria berbaju merah duduk di sudut kafe. Ia menghampiri mereka dengan menggandeng istrinya. "Apakah kalian Changmin, Micky, dan Junsu?"
"Yunho!" Ketiganya langsung memeluk Yunho. Akhirnya mereka bisa bertemu dengan pemimpin mereka yang merupakan pemain legendaris. Setelah mereka melepaskan Yunho, pandangan mereka tertuju kepada wanita cantik yang datang bersama Yunho. "Yang ini pasti..."
"Perkenalkan ini adalah istriku, Jaejoong." Yunho mengenalkan Jaejoong kepada teman-temannya.
Istri? Changmin, Micky, dan Junsu tidak pernah tahu bahwa Yunho sudah menikah. Lalu bagaimana dengan J?
Suasana seketika menjadi sangat canggung. Ketiga anak buah Yunho tidak menyangka bahwa Yunho tega mempermainkan perasaan J. Jika Yunho sudah beristri, seharusnya pria itu jangan memberi harapan kepada J dan mengatakan yang sejujurnya. Mereka merasa prihatin kepada J. Apa yang akan terjadi jika J datang? Wanita itu pasti sangat syok dan patah hati. Mereka takut J akan bunuh diri.
Jaejoong memang senang berbicara. Ia banyak berbicara kepada teman-teman suaminya itu. Ialah yang menguasai pembicaraan. Keempat pria itu hanya bicara seperlunya. Aneh sekali, padahal mereka sering bercanda saat main game. Sifat mereka sangat berbeda di dunia maya.
Changmin, Micky, dan Junsu tidak bisa tenang. Mereka khawatir jika J datang. Semoga saja wanita itu tidak jadi datang. Mereka benar-benar tidak bisa menikmati pertemuan mereka ini karena kehadiran istri Yunho, padahal mereka sudah berencana untuk menggoda Yunho dan J.
.
.
.
J benar-benar tidak datang pada pertemuan timnya. Changmin merasa bersyukur akan hal itu. Ia tidak akan tega melihat hati wanita itu hancur karena melihat Yunho dan sang istri. Sesampainya di rumah ia menelepon Yunho. "Yunho, apakah istrimu itu sedang bersamamu?
"Tidak, ia sedang membuat teh di dapur. Ada apa, Min?"
Changmin sangat marah kepada Yunho. Sejak tadi ia menahan amarahnya. "Yunho, teganya kau berbuat kejam kepada J. Ternyata kau sudah beristri. Tidak seharusnya kau mempermainkan perasaan J. Ia benar-benar menyukaimu. Untung saja ia tidak jadi datang hari ini. Jika ia datang, aku tak akan bisa membayangkan apa yang akan terjadi."
"Ia tidak datang karena ia tahu bahwa aku akan datang bersama istriku. Semalam aku sudah memberi tahunya."
"Tega sekali kau, Yun! Seharusnya sejak awal kau berterus terang bahwa kau sudah menikah. Jika kami tahu, kami tidak akan berusaha untuk menjodohkan kalian berdua." Changmin merasa sangat bersalah kepada J karena ialah yang memasukkan J ke dalam tim.
"Maafkan aku! Aku juga tidak menyangka bahwa semuanya menjadi seperti ini. Kupikir J hanya bercanda. Kupikir ia tidak benar-benar menyukaiku. Aku sangat menyesal, Min. Seharusnya aku bersikap tegas sejak awal. Jika aku bersikap tegas, tidak akan ada korban dalam permainan ini. Aku sendiri bahkan terperosok di dalamnya. Aku jatuh cinta kepada J."
.
.
.
"Yunnie Sayang, kau di mana? Tehnya sudah jadi." Jaejoong mencari-cari suaminya.
"Aku jatuh cinta kepada J. Namun, semuanya sudah terlambat. Aku sudah memiliki Jaejoong di sisiku."
Tangan Jaejoong bergetar memegang teko berisi teh panas. Perasaannya tidak enak.
"J adalah cinta pertamaku. Aku tidak pernah merasakan jatuh cinta sebelumnya. Andaikan saja J hadir lebih awal ke dalam hidupku, sebelum aku menikahi Jaejoong."
Hati Jaejoong berdenyut sakit. Jadi, selama ini Yunho tidak pernah mencintainya? Jadi, Yunho menyesal telah menikah dengannya? Jadi, yang Yunho cintai adalah J, bukan dirinya?
