A/N: Ini bukan beneran cerita. Ini hanya kumpulan ide-ide saya yang mungkin tidak akan pernah tertuang dalam cerita sesungguhnya *ea*

...iya, saya lagi WB aja, jadi kali ini gak bisa bikin cerita kayak biasa. Maaf ya, pembaca, tapi mending daripada saya gak publish apa-apa kan ya? ¯\_(ツ)_/¯ #ah gak juga #fanfiksi ini siapa juga yang baca

OXDXC

Assassination Classroom Idea Dump (ACID) by Nyx Keilantra

Ansatsu Kyoushitsu by Yuusei Matsui

Warning(s): Yaoi, mungkin OOC, cerita tidak berkesinambungan (?), etc.

OXDXC

The Way to a Man's Heart is Through His Stomach

Hari yang biasa saja. Asano Gakushuu, peringkat pertama, ketua OSIS SMP Kunugigaoka, sekaligus ketua grup F5—oh maaf, itu mah ada di drama Korea—maksudnya The Five Virtuoso yang memiliki anggota kelima peringkat teratas seantero sekolah mereka, kini tengah absen jam pelajaran ketiga dalam rangka menghadiri rapat dengan SMP tetangga.

Bus sekolah yang memboyongnya meluncur mulus di jalan kota. Asano—dengan ekspresi bagai bintang video klip lagu cinta—tanpa suara menatap keluar jendela, menyaksikan peristiwa demi peristiwa di luar sana. Ada pasangan kencan berdua, ada yang sedang marah-marah, bersimbah airmata... et dah, entah kenapa yang dilihatnya orang kencan semua. Valentine udah lama lewat, juga.

Ah, ternyata ada satu yang berbeda. Sesosok ibu yang menggandeng anaknya berbelanja. Tahu-tahu saja, Asano bernostalgia. Ia teringat mendiang sang bunda dan pesan terakhir yang dibisikkannya.

"Ingat ya, Shuu-chan, cara terbaik menggapai hati seorang pria adalah lewat perutnya."

Iya, Asano juga bingung kenapa dia yang jelas-jelas bukan anak wanita dipesani begitu oleh ibunya. Sempat ada niat meminta penjelasan dari sang ayah, tapi Asano gatal ingin menyemprot beliau pakai pengharum setrika melihat senyumannya, jadi niat itu terpaksa dibatalkannya.

Hhh... Kenapa ya ibu Asano memberikan pesan itu padanya? Masa sih ibunya udah tau dia humu pas masih duduk di kelas lima? Mimpi basah aja waktu itu belum kayaknya.

BRAGH!

Asano tersentak dari nostalgia, mendapati bus sekolah berhenti tiba-tiba. Pertanyaan 'ada apa' yang sudah di ujung lidah tertelan seketika saat matanya kembali fokus akan apa yang terjadi di luar sana.

Pemandangan sudah berubah. Tidak ada lagi cinta dan romansa. Genrenya kini action semua, yang mungkin akan berujung thriller atau tragedy kalau ada yang bawa-bawa celurit atau rantai ber-gear pula.

Yap, ada tawuran, saudara-saudara.

Asano menepuk dahinya, teringat akan peringatan bahwa sekolah yang hendak dikunjunginya memang sarat tawuran antar siswa.

Baru saja otak Asano hendak menyiapkan multiple choices untuk menentukan tindakan berikutnya, pintu bus dibuka paksa. Beberapa pelaku tawuran masuk dan melanjutkan berkelahi seenaknya—pakai acara naik-naik kursi dan meludah, pula! Asano yang sejak masih batita saja sudah dilatih tata krama tidak terima. Ia berdiri tegak, membuka suara, "Hei kalia-!"

"Diam aja lo sana!"

Dan menerima jotosan tepat di perutnya. Sebelum Asano pingsan—untungnya—kembali ke kursi berlapis busa, matanya masih menangkap helaian rambut merah dan mata merkuri berkilat marah.

