Protection Squad
.
Karena akhir-akhir ini Lai Guanlin gencar mendekati pemain keyboard kesayangan mereka Yoo Seonho, Klub Band pun geger dan mencari kebenarannya. Alibinya, menjaga Seonho dari bad influence.
Padahal, sih, salah satu dari mereka ada yang bantu nyomblangin.
[Lai Guanlin / Yoo Seonho – Produce 101 season 2 with many slight couple(s)]
.
Jihoon menatap tajam pemuda tinggi yang sedari tadi berdiri di depan ruang latihan band tanpa melakukan apapun.
"Kamu ngapain di sini, Dek? Nungguin siapa?" tanyanya dengan intonasi dibuat seramah mungkin, meski sebenarnya dongkol mengapa pemuda ini menghalangi pintu ruangan yang sudah ia anggap seperti rumah sendiri.
Pemuda itu menoleh, menampilkan wajah tampan yang disertai dengan kening lebar yang membuat Jihoon sedikit ciut. Sudah tinggi, tampan pula. Adik kelas ini pasti banyak penggemarnya. Ah, tetapi Jihoon pantang mundur. "Kak Jihoon, ya?" Jihoon mengangguk cepat. "Saya nunggu Seonho, Kak. Dia masih latihan, kan?"
Dan Jihoon langsung berpikir, "ini siapanya Seonho, ya? Perasaan dia nggak pernah bilang punya kakak laki-laki.". "Masih, kok, orangnya ada di dalam," jawab Jihoon. Begitu pemuda di hadapannya akan membuka mulutnya, Jihoon langsung menyela, "Kalau kamu mau minta izin buat Seonho untuk pulang duluan, nggak saya izinin. Masih ada sesi latihan intensif buat grup kami."
Pemuda asing itu langsung memasang muka datar sembari menyodorkan sebotol air mineral dingin ke arah Jihoon. "Enggak Kak, saya cuma mau nitipin air minumnya Seonho karena saya lihat tadi dia nggak bawa minum."
Malu, anjir.
Jihoon langsung merebut botol tersebut dan melengos pergi. "Ya sudah, nanti saya kasih ke orangnya."
.
"Seonho, dapet air minum dari cowok tinggi muka datar yang ngeselin banget di depan pintu."
Seonho yang sedang asyik mengatur-ngatur keyboard-nya pun langsung menoleh ke arah Jihoon. "Ha, siapa?" tanyanya dengan ekspresi polos yang membuat Jihoon malah semakin dongkol mengingat kejadian memalukan tadi. "Kakak ngasih aku air minum?"
Dengusan tawa terdengar dari balik drum, Justin ternyata pembuatnya. "Kak Jihoon mananya tinggi, Seonho-ya."
Jihoon langsung mengacungkan tangannya ke arah drummer di grup. "Pilih diam atau aku patahin stik drum kamu?"
Setelah Justin bungkam (meski masih dengan cengiran), Jihoon kembali menatap Seonho yang masih kebingungan. "Bukan aku, orang lain. Tinggi, rambutnya hitam, mukanya datar, kelakuannya ngeselin. Coba kamu intip sendiri dari pintu." Tanpa menunggu lama, Seonho langsung berlari ke pintu ruangan untuk melihat siapa yang dimaksud oleh Jihoon.
"Oh, Kak Guanlin!" serunya dengan nada riang, membuat Jihoon mengerutkan kening. Siapanya Seonho, sih, anak itu? "Kak Jihoon, aku boleh keluar sebentar untuk bilang terima kasih ke Kak Guanlin, nggak?"
"Ngapain, sih. Bilang terima kasihnya nanti aja, kali," dengus Jihoon, duduk di salah satu kursi dan mengambil gitar listrik yang menjadi spesialisasinya di band ini. "Tau sendiri, kan, aku ngelarang kalian semua keluar dari ruangan ini kalau lagi latihan intensif. Tadi kebetulan saja aku dipanggil Kepsek jadi harus keluar."
