BECAUSE OF YOU

(Karena kamu aku melakukan semua ini.)

Cast : - Park Chanyeol

- Byun Baekhyun

- Byun Heechan

Support : - Temukan sendiri

Author : KennyPark

.

Summary:

"Semua kulakukan karena aku ingin membahagiakan mu. Ya, karena kau aku melakukan semua ini."- Park Chanyeol

.

Genre :

Romance, Hurt, School life

GS

.

T

.

CHAPTER 1 Dia Kembali

"Semuanya 20.000won. Ingin cash atau pakai kartu?"

"Cash." Lelaki yang menjadi konstumer ku memberikan uang dua lembar sepuluh ribu won. Aku mengambil uang itu lalu memasukkannya ke mesin kasir. Lalu memasukkan beberapa makanan ringan dan dua botol besar soda kedalam kantung plastik. Setelah selesai, aku menyodorkan kantung plastik itu dan menangkap sebuah tatapan disana.

Aku baru ingat, saat lelaki ini datang ke meja kasir, aku tidak melihat wajahnya. Aku langsung menghitung belanjaannya.

Dia menatap ku sekarang.

Namun aku memilih segera mengalihkan pandanganku dengan membungkuk mengucapkan terima kasih dan datang kembali.

Tetapi dia tidak segera pergi dari sana.

Dia masih menatapku. Dengan mata bulat nya itu.

Aku menghiraukannya, mencari sesuatu yang dapat ku kerjakan. Aku bergaya sedang mengisi ulang rak rokok yang berada di belakang ku dan otomatis aku memunggungi nya.

Namun bayangannya yang tepantul dari kaca rak rokok tidak segera menghilang. Dan ini membuat ku sedikit kesal dan gugup bersamaan.

"Apa kau benar-benar tidak mengenal ku?" Dia berbicara, namun aku tetap diam. Ada sedikit suasana diam diantara kami, sebelum suara kantung plastik disusul suara dering lonceng diatas pintu berbunyi menandakan bahwa orang itu pergi.

Aku mengintipnya dari celah kaca toko dan memastikan jika dia benar benar pergi. Setelah mobil yang dia naiki berbelok pada blok depan aku menghela napas.

Aku kaget jika dia masih mengenali ku.

Ya.

Setelah tiga tahun dia meninggalkanku.

Aku merentangkan kedua tangan ku, sedikit melakukan peregangan badan di depan toko. Hari yang sangat melelah kan dan cukup berat. Pelanggan yang sedikit ramai, barang-barang yang perlu di isi ulang, dan aku yang bekerja sendiri karena Kyungsoo ijin sakit. Satu lagi, jangan lupa orang yang selama ini masih aku benci datang tiba-tiba di hadapanku.

Aku berjalan menyusuri jalan pulang di temani jaket hangat ku. Sebuah kantung plastik berisikan jajangmyeon instan tersemat manis di lenganku. Aku semakin mengeratkan jaketku agar angin malam tidak mengenai kulitku.

Rumahku sudah terlihat di depan sana. Lampu depan masih menyala. Mungkin Heechan belum tidur. Padahal jam sudah menunjukkan sepuluh malam. Anak itu benar-benar susah di atur.

"Aku pulang.." setelah menutup pintu aku menaruh sepatu yang kupakai di rak. Dan mulai berjalan masuk ke ruang keluarga.

Ternyata televisi masih menyala dan kulihat Heechan terduduk di sofa namun mata nya tertutup. Dia duduk berselonjor di sofa dengan boneka ironman favorit di dekapannya.

Aku hanya tersenyum pelan lalu mulai menggendongnya. Dia sedikit bergerak tetapi kembali diam dan tidur di bahu ku. Aku berjalan menuju kamarnya Heechan, menaruhnya pelan di tempat tidur lalu menyelimuti nya.

Aku kadang kasihan jika mengingat selama ini Heechan akan sendirian jika aku kerja shift malam. Meninggalkannya saat malam datang dan tidak mengucapkan selamat tidur untuknya. Meskipun ada Luhan, sahabatku, aku masih sedikit tidak enak jika menyuruhnya terus terusan menemani Heechan. Dia masih anak-anak bagi ku dan membutuhkan perhatian lebih. Namun aku harus meninggalkannya sendirian untuk memenuhi kebutuhan kami.

