Blue Daffodil
.
.
.
Present
A Naruto FanFic..
My first SasuSaku Fiction
'I hate you, Baka Kaichou!'
All Naruto story and charas belong to Masashi Kishimoto.
Story of I hate you, baka kaichou! belong to Me, and My Imagination.
Genre: Romance/Humor
Rate: Teen.
Pair: SasuSaku, NaruHina, SasuHina.
Warning: Alternate Universe, Out Of Character, Original Character, (miss)Typo, Hate/Love, etc..
(Italic & Bold) Inner Sakura.
This chapter all Haruno Sakura Point Of View.
RnR, CnC, and FLAME* Allowed (*syarat dan ketentuan berlaku)
I Hate You, Baka Kaichou!
Chapter One~I hate You!~
Konoha International Senior High School.
Konoha International Senior High School, merupakan sekolah yang terkenal di Konoha. Hanya para siswa-siswi yang beruntung dan pintar saja yang bisa masuk ke sekolah ini. Termasuk aku, salah satu siswi yang-entah kenapa-populer disekolah ini. Aku melangkahkan kakiku masuk kedalam sekolah. Saat digerbang terdengar sapaan dari banyak siswi kepadaku.
"Ohayou, Sakura-kun!" panggil seorang siswi kepadaku. Aku hanya tersenyum.. dan.. ia histeris?
Hai, namaku Haruno Sakura. Aku perempuan—Kutegaskan sekali lagi, aku PE-REM-PU-AN!. Entah sejak kapan nama panggilanku menjadi 'Sakura-kun' dan siswi-siswi selalu histeris ketika melihatku berlatih atau tersenyum. Aku merupakan seorang kapten klub basket wanita disekolah ini. Bernama High Jump!. Dibalik kepopuleranku disekolah ini, aku memiliki seorang musuh disekolah ini. Dia...
"KYAAA! Kaichou~!"
Ugh.. baru saja ingin kuberi tahu, orangnya sudah datang. Ya.. Orang yang kubenci adalah dia.. seorang ketua OSIS di sekolah ini. Kepopulerannya melebihi kepopuleranku disekolah ini. Pria yang memiliki style rambut yang langka dan tidak masuk akal. Pria yang sebenarnya irit kata, namun jika didepan FGnya jadi gombal. Pria yang sebenarnya dingin, jadi hangat didepan FGnya. Pria yang anti senyum namun dapat tersenyum didepan FGnya. Singkatnya dia Penipu!.
Ah, dia melihat kearahku, mulutnya bergerak seperti bicara sesuatu. O-ha-yo-ba-ka-ch-er-ry..
OHAYOU, BAKA CHERRY!
Sial masih pagi saja sudah bikin kesel. Aku memalingkan wajahku darinya dan berjalan menuju Genkan* yang sudah dipenuhi siswa-siswi lainnya. Saat sedikit jauh darinya, aku melihat kearahnya, kebetulan ia sedang melihat kearahku. Aku menggerakkan mulutku seolah bicara namun tanpa suara.
Ohayou, Aho Chikenbutt!
Kulihat wajahnya sedikit memerah menahan amarah. Aku tersenyum mengejeknya dan kembali berjalan menuju Genkan. Dilorong-lorong sekolah banyak siswi yang menyapaku. Aku hanya membalasnya dengan 'Ohayou,' dan senyuman, namun dapat membuat siswi histeris karenanya. Oh.. Kami-sama aku masih normal.
Greeek..
Kebisingan ruang kelasku langsung terdengar ketika aku membuka pintu kelas. Aku menghela nafas sebentar lalu berjalan kearah bangkuku. Baru saja aku duduk dibangku, tiga siswi berjalan mendekat kearahku.
"Ohayou, Sakura-kun!" "Ohayou, Taichou!" "Ohayou, Forehead!".
"Ohayou, Tenten, Temari, Pig," balasku malas. Mereka menatapku heran. Mereka menarik bangku terdekat lalu duduk disekitar mejaku. Aku menatap mereka malas.
"Pasti tentang ketua OSIS lagi ya?" tanya Tenten. Aku menyangga wajahku ditanganku, lalu mengangguk pelan. "Kau aneh ya, Sakura," ujar Temari. Ino, Tenten dan aku menatapnya heran.
"Hey! Jangan memandangku seperti itu," ucap Temari gusar, lalu ia menghela nafas. "Maksudku, kau aneh Sakura, padahal Ketua OSIS itu baik keren, populer,kaya, pintar, benar-benar seseorang yang tanpa kelemahan, tapi kenapa kau sampai membencinya seperti itu?" tanya Temari, Ino dan Tenten menatapku penasaran. Aku menghela nafas lalu memandang mereka.
"Tidak, aku malas," ujarku sembari menatap keluar jendela.
"Nanti, Lunch Time, aku akan mentraktirmu di kantin," bujuk Temari, aku menatapnya.
"Dengan Jus Strawberry?" tanyaku. Ia mengangguk mantap. Aku tersenyum lalu menatap ketiga gadis dihadapanku.
"Hum.. baiklah.. aku akan menceritakannya hanya pada kalian.. jadi.."
.
.