Seonho mengerjap polos. "Tapi Kak, Samuel, Kak Euiwoong sama Kak Daehwi tadi baru keluar. Mau cari makanan, Kak Euiwoong maag-nya kambuh katanya," ujar Seonho polos sambil menunjuk-nunjuk dua bass dan satu gitar akustik yang tak bertuan.
"Seonho ...," desis Justin kemudian menepuk keningnya, angkat tangan dengan kepolosan temannya yang luar biasa. "Kenapa dibilangin ke Kak Jihoon ..."
Jihoon hanya tersenyum sadis sebelum berseru, "Ya Tuhan, sejak kapan Euiwoong yang kerjaannya makan terus itu punya maag?!" Dan kemudian Ketua Klub Band itu langsung memetik-metik senar gitar listriknya dengan kasar sambil memasang wajah super kusut.
"Errr, Kak, jadi aku boleh nggak bilang 'terima kasih' sebentar ke Kak Guanlin?"
.
Samuel menoleh ke arah Seonho yang tengah membereskan isi tasnya. "Hari ini kamu pulang sama Kak Guanlin lagi?" tanya Samuel kepada temannya.
"Enggak tahu," jawab Seonho sambil mengangkat bahu. "Aku nggak ngobrol sama dia hari ini dan dia cuma ngasih aku air minum tadi. Aku enggak tahu Kak Guanlin ngajak aku bareng lagi atau enggak."
"Guanlin?" Euiwoong langsung nimbrung dengan kecepatan kilat. "Lai Guanlin yang asal Cina itu? Yang anak OSIS? Yang sekelas sama Daehwi?"
"Aku enggak sekelas sama Lai Guanlin, Euiwoong. Tapi kelasku sama dia memang sebelahan, sih," koreksi Daehwi lalu menyandarkan punggungnya di tembok. "Ada apa sama Guanlin memangnya?"
"Jadi gini, Kak. Akhir-akhir ini, Kak Guanlin sering ngajak pulang bareng Seonho," cerita Samuel, yang langsung dibuahi sikutan dari Seonho yang wajahnya memerah. "Lho, kenapa? Aku bener, kan, kamu memang sering pulang sama Kak Guanlin jadinya."
"Iya, sih, tapi itu kan karena disuruh eomma," erang Seonho lalu menutupi wajahnya sendiri dengan tangan. "Kak Guanlin ternyata tetanggaan sama aku, terus eomma-ku minta tolong eomma-nya Kak Guanlin agar aku pulangnya bareng sama Kak Guanlin aja. Eomma takut aku diculik, kata Kak Guanlin, sih, begitu."
Euiwoong dan Daehwi langsung tersedak air liur mereka sendiri, terbatuk kemudian membatin secara bersamaan, 'eh buset, siapa juga yang mau nyulik anak sebongsor Seonho.'. Benar-benar best friend goals.
"Kayaknya nggak ada penculik yang mau nyulik anak SMA setinggi kamu, deh," kata Samuel dengan ekspresi meragukan. "Kok eomma kamu jadi overprotektif gitu, sih?"
Bless Kim Samuel and his innocent soul.
.
Karena didorong oleh kesamaan nasib—sama-sama penasaran maksudnya, Lee Daehwi dan Lee Euiwoong memutuskan untuk mengamati gerak-gerik Yoo Seonho mulai sejak latihan band yang terakhir. Dan entah mengapa, Kim Samuel harus terbawa arus dua kakak kelas yang rempong ini.
"Kayaknya aku cuma ngajak Samuel, deh," gumam Daehwi ketika mendapati Justin dan Jihoon ikut duduk di mejanya saat jam makan siang di kantin. "Kok Justin ikutan, sih? Kak Jihoon juga, tumbenan deh mau duduk sama kita-kita, biasanya maunya sama Kak Jinyoung terus."
"Aku juga penasaran soalnya aku mergokin Seonho lagi balas chat dari Kak Guanlin tadi. Terus kata Samuel kalian juga penasaran, makanya aku ikutan, deh," jawab Justin lalu tersenyum lugu—yang Euiwoong berani sumpah itu palsu.