Jika kalian bertanya kemana kedua orang tua kami, mereka sudah bahagia di surga. Bisa dihitung sudah dua tahun mereka meninggalkan ku dan Heechan. Aku masih ingat saat itu Heechan masih sangat kecil dan tidak tau apa-apa. Dia selalu bertanya kepadaku kenapa orangtua kami tidak pulang. Aku hanya menjawab bahwa orang tua kami pergi bersama Tuhan dan akan kembali saat kita sudah besar.

Aslinya aku memiliki uang jaminan dari orang tua ku. Namun itu akan aku simpan untuk biaya sekolah Heechan kedepan. Jalannya masih panjang dan akan membutuhkan banyak biaya. Gaji ku bekerja di toko hanya cukup untuk makan kami sehari-hari.

Setelah menutup pintu kamar Heechan, aku melangkahkan kaki ku menuju dapur. Menghidupkan kompor dan memasak air. Aku membuka bungkus jajangmyeon instan dan memasaknya.

Perut kenyang dan badan sudah segar. Aku merebahkan badanku di kasur. Menerawang pelan ke langit-langit tentang pertemuan ku dengan dia.

Apa kalian ingat, laki-laki yang menjadi kostumer ku tadi? Yang mengajakku bicara namun aku acuhkan?

Dia Park Chanyeol. Bisa di katakan dia masa lalu ku. Seseorang yang pernah ku cintai dan mengisi hati ku. Namun semua tidak berjalan lancar. Sangat sulit untuk menceritakan lagi. Tapi sampai saat ini aku masih memiliki rasa itu, meskipun mulai berkurang. Kesimpulannya, aku sedikit merasa bahagia jika bisa bertemu dengan dia lagi. Dan tau jika dia baik-baik saja.

Lupakan Baekhyun.. dia hanya masalalu mu.

Ku gelengkan pelan kepala ku, mencoba menghilangkan pikiran tentang dia. Aku mencoba menutup mata ku dan masuk kealam mimpi. Setelah berdoa semoga semua ini tidak aakn pernah berlanjut.

.

.

"Noona.. hari ini noona akan menjemputku kan?" Aku yang lagi memasak sedikit menolehkan kepala ku dan tersenyum kearah Heechan.

"Iya.. nanti noona jemput."

"Yeayy.. setelah pulang, beli eskrim ya noona."

"Baiklah kita beli eskrim nanti. Tapi Heechan tidak boleh nakal di sekolah." Heechan mengangguk, lalu kembali memakan sarapannya dan aku melanjutkan masakankanku.

Setelah mebereskan semuanya, aku membantu Heechan memakaikan sepatu. Dia sedikit terkikik pelan melihat ku membantunya.

Lalu kami berangkat bersama dengan berjalan kaki. Sekolahnya Heechan tidak jauh dari rumah, hanya beberapa blok saja. Aku senang melihatnya kembali ceria lagi. Mengingat kemarin aku hampir lupa menjemputnya.

"Noona.. kata ibu guru besok kita akan belajar menghitung. Noona ajari aku ya.." Aku masih menggandeng tangannya dan selalu berdiri diaampingnya.

"Hmm.. baiklah, karena besok noona shift pagi, malamnya noona akan membantu Heechan." Ada raut sedih yang dia tunjukkan. Aku berjongkok dan menatap Heechan. "Kenapa hmm?" Dia menunduk dan tidak berani menatap ku.

"Tidak noona. Tidak apa apa. Yukk jalan lagi." Heechan lalu mengganti raut wajahnya menjadi ceria lagi. Aku hanya tersenyum dan mengelus pipi nya.

"Heechana.." Heechan menatap ku bingung. "Noona pernah mengatakan ini kan. Sebelumnya maaf jika noona tidak bisa di samping Heechan terus. Noona harus bekerja, untuk mencukupi sekolah Heechan, membelikan Heechan buku, eskrim. Jika noona tidak bekerja, Heechan mau tidak sekolah? Heechan mau tidak punya mainan hm?"

