Sleep With the Devil (KookV version)
Story by Santhy Agatha
Rated : M
Main cast :
Kim Taehyung as Lana
Jeon Jungkook as Mikail Reveno
Warning : YAOI, M-preg, typo(s).
Taehyung = bicara dalam hati
...
a/n : Seperti yang tertera di atas, semua isi cerita ini adalah milik kak Santhy Agatha. Saya hanya meremake cerita ini dengan tambahan/pengurangan beberapa kata agar lebih cocok dengan tema yaoi-nya. Mohon maaf kalau ada beberapa kata yang tidak teredit. Intinya, saya cuma mau memuaskan para KookV shipper yang barangkali ingin membaca remake novel ini versi KookV-nya.
...
"Kau Adalah Kelemahanku." –Jeon Jungkook.
BAB 1
Suasana yang hingar bingar membuat Taehyung mengeryitkan matanya. Ia tidak suka suasana ramai dan menyesakkan seperti ini. Ia merindukan kamarnya, kamar tenang dan damai, tempat ia bisa duduk dan membaca sambil mendengarkan musik sayup-sayup. Tapi musik yang sangat keras ini hampir melampaui batas toleransinya, ingin rasanya ia pergi dari tempat ini, tapi ia tidak bisa. Lelaki itu, lelaki jahat itu, menurut sumber yang ia dengar, bahwa lelaki itu akan datang ke tempat ini beberapa saat lagi.
Taehyung mencoba menarik turun rok hitam pendeknya yang mulai terasa tidak nyaman. Seragam waitress ini amat sangat tidak nyaman, dengan model bagian atasnya yang sangat ketat dan rok yang sangat pendek, Taehyung seperti dipaksa menyamar menjadi orang yang tidak dikenalnya. Tetapi bukankah itu memang tujuannya? Ia tidak ingin lelaki itu mengenalnya, meskipun hal itu sepertinya tidak perlu ditakutkannya.
Mereka hanya pernah bertemu satu kali, pada pertemuan singkat yang tak disengaja, saat lelaki itu menemui ayahnya di ruang kerjanya. Saat itu penampilan Taehyung tidak seperti sekarang, ia sudah pasti mengenakan pakaian biasa yang tidak menutupi identitasnya sebagai seorang lelaki, bukan pakaian menjijikan yang membuatnya repot seperti ini.
Taehyung mengernyitkan matanya lagi, Aku benar-benar berpenampilan seperti perempuan murahan, desahnya.
Suara berisik dari arah pintu masuk mengalihkan perhatian Taehyung, matanya mencari-cari dan itu dia! Lelaki itu ada disana, dengan kedatangannya yang begitu heboh dikelilingi banyak sekali bodyguard berbadan kekar. Tanpa sadar Taehyung mendengus, yah karena dia lelaki jahat yang suka menyakiti orang, dia pasti punya banyak musuh yang ingin membunuhnya.
Dengan penasaran Taehyung menjinjitkan kakinya, berusaha melihat dengan jelas sosok lelaki itu, Jeon Jungkook. Sosok yang ditakuti dalam dunia bisnis karena tidak segan-segan menggilas siapapun yang menghalangi jalannya. Siapapun yang berani melawan Jeon Jungkook, akan berakhir dalam tragedi. Seperti ayahnya, seperti seluruh keluarganya. Desah Taehyung pahit.
Dulu keluarga Taehyung adalah keluarga berada, ayahnya merupakan seorang pengusaha sukses di bidang elektronik. Perusahan cabang mereka sudah tersebar di beberapa kota bahkan sudah sampai ke luar negeri, dan mereka sangat kaya. Bagi Taehyung, keluarga mereka adalah keluarga bahagia, meskipun ibunya adalah wanita lemah yang sakit-sakitan, tapi selain itu dia adalah ibu yang sempurna.
Pikiran Taehyung menerawang disaat-saat bahagia itu, saat ia, ayahnya dan ibunya berkumpul bersama di meja makan, menyantap sarapan pagi bersama ayah dan ibunya yang penuh cinta. Ayahnya akan bercerita tentang pengalaman-pengalaman dalam perjalanan bisnisnya, dan ibunya akan menatap sang ayah dengan tatapan memuja. Semua terasa begitu bahagia, semua terasa begitu sempurna.
