Title : Between You and Him

Genre : Romance, Hurt/ Comfort

Length : Chaptered

Cast : Yi Fan-Kris, Tao, and Others

Couple : TaoRis, slight KrisLay

Warning : Chap 1 full of Kray, yang nggak kuat plis jangan baca. Zhii tidak suka ada bashing chara.

Yaoi, OOC, Typos, DLDR

.

Cinta mereka bukan kisah Rama maupun Shinta. Karena dua orang itu meski dipisahkan waktu akan kembali sebagai takdir yang saling melengkapi. Berbeda dengan dua orang ini, meski tinggal bersama namun memiliki arti yang berbeda. Ada sosok lain yang telah digariskan sebagai pelengkap dalam hidupnya, dialah sang tulang rusuk yang sebenarnya.


.

.

Senja dipinggiran kota. Ilalang yang menjadi alas dunia tersibak angin musim gugur yang mengalun menebas segalanya. Tak hanya rerumputan, pepohonan turut menari, menyebarkan wangi yang menambah nilai tenang dihati.

Dibawah ranting-ranting Ek yang saling menyapa, bertumpu satu dengan yang lainnya, dua pemuda itu menciptakan dunia fana dimana keduanya tenggelam didalamnya. Berbagi canda, tawa, maupun gurau yang memukau.

"Kau tahu, Ibuku ingin sekali bertemu denganmu." satu pemuda yang jauh lebih tinggi bersuara. Memenggal derit ayunan tua.

"Untuk apa?" satu sosok lainnya kini menimpali. Memandang pemuda yang berdiri disampingnya ini.

"Untuk melihat seperti apa calon menantunya, kau pikir apa lagi?"

Balasan dari lisan yang terbuka hanya berupa kekehan sederhana, dengan cekungan manis pada kedua belah pipinya yang merona.

"Kenapa kau tertawa?" pemuda dengan tinggi diatas rata-rata itu berdecak samar, meski hatinya berbunga melihat pesona kekasih tercinta.

"Kau memintaku bertemu dengan Ibumu yang sangat kau cintai itu dengan cara seperti ini? Tidak romantis sama sekali." ia berkata sembari membuang muka. Memajukan bibirnya, merajuk meski kalimat ini tak mengandung arti menggurui.

"Lalu kau ingin aku bagaimana?" pemuda itu membawa jenjang kakinya dari tempat ia semula. Melangkah perlahan hingga gerak tubuhnya menerbangkan dandelion liar. Tak butuh waktu lama sampai ia berdiri tepat didepan kekasihnya. Memandang wajah yang terpaling darinya itu dengan senyum sayu namun tak berarti layu.

"Yii..." panggilnya lembut. Menarik perhatian namja manis yang duduk diam diatas ayunan itu kembali padanya. Ia membungkukkan tubuhnya, berlutut tepat didepan kekasihnya. "bertemulah dengan Ibuku," tambahnya seraya mengais jemari sang kekasih dalam genggamannya.

Yixing bungkam, hanya membalas tatapan tajam kekasihnya yang amat tampan. Ini sudah tiga tahun sejak mereka memutuskan untuk bersama, namun entah mengapa dalam tiap detiknya Yixing merasa ia baru saja memulainya.

"Natal tahun ini Ayahku pulang, aku juga ingin kau bertemu dengan Ayahku. Saat itulah, akupun akan bertemu dengan Ibumu."

Anginpun datang, ilalang kembali bergoyang. Selepas kedua dahi yang bercumbu itu mengiklarkan janji didalam hati. Tanpa kata, karena hanya kata iya-lah yang telah mengakar dalam tiap benaknya.

"Aku mencintaimu, Yii…"

"Aku juga mencintaimu, Kris."

Ditengah lembayung senja cumbuan itu beralih pada bibir keduanya. Tak terburu-buru, tanpa nafsu. Karena keduanya percaya, waktu akan selalu ada untuk mereka. Meski pada kenyataannya manusia tak akan pernah tahu, apa yang ada dalam jalan di masa depan itu.

.

.

.

Between You and Him

-Chapter 1-

.

.

.

Kris memarkirkan kendaraan roda dua yang ia kendarai dalam garasi kediaman minimalisnya ini. Dahinya mengrenyit saat mendapati pintu utama tak lagi terkunci. Tak lama, seulas senyum ia ulas begitu saja. Senyum teramat jarang yang ia perlihatkan pada tak semua orang.

"Ibu," panggilnya menggema dalam hunian itu.

"Sayang, kau sudah pulang?"