FLASHBACK ON
"HARUNO SAKURA BANGUN!" teriak seorang wanita paruh baya sembari mendobrak pintu kamarku kasar. Aku terlonjat kaget dan menatap wanita itu.
"Ada apa, Kaa-san?" tanyaku malas. Wanita itu—Ibuku menatapku kesal.
"Lihat sekarang jam berapa!" perintahnya, aku menatap jam kecil disebelah tempat tidurku dengan malas. 6.50 A.M.
Satu detik berlalu.
Aku terdiam menatap jam dengan mata sayu.
Tiga detik berlalu.
Aku berbalik, kembali tidur; Ibu menatapku Horror.
Lima detik berlalu.
Aku terduduk diatas ranjangku.
Enam detik berlalu.
Aku menatap Jam kecil itu tak percaya.
Tujuh detik berlalu.
"GYAAA! TELAT!" aku langsung melompat dari tempat tidur dan langsung berlari kekamar mandi. Lima menit setelah aku selesai mandi dan berpakaian aku langsung berlari menuju Sekolah.
"Hosh.. Hosh.. a-akhirnya s-sampai juga~," aku bersender pada pagar gerbang sembari mengatur nafas. Aku berjalan sendirian menuju gedung kesenian, untuk mendengarkan sambutan dari kepala sekolah, dan ketua OSIS.
"Kyaaa! Siapa dia? Keren banget!" tiba-tiba terdengar suara histeris siswi-siswi. Aku melihat apa yang mereka lihat sampai mereka teriak seperti itu.
Seorang siswa terlihat masuk ke pekarangan sekolah, mungkin dia satu atau dua tahun lebih tua dariku. Ia memiliki rambut berwarna hitam dengan style 'pantat ayam', ia juga memiliki iris mata onyx. Diwajahnya terlihat senyuman ramah. Aku terpesona olehnya—
—hanya untuk sesaat. Saat aku masih melihatnya, tiba-tiba pandangan dan senyumannya berubah menjadi merendahkan dan meremehkan. Perasaan terpesona berubah menjadi penasaran, eh?
'Pemberitahuan, bagi murid baru segera berkumpul di gedung kesenian, acara pembukaan akan segera dimulai, sekian, Terima kasih,' suara yang berasal dari speaker sekolah membuatku sadar dari keherananku, lalu aku melangkahkan kakiku menuju ruang kesenian.
Suara bising langsung terdengar ketika aku membuka pintu ruang kesenian. Aku menghela nafas lalu mencari bangku yang kosong.
Bersamaan saat aku duduk di bangku yang kosong, acara dimulai. Seluruh murid langsung terdiam dan menatap kepanggung. Acara dimulai dari pembukaan kepala sekolah, lalu diakhiri pembukaan ketua OSIS. Saat ketua OSIS memberikan pembukaan ruangan ini langsung riuh dengan suara siswi-siswi yang memujinya. Tak lama setelah itu pembukaan yang diberikan oleh ketua OSIS selesai dan seluruh murid tahun ajaran baru diperbolehkan untuk pulang. Aku melihat banyak siswi-siswi dipintu masuk ruang kesenian ini sedang berkumpul seperti sedang menggerumuti sesuatu.
Terlihat sang ketua OSIS sedang tersenyum kepada siswi-siswi yang mengerumuninya, lalu ia pergi keluar sendirian.
Kemana dia pergi? Pikirku penasaran. Aku yang memang sejak awal penasaran dengannya mengikutinya pergi. Bak seorang penguntit profesional (?) aku mengikutinya dengan lincah dan tanpa ketahuan, hingga sampai ke belakang ruang kesenian yang banyak ditumbuhi pohon sakura.
"Huahahahahaha!" tiba-tiba saja dia tertawa. Aku bergidik ngeri mendengar ia tertawa tiba-tiba.
Hii~, jangan-jangan dia gila,
Aku menghela nafas pelan, lalu melangkahkan kakiku menjauhi tempat itu.
"Dasar perempuan bodoh!"
Tep..
Langkahku terhenti ketika mendengar suaranya. Aku berbalik dan kembali ke tempat tadi aku mengintipnya—dibalik pohon sakura, dan menajamkan pendengaranku.
"Dasar perempuan itu sama saja bodoh dan tak berguna," ujarnya entah kepada siapa. Mataku terbelak kaget.
"Perempuan merepotkan, Bodoh dan tak berguna, kalian benar-benar sudah masuk kedalam My Trap, kalian sudah terperangkap oleh pesonaku, dasar Sampah!" makinya.
Deg!
Mataku terbelak kaget, wajahku memerah menahan marah, tanganku terkepal kuat ingin menghajarnya. Aku yang merasa kaumku dimakinya langsung keluar dari persembunyianku.
"Hum, lebih baik aku menggunakan perempuan itu un—," ucapannya terhenti dan menatapku kaget.
Plok.. Plok.. Plok..
Aku keluar dari tempat persembunyian dengan senyum diwajahku dan tanganku bertepuk berulang kali—bertepuk tangan.
"Bravo!" ucapku sembari berjalan mendekatinya. Ia terdiam ditempat dengan menatapku tak percaya, kaget dan marah?
