Kuroko no Basket © Fujimaki Tadatoshi

Summer, Basket, Tetsuya © Cake Factory

Alternate reality, bukan shounen-ai, no pairing

Enjoy!

#

Libur musim panas, SMP Teiko, dan basket. Tiga hal yang sudah tidak bisa dipisahkan dari kelima anggota reguler klub basket SMP Teiko. Tapi, meski tidak ada libur musim panas pun, sepertinya SMP Teiko sudah identik dengan basket karena Generasi Ajaibnya. Dan berhubung dua kata itu tidak enak dibaca, saya akan menggantinya dengan Kiseki no Sedai.

Libur musim panas kali ini, lima orang Kiseki no Sedai sedang melakukan hal yang tidak biasa. Tidak, mereka sedang tidak mencoba melakukan hal kriminal—seperti menculik anak orang atau mencoba jadi yankee—karena bosan dengan basket mereka yang tak terkalahkan itu. Tidak. Mereka tetap setia pada basket—kecuali Ahomine, uhm, maaf, Aomine—. Hanya saja mereka sekarang berada di lapangan basket di luar SMP Teiko.

Sang Kapten, Akashi, mengatakan kalau latihan kali ini diadakan di lapangan basket dekat taman. Dengan kata lain; outdoor.

Meski ini perintah Kapten, bukan berarti tidak ada yang protes. Mereka protes, tapi secara diam-diam. Salah satu orang yang ingin sekali membuat alasan supaya tidak datang latihan adalah Kise. Tapi setelah mengeluarkan 1001 alasan, Kise dengan berat hati datang ke lapangan basket dengan jaket dan celana training.

"Ryouta, lepas jaket dan trainingmu."

"Tidak mau, Akashicchi. Nanti kulitku jadi hitam."

"Terserah kalau kau ingin hanya wajahmu yang menjadi tan sementara bagian tubuhmu yang lain masih tetap putih."

"Kalau begitu aku akan pakai topeng!"

Mendengar kalimat Kise, Akashi hanya menyeringai. Dan adu mulut soal kulit itu masih berlanjut sementara mereka menunggu kedatangan Aomine. Sudah lebih dari 30 menit mereka menunggu kedatangan Aomine, tapi yang mereka tunggu tak kunjung datang. Mungkin Aomine harus memersiapkan diri saat berhadapan dengan Akashi saat ia datang nanti.

"Ne, Midorimacchi. Berbagi payung, dong," rayu Kise yang kini duduk di sebelah Midorima yang membawa payung kodok berwarna hijau.

"Tidak. Pergi kau. Aku tidak akan meminjamkan atau berbagi barang keberuntunganku untuk orang lain."

Kise merengut. Kemudian adu mulut kembali terjadi.

Tak berapa lama, Aomine akhirnya datang. Sang Ketua sudah siap dengan hukuman, sementara anggota yang lain siap menonton. Tapi itu tidak terjadi karena mereka melihat sosok kecil yang dibawa Aomine.

Suasana menjadi hening sesaat.

"… Kantor polisi? Di sini ada kasus penculikan anak—"

"OOOIIII! Aku bukan penculik anak!" teriak Aomine pada Kise yang sudah berbicara dengan teleponnya.

"Kalau bukan, lalu itu siapa?" tanya Kise setelah menutup teleponnya dan menunjuk pada anak kecil di sebelah Aomine.

"Uhm. Ini… Aomine Tetsuya."

Dan keadaan kembali hening.

Aomine kembali berteriak ketika melihat Kise dan Midorima mulai memencet beberapa tombol di ponsel mereka.

"Iya, iya! Dia bukan adikku! Tadi aku menemukannya di taman sebelah, sedang menangis sendirian. Kupikir sedang menunggu orang tuanya, makanya kuajak kemari."

"Sudah kuduga dia pasti bukan adikmu," komentar Midorima dan Akashi bersamaan yang kemudian dibalas teriakan Aomine untuk yang ketiga kalinya.

Akashi berdeham pelan dan menambahkan, "Baiklah, kumaafkan. Tapi porsi latihanmu kutambah, Daiki." Aomine melengos.

Setelah Aomine menyuruh Tetsuya duduk di bangku, beberapa orang mulai beranjak dari tempatnya untuk latihan. Kecuali satu orang yang masih ada di bangku; memegang ponsel dan bungkus snacknya.

"Atsushi, jangan hubungi polisi dan ayo latihan."


1. Prejudice

Yankee: preman

Saya nggak baca manganya Kurobas dan saya nekat bikin fanfic abal hanya berbekal pengetahuan(?) dari beberapa doujinshi yang saya baca.

Rencananya ini akan jadi kumpulan ficlet bersambung yang jumlahnya… rahasia. /dimasukin ke ring/ Yah, doakan saja saya sanggup namatin ini.

Review?

July, 31st 2012

Cake Factory