Seorang namja dengan balutan apron biru muda berjalan menghampiri Kris, memeluk pemuda tinggi itu dalam dekap kehangatan. Ia tampak tenggelam dalam belenggu lengan darah dagingnya.

"Humm… kapan Ibu pulang?"

"Beberapa jam yang lalu. Ibu menyiapkan makanan kesukaanmu, ayo kita makan."

"Kenapa tidak bilang kalau mau pulang, aku bisa menjemput Ibu dibandara."

"Dan merusak kejutan Ibu untukmu? Tidak, Sayang."

Kris mengekor dibelakang namja cantik itu. Kim Kibum namanya. Ibunya adalah seorang pria, sama halnya seperti dirinya. Karena Male pregnant bukan hal yang baru lagi didunia ini.

"Bagaimana pameran Ibu di Belanda? Satu bulan tidak bertemu kenapa aku merasa Ibu tambah cantik saja."

"Tsk! Kau memang pandai menggoda Ibu. Apa ini bentuk protesmu karena Ibu sering meninggalkanmu?" Kibum menyibukkan diri mengisi piring sang buah hati. "semuanya berjalan lancar, lukisan Ibu terjual cukup memuaskan."

"Aku turut bahagia," tutur Kris melihat rona bahagia Ibunya. Detik berikutnya, pandangan mata itu terpaku pada liontin yang dikenakan sang Ibu, tepat saat namja cantik itu mencondongkan tubuhnya.

"Apa itu yang ada di leher Ibu?" tanya Kris memastikan.

Kibum membeku. Secepat kilat membawa jemarinya pada titik dimana mata sang anak tertuju. "A-apa… ini hanya liontin biasa, Sayang. Bukan sesuatu yang special."

Kris membawa punggungnya bersandar pada kursi Mahoni yang menopang tubuhnya saat ini. "Aku tahu Ibu bohong."

"Yi Fan…"

"Katakan Ibu," Kris meminta dengan seulas senyum diwajahnya. "siapa pria yang memberikan Ibu cincin itu?"

Hening beberapa saat, sampai helaan napas pasrah itu membuat Kris tahu, Ibunya tak akan menghindar dari pertanyaan-pertanyaan itu.

"Ada seorang pria yang memberikannya," Kibum memberi jeda. "dia pria yang baik, sopan, dan tahu banyak tentang lukisan."

"Ibu baru saja mengenalnya?" Kris kembali bertanya. "Dia tidak beristri, bukan?" Kris tahu Ibunya tengah jatuh cinta. Mata itu tak bisa berbohong, tidak ada yang tersembunyi, hingga Kris sendiri tak perlu menggali lebih dalam lagi. Kris hanya ingin memastikan, agar Ibunya tak salah memilih orang.

"Tidak, Sayang. Ibu bukan remaja yang dengan mudahnya akan membuka diri pada orang asing." iya, Kris tahu itu. "Ibu beberapa kali bertemu dengannya. Nyaris disetiap pameran Ibu dia akan ada disana. Padahal Ibu tahu pasti, dia bukan pria dengan banyak waktu luang, dilihat dari penampilannya saja Ibu tahu dia bukan pria biasa. Tapi dia selalu menyempatkan diri untuk datang. Dia selalu bercerita tentang anak semata wayangnya yang sangat menyukai lukisan. Dilihat dari binar matanya saja Ibu tahu, ada cinta yang besar disana. Itu selalu mengingatkan cinta Ibu padamu."

"Dan Ibu jatuh cinta padanya," potong Kris dengan senyum tipis.

Ibunya mendelik tak terima. Tidak semudah itu tentu saja.

"Iya, Ibu. Aku tahu arti tatapan itu," Kris kembali menggoda.

"Sudahlah, ayo kita makan. Apa kau tidak kelaparan?"

"Kapan kalian memutuskan untuk hidup bersama?"

"Apa?"

"Cincin itu, dia melamar Ibu, bukan?"

"K-kau ini! Ibu sudah tua." lihat paras cantik itu yang merona.

"Ibu tetap cantik dimataku, bahkan pria diluar sana juga akan mengatakan hal yang sama. Aku setuju saja, Ibu. Asal pria itu dapat membuat Ibu bahagia."

Lagi-lagi Kibum terpaku, Kris begitu tulus mengucapkannya. Tak ada kejahilan maupun kebohongan dari binar matanya.

"Kenalkan padaku, Ibu. Seperti apa calon Ayahku." Kekehan lirih mengakhiri kalimatnya, dengan senyum lembut yang Kibum ulas setelahnya. Kibum sadar satu hal, bahwa putranya itu kini telah dewasa.

.

.