Sampai kemudian Jeon Jungkook datang ke dalam kehidupan mereka. Jeon Jungkook tertarik dengan perkembangan pesat bisnis ayah Taehyung dan berpikiran untuk menjalin suatu hubungan kerjasama. Pada awalnya, ayahnya tidak tertarik, dia sudah cukup puas dengan bisnis yang dijalankannya sendiri. Tapi Jungkook tidak menyerah, dengan berbagai cara ia berusaha mendekati ayahnya. Dan entah kenapa ayahnya akhirnya menyerah ke dalam kuasa Jeon Jungkook, ke dalam kuasa iblis kegelapan yang ketika mencengkeram tidak akan melepaskannya lagi.
Jungkook menghancurkan keluarganya secara harfiah, entah kenapa kepemilikan ayahnya atas bisnis itu dimentahkan begitu saja, semuanya diambil oleh Jungkook dan dikendalikan di bawah tangannya. Ayahnya tidak punya hak apa-apa lagi selain jatah bulanan untuknya dan keluarganya.
Keluarga Taehyung jatuh miskin seketika. Rumah mewah mereka disita paksa, mereka harus pindah ke rumah mungil sederhana. Mereka berusaha memenuhi kebutuhan sendiri, tanpa pelayan-pelayan yang biasanya selalu siap sedia melayani kebutuhan mereka.
Taehyung kuat menanggung itu semua, tetapi ibunya tidak. Ibunya sedari kecil terbiasa bergelimang kekayaan, seperti putri raja. Sampai menikah dengan ayahnyapun, ayahnya terbiasa memperlakukannya seperti Ratu dengan banyak pelayan yang mengelilinginya. Ibunya sudah hancur ketika dipaksa memasak sendiri dengan tangannya yang rapuh dan tidak terampil itu, karena dia tidak pernah memasak seumur hidupnya. Dan semakin hancur ketika mereka semakin miskin, semakin menderita. Akhirnya penderitaan itu tak tertanggungkan lagi bagi ibunya, dia mulai sakit-sakitan, semakin kurus, semakin sering menangis di malam-malam sepi. Lalu suatu pagi, ibunya meninggal begitu saja.
Taehyung masih ingat ketika ia berdiri di samping ayahnya yang membeku menatap wajah ibunya yang kurus dan pucat. Ekspresinya seperti tertidur, dan merasa sedih karena menyadari kenyataan bahwa ibunya mungkin lebih bahagia sekarang setelah meninggal dunia.
Sepeninggal ibunya, ayahnya hancur. Hancur total. Dia mulai mabuk-mabukan, kadang berteriak-teriak dan menangis sendirian di malam-malam sepi. Hingga pada suatu hari, ayahnya mengendarai mobil mereka, satu-satunya harta mereka yang masih tersisa, dan menabrakkan diri pada tembok pembatas jalan hingga mobil itu terguling beberapa kali.
Ayahnya tewas seketika di tempat. Polisi mengatakan bahwa kandungan alkohol dalam darah ayahnya sangat tinggi, hingga dapat dikatakan, ayahnya-lah yang membunuh dirinya sendiri.
Taehyung menjadi sebatang kara dan rasa dendam yang terpendam dalam hatinya makin menyeruak setelah kematian kedua orang tuanya. Semua ini berakar dari Jeon Jungkook. Sejak lelaki itu muncul di keluarganya, semuanya hancur dan musnah. Taehyung harus membalas dendam, dengan cara apapun, untuk membalaskan kesedihan ibunya, dan kematian sia-sia ayahnya.
Sejak saat itu, ia menyelidiki semua hal tentang Jeon Jungkook, dimana dia tinggal, bagaimana jadwalnya, apa kesukaannya. Semua informasi itu dikumpulkannya baik-baik dan disusunnya. Ketika Taehyung mendapat informasi, bahwa Jungkook sering menghabiskan waktunya dengan kekasih-kekasihnya di klub kelas atas ini, Klub Azalea. Tanpa pikir panjang, Taehyung meninggalkan pekerjaannya sebagai guru di taman kanak-kanak, pindah dari tempat tinggalnya dan melamar sebagai waitress di sini.
Semua butuh pengorbanan, Taehyung menyadari bahwa pembalasan dendam butuh pengorbanan besar. Seperti ketika ia harus berdandan sebagai wanita murahan dengan rok mini dan baju seksi. Kadang malam demi malam harus menahan diri dari siksaan kegaduhan dan hingar bingar musik, ataupun harus menahan hati karena banyaknya lelaki-lelaki genit yang selalu berpikir bahwa ia pelacur yang bisa dibeli. Semua butuh pengorbanan, mahal harganya. Tapi Taehyung merasa itu akan sebanding dengan kepuasan yang akan ia dapatkan nanti. Kepuasan untuk membunuh lelaki itu dalam siksaan menyakitkan, seperti yang dilakukan lelaki itu pada ayah dan ibunya.