Ucapan Justin menambah kecurigaan mereka semua—pasti ini lebih dari sekitar 'tetangga yang dipaksa dekat karena eomma'. Justin mengedikkan kepalanya ke Jihoon yang tampak bersungut. "Kalau Kak Jihoon, sih, habis diduain Kak Jinyoung. Kak Jinyoung keasikan sama Kak Haknyeon, jadinya dia melipir ke sini."
"Siapa diduain siapa, nggak ada!" sahut Jihoon dengan sengit, membuat Justin langsung terkekeh. "Jinyoung cuma lagi dipanggil guru BK sama Haknyeon karena masalah terlambat minggu lalu. Haknyeon mana mau sama Jinyoung."
"Kak Jinyoung juga mana mau sama Kak Haknyeon, kan Kak Jinyoung cuma suka sama Kak Jihoon. Iya, kan?" Perkataan Samuel sukses membuat Jihoon merah padam lalu bergumam tidak jelas.
Daehwi berdecak sebelum ia memukul-mukul permukaan meja dengan pelan. "Hei, hei, lihat tuh! Seonho sudah keluar dari kelasnya dan menuju kantin!"
Semua mata di meja itu menoleh mengikuti arah pandang Daehwi dan menemukan pemuda SMA bermarga Yoo yang berjalan sendirian ke kantin. Ekspresi wajahnya datar tetapi mencerminkan kepolosan yang amat sangat dan ketika Seonho berhasil menemukan teman-temannya, ia langsung berlari ke arah mereka.
"Muel-ah, kenapa tidak menunggukuuu~? Guru Yeo meminta tolong padaku untuk mengoreksi tugas-tugas kelas kita dan kau meninggalkanku di kelas sendirian," rajuk Seonho sambil mengguncang-guncangkan bahu Samuel yang nyengir ke arahnya—jelas-jelas buta pada aura gelap yang menguar dari tubuh Daehwi. "Dan, oh! Tumben sekali Klub Band duduk semeja saat jam makan siang!"
Euiwoong menepuk dahinya sendiri. Bagaimana cara mereka untuk mencari tahu lebih soal hubungan Seonho dan Guanlin ketika Seonho-nya sendiri berada di dekat mereka?
Mulut Daehwi bergerak-gerak, mengatakan sesuatu tanpa suara. 'Ada Guanlin sedang mendekat, kita harus bersiap.'
Secara kompak, mereka berlima langsung mengambil alih tempat seluas yang mereka bisa agar tidak ada lapak tersisa. Jihoon merentangkan kedua tangannya dengan ekspresi wajah pegal, Justin mengangkat satu kakinya ke kursi dan berusaha meluruskannya, Euiwoong langsung mendorong bahu Daehwi seolah sedang perenggangan, Daehwi melebarkan kakinya lalu bergaya sesantai mungkin, dan Samuel yang kebingungan tetapi tetap meletakkan kedua tangannya dengan jarak lumayan di kursi.
"Tidak ada tempat lagi untukmu, Seonho-ya," ujar Euiwoong dengan senyum minta maaf, sesekali melirik Guanlin yang sudah sangat dekat dari mereka. "Hai Guanlin!"
Guanlin langsung menghentikan langkahnya. "Hai Euiwoong," sapanya dengan nada berat yang khas, kemudian menemukan Daehwi dan Seonho. "Hai juga Daehwi, Seonho."
"Kau mau ke mana?" tanya Daehwi sambil memasang manis. "Makan siang?"
Dan Guanlin mengangguk. "Hu-um," jawabnya lalu menoleh ke Seonho. "Kau sudah makan sian?"
"Beluuum, Samuel meninggalkanku di kelas sendirian." Seonho masih dalam mode merajuk ternyata. Guanlin mendelik ke arah Samuel, Samuel memilih untuk pura-pura tidak melihatnya. "Hyung sendiri sudah makan siang?"
"Belum," jawab Guanlin singkat. Ada hening mencekam di antara keduanya—begitu yang dirasakan oleh lima orang yang sibuk menguping.
