disclaimer: kagerou days © jin
peringatan: ga akurat, ooc;;;;, 100% AU
catatan: HAAAI ini pertama kali w gue w ngesot di fandom kagepro wwww jangan ww nodai aku wwww DAN YES ini udah lama sejak gue pake sudut pandang orang kedua (meskipun sebenarnya ga ada but yeah)


"Shintaro..."

"Shintaro..."

Bangunlah, dia memanggil-manggil namamu.

"Shintaro..? Shintaro!"

Kau masih menelungkupkan punggung telapak tanganmu di atas matamu, menghalangi sinar matahari yang menusuk tiap pori-porimu. Kautahu badanmu tak kuasa menahan hawa panas yang berlebih, tapi berpanas-panasan di luar lebih baik daripada berpanas-panasan di dalam...

...ketika menghadapi Ayano.

"Shintaro!"

Kau sedikit tersentak, ah, lihat wajahmu, merah padam.

"Shintaro, kaubilang kau nggak kuat panas? Kenapa ada di sini? Jam pelajaran sudah mau selesai! Kau belum menghabiskan bekal makan siangmu, 'kan? Ayolah, Momo membuatkannya untukmu!" Ayano menitah layaknya ibu yang perhatian.

Tapi kau berfantasi, bahwa Ayano yang mencemaskanmu seperti itu adalah sosok istri yang cantik dan memperhatik—

—uh oh. Shintaro kau pecundang.


Jingkatan oranye di langit kian padam, warna kemerahan bersatu dengan hitam bercampur bintang, pukul lima sore sudah lewat. Kau masih memejamkan mata, malu menghadapi seorang gadis. Malu menghadapi seorang gadis.

Aku menertawakanmu sekeras mungkin. Karena, bukankah kau, Shintaro, mampu menghadapi komputer hingga sehari penuh?

Kau masih bersembunyi dari realita dan bergelantungan dalam fantasimu, tak peduli sudah berapa kali Ayano memanggil namamu.

Tapi Ayano bukan gadis yang pantang menyerah.

Gadis itu berkutat di sampingmu, menungguimu; sahabatmu? Hingga nanti kau terbangun dan mau pulang bersamanya.

Ah, masa muda.

"Shintaro, kau mau menginap di sekolah, ya?" Ayano kembali membujuk.


Pada akhirnya kaulah yang menyerah, kau bangkit dan berlalu mendahului bahu Ayano. Membuat Ayano mengejarmu dari tangga atap, membuat suara langkah kakinya berderap di telingamu dan tak pernah padam dalam memori.

Kau memang laki-laki yang ditenggelamkan cinta.

Kau harus menunggu dan menunggu.

Kapan kalimat cinta itu terlontar dari bibirmu yang kering.

Kapan gadis dengan senyuman indah ini akan memelukmu ketika angin menggelitik.

Kapan—

Oh Shintaro, berhentilah berimajinasi dan katakan apa yang sudah kaulatih di cermin selama tiga bulan ini.

Kau mencintainya, 'kan?

...

Hening sejenak.

Kau membisikkan doa.


tirai takdirpun meletup