Oh, dan otaknya masih sempat menyadari fakta bahwa di balik sakit memar perutnya, ada sesuatu yang berbeda terasa pula. Seperti ada kupu-kupu yang beterbangan di sana, atau sesuatu semacam itulah.

.

.

Firstborn

"Ada sesuatu yang Papa harus minta maafmu, Karma."

"Kulaporkan kau ke Komnas HAM sekarang juga, gurita."

"JANGAN, KARMA! ...dan panggil Papa, kenapaaa~!"

"KAU MENJUALKU KEPADA IBLIS TIDAK JELAS DARIMANA ASALNYA UNTUK REKUES FANFIC DAN MASIH PUNYA MUKA MINTA DIPANGGIL 'PAPA'?!"

"SETIDAKNYA DIA RAJA NERAKA LOH, KARMA! KAMU GAK AKAN SENGSARA JADI BUDAKNYA!"

"JADI TAKOYAKI SANA, GURITA!"

Hidup Akabane Karma selalu ajaib lagi tidak biasa—sebagian besar lantaran ayahnya yang Karma duga setidaknya separuh gila, karena pria dewasa macam apa yang bukan hanya rela, tapi dengan bahagia memakai kostum gurita kemana-mana?—tapi keajaiban itu naik sepuluh level ketika sang ayah memberitahunya:

"Setahun sebelum kamu dilahirkan ke dunia, Papa merekues fanfic pada author favorit Papa dengan janji Papa akan memberikan anak pertama Papa untuknya. Papa mengirimkan kontrak resmi juga untuk bercanda, soalnya Papa kelewat bahagia di-PM balik oleh author favorit Papa. Eh gak taunya dia bukan cuma beneran iblis tapi juga raja neraka... Dan ia sekarang ingin kamu tinggal dengannya di neraka."

Kurang ajaib apa, coba. Kalau saja portal ke dunia neraka tidak sudah terbuka di ruang keluarga, pasti Karma tidak akan percaya, dan justru akan menggeret sang ayah ke rumah sakit jiwa di benua Antartika supaya tidak mengganggu kehidupan Karma setelahnya.

Capek tau ga punya ayah hobi berkostum badut taman ria. Apalagi mengingat Karma punya reputasi jadi preman muda dan siswa tergahar seisi sekolah, bisa berabe kalau infotainment menguak fakta di balik kondisi keluarga seorang Karma.

(Bener-bener durhaka ini bocah, gak heran raja neraka aja sampai 'senang' dengannya.)

Anyway, di tengah pertikaian serunya dengan sang ayah yang menjerit-jerit bak banci lampu merah lantaran Karma membawa cabe rawit untuk diulek ke matanya, dari dalam portal terdengar sebuah suara.

"Akabane Karma?"

Seorang pria dengan tubuh supermodel yang tentunya pria juga, berbalut setelan jas merk ternama berbahan cashmere dan sutra, tidak lupa pin dasi bertahtakan permata dan jas tangan emas yang juga berhias permata. Rambut belah samping khas pria kaya di animanga berwarna jingga dengan warna mata serupa, diiringi seulas senyuman ramah pengundang curiga.

"Aku Asano Gakuhou, raja neraka," ujarnya mengenalkan diri seolah Karma tidak tengah ber-WTF ria meresponnya. "Senang sekali dapat bertemu denganmu di dunia nyata, Karma...

Kau milikku, dari detik ini juga."

Karma bertanya-tanya. Seandainya ia bisa selamat menjalani malam pertama dengan si raja neraka yang rupanya mengidap pedofilia, mungkin sebaiknya ia mengadakan acara tumpengan ganti nama. Atau kalau bisa, sekalian ganti orangtua juga.

Kalau gak bisa... Tetep lapor Komnas HAM ajalah.

.

.

Dragon-in-Distress

Sejak kecil, Nagisa punya banyak piaraan eksotis dan tidak biasa.

