Call Me Maybe
Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto dan lagu ' Call Me Maybe ' milik Carly Rae Jepsen.
Warning : AU, OOC, BL, SasuSai, Song fic, twoshoot.
Saya tidak mendapat keuntungan materi apapun dari pembuatan fanfiction ini.
Hope You Enjoy This
Jika ada kategori orang aneh nan nekat di dunia ini, maka Sai adalah orang pertama yang menjadi penghuni kategori itu. Hei, sesuka apapun kalian pada seseorang, tak mungkin kalian memberinya nomor hp kalian kan ?
Nah, jika mungkin, aku tak akan mempermasalahkannya. Sayangnya, untuk kasus Sai, ini sedikit spesial. Sai baru pertama kali melihatnya. Tak pernah saling kenal atau mengobrol sebelumnya. Dan tiba – tiba ia menyukainya. Begitu saja, tanpa alasan yang jelas, apalagi logis.
Oh, Sai, sebegitu bosankah kau menjadi jomblo hingga nekat memberi seseorang nomor smartphone-mu ?
Jika orang itu, perempuan, maka beda urusan. Sayangnya, dia laki – laki.
.
.
.
" Selamat malam, Macburger pesan antar di sini. ", Ucap seorang gadis dengan luwesnya. Telpon yang menempel di telinganya diapit oleh bahu, ketika tangan sang gadis sibuk mencatat pesanan dan alamat si pembeli.
" Pesanan anda akan tiba kira – kira 15 menit lagi tuan. Terimakasih dan selamat malam. "
Tuut...
Tuuut...
.
.
.
Berawal dari sebuah pesanan dua burger ukuran large, dan sekotak french fries,pemuda dengan parka hitam itu memacu kendarannya. Memasuki kawasan flat yang biasa dihuni kalangan menengah ke atas. Tidak begitu mewah tapi tidak juga murah. Heh, kalau di sini murah, Sai – nama si pemuda – akan dengan senang hati tinggal di sini.
" Lantai tiga. " Gumam Sai sambil berjalan menuju lift. Tersenyum sekilas ke arah pak satpam yang memandanginya dari atas hingga bawah.
Tak perlu waktu lama untuk menemukan flat dengan nomor 33 itu. Tanpa basa – basi, Sai langsung memencet tombol interkom. Menyambungkannya dengan suara serak laki – laki dari dalam sana.
" Siapa ? "
Suaranya serak. Seperti orang yang baru bangun bangun tidur. Wajar saja, pukul sebelas malam adalah waktu yang cukup baik untuk tidur. Entah kenapa, Sai merasa sedikit bersalah mengganggu tidur seseorang. Sungguh. Tidur melupakan surga dunia bagi Sai yang harus berangkat pagi – pagi subuh dan pulang lewat tengah malam. Kapan tidur ? pertanyaan bagus. Sai akan menyempatkan diri tidur di mana dan kapan pun. Asalkan ada waktu luang, Sai pasti habiskan dengan tidur.
Kembali ke kenyataan, Sai tersenyum yang tentu saja tidak bisa dilihat si pemilik rumah, karena interkom ini hanya mengirim suara saja. " Selamat malam, maaf mengganggu. Saya dari Macburger ingin mengantar pesanan anda. "
" Hn. "
Hanya gumamam singkat yang Sai artikan sebagai ' iya '. Mungkin efek mengantuk.
Pintu terbuka. Menampilkan sesosok laki – laki usia 27-28 tahun dengan balutan long sleeve hitam dan celana pendek.
" Tuan Uchiha Sasuke ? " Tanya Sai sambil melihat selembar kertas yang menempel pada kotak si burger.
" Hn. "
Lagi – lagi jawaban singkat. Namun, iris onyx yang setengah terpejam itu mampu membuat Sai terdiam beberapa saat. Senyum bisnisnya masih melekat di wajah, namun entah kenapa, ada sesuatu yang berbeda dari laki – laki yang di depannya.
Hal yang sangat jarang pun terjadi. Sai benar – benar tersenyum. Bukan, bukan senyum bisnis seperti biasa. Tidak pula senyum palsu yang ia keluarkan disaat tertentu. Tetapi sebuah senyuman tulus, untuk si pemuda yang baru pertama kali ditemuinya.
" Mana makananku ? " Tak sabar, Sasuke menatap kotak yang berada di tangan Sai, walau kesadarannya masih setengah – setengah namun aroma makanan mau tak mau membangunkan perutnya.
" Ah- iya. "
Sai bahkan hampir lupa tujuan utamanya kesini. Degup jantungnya yang tiba – tiba menjadi lebih cepat tak dihiraukannya.
Sai tahu benar dengan perasaan ini.
" Silakan tanda tangan di sini. " Sai menyerahkan selembar kertas dan sebuah bolpoin yang selalu dibawanya.
" Ck, merepotkan. " Sasuke hanya ingin cepat – cepat makan dan tidur kembali. Sayangnya, tak semudah itu.
" Terima kasih tuan Uchiha. "
Sai lagi – lagi tersenyum. Menyerahkan kotak burger dan sebuah kertas yang terselip diantaranya. Ah, tak lupa mengambil uang dari tuan muda di depannya.
" Selamat malam, semoga harimu menyenangangkan. "
Sai masih berdiri di sana, walaupun pintu bercat putih itu sudah tertutup.
' Aku benar – benar menyukaimu Uchiha-san '
Dengan sablengnya, Sai masih tersenyum. Di sepanjang lorong, hingga memasuki lift, bahkan hingga pak satpam yang mengernyitkan alis. Menatap heran ke arah pemuda dengan senyum yang ditujukan entah kepada siapa.