"Dari kapan kau ada disini?" tanyanya tenang, namun matanya masih menatapku tak percaya. Aku memperlebar senyumanku.
"Kau sangat mudahya menipu para Fans barumu itu, Ah, tentu saja aku yang dari lahir dilahirkan sebagai seorang perempuan tersinggung mendengar kau mengatakan kalau perempuan adalah Sampah! Hum, gimana ya.. reaksi para FG-mu jika mengetahui ini?" tanyaku tanpa menjawab pertanyaannya, seringai terlihat jelas diwajahku ketika melihat matanya sedikit terbelak kaget.
Aku yakin setelah ini dia pasti akan keta—
Mataku lagi-lagi terbelak melihat kelakuannya. Dugaanku salah besar, kupikir ia akan ketakutan ketika mendengar ucapanku ternyata..
Ia tersenyum, menatapku rendah dan menyilangkan tangan didepan dada.
"Coba saja, kau kira mereka akan percaya, eh? Bahkan kau`pun tak punya bukti atas hal ini kan?" ujarnya merendahkan. Aku terdiam, ingin rasanya aku membalasnya, namun aku Kalah telak! Aku tak punya bukti atas hal ini! Shit!
Aku menatapnya penuh amarah, ia menatapku rendah. Amarah meluap-luap ingin dikeluarkan, taganku terkepal kuat.
Shut—aku mencoba memukul wajahnya, namun..
Set—ia menangkap tanganku dengan mudahnya. Ia tersenyum mengejek kearahku. Aku menatapnya kesal.
DUAGH!—ia lengah, aku memukul perutnya dengan tanganku satu lagi. Ia melepaskan tanganku dan merintih. Kini giliranku menatap rendah dan tersenyum mengejeknya.
"Gimana rasanya, eh?" ejekku. Ia menatapku, kemarahan terlihat jelas di mata onyxnya, lalu ia berdiri normal. Aku menyiapkan kuda-kuda—takut-takut ia ingin membalasku—. Ia berjalan menjauhiku. Saat sedikit jauh dariku ia menatapku dan.. menyeringai?
"Ini bukan apa-apa bagiku, dan kau ingin memberi tahu tentang semua ini kepada mereka, eh?" tanyanya sembari menghadapku. Aku tak menjawab, hanya terdiam menatapnya.
"Coba saja, mereka hanya Sampah mereka tak akan mungkin mempercayaimu, mereka sudah masuk kedalam perangkapku, mereka tak akan mungkin percaya padamu, Baka Cherry!" ujarnya sembari mengarahkan kepalan tangannya dengan ibu jari mengarah keatas**, namun perlahan ia menggerakkan tangannya sehingga ibu jari menghadap kebawah**, berarti 'Loser'. Lalu ia pergi meninggalkanku.
DUAK!—aku meninju dinding disampingku keras hingga sedikit remuk(!). Aku menatapnya yang menjauh dariku dengan pandangan kesal.
"KUSO! DASAR AHO CHIKENBUTT!"
KAMI-SAMA AKU INGIN SEKALI MENGHAJARNYA!
FLASHBACK END
.
.
"Jadi gitu ceritanya, Tenten, Temari, Ino," Jelasku, ketiga gadis itu menatapku tak percaya.
"BOHONG!" tuduh Ino sembari menunjuk kearahku. Aku menatap Ino kesal.
"Tidak, aku tidak bohong!" ucapku, Ino menarik tangannya dari depan wajahku.
"Aku sih percaya sama Taichou, namun apa benar sifat Sasuke seperti itu?" tanya Temari.
"Yah, seperti yang tadi aku ceritakan, aku tak mempunyai bukti yang kuat tentang sifatnya yang seperti itu," jawabku.
"Hum.. jadi itu penyebab kau selama ini selalu membencinya dan bersaing dengannya?" tanya Tenten, aku mengangguk.
"Tapi.. aku sih tak perduli dengan sifatnya," ujar Tenten. Aku menatapnya heran.
"Aku 'kan bukan Fgnya, lagian aku punya Neji-senpai kok!" ucap Tenten sembari tertawa kecil.
"Huu.. kau pamer pacar nih~," ejek Temari, Tenten menjulurkan lidahnya kearah Temari.
"Tapi benar juga kata Tenten," mereka bertiga menatapku. "Maksudmu?" tanya mereka kompak.
"Tenten punya Neji-senpai, Temari punya Shikamaru, lalu Ino punya Sai-senpai, lalu kalian 'pun bukan FG si Chikenbutt itu, jadi mau sifat dia seperti apa itu tidak akan ber-efek terhadap kalian 'kan?" Tenten dan Temari mengangguk pelan, sedangkan Ino terdiam sembari menunduk.
"Ino?" tanyaku, Tenten dan Temari bersamaan. Ino menatap kami dengan wajah frustasi.
"HUAAA! Aku shock! SHOCK! Tidak mungkin Sasuke-kun seperti itu, TIDAK MUNGKIN!" Teriaknya. Aku, Tenten dan Temari menatapnya datar.
Ino mantan FG Chikenbutt—atau masih? Kami lupa hal itu.. Heeh..
.
SKIP TIME: LUNCH TIME
.
At Cantin Konoha International Senior High School.