'Rasa-rasanya, kok, kayak nungguin adegan klimaks FTV.' – Justin Huang, 16, diam-diam suka nimbrung ibu dan kakak perempuannya nonton TV.
"Uhuk." Jihoon tanpa sengaja terbatuk, membuat keempat mata teman-temannya (selain Seonho dan Guanlin, tentu saja) langsung memandangnya dengan keji—membuat satu-satunya anak kelas tiga di sana itu langsung nyengir minta maaf.
"Kamu mau makan siang sama aku?"
'AAA GILAK GILAK DIAJAK MAKAN BERDUA Samuel kapan ngajakin gue.' – Lee Daehwi, 17, keracunan novel teen-lit yang masih menunggu rasa cintanya dibalas oleh adik kelas berdarah Spanyol berinsial 'S' berakhiran 'amuel'.
"Beneran boleh, Kak?" tanya Seonho, berusaha menyakinkan tawaran Guanlin. Guanlin mengangguk dengan segera.
"Eits, tunggu!" Euiwoong mendadak berdiri dari kursinya, menatap Guanlin dengan kening berkerut. "Kamu tumben nggak makan siang bareng Dongbin, biasanya kan kamu selalu makan siang sam—asdfjknbcmx"
"Enggak usah dengerin Euiwoong ngomong apa ya, Dek." Jihoon langsung membekap mulut Euiwoong dan menyeretnya ke dekapan cinta (coret, maut) seorang Park Jihoon. "Seonho, hari ini kamu makan sama Guanlin dulu ya. Udah enggak ada space, Samuel nambah berat badan jadi makin gendut."
Dengan satu kedipan manis dari Jihoon, akhirnya Seonho mengekori Guanlin untuk makan siang sementara Samuel melontarkan protes, "kok aku yang kena sih, Kak?"
Bagaimana nasib Euiwoong?
Sedang berusaha mengumpulkan pasokan oksigen sebanyak-banyaknya akibat bekapan Jihoon yang benar-benar spesial.
.
Justin menabuh drumnya dengan asal-asalan. "Mau dilihat dari sisi manapun, aku yakin Kak Guanlin itu lagi PDKT sama Seonho."
Daehwi langsung melompat dari kursinya, menjentikan jarinya dan menunjuk Justin. "Aku juga yakin banget soal hal itu!" seru Daehwi, mengangkat tangannya untuk bertos ria dengan Justin yang disambut dengan senang hati oleh pemuda Cina tersebut. "Nggak mungkin Guanlin kelihatan serela itu buat ngurusin Seonho yang banyak omong dan kadang lola."
"Ucapanmu itu jahat, lho, Kak. Seonho itu anak yang baik," tegur Samuel yang sedang membersihkan gitarnya. "Aku kurang yakin soal itu. Mereka kayak kembar, mukanya mirip kalau dari jauh. Masa, sih, Kak Guanlin bisa suka sama Seonho?"
"Aku pernah baca artikel, katanya kalau orang yang mirip wajahnya itu bisa jadi jodoh," kata Daehwi dengan penuh antusias, membuat Jihoon memutar bola matanya.
"Palingan artikel ramalan zodiak di majalah ibumu yang kamu baca," gumam Jihoon yang disusul oleh dilemparnya botol minum ke arahnya oleh Daehwi, untung ia bisa menghindar dengan baik. "Ngomong-ngomong, aku punya teman yang dekat sama Guanlin karena sama-sama anak basket. Namanya Park Woojin, aku meminta kesediaannya untuk bergabung."
"Kak Woojin, kan, tetanggaku!" Daehwi kembali berseru. "Kok, Kak Jihoon bisa kenal Kak Woojin?"
Jihoon kembali memutar bola matanya sebelum tersenyum. "Kami sekelas, sekelompok, seurut nomor absen. Bagaimana tidak bisa kenal?" Kemudian Jihoon bangkit berdiri. "Seonho dan Euiwoong belum datang latihan juga. Mereka tidak biasanya telat sampai lima belas menit seperti ini."