.
.
.
Sai menunggu. Mulai dari bangun pagi, hingga saat ini. Senyumnya masih tertempel jelas di wajah. Tak jarang, beberapa orang memandanginya aneh. Tentu saja Sai tak peduli, ketika ada sosok Uchiha- san yang terus – menerus terlintas di otak anehnya.
Namun, setelah penantian, sepanjang hari, Uchiha- san sama sekali tidak menelponya. Mungkin ia tidak melihat kertas itu ? Berbagai spekulasi mulai berseliweran.
" Sai ! "
Panggilan salah satu pelayan wanita membuyarkannya dari menatap handphone hitam miliknya.
" Ya ? " Jawab Sai singkat.
" Dua large burger dan sekotak french fries. Antarkan ke alamat ini. "
Gadis itu menunjuk tulisan yang tercetak pada selembar kertas. Kotak makanan yang tadi ada di tangannya, kini berpindah ke tangan Sai.
Senyum Sai mengembang.
" Baik ! "
Si gadis mengerutkan alis. Tak pernah melihat Sai dengan ekspresi berlebihan seperti itu.
.
.
.
Dan di sinilah Sai berdiri. Di depan pintu flat putih dengan nomor 33. Flat milik Uchiha Sasuke. Dengan senyum yang menelan matanya, Sai memencet tombol interkom. Kali ini, Sai pastikan Uchiha – san akan membaca memonya.
" Selamat malam tuan, saya dari Macburger, mengantarkan pesanan anda. "
Sai menaruh secarik kertas putih di dalam bungkus kresek makanan itu. Lagi – lagi, senyuman terpampang indah di wajah Sai. Oh, jangan lupakan detak jantungnya yang kini mulai tak karuan.
Uchiha Sasuke muncul. Kali ini dengan mata lelah dengan guratan – guratan hitam di sekelilingnya.
" Dua large burger dan sekotak french fries pesanan anda. "
Dengan tangan bergetar, Sai menyerahkan pesanan Uchiha – san yang diagung – agungkannya.
" Hn. Terima kasih. "
Simple. Tak ada basa – basi. Uchiha – san menyerahkan uang beserta tip untuk Sai. Sai sendiri – yang dengan bodohnya hanya mengangguk – menerima uang itu.
Satu hal penting yang ingin Sai tanyakan terlewat begitu saja, ketika pintu flat putih itu tertutup.
' Uchiha – san, apa kau sudah membaca pesanku ? '
.
.
.
2 minggu. Sai selalu membawa handphonenya kemana – mana. Entah saat bekerja, kuliah, tidur bahkan ke toilet sekali pun. Telpon, setidaknya sms dari Uchiha – san selalu ditunggunya. Namun, tak pernah ada. Senyum riang Sai selama seminggu, mulai luntur.
Hanya ada satu hal yang masih membuatnya berharap untuk laki – laki di balik pintu bercat putih itu.
" Sai ! ada pesanan dari alamat yang sama ! tolong kau antar ya ! "
" Yaa ! "
Setidaknya, Sai masih bertemu Uchiha – san. Yah, walaupun singkat, padat dan tidak dapat menyampaikan apa yang dinginkannya, melihat tampang Uchiha – san yang selalu membuatnya jantungan sudah cukup.
Harusnya, sudah cukup, tapi kali ini tidak. Sai sudah bertekat. Ia akan memberikan pesannya langsung ke Uchiha – san.
.
.
.
" Terima kasih. "
Uchiha – san memberinya dua lembar uang kertas yang langsung diterimanya.
Sai sedikit gugup. Secarik kertas yang ada di tangan kanannya terasa ingin melompak keluar. Dengan senyum yang masih menempel di bibirnya, Sai menyerahkan kertas itu.
" Tolong terima ini ! "
Ketika si kertas telah berpindah, Sai langsung lari terbirit – birit bak maling. Tak peduli dengan ekspresi Uchiha – san yang terihat kebingungan, atau debaran jantungnya yang kian cepat. Sai menghilang ditelan lift.
.
.
.
Seminggu berlalu. Tak ada perubahan berarti. Sai masih tetap kuliah dan kerja seperti biasa. Kali ini, Sai bekerja pada siang hari. Jadwal kuliah yang kosong, dimanfaatkannya untuk mengambil shift siang. Tak sama seperti malam – malam sebelumnya.
Handphone hitam yang selalu berada pada mode getar, tak pernah menggetarkan pesan dari Uchiha – san. Sai hampir putus asa.
Ya, hampir. Namun, orang senekat dan absurd Sai, tak pernah mau menyerah begitu saja. Hari ini yang terakhir. Jika Uchiha- san tidak menghubunginya kali ini, maka Sai akan nekat meretas sistem tempatnya bekerja, dan mencari nomor handphone sang Uchiha kesayangannya.
Oh, Sai, harusnya kau langsung datang saja ke rumah si Uchiha itu dan minta nomor handphonenya.
Sungguh, Sai hampir mennerror Uchiha – san jika saja tidak ada suara dentingan lonceng di pintu masuk. Menandakan seseorang yang masuk ke tempat kerjanya.
Sai tahu orang itu. Sangat tahu.
TBC
A/N :
Halo semuaaaa... kali ini saya muncul dengan crack pair SasuSai. Oke, awalnya saya mau buat SasuNaru seperti biasa, tapi entah kenapa kurang sreg sama sifat Naruto di sini – Naruto di pikiran saya tak mungkin segila ini *w* dan munculah Sai wkwkwk.
Ehmmm... terimakasih untuk yang sudah mau membaca sampai sini. Saya sangat menghargainya XD.