Heechan menggeleng pelan dan wajah nya kembali murung. Aku merasa bersalah jika Heechan kembali murung.

"Hari ini noona janji mau membelikan Heechan eskrim. Jadi Heechan tidak boleh murung. Besok noona janji akan menemani Heechan belajar menghitung. Janji tidak akan murung?" Aku mengacungkan jari kelingking ku dan Heechan terlihat gembira. Dia langsung mengaitkan jari kelingkingnya lalu tersenyum kearahku.

"Baiklah.. ayo jalan. Nanti kita terlambat." Aku menggandeng tangannya dan kami mulai berjalan lagi.

Sesampainya di sekolah, Heechan langsung menarikku untuk duduk berjongkok. Dia mencium pipi ku dan berlari menuju teman-temannya. Lalu dia berbalik lalu melambaikan tangannya padaku. Aku tersenyum dan melambaikan tanganku juga.

Aku mulai berjalan pergi setelah Heechan masuk kelas. Jadwal ku kali ini, aku harus ke kedai bibi Ahn karena persediaan sayur di kulkas mulai menipis. Setelah berbelanja aku mulai membereskan rumah. Menyapu, mengepel, mencuci baju, menjemurnya. Ada saja hal yang bisa aku lakukan.

Tin ding dong..

Aku menoleh karena ada seseorang yang memencet bel rumah. Aku sedikit menepuk pelan baju ku yang terkena debu sambil berjalan menuju pintu. Saat membukanya munculah tukang pos dengan sebuah box berukuran sedang di tangannya.

"Ada kiriman untuk Byun Heechan. Tolong tanda tangan di bawah ini."

Aku mengreyit, jarang sekali Heechan mendapat paket. Setelah menandatanginya aku menerima paket yang sedikit agak berat. Menutup pintu dan menuju ruang keluarga. Aku teliti sebentar paket tersebut. Namun tak ada nama orang yang mengirimnya.

Aku sedikit khawatir jika paket ini membahayakan untuk Heechan. Aku langsung membukanya dan menemukan beberapa kotak eskrim yang cukup besar terbungkus disana. Dan kotak itu masih sedingin es. Meskipun aku curiga, tetapi segel yang masih terpasang di seluruh kotak es itu masih utuh. Seperti baru saja dibeli dan langsung dikirim paket.

Aku mencoba menempis pikiran kotor ku dan langsung membuka semua kotak eskrim itu dan mencoba isinya. Tapi tak ada hal lain yang terjadi padaku. Hanya rasa nikmat dari eskrim berbagai rasa ini di lidahku.

Aku hanya ingin berpikir positif jika memang ada yang memperhatikan Heechan. Syukurlah jika ada yang mau membelikan eskrim ini. Setidaknya uang yang akan kupakai untuk membeli eskrim di kedai dapat aku simpan.

Oh astaga.. waktunya Heechan pulang.

Aku bergegas memasukkan kotak kotak eskrim ini ke kulkas. Membuang bekas bungkusan paket dan merapikan ruang keluarga.

Aku menyambar jaketku lalu keluar rumah. Berjalan sedikit tergesa, khawatir jika nanti aku kembali terlambat menjemputnya.

Kulihat dari kejahuan jika anak anak belum keluar dari kelas. Aku menghela napas pelan dan duduk di bangku di taman. Mengelap keringat ku dan menarik napas karena aku sedikit berlari untuk kesini.

"Permisi.. apa bangku ini kosong?" Aku terkejut dan mempersilahkan seorang wanita paruh baya duduk di samping ku.

"Kalau boleh tau kau ingin menjemput siapa?" Aku menoleh dan melihat jika wanita itu tersenyum pada ku.

"Heechan, Byun Heechan." Aku membalas balik senyumannya.

"Oh.. Heechan. Dia teman anak ku, Yoonji. Apa kau ibu nya? Seingatku dia selalu dijemput gadis bernama Luhan. Kau sangat muda jika sudah memiliki anak seumuran Heechan." Aku terkejut jika penilaian orang tentang penampilan ku seperti ibu untuk Heechan. Namun mungkin aku selama ini berperan sebagai ibu dan juga ayah untuk Heechan.