Ia sudah mengoleskan racun yang tidak akan terdeteksi, di dasar gelas yang sudah disiapkan khusus untuk Jeon Jungkook malam ini. Jeon Jungkook tidak mau menggunakan gelas yang sama dengan orang lain. Gelasnya ekslusif, khusus hanya dipakai oleh dirinya, dan tadi siang ketika berpura-pura membersihkan bar, Taehyung menyelinap ke tempat penyimpanan khusus itu dan mengoleskan racun yang tidak terdeteksi ke gelas tersebut. Seteguk saja minuman dari gelas yg sudah diolesi racun itu ditelan oleh Jeon Jungkook, maka seluruh dendamnya akan terbalaskan.
Jeon Jungkook merasa muram malam ini. Entah kenapa, ia sedang ingin menghajar seseorang, atau kalau perlu, membunuh seseorang. Malam ini ia datang ke klub bukan untuk bersenang-senang, tetapi untuk mencari masalah. Dengan dikelilingi para bodyguard yang selalu siap menjaganya, meskipun sebenarnya tidak perlu, karena Jungkook menguasai beberapa keahlian bela diri. Tetapi ketika kau punya uang banyak, memang lebih baik jika kau membiarkan orang lain melakukan segala sesuatunya untukmu.
Pemilik klub sendiri yang menyambutnya. Tentu saja, mengingat betapa besar hutangnya kepada Jungkook. Dengan tergopoh-gopoh lelaki gendut itu menggiringnya ke kursi VIP terbaik.
"Anda bisa memilih siapapun untuk menemani Anda," gumam si pemilik klub dengan nada menjilat.
Jungkook menatap ke sekeliling dengan tak berminat, menatap semua perempuan di sana yang hampir seperti semut mengelilinginya, dengan tatapan berharap untuk dipilih. Terlalu murahan, gumamnya dalam hati. Semua manusia di dunia ini murahan dan penjilat.
Jungkook memutuskan tidak memilih siapapun, ketika tatapan matanya terpaku pada perempuan itu. Perempuan yang tampak salah tempat di klub malam mewah ini. Mengenakan baju luar biasa seksi, tetapi tampak tidak nyaman didalamnya.
Tanpa sadar seulas senyum jahat muncul di bibirnya, "Aku mau dia," gumamnya sambil menunjuk perempuan itu.
"Aku mau dia."
Kalimat itu diucapkan dengan nada malas yang tenang, tetapi gaungnya terdengar ke seluruh ruangan. Entah kenapa suasana hiruk pikuk itu menjadi hening. Dan Taehyung merasakan semua tatapan tertuju padanya. Pada dirinya yang sedang bersandar di meja bar, sibuk dengan pikirannya sendiri.
Dengan gugup Taehyung menegakkan tubuhnya, berusaha membalas tatapan mata semua orang, lalu matanya terpaku pada mata itu. Mata cokelat pucat sehingga nyaris bening, menyebabkan pupil matanya tampak begitu hitam dan tajam.
"Cepat kesana. Dia menginginkanmu," sang bartender yang berdiri di belakangnya berbisik kepadanya, seolah takut kalau Taehyung tidak cepat-cepat menuruti keinginan Jungkook, akan berakibat fatal.
Taehyung mengernyit pada Jungkook, mencoba menantang mata laki-laki itu, yang masih menatapnya dengan begitu tajam tanpa ekspresi.
"Apakah... apakah..." Taehyung berdehem karena suaranya begitu serak, "Apakah Anda ingin dibawakan minuman?"
Jungkook hanya menatapnya beberapa saat yang menegangkan, lalu menganggukkan kepalanya.
"Bawakan satu, minumanku yang biasa."
Secepat kilat sang bartender meracik minuman kesukaan Jungkook, minuman yang biasa. Tangan Taehyung gemetar ketika menerima nampan minuman itu. Sedikit lagi Taehyung... gumamnya, mencoba menyemangati dirinya sendiri. Sedikit lagi semua dendammu akan terbalaskan... sedikit lagi...
Taehyung mengucapkan kata-kata itu bagaikan doa, dengan langkah gemetar ia mendekati Jungkook yang duduk bagaikan sang raja, menunggunya.
Diletakkannya gelas itu di meja depan Jungkook. Semoga kau lekas meminumnya dan lekas mati. Doa Taehyung dalam hati.