.
Seperti biasanya kantin disini selalu saja penuh, kursi-kursi yang didepanya terdapat sebuah meja panjang, nyaris terisi penuh oleh siswa-siswi yang menghabiskan lunch timenya disini, para penjaga kantin sibuk melayani pesanan siswa-siswa di sekolah ini. Aku, Ino, Temari dan Tenten sudah duduk manis sembari memakan pesanan kami, Dan khusus untukku Traktiran dari Temari. Kami bercada gurau ditengah keramaian kantin.
Puk—kuliat sebuah tangan menyentuh pundak Tenten pelan, sontak Tenten langsung melihat kearah empunya tangan itu.
Seorang pemuda berambut Dark brown panjang dengan iris mata berwarna lavender tersenyum kecil kearah Tenten. Dibelakang pemuda itu terdapat dua orang pemuda lagi. Yang satu memiliki rambut hitam dengan mata yang senada dengan rambutnya, onyx, senyum palsu terlihat diwajahnya, dan pemuda satu lagi, pemuda dengan rambut yang mirip dengan nanas dengan wajah yang mengantuk.
"Neji-senpai!" pekik Tenten riang sembari memeluk Neji. Ugh, aku tau Neji baru pulang dari pertukaran pelajar berprestasi—sama seperti Shikamaru, tapi jangan mempamerkan kemersaan dikantin Yang ramai seperti ini, apa lagi Neji itu juga salah satu pemuda yang populer disekolah ini, Tenten apa kau tak merasakan tatapan pembunuh dari Fgnya Neji-senpai?
"SAI-KUN!" panggil ino sembari menepuk bagian bangku panjang yang masih kosong disampingnya, Sai tersenyum-palsu-lalu berjalan kearah Ino dan duduk disampingnya, saat Sai duduk Ino langsung memeluk tangan kiri Sai manja.
"Shikamaru, cepat sini!" perintah Temari sembari menunjuk bangku panjang yang kosong disebelahnya, lalu dengan malas Shikamaru berjalan kearah bangku itu lalu duduk, sehabis itu Shikamaru langsung mendengarkan omongan Temari entah-tentang-apa itu.
Sekarang dihadapanku terdapan tiga pasangan yang lagi memamerkan kemersaan dihadapanku—NejiTen, SaIno, dan ShikaTema. Aku benar-benar seperti 'obat nyamuk' disini. Aku menghela nafas lalu mengalihkan pandanganku kearah lain, mata emeraldku melihat kearah kerumunan siswa-siswi, alisku bertaut heran.
"Neji-senpai, kau tau disana ada apa?" tanyaku sembari menunjuk kerumunan itu, Neji melihat kearah yang kutunjuk.
"Oh, Itu tadi ada seorang siswi pindahan yang pingsan karna melihat Sasuke," jelas Neji. Mataku terbelak kaget, lalu menatap kerumunan itu.
WTH! Apa segitu gantengnya coret jeleknya Chikenbutt sampe membuat siswi itu pingsan?
Aku terus menatap kerumunan itu sampai seseorang datang dan membawa siswi itu dengan bridal style. Seorang pemuda dengan style rambut tak wajar dengan mata onyx. Aku terus menatapnya dengan pandangan Aku-Membenci-Kau-Chikenbutt.
"Kyaaa.. Kaichou memang paling keren ya!" puji salah satu siswi. "Iya, eh.. KYAAA! KETUA TERSENYUM! Kyaa, lembut!" pekik seorang siswi lagi. Aku menatap senyum Chikenbutt—Sasuke.
Senyuman, eh? mata kalian rusak apa, dia itu tidak tersenyum lembut tapi tersenyum mengejek!
Ugh, Kami-sama, aku bersumpah! Aku tak akan pernah pingsan hanya karna Chikenbutt itu! Jika aku pingsan, kau boleh membuatku menciumnya! Yaks!
"Ngh, Bosaaan~" gumamku pelan, mata emeraldku menjelajah(?) seluruh isi kelas. Sebagian Anak laki-laki bermain lempar bola kertas, sebagian anak perempuan bergosip ria, dan sebagian kecil anak perempuan dan laki-laki belajar. Aku menghela nafas lalu menatap keluar jendela.
Sreek.. pintu geser kelas terbuka, sontak membuat seluruh penghuni kelas terdiam dan langsung secepat kilat duduk dibangku masing-masing dan bersikap seolah mereka tak bergerak dari tempat duduk.
Iruka-sensei—Guru matematika—berjalan kearah meja guru lalu menaruh tumpukkan kertas diatasnya, ia menatap kami—seluruh murid dikelas ini—lalu menghela nafas kecil.
"Ohayou, minna-san," sapanya lemas, melihat gelagatnya yang seperti itu pasti ada sebuah kabar buruk untuk kami.
"Langsung saja ke pokok, Apa saya kurang baik mengajar kalian semua? Kebanyakkan hasil ulangan yang kemarin itu sangatlah tidak memuaskan," ujarnya lemas, sontak hawa dikelas ini menjadi tidak enak.
"Inai, Iruka-sensei!" teriak seluruh kelas, Iruka-sensei tersenyum kecil.