"Maaf nyonya, saya noona nya. Heechan adik saya." Nyonya tersebut juga terkejut mendengar penutiran ku.

"Omo.. maafkan aku. Astaga.. aku pikir kau ibunya, karena selama ini Heechan selalu di jemput Luhan." Aku hanya tersenyum pelan menanggapi omongan wanita ini. "Lalu kemana ibu mu? Aku ingin mengajaknya berkumpul di asosiasi orang tua murid."

"Orang tua kami sudah meninggal dua tahun lalu nyonya."

"Astaga.. aduuh.. aku minta maaf lagi sayang."

"Tidak apa-apa. Kami sudah merelakannya nyonya."

"Lalu sekarang kau sekarang kuliah dimana?"

"Aku bekerja nyonya. Hanya penjaga toko di ujung jalan ini. Aku memutuskan berhenti kuliah karena kedua orangtua ku meninggal."

"Apa itu cukup nak?"

"Hanya cukup untuk kebutuhan kami. Sekolah Heechan aku bergantung dari uang jaminan kedua orangtua ku."

"Semoga kalian selalu di beri kemudahan. Maafkan aku terlalu banyak bicara dan menyinggung perasaan mu."

"Tidak apa-apa nyonya."

"Berapa umurmu sekarang?"

"Tahun ini 23 tahun."

"Kau seumuran dengan adik ku ternyata. Dia baru saja menyelesaikan studi nya di luar negeri." Aku hanya tersenyum untuk menanggapinya.

Luar negeri?

Aku teringat seseorang jika menyangkut itu.

"Noona!" Suara Heechan menyapa ku. Dia berlari keluar kelas lalu menghampiri ku. "Noona noona, hari ini jadi makan eskrim kan?"

"Kau ingin makan eskrim? Eomma.. aku juga ingin makan eskrim." Ada seorang anak laki laki mendatangi kami dan merengek pada wanita paruh baya disebelahku.

"Bagaimana jika kamu mengajak Yoonji makan eskrim dirumah? Noona tadi membeli beberapa eskrim dan kita bisa menghiasnya sendiri."

"Apa boleh noona?" Aku mengangguk kearah Heechan. "Yeay.. Yoonji, ayo makan eskrim dirumah ku!"

"Apa boleh noona?" Aku hanya mengangguk tersenyum. "Eomma.. bolehkan.." Yoonji merengek pada ibunya.

"Boleh.. tapi Yoonji tidak boleh nakal. Karena eomma tidak bisa menemani Yoonji. Nanti eomma jemput." Heechan dan Yoonji sangat senang hingga mereka berpelukan. Wanita paruh baya itu menoleh kearah ku dan tersenyum. "Dimana rumah mu? Aku akan menjemputnya setelah makan siang, karena ada urusan di butik ku."

"Dua blok ke selatan dari sini nyonya , nomor 9."

"Baiklah.. aku pergi dulu. Tolong jaga Yoonji." Aku mengangguk dan berjalan kaearah mereka. Ibu Yoonji sudah berlalu dengan mobilnya pergi dari sekolah. Aku menggandeng Heechan dan Yoonji berjalan menuju rumah.

Sesampainya di rumah aku menyuruh Heechan bermain sebentar dengan Yoonji sebelum aku menata beberapa eskrim. Aku berjalan menuju dapur dan mengeluarkan kotak-kotak eskrim itu. Mengeluarkan beberapa mangkuk kecil dan kue kue serta hiasan eskrim. Aku memanggil Heechan dan Yoonji.

Kami menghias eskrim bersama. Lalu memakannya sambil menonton film. Di tengah film aku memutuskan untuk memasak makan siang. Hingga semua selesai dan aku kembali menuju ruang keluarga. Kulihat Heechan dan Yoonji masih asik di depan televisi. Mangkuk mangkuk bekas eskrim mereka aku ambil lalu mencucinya.

Dari dapur kudengar jika film itu selesai. Aku berjalan ke ruang keluarga untuk mengajak mereka makan siang.