Tetapi sepertinya Tuhan masih menginginkan Jungkook tetap hidup, karena lelaki itu terlihat tidak tertarik untuk menyentuh minumannya. Matanya malahan tertuju pada Taehyung dan memandangnya tajam.
"Duduk," Jungkook menjentikkan jarinya. Melirik tempat di sebelahnya.
Sekujur tubuh Taehyung mengejang menerima perintah yang begitu arogan. Tanpa sadar matanya memancarkan kebencian, siapa lelaki ini berani-beraninya memerintahnya seperti ini?
Ketika Taehyung termenung, seorang waitress lain dengan gugup mendorongnya supaya duduk, menuruti permintaan Jungkook. Sehingga dengan terpaksa Taehyung duduk di sebelah Jungkook.
"Siapa namamu?" Jungkook menatap tajam ke arah Taehyung, sama sekali tidak melirik gelas minuman di mejanya.
Taehyung sudah siap dengan pertanyaan ini, nama samarannya, "Tae Eun," jawabnya kaku.
Jungkook mengernyit menatapnya dengan seksama, lalu jemari panjang itu tiba-tiba terulur dan menarik dagu Taehyung mendekat, supaya ia bisa mengamati wajah Taehyung dengan cermat.
"Aku tidak pernah melihat wajahmu sebelumnya di sini."
"Eh... dia... dia pegawai baru kami, tuan, maafkan ketidaksopanannya, saya belum pernah mengajarinya bagaimana cara membawakan minuman untuk tamu sepenting Anda," sang pemilik klub menyela dengan gugup. Wajahnya tampak cemas melihat Taehyung melayani tamu pentingnya dengan setengah hati. Dengan pandangan memarahi dia memperingatkan Taehyung, "Ayo Tae Eun, perkenalkan dirimu kepada Tuan Jeon, Tuan Jeon telah memilihmu untuk menjadi pelayan minumannya. Itu merupakan suatu kehormatan untukmu, harusnya kau berterima kasih."
Perintah itu membuat Taehyung menegakkan dagunya dengan angkuh, "Saya sudah memperkenalkan diri saya, dan saya sudah membawakan minuman untuk Tuan Jeon yang terhormat, karena itu saya akan pergi," jawab Taehyung ketus, sambil beranjak dari tempat duduknya, toh misinya sudah tercapai. Gelas minuman beracun itu sudah ada di meja Jungkook, dan sebentar lagi Jungkook akan mati karena sesak napas.
Tetapi sebelum Taehyung sempat berdiri, Jungkook meraih jemarinya dan menariknya kencang, supaya terduduk lagi. Kali ini tepat di pangkuan Jungkook.
"Apa... apaan..." Suaranya terhenti ketika bibir yang keras dan dingin itu tiba-tiba melumat bibirnya. Taehyung memberontak ketika menyadari bahwa Jungkook sedang memagut bibirnya dengan ciuman yang basah dan panas.
Ciuman itu sungguh tak sopan karena bibir dingin Jungkook tanpa permisi langsung memagut bibirnya, melumatnya tanpa ditahan-tahan. Lidahnya langsung menyeruak masuk merasakan keseluruhan diri Taehyung, menghisapnya, menikmatinya, dan menggilasnya tanpa ampun.
Sekujur tubuh Taehyung terasa terbakar, panas karena amarah dan demam kerena gairah. Lelaki ini sudah jelas-jelas sangat ahli ketika mencumbu perempuan, sehingga Taehyung yang belum berpengalamanpun terbawa oleh gairahnya, mengalahkan kebenciannya. Tetapi pikiran bahwa lelaki ini telah memanfaatkan begitu banyak wanita demi memuaskan rasa arogan dan kekuasaannya membuat Taehyung merasa muak. Dan tiba-tiba muncul kekuatan dari dalam dirinya untuk mendorong laki-laki itu menjauh dan meninjunya sekuat tenaga.
DUAKK!
Suasana di klub itu menjadi sangat hening. Luar biasa hening. Bahkan musik yang hiruk pikuk itupun terhenti karena semua orang berhenti melakukan aktivitasnya dan menatap ke arah Taehyung, yang berdiri dengan terengah-engah berhadapan dengan Jungkook yang membatu duduk di sofa VIP-nya.
Sedetik kemudian, sebuah tangan kasar mencengkeram lengan Taehyung. Begitu menyakitkan hingga membuat Taehyung menjerit.