"Arigatou, Minna, baiklah sekarang saya akan membagikan hasil ulangannya," ujarnya, lalu ia berjalan kearah meja guru dan mulai membagikan hasil ulangan.
Satu per satu murid maju kedepan dan mengambil hasil ulangan itu. Berbagai ekspresi terlihat ketika melihat hasil ulangan itu. Sedih, Marah, Senang bahkan heran.
"Haruno Sakura," namaku disebut. Aku berjalan kearah Iruka-sensei, beliau memberiku lembaran kertas berisi hasil ulangan itu sembari tersenyum.
"Seperti biasanya, kau mendapatkan nilai terbesar dikelas ini," ujarnya. Aku tersenyum sembari menerima lembaran itu, lalu kembali duduk dibangkuku.
Angka sembilan puluh delapan terlihat ketika ku melihat hasil ulanganku.
"Nah, sampai sini dulu jam pelajaran Sensei, Jaa Minna," pamit Iruka-sensei seraya berdiri dari meja guru, murid dikelasku menatapnya heran. Tidak biasanya Iruka-sensei keluar kelas sebelum bel tanda ganti mata pelajaran berbunyi.
"Ah, Sensei!" panggil Temari, Iruka-sensei berhenti berjalan keluar dan menatap Temari.
"Ya, ada apa, Sabaku?"
"Kan' bel belum berbunyi, kenapa pelajaran Sensei sudah selesai?"
Iruka-sensei menepuk dahinya pelan.
"Saya lupa bilang ya? Saya harus membagikan ulangan matematika untuk kelas XII-3 menggantikan Kurenai-sensei yang sedang cuti melahirkan, karna itu pelajaran saya hari ini selesai sampai disini, Sabaku," jelas Iruka-sensei sembari tersenyum, Temari menganguk pelan, "Arigatou, Sensei, Jaa," ucap Temari sembari duduk kembali lalu Iruka-sensei berjalan keluar.
Blam.. suara pintu kelas ditutup seolah menjadi komando kehebohan kelas ini. Saat pintu ditutup semua penghuni siswa kembali melakukan rutinitasnya yang terganggu karna Iruka-sensei datang.
"Oi, Taichou! Kenapa melamun?" tanya Temari kepadaku. Aku terdiam sembari menatap dalam-dalam lembaran hasil ulangan.
.
Tadi Iruka Sensei ngomong apa?
.
"Sakura kenapa Temari?" tanya Ino kepada Temari. Temari sedikit mengangkat pundaknya.
"Entahlah dari tadi aku panggil dia tidak merespon,"
.
Iruka sensei harus membagikan ulangan matematika di kelas XII-3 menggantikan guru kurenai?
.
"OI! FOREHEAD!" panggil Ino kepadaku. Aku diam.
.
Kelas XII-3?
.
"Aneh, biasanya ia selalu mengejekku balik," ujar Ino heran.
"Aku tau cara menyadarkannya!" ucap Tenten tiba-tiba.
.
XII-3.. ITU'KAN KELAS CHIKENBUTT!
.
"SAAAKURAA-KUNNN, SASUKE MENCARIMU TUH!" teriak Tenten tiba-tiba. Aku berdiri.
"Tuh 'kan berhasil!" ucap Tenten membanggakan diri.
"HEBAAT!" puji Temari.
KRINGG, Bel tanda istirahat berbunyi.
"Oi, Forehead dari tadi kau mela—OIII, FOREHEAD!" Aku berlari meninggalkan Ino yang berteriak kepadaku, Temari dan Tenten yang menatapku heran dikelas.
AKU AKAN MENANG DARIMU CHIIKKKKEEEENNNBUUUTTTT!
Aku berlari menuju kelas XII-3 dengan kecepatan penuh. Siswa-Siswi yang kulewati menatapku heran.
CKKKIIIITT! Aku mengerem (?) laju lariku tepat didepan pintu kelas. Aku merapikan rambut dan seragamku yang berantakan karna berlari. Aku menatap pintu kelas XII-3 yang terbuka setengahnya dihadapanku. lalu mengetuknya pelan.
Tok, Tok, aku mengetuknya pelan, sontak sebagian siswa-siswi yang ada didalam kelas itu terdiam dan menatap kearahku.
"Ada apa, Sakura-kun?" tanya seorang siswa berambut kuning dengan kulit tan seraya berjalan kedekatku.
"Ano, Sasuke-senpainya ada?" tanyaku selembut mungkin namun tetap stay cool.
"O, Teme, dia ada, mau kupanggilkan?" tanya siswa itu lagi.
"Ya, Arigatou.. err.."
"Naruto, Namikaze Naruto,"
"Ah, Ya, Arigatou Naruto-senpai," pemuda itu tersenyum lima jari dihadapanku, lalu ia berbalik dan berteriak. "TEME, SAKURA-KUN MENCARIMU!". Seorang pemuda emo yang sedang serius menatap lembaran kertas dihadapannya menoleh kearah kami. Ia tersenyum—Coret—menyeringai menatapku datang. Ia berjalan kearahku dan Naruto-senpai dengan membawa lembaran kertas yang tadi dilihatnya.