"Noona.. masakan noona sangat enak. Seperti masakan samchon Yoonji."

"Benarkah.. kalau begitu habiskan ya." Yoonji mengangguk dan kembali memakan masakannya.

Ditengah makan, bel rumah ku berbunyi. Mungkin ibu Yoonji sudah menjemput. Aku menyuruh mereka berdua kembali makan selagi aku membukakan pintu.

Tetapi aku sedikit bingung karena bukan ibu Yoonji yang berdiri di depan pintu.

Tapi dia. Chanyeol.

"Apa Yoonji didalam? Aku samchon nya. Noona ku tidak bisa menjemput jadi dia menyuruhku." Aku mengangguk dan mempersilahkannya masuk. Aku berjalan ke ruang makan dan mengatakan pada Yoonji jika uncle nya yang menjemput.

"Benarkah noona? Samchon yang menjemputku?" Yoonji langsung turun dari kursi dan berjalan menuju ruang tamu. Aku dan Heechan mengikuti nya. "Samchon!" Yoonji berteriak lalu Chanyeol memeluknya. Dia juga memberi banyak kecupan pada Yoonji dan memeluknya.

"Samchon kenapa tadi tidak menjemputku?"

"Samchon banyak urusan tadi, tapi sekarang samchon kan yang menjemputmu."

"Samchon tau tidak, masakan noona nya Heechan seperti masakan samchon. Sangat enak."

"Benarkah?"

Yoonji mengangguk. "Eskrim yang noona buatkan juga lucu dan enak. Yoonji ingin lagi.."

"Maka dari itu main kerumah ku lagi Ji, kita akan membuat eskrim lagi." Itu Heechan yang menjawab.

"Benarkah?" Aku dan Heechan mengangguk. "Samchon samchon, boleh kan aku bermain ke rumah Heechan lagi?"

"Boleh, siapa yang melarang."

"Yeay.. kita akan bermain lagi Heechan." Yoonji terlihat sangat senang saat aku memperbolehkan dia berkunjung lagi.

"Baiklah. Kita harus pulang, halmeoni sudah mencari mu sayang."

"Bye bye Heechan.." Yoonji melambaikan tangannya dan masuk kedalam mobil. Aku dan Heechan juga melambaikan tangan di depan rumah kami hingga mobil itu berbelok di pertigaan.

"Noona.. samchonnya Yoonji tampan. Aku ingin seperti samchon itu." Aku hanya diam mendengar perkataan Heechan.

Apakah nasib ku akan diulang lagi? Merasa dicintai lalu dicampakkan lagi? Haruskah dia kembali? Haruskah karena Heechan dia datang lagi?

"Noona.. ada apa?" Aku tersentak saat Heechan menarik lenganku.

"Tidak apa-apa." Aku tersenyum, menutupi segala kekhawatiranku di depan Heechan. "Baiklah ayo masuk. Noona harus bekerja."

.

.

"Ini adikmu? Siapa namanya?" Chanyeol mencoba menggendong adikku yang baru dua minggu lahir. Aku tersenyum saat dia hati-hati menimang adikku.

"Heechan. Byun Heechan." Lalu Chanyeol duduk di ayunan yang ada di depan rumahku. Menyanyikan lagu lullaby untuk Heechan. Aku juga ikut duduk di samping Chanyeol, kepalaku kusenderkan pada bahunya. Ikut mendengarkan lullaby yang ia nyanyikan.

"Dia sangat tampan sayang. Ah.. aku merindukan keponakan ku." Aku tersenyum mendengar penuturan Chanyeol.

"Yoonji dan Heechan hampir bersamaan lahir ke dunia ini. Mungkin mereka bisa berteman."

"Mungkin. Apa aku harus membawa Yoonji bertemu Heechan?"

"Ajak Yoonji Chan.. aku ingin melihatnya.." rengekku pada Chanyeol.

"Baiklah sayang.. aku akan bertanya dulu pada noona." Lalu Chanyeol kembali mengusili Heechan. Tangan besarnya mengelus hidung mungil Heechan, membuat adikku sedikit menggeliat. Mata Heechan terbuka lalu mengerjap pelan. Mulut mungilnya tak sengaja menguap lebar mengundang tawa kami.