"Kurang ajar kau! berani-beraninya memukul Tuan Jeon!" teriak sebuah suara berat dan kasar. Taehyung menoleh dan mendapati dirinya ditelikung oleh lelaki berbadan besar yang sepertinya salah satu bodyguard Jungkook.
Lengan lelaki itu yang besar dan kuat menahannya sampai tangannya terasa kaku dan sakit. Tapi Taehyung tidak menyerah, ia meronta sekuat tenaga, mencakar, dan menggigit lengan yang tetap terasa sekeras batu itu. Napasnya terengah-engah dan wajahnya merah padam menahan amarah dan rasa malu karena sebagai laki-laki kekuatannya begitu tak berdaya menahan dominasi kekuatan laki-laki lain.
"Lepaskan dia," suara dingin Jungkook terdengar di keheningan.
Orang-orang masih diam menunggu, memusatkan perhatian kepada apa yang akan dilakukan lelaki yang terkenal luar biasa kejam itu pada perempuan yang berani meninjunya.
Seketika itu juga, bodyguard Jungkook yang berbadan kekar melepaskan Taehyung, membuatnya hampir terjatuh karena kelelahan meronta-ronta.
Mereka berdiri berhadap-hadapan di bawah tatapan mata banyak orang yang menanti. Jungkook masih berdiri dengan wajah dingin tak berekspresi sambil mengusap pipinya, bekas tinjuan Taehyung.
"Berapa hargamu?" suara Jungkook terdengar tenang dan dingin.
Mata Taehyung membelalak, harga? Apa yang dibicarakan lelaki ini? Matanya melirik ke gelas minuman Jungkook yang sudah diracuninya di meja. Semuanya berantakan, serunya, menahan kekesalan pada dirinya sendiri. Semua gara-gara ia yang tidak bisa menahan kebenciannya. Seharusnya ketika Jungkook melecehkannya ia bisa menahan diri dan berpura-pura menjadi perempuan gampangan, seharusnya ia mau berkorban menahan perasaannya. Setidaknya ketika ia menurut, Jungkook mungkin akan merasa senang dan lengah, lalu meminum minumannya itu dan mati.
Tetapi sekarang semua sudah terlambat, Jungkook tampak tidak tertarik lagi pada minumannya dan malah tertarik sepenuhnya kepada Taehyung. Lagipula Taehyung tidak bisa berpura-pura menyukai Jungkook, kebenciannya terlalu dalam pada lelaki itu.
Irene, primadona di bar ini mendekati Jungkook dengan tatapan merayu. Ialah yang biasanya dipilih Jungkook untuk menemani lelaki itu minum ketika Jungkook berkunjung, dan sekarang hatinya dipenuhi kecemburuan karena Jungkook tampak begitu tertarik kepada anak baru itu. Padahal kalau dilihat dari kecantikannya, anak baru itu jauh lebih jelek daripada dirinya.
"Sudahlah Jungkook-a," Irene menyentuhkan tangannya di kerah baju Jungkook, "Perempuan jelek itu tidak akan bisa memuaskanmu, lebih baik biarkan aku yang menemani—aduhhh!"
Irene mengaduh karena Jungkook merenggut tangannya yang meraba kerah baju Jungkook. Jemari Jungkook mencengkeramnya dengan kekuatan tak ditahan-tahan lagi, menyakitinya hingga terasa menusuk ke tulang.
"Menyingkir," gumam Jungkook dengan tatapan membunuh pada Irene, lalu menghempaskan tangan Irene dengan kasar sehingga tubuh Irene terdorong menjauh. Sambil meringis menahan nyeri dan kesakitan Irene buru-buru menjauh.
"Nah," Jungkook memusatkan mata dinginnya kembali ke Taehyung, "Katakan berapa hargamu, dan aku akan membayarnya."
Aku harus memiliki laki-laki ini. Jungkook memutuskan dalam hati. Aku harus memilikinya segera.
Tuhan tahu ia sudah berusaha menyelamatkan lelaki ini. Tetapi entah kenapa lelaki satu ini memiliki tekad yang kuat untuk mencelakainya, hingga lupa bahwa dia sudah menantang lelaki paling berbahaya.
Mata Jungkook melirik gelas yang diletakkan Taehyung di mejanya, ia tahu kalau ia diracuni. Taehyung terlalu tidak berpengalaman dalam usaha pertamanya membunuh orang. Tangannya gemetaran dan matanya gugup, berkali-kali melirik ke gelas minuman itu. Dan juga nama palsu yang menggelikan itu.