Prang!
Yunho terkejut mendengar suara barang pecah belah jatuh ke lantai. Ia melihat Jaejoong menatap dirinya sambil menangis. Pecahan teko kaca berserakan di lantai. Istrinya itu pasti sudah mendengar percakapannya dengan Changmin di telepon. "Jaejoong." Ia berusaha mendekati Jaejoong, tetapi terhalang oleh pecahan kaca.
"Jangan mendekat!" teriak Jaejoong. Nafasnya terasa sesak. Hatinya sakit sekali.
"Sayang, kumohon dengarkan penjelasanku!" Yunho tidak peduli bahwa pecahan kaca berserakan di lantai. Ia tetap melangkah.
"Kubilang jangan mendekat!" Jaejoong berteriak lebih keras lagi. "Kau menyakiti hatiku."
Yunho tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya kepada Jaejoong. Ia memang tergoda dan jatuh cinta kepada wanita lain, tetapi ia tidak berniat untuk berselingkuh dari istrinya. Perasaan itu muncul tiba-tiba dan ia sedang berusaha untuk membunuh perasaan itu karena ia tahu bahwa perasaan itu salah. Ia tidak boleh mencintai wanita lain selain istrinya.
"Selama ini kau berbohong kepadaku. Kau mengatakan bahwa kau mencintaiku. Mengapa kau harus berbohong jika pada kenyataanya kau tidak mencintaiku?" Jaejoong benar-benar lepas kendali.
"Itu karena kau adalah istriku," jawab Yunho polos.
Jaejoong menangis tersedu-sedu. "Seharusnya kau menolak untuk menikah denganku jika kau tidak menginginkannya."
"Aku tidak tahu bahwa aku akan bertemu dengan J dan jatuh cinta kepadanya," ujar Yunho. "Aku bersumpah, Jae. Aku sama sekali tidak berniat untuk berselingkuh. Aku tidak pernah berniat untuk meninggalkanmu."
"Untuk apa kau bertahan bersamaku jika kau tidak mencintaiku?" Jaejoong merasa tidak berharga sebagai seorang wanita. Ia bahkan tidak bisa membuat suaminya jatuh cinta.
"Aku sudah bersumpah di hari pernikahan kita untuk menjagamu dan membahagiakanmu," jawab Yunho.
"Membahagiakanku, huh?" Jaejoong menatap Yunho dengan tajam. "Bagaimana kau bisa membahagiakanku jika setiap saat kau hanya bermain game?" Air matanya jatuh semakin deras. "Aku bahkan harus berusaha keras untuk mendapatkan sedikit saja perhatian darimu. Apa kau masih ingat saat kakiku terluka karena menginjak pecahan gelas? Aku sengaja memecahkan gelas dan menginjaknya. Aku melakukan itu agar kau peduli kepadaku, memperhatikanku sedikit saja."
Yunho tercengang. Ia tidak menyangka bahwa Jaejoong akan nekat menginjak pecahan gelas.
"Setelah itu pun kau tidak juga memperhatikanku. Apa pun akan kulakukan untuk membuatmu melirikku sedikit saja. Kau tidak tahu kan apa saja yang telah kulakukan untuk menarik perhatianmu?" Jaejoong tersenyum getir. "Kau tidak tahu kan bahwa J itu adalah aku? Aku belajar bermain game dan mencapai level tertinggi agar kau memperhatikanku, agar kau merasa bangga, agar kau tahu bahwa aku ada."
Yunho terkejut bukan main. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa J yang ia cintai adalah istrinya sendiri. Pantas saja banyak kesamaan pada diri keduanya. Keduanya sama-sama suka bicara dan berisik, hanya saja yang dibicarakan oleh J adalah seputar game, sesuatu yang menjadi kegemarannya.
"Aku tidak pernah menyukai game sebelumnya. Namun, demi kau aku melakukannya," lanjut Jaejoong.
"Mengapa kau menyembunyikan hal ini dariku?" Yunho merasa lemas. Hal ini seharusnya tidak terjadi jika Jaejoong berterus terang kepadanya.
"Ya, ini adalah kesalahan terbesarku. Jika kau tahu, kau tidak akan jatuh cinta kepada tokoh buatanku itu." Jaejoong menyesali hal itu. "Namun, itu berarti aku juga tidak akan tahu bahwa kau tidak mencintaiku."
