Chapter One

Natsume's Life

Gelap

Dingin

Aku ada di mana?

Apa tidak ada seseorang yang mau mengulurkan tangannya padaku?

Aku tersesat dalam labirin pikiranku

Berusaha mencari jalan keluar dari takdir tak berujung ini

Berusaha menghapus kenangan masa lalu

Berusaha melindungi semua orang yang kucintai

Aku…

Lelah

Pikiranku tersumbat

Hatiku tersiksa

Batinku merana

Tapi aku sudah terjebak

Terjebak selamanya…

***

"Namaku Mikan Sakura." Anak baru itu tersenyum manis. Aku tidak mengacuhkannya. Dia tidak penting, pikirku. Hanya tambahan satu jiwa lagi di akademi ini. Hanya tambahan satu masalah lagi. Bahkan ketika anak baru itu duduk tepat di sebelahku, aku merasa tidak perlu repot-repot berkenalan dengannya. Memangnya siapa dia ini?

"Kau Natsume?" aku mendengar anak baru itu berkata. Aku tetap tidak mengacuhkannya.

"Maaf, kau Natsume?" anak baru itu mengulangi. Aku berlagak sibuk membaca komik yang ada di tanganku, tapi diam-diam meliriknya. Anak ini manis. Rambut cokelatnya dikuncir dua, matanya berbinar-binar, dan wajahnya dipenuhi gairah hidup. Orang yang sangat tidak cocok berteman denganku. Sebaiknya dia kusingkirkan dari hidupku sesegera mungkin.

"Jangan dekat-dekat," aku mendengar suaraku menggeram, "dasar bodoh!"

Anak baru itu tampak kaget. Matanya yang berwarna cokelat gelap menatapku dengan sedih. Hei, hentikan. Jangan menatapku seperti itu!

Untungnya anak itu segera memalingkan wajahnya. Aku pun kembali tenggelam dalam pikiranku, mencoba mencari jawaban dari labirin tak berujung di dalam kepalaku. Hanya kali ini, renunganku sedikit terusik ketika mendengar anak baru itu terisak.

***

Anak baru itu benar-benar bodoh. Orang bodoh dari yang terbodoh. Baru beberapa hari dia pindah ke akademi ini, tapi dia sudah mendapat peringkat nothing star. Tapi aku heran, dia tetap tersenyum dan menghadapi hidupnya dengan ceria. Benar-benar anak yang aneh. Seaneh alice yang dimilikinya, nullification. Hei, tunggu sebentar. Mau apa anak baru itu berjalan ke arahku? Berbaliklah! Jangan dekati duniaku, bodoh…

"Hai, Natsume," anak baru itu kelihatan gelisah, tapi matanya memandangku dengan berani. "Kau mau ikut kami bermain dodge ball?"

"Tidak," jawabku dingin.

"Kau yakin?"

"Pergi kau, bodoh!"

"Jangan menyebutku bodoh!" Dia berkacak pinggang, matanya melotot.

Aku terkejut. Anak baru itu melawanku!

"Aku tidak mau bermain," kataku sambil berjalan menjauhinya. "Aku… sedang tidak ingin bermain." Aku kaget mendengar jawaban yang terlontar dari mulutku. Kenapa aku malah menghindar, dan bukannya menghadapi dia secara langsung seperti yang biasanya kulakukan pada orang lain? Apa karena aku merasa tidak bisa melakukan hal itu padanya? Entahlah. Barangkali aku tahu, aku tidak akan menang melawannya…

Sore itu aku menghabiskan waktu melihat anak-anak kelasku bermain dodge ball di lapangan. Dari jendela aku melihat anak baru itu berteriak-teriak gembira, matanya berbinar, dan rambutnya berkilauan tertimpa cahaya matahari sore. Manis.

***

Lambat laun perasaan aneh mulai berkembang di hatiku. Ini semua gara-gara anak baru itu! Dia nekat menerobos kegelapan di dalam duniaku, mengabaikan semua aksi penolakanku, dan sekarang dia hampir mendobrak tembok pertahananku yang paling kuat! Gila. Anak baru itu, bukan, kurasa aku akan memanggilnya Mikan mulai sekarang… Yah, Mikan tidak memedulikan semua peringatan orang lain tentang betapa berbahayanya aku. Tapi aku tahu, aku tidak bisa membiarkan hal ini terjadi terus. Aku… harus menyingkirkannya.

"Natsume!" Mikan memanggilku. Dia melambai-lambaikan komik kesukaanku, edisi terbaru. Darimana dia tahu? "Natsume, ayo kita membacanya bersama-sama!" Aku tertegun. Apa yang barusan dia katakan? Bersama-sama?

"Ayo, Natsume!" Mikan memanggilku lagi. Matanya menatapku dengan bersemangat.

Perlahan, sangat perlahan, aku mendekatinya. Aku melangkahkan kakiku ke dunianya. Jantungku berdebar kencang. Seperti inikah rasanya berada di dunianya? Aku menghampirinya, dan dia mendudukkanku di kursi sebelahnya. Anak-anak lain mengelilingi kami. Mikan tertawa, anak-anak itu tertawa, dan akhirnya, aku tertawa. Aku merasa sangat nyaman. Seperti inikah dunianya? Begitu nyaman, berkilauan, dan hangat…

Aku menyukainya.

***

Secercah harapan menyelinap

Seberkas cahaya keemasan mulai tampak

Kegelapan di dasar hatiku menipis

Jawaban yang kucari selama ini hampir kutemukan

Bisakah aku keluar dari labirin kegelapan ini?

Bisakah aku melupakan semua kenangan masa laluku?

Tapi…

Akankah cahaya itu terus abadi?

To be continued


Yaayyyy!!! Fanfic pertamaku buat Gakuen Alice akhirnya jadi juga!

Chapter kedua bakal diambil dari sudut pandangnya Mikan, jadi nggak terlalu suram...

Review ya!