Taehyung bahkan tidak menyadari bahwa penyamarannya sudah terbongkar sejak awal.
Sebenarnya tadi Jungkook memutuskan untuk menertawakan Taehyung diam-diam, dengan pura-pura akan meminum minuman beracun itu. Tapi bibir ranum itu, dan penampilan Taehyung yang luar biasa seksi memunculkan sisi iblis dalam dirinya, sisi iblis yang kehausan.
Mungkin sudah waktunya lelaki yang satu ini menerima pelajaran atas kenekatannya.
Taehyung tertegun marah mendengar pelecehan Jungkook atas dirinya. Berapa harganya? Hah! Dia pikir dia raja yang bisa membeli apa saja yang dia mau?
Lelaki iblis ini harus diajari, bahwa meskipun banyak orang yang bertekuk lutut di kakinya dan memohon-mohon untuk dimilikinya, ada orang yang tidak sudi disentuh olehnya.
Dengan marah Taehyung mendongakkan dagunya menantang Jungkook.
"Saya lebih memilih mati daripada menjual diri kepada Anda," gumamnya kasar.
Suara di seluruh klub itu langsung dipenuhi dengungan gelisah menanti reaksi Jungkook.
Tidak disangka-sangka Jungkook tersenyum. Lalu melirik ke arah bodyguardnya, "Tidak ada sesuatupun yang bisa menolak kalau aku ingin memilikinya," gumamnya datar dan memberikan isyarat tangannya kepada para bodyguardnya.
Semuanya berlangsung cepat; Taehyung tidak sempat lari ataupun panik, karena tiba-tiba bodyguard Jungkook yang berbadan paling besar, merenggutnya kasar, mengangkatnya, lalu membantingnya di pundaknya seperti sekarung beras.
Sekejap dipenuhi rasa pusing karena posisi kepalanya dibalik mendadak, Taehyung tersadar bahwa ia sudah diangkat keluar dari kelab itu. Sekuat tenaga Taehyung mencoba meronta.
Tangannya memukul-mukul punggung bodyguard itu dan kakinya menendang-nendang keras sambil berteriak-teriak menahan marah dan frustasi. Tetapi tubuh bodyguard itu sekeras batu, tidak bereaksi atas rontaan Taehyung.
Percuma meminta tolong, karena Taehyung yakin tidak akan ada yang berani menolongnya. Semua pengunjung klub yang pengecut itu hanya menatap kejadian di depan mereka dengan muka bodohnya. Sang pemilik klub masih memandang takjub Jungkook yang melenggang dengan santai meninggalkan ruangan dengan Taehyung yang meronta-ronta dan menjerit-jerit dalam gendongan bodyguardnya.
Sesampainya di tempat parkir Taehyung diturunkan. Sedetik setelah ia diturunkan, Taehyung berlari sekuat tenaga berusaha menjauh. Tetapi baru beberapa langkah, tangan sekeras batu itu menangkapnya lagi.
Taehyung meronta tapi tak bisa berontak, dengan frustasi ia menggigit sekuat tenaga tangan yang mendekapnya itu. Sang bodyguard mengaduh sambil mengumpat-umpat, sedangkan Jungkook hanya menatap kegaduhan di depannya sambil terkekeh geli.
Taehyung mencoba berontak, menggigit, dan menendang sampai kelelahan. Ia menatap Jungkook terengah-engah dengan pandangan penuh kebencian, masih dalam cengkeraman kuat tangan bodyguard Jungkook.
Jungkook membalas tatapannya dengan senyum manis yang jahat, "kalau kau berjanji mau bersikap baik, mungkin aku akan menawarimu tempat yang nyaman, di sebelahku di dalam mobil."
"Mati saja kau!" sembur Taehyung penuh kemarahan.
Jungkook terkekeh lagi, "oke, kau yang minta," dengan isyarat anggukan kepala, Jungkook memberi perintah pada para bodyguardnya, "masukkan dia ke bagasi."
*TBC*
Mind to review?
Akan dilanjutkan kalau ada yang minat. Dan kalau ada mungkin akan update seminggu sekali atau tiga hari sekali, atau mungkin bisa lama, tergantung keadaan saya.
Saya tidak tahu sebelum ini apakah sudah ada yang ngerimake novel ini versi KookV juga yang di upload ke ffn, jadi kalau ada yang tahu tolong beri tahu saya, agar saya akan langsung menghapus FF ini. Sekian dan terima kasih! Tolong reviewnya ya, readers sekalian!