"Sayang, maafkan aku! Bisakah kita mulai dari awal lagi? Aku akan berhenti bermain game online jika kau menginginkannya." Yunho berkata sungguh-sungguh.
Jaejoong menggeleng. "Tidak, Yunho. Semuanya sudah berakhir. Hatiku sangat sakit. Aku sudah tidak bisa menahan rasa sakit hatiku ini. Sudah cukup lama aku memendamnya. Aku sudah tidak sanggup lagi." Ia mengambil pecahan kaca di lantai dan melukai pergelangan tangannya.
"Jae!"
.
.
.
Yunho membawa istrinya ke klinik terdekat. Tidak ada waktu untuk menunggu ambulans datang. Istrinya itu harus segera mendapatkan pertolongan pertama. Ia menggendong Jaejoong yang tidak sadarkan diri. Ia tidak peduli kakinya terluka karena menginjak pecahan kaca.
Yunho tidak ingin Jaejoong mati. Ia ingin menebus kesalahannya kepada wanita itu. Ia telah menyia-nyiakan istri yang begitu setia mendampinginya, walaupun ia tidak pernah membalas cinta Jaejoong.
Yunho berdoa kepada Tuhan agar Jaejoong diselamatkan. Ia rela untuk melakukan apa pun asalkan Jaejoong selamat. Ia bahkan rela untuk tidak bermain game lagi seumur hidupnya.
Jaejoong berhasil diselamatkan. Untung saja ia segera mendapatkan pertolongan pertama. Satu hal lagi kabar menggembirakan, ternyata Jaejoong sedang mengandung, anaknya dengan Yunho.
Yunho merasa sangat lega. Selain karena istrinya selamat, ia juga akan menjadi seorang ayah.
Jaejoong duduk termenung. Tentu saja ia merasa bahagia atas kehadiran janin dalam rahimnya. Akan tetapi, saat ini rumah tangganya dengan Yunho sedang terancam. Bagaimana nasib anaknya nanti? "Yun, sebaiknya kita bercerai saja. Aku sudah lelah menjalaninya denganmu. Hubungan kita tidak akan berhasil jika diteruskan."
"Lalu bagaimana dengan anak kita?" Yunho memasang wajah datarnya.
"Tentu saja ia akan ikut denganku, tetapi kau bisa mengunjunginya kapan saja kau mau. Aku tidak akan mencegahmu untuk menemuinya karena bagaimana pun kau adalah ayahnya." Jaejoong terlihat lebih tenang kali ini. Emosinya terkendali. "Aku juga tidak ingin anakku kehilangan kasih sayang ayahnya."
"Jae, apakah sama sekali tidak ada kesempatan untukku?" Yunho masih berharap. "Aku akan berhenti bermain game untuk selamanya. Aku akan berusaha mencintaimu, membahagiakanmu."
Jaejoong memaksakan senyumannya. "Yunho, aku tak mau menekanmu lagi. Game adalah segalanya bagimu. Aku tidak bisa melarangmu untuk melakukan kegemaranmu itu. Aku sudah berusaha dan aku gagal. Semoga saja kau akan menemukan seseorang seperti J nanti."
"Sesungguhnya aku merasa lega bahwa J itu adalah kau." Yunho berkata jujur. "Aku tidak ingin mengkhianati istriku. Selama ini aku diliputi perasaan bersalah karena mencintai wanita lain selain istriku."
Jaejoong tertegun. Ia sedikit terenyuh oleh pengakuan Yunho. Ia juga masih sangat mencintai Yunho. Akan tetapi, hatinya sudah sangat sakit.
"Kumohon, berilah aku kesempatan sekali saja! Aku akan menunjukkan kepadamu bahwa aku bisa menjadi suami yang baik untukmu." Yunho memelas.
"Jika aku dan J adalah orang yang berbeda, siapa yang akan kau pilih?" Jaejoong bertanya.
"Tentu saja kau," jawab Yunho mantap. " Aku dipertemukan lebih dahulu denganmu. Itu artinya kaulah yang tercipta untukku, bukan dia. Apa pernah aku merayu J sekali saja? Tidak pernah. Aku masih tahu diri. Aku masih ingat bahwa aku pria beristri."