Dari bayi singa, macan dan puma, penyu dan kura-kura, buaya, monyet dan bahkan bayi gajah pula, semua karena sang bunda yang berprofesi sebagai dokter hewan untuk sebuah suaka margasatwa dan acapkali membawa pulang hewan-hewan yang membutuhkan perhatian khusus atau sejenisnya. Belum lagi bunglon dan ular serta berbagai reptilia lainnya yang memang favorit Nagisa, juga sebuah tangki berisi ubur-ubur dan (terduga) gurita.

Hobi Nagisa adalah duduk-duduk bercengkrama dengan si (terduga) gurita sambil menimang ularnya bagai boneka. Begitu saja cukup bagi Nagisa, karena dia jera diajak main rumah-rumahan atau masak-masakan dengan anak-anak tetangga yang perempuan semua.

Plis deh ah, penampilan Nagisa aja udah mirip mereka. Kalau body language dan apa-apanya ngikut mereka juga, ntar kan susah Nagisa mencari pendamping hidup waktu dewasa.

...canggih amat ini bocah, dari TK udah mikir sampe sana.

Singkatnya, teman-teman Nagisa hanyalah ular serta guritanya. Sampai suatu hari nan fatal dimana Nagisa—kini menginjak kelas tiga sekolah menengah pertama—dengan horor mendapati ularnya tercinta telah, entah bagaimana, kabur dari rumah dan berakhir mengenaskan terlindas truk sampah di jalan raya.

Astaga, saya sendiri saja jadi terenyuh mengingat ayam saya disembelih ayah. *seka airmata*

Yah, Nagisa juga tidak mau kalah dari saya. Ia pun banjir airmata. Ia sendiri yang menyemayamkan jenazah (?) ular kesayangannya, menyolatkan, menggali kubur, menurunkan jenazah, membacakan azan, memasangkan kayu nisan, menyiramkan air dan menaburkan kembang tujuh rupa. Ia bahkan sudah niat memakai hitam-hitam selama minimal setahun berikutnya, mengikuti tradisi berkabung zaman Victoria. Tapi karena terlalu panas di rumah dan koleksi bajunya rata-rata biru muda, niat itu dengan sangat terpaksa dibatalkannya.

Sejak kematian ularnya, Nagisa tidak bahagia. Makan ogah, tidur gak bisa, terkadang pas gak ngapa-ngapain mendadak bersimbah airmata, kayak yang meninggal itu pacarnya aja. Ibu Nagisa berusaha menghibur putra tunggalnya, tapi hanya mendapat hasil seadanya. Nagisa tetap sedih dan durjana.

Tapi sebulan setelah peristiwa naas itu tiba, Nagisa tergugah. Entah mendapat ilham darimana, tahu-tahu saja ia berkata pada sang bunda, "Ma, aku mau ke hutan nyari ular baru boleh ya, makasih Ma."

Padahal izin belum diturunkan dari atasan. Tapi ibu Nagisa memaklumkan. Beliau tahu benar, di luar ke...unikan yang selama ini ia tunjukkan, Nagisa adalah anak yang bijak dan tenang. Biarlah putranya itu senang—

"...Nagisa, itu anak manusia."

"Bukan, Ma," sangkal Nagisa, binar semangat di matanya. "Dia naga-yang-bisa-berubah-wujud-jadi-manusia. Namanya Karma!"

"Yang anakmu bawa ke sini secara paksa," sela Karma. "Dia gak tau legenda Jaka Tarub, apa?"

.

.

A/N: Oke, sebenarnya ide saya masih ada lagi beberapa—ini baru berapa, tiga? Berarti masih ada enam ide lain yang sudah ada, belum ditambah yang mungkin akan muncul nantinya tanpa diminta. Cuma karena ini sudah kepanjangan untuk idea dump... ¯\_(ツ)_/¯

Tapi seandainya salah satu dari tiga bukan-cerita di atas menarik minat anda, (mungkin) saya akan mencoba membuatnya. Tinggal review saja seperti biasa ;D