"Hn, Kau tak usah teriak aku juga dengar, Dobe" ujar pemuda emo itu—Chikenbutt, dingin kepada Naruto-senpai.
Tidak biasanya ia dingin seperti itu disekolah.
Ia menatapku. "Ada apa, Cherry?" tanya Chikenbutt sembari tersenyum.
Ugh, aku tidak akan tertipu lagi dengan senyumanmu itu!
"Ada waktu sebentar? aku mau bicara tentang kegiatan klub," tanyaku dengan senyuman manis—yang tentu saja palsu—diwajahku. Ia mengangguk, lalu menatap Naruto-senpai.
"Dobe, aku pergi dulu, kalau Oro masuk lebih cepat dari bel, bilang aku ada urusan OSIS sebentar," ujar Chikenbutt seraya berlalu meninggalkan kelas. Aku menatap Naruto-senpai.
"Jaa, Naruto-senpai," pamitku sembari tersenyum.
"Jaa, Sakura-kun!" ujarnya sembari tersenyum lima jari. Aku dan Chikenbutt berjalan berdampingan, seluruh siswa-siswi menatap kami heran, marah, envy, dan girang?. Aku dan Chikenbut terus tersenyum—palsu—selagi kami berjalan melewati siswa-siswi itu. Sampai akhirnya kami berada di belakang ruang kesenian wajah Chikenbutt berubah dengan wajah tanpa ekspresi dan dingin. Ia menatapku.
"Hn, pasti tentang hasil ulangan," tebaknya tepat sasaran.
Aku menyilangkan tangan didepan dada dan menatap Chikenbutt. "Heh, aku yakin aku akan menang kali ini, Aho Chikenbutt," ujarku penuh keyakinan.
"Huh, Silahkan saja bermimpi, Ba-Ka-Ch-er-ry!" ujarnya sembari menatapku rendah.
"A-apa mak—," belum selesai aku berbicara, ia menyodorkan selembar kertas tepat dihadapanku.
"Lihat!" perintahnya. Aku mendengus kesal, lalu mengambil kertas itu kasar. Belum sempat aku melihat tulisan yang ada dikertas itu, Chikenbutt sudah berjalan menjauhiku.
"Eh, mau kemana kau?" tanyaku. "Pergi, ambil saja kertas itu, aku sudah biasa mendapatkan nilai seperti itu," ujarnya tanpa berbalik menatapku.
Aku menatap kertas yang ada digenggamanku. Angka sembilan puluh sembilan terlihat dikertas itu.
"Sudah kubilang, sampai kapan'pun kau mencoba mengalahkanku, hasilnya sama saja, kau akan kalah dariku, Jaa, Baka cherry," ujarnya sebelum hilang ditikungan.
Aku meremas kertas digenggamanku itu.
AGH! KUSO! KUSO! KUSO! Nilaiku hanya beda satu nilai saja dari Chikenbutt itu, AGH! KUSO!
Aku melempar kertas itu ketanah lalu menginjak-injaknya hingga kotor dan lecak. Aku mendengus kesal lalu berjalan kembali kekelas.
Dug.. Dug.. Dug.. suara pantulan bola basket dengan lapangan terdengar. Aku berlari mendribbling*** bola ditanganku sendirian. Dihadapanku ada Temari dan Tenten yang menghalangi. Aku sedikit mendecih kesal, ekor mataku mencari seseorang pemain Red Tim—Timku, yang free. Terlihat seorang pemain dalam timku yang Free di kananku.
"Ai!" ujarku sembari Passing*** kearahnya. Ai, seorang pemain timku yang free menangkap bola itu dengan baik. Lalu ia mendribbling bola itu kedepan, awalnya mulus namun tiba-tida seseorang dalam tim lawan menghalangi laju Ai. Ai tiba-tiba melempar bola itu kepadaku. Aku menangkap bola itu dengan baik, aku mendribbel bola itu kedepan, kulihat seorang tim lawan berlari kearahku.
Aku tersenyum lalu meloncat. Jump shoot*** kulakukan. Bola basket berputar diringnya. Lalu..
Shut.. Dug.. dug.. dug.. bola basket masuk kering dan menggelinding keluar lapangan. Seluruh pemain terdiam.
PRIIIIT... pelatih basket siswi—Anko-sensei meniup pluit tanda berakhirnya pertandingan.
"Latihan selesai, skor 26-24, Red Tim Win!" ujar Anko.
"YEAHH!" teriak timku sembari meloncat dan memelukku.
"Nice, Jump Shoot, Sakura-Kun!" ujar mereka memberiku selamat, aku tertawa kecil.
"Semua, berkumpul!" perintah Anko-sensei kepada kami. Kami semua—Red Tim dan Blue tim, mendekat kearahnya.
"Latihan hari ini cukup sampai disini, kurasa dengan kemampuan kalian, kalian bisa membawa nama 'High Jump' menjadi juara lomba antar kota kali ini, dan ingat 10 hari lagi kita semua akan bertanding final dengan Ame," ujarnya.
"BAIK, SENSEI!" teriak kami kompak, Anko-sensei menjururkan tangannya kami mengikutinya, tangan kami sekarang bertumpuk menjadi satu.
"Siapa yang akan menang dikejuaraan kali ini?" tanyanya.