Jaejoong mencoba untuk mengingat-ingat kembali. Yunho memang cenderung menghindari J. Selama ini J yang selalu berusaha mendekati Yunho. Ini juga salahnya sendiri. Seharusnya ia tidak membuat J agresif mendekati Yunho. "Aku juga bersalah dalam hal ini. Tidak adil jika hanya kau yang mendapatkan hukuman. Kita tidak perlu bercerai sekarang. Kita akan mencobanya lagi. Jika dirasa tidak berhasil, kita akan benar-benar berpisah."
.
.
.
Yunho merasa bersyukur karena Jaejoong masih berbaik hati memberinya kesempatan untuk membuktikan bahwa ia bisa menjadi suami dan calon ayah yang baik. Ia benar-benar tidak pernah menyentuh kembali game apa pun. Ia bahkan belum sempat berpamitan kepada teman-temannya di dunia game. Ia harus memenuhi janjinya kepada dirinya sendiri. Ini adalah kesempatan terakhirnya. Jika ia gagal, sirnalah semua harapannya. Jaejoong benar-benar akan meninggalkannya.
Pagi-pagi sebelum pergi bekerja, Yunho membantu Jaejoong mengerjakan pekerjaan rumah tangga, bahkan tanpa diminta. Ia rela menjadi budak istrinya.
Saat jam istirahat kantor, Yunho selalu menyempatkan diri untuk menelepon istrinya di rumah, menanyakan kabar istri dan calon anaknya. Ia harus memastikan bahwa keduanya baik-baik saja. "Sayang, kau sedang mengandung. Aku tidak ingin kau kelelahan mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendirian. Bagaimana jika kita merekrut asisten rumah tangga?"
"Tidak perlu. Orang tua kita datang ke rumah. Ibumu akan mengirimkan asisten rumah tangganya setiap hari ke rumah kita."
.
.
.
"Ayah dan ibu tidak perlu khawatir. Yunho selalu menjagaku dengan baik. Ia sering membantuku mengerjakan pekerjaan rumah tangga, apalagi pada hari libur." Jaejoong memuji suaminya di hadapan orang tua dan mertuanya. Keinginannya untuk menghabiskan banyak waktu berdua bersama suaminya itu akhirnya terwujud. Mereka menghabiskan waktu seharian pada hari libur untuk membersihkan rumah atau pergi berbelanja kebutuhan sehari-hari. Suaminya itu sangat sigap membantunya.
Yunho tersipu malu. Ia tidak terbiasa dipuji seperti itu.
"Wah, kami bangga kepadamu! Kami tidak salah memilih menantu," ujar Tn. Kim. Ia merasa sangat bahagia melihat kebahagiaan putrinya.
Tn. Jung dan Ny. Jung cukup terkejut mendengar penuturan Jaejoong. Mereka sangat mengenal putra mereka. Apa benar putra mereka sudah berubah? Syukurlah jika itu memang benar. Keputusan mereka untuk menikahkan Yunho dengan Jaejoong ternyata sangat tepat. Jaejoong bisa mengubah putra mereka menjadi lebih baik.
Jaejoong tidak mengada-ngada. Yunho memang sangat perhatian kepadanya. Rasanya ia ingin menangis karena bahagia. Sikap Yunho sekarang lebih tinggi dari harapannya. Ia hanya mengingingkan Yunho memperhatikan dirinya sedikit saja, yang ia dapatkan justru lebih banyak.
.
.
.
Orang tua Yunho dan Jaejoong pulang setelah makan malam. Yunho menyuruh Jaejoong untuk beristirahat. Biar ia yang membereskan meja makan dan mencuci piring kotor.
Jaejoong menyelinap ke dapur. Ia melihat punggung suaminya yang kekar saat suaminya itu sedang mencuci piring. Ia memeluk pria itu dari belakang. "Yunho, aku mencintaimu."
Yunho berhenti menggosok piring. Ia bingung bagaimana harus menanggapi pernyataan cinta Jaejoong. Ia tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama dengan berbohong kepada wanita itu. Ia terdiam.
Jaejoong mengeratkan pelukannya pada pinggang Yunho. "Kau tidak perlu mengatakan apa-apa. Kau sangat takut menyakiti hatiku."
"Maafkan aku!" Yunho merasa sedih.