Temaram lampu bukan hanya satu-satunya penerangan dalam ruangan itu. Smartphone yang menyala turut membantu mengikis gelapnya suasana. Ini nyaris tengah malam, namun pemuda itu tak kunjung mengarungi samudera mimpi.

To : My Lovely Yii

Ahh… aku nyaris lupa. Ibuku baru saja pulang, apa kau masih keras kepala menunggu moment Natal untuk bertemu dengannya?

From : My Lovely Yii

Kenapa? Itu hanya beberapa bulan lagi. Kau ini tidak sabaran sekali.

To : My Lovely Yii

Ibuku yang tidak sabar, Cantik. Kau tidak tahu bagaimana ia selalu merengek padaku tiap kali mengingatmu.

From : My Lovely Yii

Katakan maaf padanya. Aku benar-benar menyesal. Aku hanya ingin kita mendapatkan porsi yang sama. Ayahku sulit sekali ditemui, Kris…

To : My Lovely Yii

Jangan sedih seperti itu. Kalian akan bertemu Natal nanti. Dan soal Ayahmu, aku tahu dia sangat mencintaimu, Yii.

From : My Lovely Yii

Tentu saja, Ayahku adalah yang terbaik.

To : My Lovely Yii

Lalu aku?

From : My Lovely Yii

Kau adalah yang ke-dua, kkkk.

To : My lovely Yii

Kau memang tidak mencintaiku.

From : My Lovely Yii

Itu kau tahu, kkk

To : My Lovely Yii

Tsk!

Pembicaraan via Email itu tak hanya berakhir disana. Keduanya tenggelam dalam percakapan ringan, sampai salah satu menyudahi dan meminta untuk berhenti. Tahu pasti esok masih menanti.

.

.

.

-ZF-

.

.

.

Bulan kedelapan akan segera berakhir. Angin musim dingin berhembus disela-sela bau musim gugur yang nyaris menghilang dalam penciuman. Kris yang baru saja menyelesaikan jam kuliah tambahan terburu membawa dirinya menuju loker mahasiswa. Dibelokan terakhir itulah tubuhnya yang menjulang tinggi menumbuk sosok yang terburu sama seperti dirinya. Refleks Kris cukup bagus, hingga ia tak perlu mengaduh kesakitan layaknya sosok belia dihadapannya.

"Maaf… aku terburu-buru sampai tidak melihatmu," ujar Kris seraya mengulurkan lengan, mencoba untuk menawarkan bantuan.

Dan saat sosok itu menengadahkan kepala, uluran tangan Kris tak segera disambutnya. Ia justru diam dalam kebisuan. Menatap raga Kris yang menjulang namun amat tampan. Tanpa banyak bicara ia berdiri dengan tumpuan kedua lengannya, membungkuk singkat, hingga membawa kaki-kakinya berlari meninggalkan Kris begitu saja.

Di satu sisi lainnya, Kris mengangkat bahu tak mengerti akan kelakuan mahasiswa itu. Ponselnya kembali bergetar, mata Kris membelalak lebar. Sial! Pemuda itu membuat ia lupa pada janji pentingnya.

.

.

"Putraku akan segera datang. Dia bilang sedang ada kelas tambahan," Kibum mengulas senyum segan. Menatap dua sosok yang duduk dihadapannya dengan sungkan.

"Tidak masalah, Darl." Pria tampan itu menimpali dengan senyum mengerti.

"Aah… itu dia. Yi Fan! Disini!" Kibum melambaikan tangan pada Kris yang baru saja memasuki pintu restoran.

Mata itu terpaku, memandang tak percaya sosok tinggi yang berjalan ke meja ketiganya. Sama halnya seperti dirinya, lewat tumbukan mata itu dia seolah bertanya, 'apa yang kau lakukan disini saat ini?'

Maka dengan segala macam pemikiran yang berkecamuk dalam benak itu, Kris mendudukkan diri tepat pada kursi disamping Ibunya ini.

"Kau Kris? Senang bertemu denganmu, Wu Siwon imnida. Dan ini putraku satu-satunya, kenalkan dirimu, Honey,"titah pria tampan itu pada sosok manis disampingya.

"Y-yixing… Wu Yixing. Salam kenal, Kris."

Kris diam dalam ketidakmengertian. Bagaimana Yixing membuka bibirnya untuk memperkenalkan diri jika nyatanya mereka telah lama saling mengenal sebelumnya. Hingga Kris merasa usapan lembut jemari Ibunya menyadarkan dia pada kenyataan yang ada. Melihat bagaimana sang Ibu mengulas senyum bahagia membuat Kris dilanda dilema. Kebahagiaan siapa yang paling penting disini, dia sendiri, atau Ibu yang sangat ia cintai?