"HIGH JUMP!" Teriak kami
"SIAPA PEMENANGNYA?"
"HIGH JUMP!"
"WE ARE THE WINNER!"
"YEAH!" Teriak kami—bersama Anko-sensei, bersamaan sembari mengangkat tangan keudara.
.
"Sakura-kun, kau tidak pulang?" tanya Temari kepadaku yang masih bermain bola basket di Lapangan.
"Tidak, kalian pulang saja duluan, aku masih mau latihan sebentar," ujarku sembari mendribbling bola, mereka mengangguk. "Ya, sudah, kami pulang dulu ya, JAA!"
"JAA!" ujarku sembari melakukan lay-up shoot***.
.
Langit diatasku sudah berubah warna, burung-burung gagak'pun berkoak menandakan hari yang mulai petang, sekolah sudah sangat sepi, dutelingaku hanya terdengar suara pantulan bola basket, koakan burung gagak, decitan sepatu sportku, hembusan angin yang membuat daun bergoyang.
Aku tak perduli sekolah tinggal aku disekolah ini, aku tak perduli bermandikan keringat karna bermain bola basket, aku tak perduli jika aku harus memanjat pagar jika pagar sekolah sudah ditutup, yang penting bagiku sekarang berlatih, berlatih dan berlatih.
Dug.. dug.. dug..
Posisi siap, Yup, Le—
"Woi!" suara itu mengagetkanku sehingga bola yang tadi seharusnya masuk jadi salah arah. Aku menatap empunya suara itu.
Style rambut itu, wajah itu, tubuh itu.
"Agh! Kau mengganggu AHO CHIKENBUTT!" teriakku. Ia tersenyum merendahkan seperti biasanya, ia mengambil bola basket yang tadi menggelinding kearahnya.
"Hn, sedang apa kau disini?" tanyanya sembari mengamati bola basket ditangannya. Aku mendecih kecil. "Baka, dilihat sendiri juga tau, aku lagi berlatih,"
"Hn, sendirian saja?"
"Agh! Apa pedulimu sih. Cepat kembalikan bola itu!"
Ia menatapku lalu melempar bola itu dengan kasar kearahku. "Hn, seterahlah," ujarnya sembari berbalik.
"Huuh!" aku bersungut kesal saat menerima bola darinya. Hum, sebentar, aku tak pernah melihat dia bermain basket sebelumnya, jangan-jangan dia tidak bisa main basket lagi..
Fuh, akan aku kalahkan kau, Chikenbutt!
"OI! AHO CHIKENBUTT!" panggilku, ia berhenti lalu menatapku.
"Hn?"
"Tanding basket yuk! 1 on 1***," ajakku, ia berbalik.
"Tidak. Malas," jawabnya sembari berlalu pergi. Aku menatapnya lalu tersenyum mengejek.
"Hn, Takut?" tantangku sembari mendribbl bola.
Shut..
Tiba-tiba bola ditanganku hilang bersamaan dengan bayangan hitam yang sekilas lewat.
Kemana bola itu?
Dug.. Dug.. Dug.. suara bola yang memantul membuatku mengalihkan pandangan kearah sumber suara. Chikenbutt sedang menatapku dengan wajah yang dingin sembari mendribbling bola basket kearah ring, lalu set.. Slamdunk*** ia lakukan dan sukses membuat mulutku sedikit terbuka.
"Hn, Nilai untukku, Baka Cherry!" ujarnya sembari tersenyum mengejek.
Set!
Tanpa ia sadari aku langsung mengambil bola dari tangannya, ia sedikit kaget saat merasa bola ditangannya hilang, ia langsung berlali dan menghalangi jalanku.
Aku mendecih kecil, ia berulang kali mencoba merebut bola ditanganku, namun aku gagalkan. Aku tersenyum kecil ketika sudut mataku menangkap celah ketika ia sedang mencoba merebut bola ditanganku. Yak, Set, aku berhadil keluar dari penjagaannya ketika ia kembali mencoba merebut bola dariku.
Tanpa membuang waktu aku langsung menggunakan teknik Lay-up Shoot, dan bola itu dengan lancar masuk kedalam ring. Aku berlari kecil mengambil bola basket.
Aku menatap Chikenbutt yang menatapku kesal. "Nilai untukku, Aho Chikenbutt,"
.
Kini badan kami bermandikan keringat, entah sejak kapan jas hitam yang tadi dipakai Chikenbutt sudah terlepas dari tubuhnya dan sekarang tergeletak di bangku didekat lapangan, dasi Chikenbutt yang tadi terpasang rapih sekarang menjadi longgar. Nafas kami memburu, namun tak membuat kami putus bermain bola basket, hari sudah gelap, sekolah sudah sangat sepi sekarang, namun kami tidak berhenti sampai titik darah penghabisan.
Shut.. aku memasukan bola lagi ke-ring, skor kami berimbang, 45-45, aku mengatur nafas sebentar lalu mengambil bola, mata emeraldku menatap lapangan dihadapanku.
Lho, dimana Chikenbutt?
Mata emeraldku terus mencari sosok Chikenbutt, bukan karna khawatir ia kemana, hanya takut, Jangan-jangan dari tadi aku bertanding melawan hantu lagi?