"Ralat, Kak, Seonho tidak biasanya telat," koreksi Justin, kembali menabuh drumnya dengan asal. "Kalau Kak Euiwoong, mah, biasa banget telat. Yang nyari makan dulu, nyari cemilan, nyari ganjelan perut, banyak alasannya."
"Aku dengar, lho, aku sedang dibicarakan." Suara Euiwoong terdengar dari pintu ruangan. Tak lama berselang, munculah pemuda tersebut dengan tangan membawa sekantung makanan. "Aku beli makanan juga buat kalian semua, aku selalu membaginya."
"Iya, iya," kata Samuel, dengan antusias mengambil kantung makanan itu dari tangan Euiwoong dan memeriksa isinya. "Terima kasih, Kak Euiwoong. Aku ambil biskuitnya, ya."
"Iya, ambil saja. Aku sengaja beli itu buat kamu, Muel," ujar Euiwoong, duduk di samping Daehwi dan menyandarkan kepalanya ke sobat karibnya. "Aku punya kabar baik dan kabar buruk. Mau dengar yang mana dulu?"
"Kabar baik!" Justin menyahut dari ujung ruangan. Euiwoong bergumam.
"Kabar baik, sepertinya ya, Guanlin memang sedang PDKT dengan Seonho. Masih dalam pengamatan mataku saja, sih. Tapi aku sangat yakin sampai terasa mustahil jika mereka tidak PDKT, meski belum ada bukti nyata," papar Euiwoong sambil mengelus dagunya. "Kita harus tetap mengumpulkan data-data."
"Itu malah terdengar seperti kabar buruk bagiku," gumam Jihoon kemudian bertanya, "lalu yang buruk?"
Euiwoong bangkit dari posisi duduknya. "SEONHO ADA DI LAPANGAN BASKET DETIK INI JUGA UNTUK MENONTON GUANLIN LATIHAN! DIA SENDIRI TIDAK LATIHAN!"
Kalau tidak ada sangkut-pautnya dengan band, Jihoon sudah benar-benar mencekik Euiwoong agar tewas di tempat saat itu juga. Namun ini menyangkut klubnya. Menyangkut bandnya. Menyangkut rasa kekeluargaannya.
Yang dilakukan Lai Guanlin jelas-jelas di luar protokol Klub Band. Seonho tidak mungkin melanggarnya jika tidak terbujuk rayu maut Guanlin.
"DASAR JIDAT LEBAR!"
.
"He is a bad influence, a really bad influence, give me back my pure innocent Yoo Seonho."
Kalimat itu sudah diucapkan Daehwi secara berulang-ulang bagaikan rapalan mantra, bisa dikatakan ini mantra tersendiri untuk mengusir Lai Guanlin dari lingkungan Yoo Seonho. Samuel yang berjongkok di sebelah Daehwi hanya bisa bertingkah pura-pura tidak mendengar.
Berjongkok?
Ya, kelimanya kini sedang berjongkok di pinggir tribun lapangan indoor sekolah mereka yang sekarang tengah digunakan klub basket untuk latihan. Untunglah, otak Jihoon dan Justin berjalan sehingga mereka berdua membawa tas agar terlihat lebih seperti sekumpulan remaja yang berusaha mengerjakan PR bersama ketimbang sekumpulan pemuda aneh biang gosip yang penasaran dengan hubungan kedua temannya.
Di ujung tribun sana, ada Seonho yang duduk diam dengan manis sambil memandang sesi latihan klub basket. Dia duduk di salah satu kursi kayu, di sebelahnya ada satu tas olahraga, kakinya sengaja ia ayun-ayunkan karena bosan tetapi bibirnya tetap membentuk senyum kecil.
"Bagaimana bisa anak setinggi seratus tujuh puluh delapan senti bisa tetap terlihat sangat imut?" tanya Jihoon tanpa dirinya sadari.