Ekor mata itu melirik pada sang kekasih yang kini tampak seperti orang lain. Kris tahu, Yixing juga dihadapkan pada satu hal yang sama. Maka dengan satu tarikan napas setelahnya, Krispun menjatuhkan pilihan, "Kim Yi Fan, kau juga bisa memanggilku Kris. Salam kenal, Yixing."

.

.

.

-ZF-

.

.

.

Saat hari berganti, baik Kris maupun Yixing meluruskan apa yang tengah terjadi. Keduanya bertemu di taman kota dekat kampus Yixing, satu tempat dimana Kris pertama kali bertemu dengannya, hingga ia jatuh dalam pesona sosok yang kini menjadi kekasihnya.

"Apa yang akan kita lakukan setelah ini?" Kris bertanya sembari memejamkan mata. Mencoba mengurangi denyutan yang terasa memberatkan pundaknya.

"Kau pikir apa lagi, apa kau mau menghancurkan kebahagiaan Ibumu?"

Satu pertanyaan itu membuat mata Kris terbuka. "Tidak… aku mencintainya…"

"Aku juga mencintai Ayahku…" Yixing menghela napas. Menyandarkan kepalanya pada bahu pemuda itu.

"Tapi aku juga mencintaimu. Kau dan Ibuku adalah dua orang yang paling berharga bagiku didunia ini." lengan Kris bergerak mengusap satu sisi paras kekasihnya.

"Akupun sama. Kau dan Ayahku adalah dua orang paling kucintai setulus hati." dan jemari itu merayap dimana jari Kris tengah berada.

"Yii…"

"Inilah saatnya Kris. Inilah saatnya kita berguna bagi mereka." Yixing memejamkan mata. Menenggelamkan parasnya kian dalam pada bahu pemuda itu. "biarkan mereka bahagia," pintanya meski kalbu itu tersayat sembilu.

"Tapi kau… kita…"

"Kita juga akan bahagia, sebagai saudara…"

Kris menengadahkan kepala, memandang gelapnya jagad raya. "… Aku mengerti. Aku mencintaimu…"

"Aku juga mencintaimu…"

.

.

.

-ZF-

.

.

.

Di pertengahan musim dingin, saat salju pertama menjadi kanvas semesta, dua orang itu mengikat janji diatas altar suci. Riuh tepuk tangan menggema, saat dua merpati putih perlambang cinta diterbangkan dari kedua tangannya. Kepakan sayapnya membumbung tinggi membelah udara. Menghilang dalam jangkauan pandang. Membawa harapan kedua orang yang kini terikat dihadapan Tuhan.

.

.

.

-ZF-

.

.

.

Kibum sibuk menyiapkan sarapan, sedangkan Siwon yang biasanya memilih tenggelam dalam lembaran Koran kini seperti orang gila yang memandang istrinya penuh cinta. Yixing membantu Ibu barunya, sesekali ia dibuat tertawa saat sang Ayah melontarkan godaan hingga berbuah pekikan Kibum yang renyah. Kris yang duduk diam dimeja makan memandang ketiganya dengan perasaan yang berbeda. Hampir satu bulan berlalu sejak pernikahan itu, kenapa ia tetap merasa asing dengan keluarga itu?

"Sayang…" panggilan Kibum membuat mata Kris tertuju padanya. "mana kekasihmu itu hmm? Kau sudah berjanji akan mengenalkannya pada Ibu Natal tahun ini."

"Darl, Yixing juga menjanjikan hal yang sama padaku. Bukankah ini kebetulan yang sangat menyenangkan?"

"Aah… benarkah itu?" Kibum beralih pada Yixing yang membatu.

"Iya, Ibu. Aku pernah menjanjikan hal itu pada Ayah," ujar Yixing dengan senyum merekah.

"Dan Ayah menagihnya minggu depan."

"Tentu saja, Ayah. Baik aku maupun Kris akan menepati janji itu. Kau akan membawa kekasihmu itukan, Kris?" Yixing membalikkan badannya, tepat saat itulah pandangan mata mereka saling bertemu.

Maka apalagi yang dapat Kris lakukan untuk mengalihkan pembicaraan?

"… Iya."

Jawaban singkat Kris membuat kedua orang tuanya bersorak gembira. Dengan Yixing yang tak mengubah garis bibirnya.

.

.

Tengah malam itu Kris mendapat Email baru.