Hyuuu~ angin malam berhembus, suara burung hantu terdengar entah dari mana.
Srak.. srak.. suara rumput yang bergerak karna sesuatu membuatku mengarahkan mata Emeraldku kearahnya. Nihil tidak ada apa-apa disana.
Sebenarnya aku malas mengakuinya, namun aku Sangat takut disini.
Dengan tergesa-gesa, aku berlari kearah tasku dibangku dekat lapangan, aku memasukkan bola basket itu kedalam tas, lalu aku meraih botol minumku yang kosong dan memas—.
Set...
Hawa dingin terasa dileher dan pundakku ketika sebuah benda menyentuh pundakku.
I-Ini ja-jangan-jangan..
"GYAAAA!" teriakku. Aku memejamkan mata kuat-kuat dan tak berani menatap sosok dibelakangku.
"Hahahaha," sebuah tawa terdengar.
Eh, tunggu dulu suara ini jangan-jangan!
Aku langsung berbalik dan menatap sosok yang hampir saja membuatku jantungan.
"UAAAGH! KAU MENGAGETKANKU, CHIKENBUTT!" teriakku tepat didepan mukanya, ia semakin tertawa saat mendengar teriakkanku. Aku memalingkan muka lalu duduk dibangku dihadapanku sembari menggembungkan pipi. Chikenbutt semakin tertawa melihat ekspresi wajahku, ia duduk disampingku sembari mengatur nafas. Ia menatapku sekilas.
"Hahahaha," tawanya masih terdengar, aku menggerutu sembari memalingkan muka darinya. "Berhenti tertawa, Baka!" perintahku kesal.
Ia berhenti tertawa lalu berdiri. "Nih!" ujarnya sembari melempar sesuatu kearahku, aku menangkapnya. Benda tabung yang dingin dengan tulisan 'Orange Juice'.
"Jus jeruk?" tanyaku sembari menatapnya yang sedang berjongkok mengambil bola. "Hn, tadi aku beli, wajahmu tadi tuh benar-benar seperti mau mati, jadi aku belikan untukmu. Minum!" perintahnya tanpa melihat wajahku.
Wajahku memanas mendengar ucapannya tadi.
Memanas karna mendengar ucapannya tadi? Tidak, itu tidak mungkin! Wajahku memanas karna aku kecapaian kan!
Aku meminum jus darinya sembari mengamatinya yang sedang asik bermain basket sendirian.
Aku menutup mata, botol jus kutaruh disampingku. Hembusan angin, suara pantulan bola basket, decitan sepatu terdengar ditelingaku. Kubuka mata emeraldku menatap Chikenbutt yang sedang bermain basket.
Rambutnya bergoyang terhempas angin mengikuti arah ia mendribbling bola. Wajahnya yang biasa tanpa ekspresi dihadapanku kini menjadi bersemangat dengan senyum terlukis disana. Bulir-bulir keringat meleleh jatuh dari pelipisnya. Kemeja putih lengan pendeknya kini basah bermandikan keringat, karna tipis aku bisa melihat tubuh Chikenbutt yang terbalut didalamnya.
Blush..
Panas terasa dipipiku, jantungku berdetak kencang tak beraturan. Ingin rasanya aku menunduk, tak ingin melihat Chikenbutt yang seperti itu, namun hati berkata lain, aku terus melihatnya tanpa berkedip dengan wajah memerah dan jantung berdebar kencang.
Shut.. Shutt.. aku menggeleng kuat-kuat, sembari menepuk-nepuk kedua pipiku.
Apa-apaan ini? Rasa apa ini? Kenapa wajahku memanas? Kenapa jantungku berdetak tak karuan seperti ini? Jangan-jangan aku sudah terpesona dengannya lagi! Akh, Kami-sama aku tak mau seperti ini!Aku membenci dia!
TBC
*Genkan=Teras Sepatu, tempat dimana siswa jepang mengganti sepatu luar dengan sepatu dalam ruangan(Uwabaki)
** Bagi yang gak ngerti, kalo keatas kaya huruf B (b) kebawah P (p)
***Dribbling:Kemampuan mengolah / Membawa bola.
- Passing:Kemampuan Mengoper Bola.
- Jump shoot: Lemparan bola sambil melompat.
-Lay-up shoot:Lemparan bola dengan satu tangan dibawah basket/Ring.
- Slamdunk: Posisi pemain yang memasukkan bola dalam ring lawan dengan posisi tangan menyentuh ring, dan ring diatas kepala.
HI, Minna-san! Bertemu lagi dengan saya dengan nama PenName baru saya Blue DaFFodil~ *Readers: Kagak ada yang nanya!* *pundung*
Di chp Ini all Sakura POV, jadi nama Sasuke diubah menjadi Chikenbutt.
RnR, CnC, and FLAME* Allowed. *Sarat untuk mem-Flame fic ini adalah. Harus Login, Ada alasan yang jelas memflame fic ini, dan harus ada Saran untuk menutupi kesalahan itu.
NEXT CHAPTER: Please! I need your help!
Wanna RnR, CnC Minna? Please..
ARIGATOU! ^^