Baru beberapa saat berselang, seorang pemuda yang mereka ketahui bernama Lai Guanlin mendekat ke arah Seonho. Mereka berdua berbicara seiring Guanlin mengambil sesuatu dari tas yang berada di samping Seonho, tas itu milik Guanlin rupanya. Guanlin menyodorkan sebuah ponsel warna metalik ke Seonho, tetapi Seonho tampak menolaknya dengan gelengan kuat.
"Mereka sedang jual beli ponsel?" tanya Euiwoong, tidak nyambung. Tidak ada yang meladeninya.
Percakapan Guanlin dan Seonho terasa sangat lama. Mata Guanlin seperti memancarkan sesuatu yang lembut ke arah Seonho yang dibalas dengan aura polos Seonho. Ini membuat Samuel merasa tertular virus melankolis Daehwi dan Euiwoong.
"Fix," kata Justin pada akhirnya, mengejutkan empat orang lainnya. "Mereka udah jadian. Fix banget, Kak Guanlin klepek-klepek sama Seonho dan Seonho juga suka balik sama Kak Guanlin."
Sejak kapan Justin Huang menjadi anak alay?
.
Park Woojin menatap datar kepada lima orang yang sedang mengelilinginya seakan ia adalah terdakwa gila yang harus diadili secepatnya. Pemuda itu menghela napas, lalu mulai angkat bicara,
"Aku seriusan tidak tahu soal hubungan Guanlin dan adik kelas yang ia bawa kemarin saat latihan. Kami sempat meledekinya, tetapi Guanlin tampak biasa saja. Emm, tidak juga, sih. Aku melihatnya merona. Tapi dia tidak mengatakan sesuatu apapun soal hubungan percintaan." Woojin membentuk tanda V dengan jarinya. "Guanlin pernah bertanya padaku bagaimana cara menyatakan perasaan."
Euiwoong langsung memajukan wajahnya ke Woojin, membuat murid kelas tiga itu memundurkan badannya. "Lalu bagaimana jawabanmu, Kak?"
Woojin mengerjap. "Aku tidak menjawab karena aku tidak pernah menyatakan perasaanku pada orang, oke? Ini memang memalukan, tetapi aku tidak pernah pacaran," jawab Woojin, menggaruk tengkuknya sendiri setelah mengatakan sesuatu yang memalukan baginya. "Dan Guanlin bertanya lagi padaku, 'apa baiknya aku menembak langsung?' dan aku jawab ya."
Jarak wajah Euiwoong dan Woojin semakin dekat, kening Euiwoong sudah benar-benar mengerut sempurna. "Tanpa pengalaman percintaan tetapi bisa-bisanya memberi saran orang?" Euiwoong tampak tidak percaya. "Bagaimana bisa?"
Dan Woojin tersenyum cerah hampir menyilaukan. "Aku banyak mengetahuinya dari anime yang kutonton dan manga yang kubaca."
Sejak saat itu, Jihoon memutuskan untuk tidak sekelompok lagi dengan Woojin dan Daehwi akan berpura-pura tidak mengenali Woojin saat mereka berpas-pasan di area rumah karena tidak mau tertular menjadi wibu.[]
.
End 1 of 2
.
A/N : Ini twoshoot kok, kalau responnya baik aku akan upload final chapter besok atau nggak Kamis. Ngomong-ngomong, bagaimana dengan plot anak band!AU ? Inspired by fact that Seonho pernah jadi ketua klub band pas masih SMP, terus dia keahliannya main piano—Seonho as keyboard why not?
Daehwi vokalis ya, meski part-time ngejreng bass. Jihoon part-time rapper, dan dia ketua klub ini. Gak ngerti kenapa drummernya Justin, aku pikir dia bakal cool af kalau udah nabok drum. FYI, 99 liners dan 00 liner di sini seangkatan ya.
Fact #1 : Seonho lahir tanggal 28 Januari 2002.
Fact #2 : Daehwi pernah tinggal di US 6 tahun.
Make 'Kakak' ternyata enak juga, nggak perlu nge-italic kata 'hyung'. Katrok gila ini fanfic, semoga ada yang mau baca.
Mind to review? XD