"Aku pikir dia lapar. Lihatlah dia mencoba menangkap jari ku." Chanyeol memainkan jarinya di depan mulut Heechan yang terbuka. Aku berdiri dan berjalan masuk rumah, membuatkan Heechan sebotol susu formula.

"Kenapa ibu mu tidak menyusui? Asi lebih baik dari susu ini."

"Sebelum ibu pergi dia tidak menyedot asi nya dulu." Chanyeol menerima botol susu Heechan dan mulai menyuapkannya. Heechan melahapnya dengan rakus membuat Chanyeo sedikit terpana. "Dia benar-benar lapar."

Hanya dalam hitungan menit botol susu itu habis tak bersisa. Chanyeol menyerahkan botol itu dan mulai menepuk pelan punggung Heechan. "Biar dia bersendawa, jika tidak dia akan memuntahkan susu nya." Tak lama sendawa itu keluar dari mulut Heechan dan membuat bayi kecil itu tersenyum. "Aihh lucunya adikku.." Chanyeol bertubi tubi memberikan ciuman pada Heechan. Aku tertawa kecil melihat interaksi ini. Tak kusangka Chanyeol bisa dekat dengan anak kecil.

"Kami pulang..." Itu suara orang tua ku. Aku berdiri menuju gerbang lalu menyambut mereka. "Oh ada Chanyeol.. kau sudah melihat Heechan?"

"Iya ayah.. dia sangat tampan." Ayah dan ibu tertawa sebentar lalu mengambil Heechan dari gendongan Chanyeol.

"Ayo masuk.. kita makan siang bersama."

Ibu ku selalu memasakkan makanan yang lezat jika Chanyeol berkunjung. Hingga Chanyeol kewalahan untuk menghabiskan semua karena ibu memaksanya. Kami semua ada di ruang makan dan suara piring beradu sendok menyatu dengan suara tawa kami. Heechan kembali terlelap di kasur dorongnya. Dia sama sekali tidak terganggu dengan suara kami.

"Chanyeol.. besok ayah akan dinas ke luar kota. Berkunjunglah kemari jaga Baekhyun dan Heechan." Tangan ku berhenti sejenak. Memikir kembali perkataan ayah.

"Aku dan Heechan? Lalu ibu?" Aku menatap ibu. Dia hanya tersenyum kearah ku.

"Ibu pasti ikut ayah. Kau lupa kebiasaan ayah saat dinas luar kota?"

"Tapi Heechan..."

"Heechan masih terlalu kecil untuk diajak bepergian. Kau tak perlu masuk sekolah. Biar ayah nanti yang mengijinkan. Setelah Chanyeol pulang sekolah dia akan menemani mu. Kau harus bisa menjaga Heechan, bagaimana jika kau punya anak nanti?"

"Ibu.. itu masih lama. Aku saja belum lulus sekolah."

"Tidak ada penolakan, nanti ayah akan membawakan mu dan Chanyeol oleh-oleh." Aku mendengus sebal. Tau begini aku tidak merengek meminta adik kepada ibu. Aku memakan makanan ku dengan cepat lalu pamit untuk kembali ke kamar.

Sampainya di kamar aku langsung menyembunyikan seluruh tubuh ku di balik selimut. Memikirkan kembali masa masa paling tidak enak yang pernah kualami saat mengurus Heechan. Apalagi bibi Lee sedang pulang kampung.

"Hei.." Ada tangan yang mengelus kepala ku. Dari suaranya ku kenal itu Chanyeol. Aku semakin menelusukkan kepalaku di balik selimut. "Sayang.. jangan seperti ini."

Aku tidak menjawab. Mencoba melepaskan rangkulan Chanyeol. "Kau bilang, kau ingin punya adik. Kenapa seperti ini? Ayah dan ibu hanya akan pergi dua hari. Kau pasti bisa menjaga Heechan."