From: My Lovely Yii

Terimakasih, setelah ini kita benar-benar akan berjalan sendiri. Carilah orang lain diluar sana yang jauh lebih baik dariku, yang sanggup membahagiakanmu. Tidak menyakitimu seperti yang kulakukan saat ini. Kris, aku bahagia melihat keluarga baru kita. Kuharap kaupun sama.

Kris diam dalam keheningan, jemarinya bergerak perlahan diatas touchscreen smartphone yang tengah ia pegang.

To : My Lovelly Yii

Akupun bahagia saat kau bahagia. Aku mencintaimu.

Namun malang baginya, tak ada kata cinta yang terbalas untuknya. Kris memejamkan mata, mencoba menerima meski kalbu itu memberontak tak suka.

.

.

.

-ZF-

.

.

.

Ditengah jam pelajaran Kris meminta undur diri pada Dosen yang tengah membimbing proses pembelajaran ini. Ia menuju loker mahasiswa, ada salah satu bukunya yang tertinggal disana. Saat Kris hampir tiba, ia milih untuk menyembunyikan dirinya. Dibalik dinding itu Kris memperhatikan sosok yang tengah membuka lokernya. Kris memang tak pernah menguncinya, dia tak mau ambil pusing pada surat cinta yang selalu memenuhi isi loker itu.

Beberapa bulan sejak penerimaan mahasiswa semester awal ada sesuatu yang membuat Kris penasaran, dan kini ia telah mendapat jawaban. Maka dengan langkah hati-hati Kris berjalan untuk menghampiri. Tanpa gema sepatu hingga saat Kris berdiri tepat dibelakangnya, "Jadi kau yang setiap hari meletakkan bekal makan siang itu disini…" dia dapat mengejutkannya saat itu juga.

Tubuh itu menegang. Tanpa memutar kepala saja ia tahu siapa pemilik suara berat yang menggema ditelinganya.

"Jadi saat itu kau terburu-buru dan menabrakku setelah mengambil kotak bekalmu," Kris bersuara untuk yang kedua kalinya.

Namun bukan jawaban yang Kris dapatkan, sosok yang memunggunginya itu justru memilih untuk berlari melarikan diri. Dan tentu saja Kris tak akan membiarkan hal itu terjadi. Jari-jari itu menggenggam lengannya, memutar tubuhnya dan memojokkannya pada jajaran loker yang ada disana. Kris memperhatikan bagaimana bibir mungil itu meringis kesakitan. Suasana yang sunyi membuat gema hantaman tubuh itu mengaung diselasar ini.

"Katakan sesuatu," ujar Kris kesekian kali. Kris tahu ketakukan juniornya itu saat satu tangannya bertumpu pada loker yang membuat dia tidak dapat melarikan diri, sedang tangan lainnya tak melepas lengan itu dari genggamannya.

"M-maaf jika senior terganggu… a-aku hanya…" pemuda itu tak melanjutkan kalimatnya. Tubuhnya gemetar dan tampak tenggelam dalam belenggu Kris.

"Kau menyukaiku?"

Satu pertanyaan yang Kris lontarkan memaksa bulir-bulir keringat dingin menetes dari tubuhnya. Dia merutuki kecerobohan yang dilakukannya beberapa saat tadi. Hanya karena proses belajar-mengajar tengah berlangsung membuat ia mengaburkan tingkat kewaspadaan yang harusnya ia jaga hati-hati.

"Siapa namamu?"

"Zi Tao, senior…"

"Katakan ya atau tidak! Apa kau menyukaiku?"

"S-senior…"

"Aku tidak akan menghajarmu, kau hanya perlu bilang iya atau tidak."

Hening beberapa saat, Kris masih setia menunggu jawaban pemuda yang tengah menunduk dihadapannya.

"Kurasa… tidak ada seorangpun disini yang tidak menyukai senior."

Kris menghembuskan napas panjang, tangannya tak lagi bertumpu pada loker itu. Ia membawa paras yang menunduk itu mendongak menatapnya. Memaksa dia untuk membalas pandangannya.

"Kalau begitu jadilah kekasihku."

.

.

TBC!

.

.

Buat yang masih nunggu Broken Angel, cuma kurang satu scene ditengah. Padahal ending sudah jadi dari jauh-jauh hari. Mungkin karena banyak hal yang terjadi belakangan ini feel FF itu jadi sulit Zhii cari. Zhii benar-benar minta maaf. Semoga FF baru ini sanggup mewakili permintaan maaf Zhii. Maaf juga jika banyak typos, Zhii hanya Edit satu kali. Dan jangan tanya, tentu saja ini KrisTao. Kakang Naga hanya untuk dedek Panda.

See yaa^^