Jaejoong menitikkan air matanya. Ia membuat punggung suaminya itu basah oleh air matanya. "Tidak, Yunho. Jangan meminta maaf! Cinta tidak harus selalu diucapkan. Semua sikapmu kepadaku selama ini adalah cinta. Tanda kau mencintai seseorang tidak harus berupa perasaan berbunga-bunga, gugup, dan jantung berdegup dengan kencang. Saat kau tidak ingin kehilangan orang itu, saat kau rela melakukan apa pun demi orang itu, itu juga cinta. Aku bisa melihat ketulusan dari setiap perbuatanmu. Cintamu itu sangat besar kepadaku. Apa lagi yang bisa kuharapkan? Aku sangat bahagia. Terima kasih, Yunho."
Yunho masih bingung. Apakah benar ia mencintai Jaejoong, istrinya itu? Ia tidak merasakan perasaan yang sama kepada Jaejoong seperti kepada J. Tokoh buatan istrinya itu bisa membuat perasaannya tak karuan, jantungnya berdegup kencang, sedangkan saat bersama Jaejoong ia merasakan ketenangan batin. Mungkin inilah kebahagiaan yang sesungguhnya. Cintanya kepada Jaejoong membuat hatinya tenang karena itu adalah cinta yang benar, bukan cinta yang penuh rasa bersalah seperti perasaannya kepada J.
.
.
.
Seperti wanita hamil pada umumnya, Jaejoong juga mengidam. "Yun, aku ingin main."
Yunho kurang mengerti. "Main apa?" Ia mengira yang Jaejoong maksud adalah permainan satu lawan satu yang biasa ia mainkan dengan Jaejoong di tempat tidur. "Memangnya boleh? Kau kan sedang mengandung. Apakah anak kita akan baik-baik saja?"
"Tentu saja boleh. Memang apa salahnya?" Maksud Jaejoong berbeda dengan maksud Yunho.
"Baiklah kalau begitu." Yunho langsung menggendong istrinya itu ke kamar dan menindihnya di atas tempat tidur.
"Hey, apa yang kau lakukan?" Jaejoong protes.
"Bukankah kau ingin 'main', Sayang?" Yunho mulai melucuti pakaian Jaejoong.
"Dasar mesum! Bukan itu maksudku." Jaejoong memukul suaminya dengan bantal. "Aku ingin main game. Sudah lama kita tidak main."
Yunho terdiam. Tidak terasa ia sudah cukup lama meninggalkan kegemarannya itu. Demi cintanya kepada Jaejoong, ia rela meninggalkan kegemarannya yang sudah ia lakukan selama bertahun-tahun.
"Ayo kita main bersama!" ajak Jaejoong.
"Kau saja yang main, aku tidak," balas Yunho.
"Mengapa?" Jaejoong cemberut.
"Aku sudah berjanji kepada diriku sendiri untuk tidak bermain lagi." Yunho menjelaskan. "Aku takut akan kembali terlarut di dalamnya jika aku mencoba bermain sekali saja."
"Anakku ini ingin bermain bersama ayahnya." Jaejoong terlihat sangat manja. "Ayah jahat! Ayah tidak menyayangiku."
Yunho bingung. Apa yang harus ia lakukan?
"Aku akan menangis jika kau tidak mau main bersamaku," rengek Jaejoong.
Yunho sepertinya tidak mempunyai pilihan lain selain mengabulkan keinginan istrinya yang sedang mengidam. Jangan-jangan nanti anak mereka akan menjadi gamer juga seperti dirinya. Masih berada di dalam kandungan saja sudah ingin bermain game. Tidak apa-apa anaknya itu menjadi gamer, asalkan tidak berlebihan sampai melupakan kehidupan di dunia nyata seperti dirinya.
Inilah kencan impian Jaejoong. Bermain game bersama suaminya di tempat yang sama, tidak terpisah.
Choikang to the Max:
Kalian kembali. Aku merasa senang sekali. Ke mana saja kalian?
King U-know's Queen:
Perkenalkan aku adalah Jaejoong, istri Yunho.
Choikang to the Max:
Apa? Jadi, kau benar-benar istri Yunho, yang datang waktu itu?
King U-know's Queen:
Ya, itu aku.
1215thexiahtic:
Wah, senangnya punya pasangan yang suka bermain game juga. Mulai sekarang aku akan meracuni kekasihku untuk bermain game juga.
King U-know:
Kami punya kabar baik. Kami akan segera punya anak.
6002theMicky:
Oh, jadi kalian menghilang selama ini karena sibuk membuat anak?
The End
Game yang dimainkan oleh Yunho dan Jaejoong pada cerita ini adalah fiktif.