"Ayolah Chan.. Heechan baru saja lahir! Kau kira aku tidak khawatir apa jika terjadi sesuatu pada Heechan karena aku!" Aku tidak keluar dari selimutku. Teriakanku jadi teredam oleh tebalnya selimut.

"Kan ada aku.. aku akan menginap nanti. Kita jaga Heechan bersama. Lagipula besoknya kan libur, karena ujian kakak kelas."

"Channn.. aku belum siap!" Chanyeol kembali mencoba membuka selimutku, tetapi masih aku tahan. Aku kesal padanya karena berpihak pada ibu dan ayah.

"Kau belum siap apalagi? Kulihat kau jago menjaga Heechan." Aku kembali tidak bersuara. "Baiklah.. bagaimana jika lotte world di hari libur?" Aku tidak bersuara namun di balik selimut ini aku menyimpan senyuman ku. Aku senang sekali jika Chanyeol mulai merayu ku. "Tiga kotak eskrim?" Penawaran ini cukup menggiurkan, namun aku masih tidak bersuara. Ayolah.. aku sedang diet saat ini. "Eskrim tidak mau?" Hanya diam yang aku lontarkan saat ini.

"Baiklah.. Piknik ke taman dan nasi goreng kimchi buatanku."

Nasi goreng kimchi buatan Chanyeol? Ah.. aku merindukan itu.

"Masih tidak memp-"

"Okeoke.. nasi goreng kimchi." Aku langsung membuka selimut ku dan duduk berhadapan dengan Chanyeol.

"Ish.. eskrim ditolak, tapi nasi goreng mau." Dia mencubit pipi ku gemas lalu tertawa pelan.

"Tiga kotak eskrim Chan! Apa kau bodoh? Itu akan menaikkan berat badanku, kan aku sedang diet!" Ups! Aku menutup mulutku tiba-tiba. Aku lupa kalau Chanyeol tidak tahu masalah ini. Dan parahnya, dia melarangku melakukan itu.

"Sejak kapan kau diet, hm?" Chanyeol menatap ku dengan tajam. Aku hanya berani menundukkan kepalaku. "Baekhyun.."

"Perutku membuncit Chan dan itu sangat jelek." Aku sangat tidak suka saat Chanyeol seperti ini. Dia benar-benar menyeramkan.

"Lalu kalau buncit apa masalahnya?"

"Chanyeol.. kau sangat kekar, badanmu bagus, dan kau terlihat seksi. Sedangkan aku, lihat pipi ku tambah tembam, perut ku juga membuncit, apalagi kaki ku.. uuh.. itu sangat buruk. Aku tidak mau jadi angka nol jika berdiri di sisi mu."

"Tapi aku suka kamu yang seperti ini Baek.."

"Ayolah Chan.. kau tidak akan merasakan apa yang kurasakan." Aku mengerucutkan bibirku. Tangan mungil ku bermain dengan selimut yang masih menutupi setengah badan ku.

"Baiklah jika kau diet. Mulai besok aku akan mulai menggemukkan badan ku. Biar sekalian aku tidak pantas untuk mu."

"Chan.."

"Baekhyun sudah berapa kali aku katakan hmm? Aku suka kamu apa ada nya. Kamu lupa, karena diet maag akut mu kambuh? Siapa yang bingung? Apa mereka yang mencemooh mu yang merawatmu? Aku Baek yang akan mengkhawatirkan mu."

Entah mengapa mata ku mulai mengabur dan tanganku terasa basah. "Maafkan aku." Aku langsung menagis dan menutupi muka ku. Tapi Chanyeol langsung meredam amarahnya, terbukti dia langsung memelukku dan mencium pucuk kepalaku.

"Jangan diet, kau bisa berolahraga. Setelah ayah dan ibu pulang, nanti kuajak ke tempat gym. Tapi tidak ada diet! Janji?" Aku hanya menganggukkan kepala ku di pelukan Chanyeol. Dia mengecup kepala ku lagi dan menepuk pelan punggungku. "Sudah.. jangan menangis lagi. Aku mencintai mu."

TBC/NEXT?

Helloo.. aku author baru disini,

Semoga suka ya buat ff ini..

Jangan lupa review..