HunHan

..
GS


Luhan mengangguk ketika Sehun menyatakan cinta didepan beberapa teman kuliyah mereka. Menyerahkan dirinya bergantung untuk Sehun. Mengikat hatinya dengan yakin pada Sehun. Mengatakan pada dunia hanya Sehun yang ia miliki. Sehun pria paling populer dikampus, pria yang terlahir dari keluarga terhormat dan kaya raya. Sedangkan Luhan, mengenal kedua orangtuanya pun tidak. Dan beruntung, Sehun tidak pernah mempermasalahkan semua itu. Dia mencintai Luhan sepenuh hati, menyembunyikan sekuat tenaga hubungan mereka dari orangtuanya. Karena Sehun sangat yakin apa yang akan orangtuanya lakukan jika mengetahui hal ini.

Dan mereka berhasil mempertahankan hubungan mereka hingga Sehun mendapatkan dudukan tertinggi diperusahaan orangtuanya. Menjadi CEO muda yang sukses dan begitu tampan. Dan Luhan hanya mendekam diapartemen yang mereka tinggali bersama tanpa melakukan pekerjaan yang akan menghasilkan uang untuk kebutuhannya. Sehun melarangnya, alasan karena Luhan hanya butuh Sehun dihidupnya. Dan Sehun sudah cukup sanggup memberikan apa yang Luhan butuhkan. Walaupun beberapa kali Luhan memintanya untuk memberi izin bekerja, agar Sehun tidak perlu repot-repot membiayai hidup Luhan. Sehun selalu menolak tegas, dan beberapa kali Luhan diam-diam melamar di beberapa tempat namun selalu saja diketahui Sehun. Dengan berakhir ia menyerah. Memilih menghabiskan uang kekasihnya yang mustahil akan habis dengan waktu singkat.

Luhan selalu memperlakukan Sehun dengan baik, menyiapkan makanan, pakaian kerja, atau air untuk mandi ketika Sehun pulang larut malam. Dan Luhan selalu menunggu Sehun hingga tertidur diatas sofa dengan selimut membalutnya. Sehun terlalu khawatir jika setiap malam Luhan harus menunggunya disofa dengan udara yang begitu dingin. Dan lagi Luhan benar-benar keras kepala.

Setiap malam, Luhan selalu memberikan malam panas untuk kekasihnya. Mereka melakukannya setiap malam, bahkan bangun dipagi hari. Atau sepanjang diwaktu disaat Sehun mengambil cuti untuk bersama Luhan menghabiskan waktu. Orangtua Sehun masih belum mengetahui hal itu.

Pernah sekali Luhan menyinggung tentang kapan ia akan dipertemukan pada keluarga Sehun. Karena menurutnya, tidak mungkin sampai mati mereka akan menjalani hubungan ini dengan terus bersembunyi. Terkadang Luhan ingin seperti mereka, pasangan yang lain. Bisa begitu akrab dengan ayah atau ibu kekasih mereka. Memasak bersama dengan ibu kekasih mereka. Bercerita apapun dengan ayah kekasih mereka. Namun Sehun hanya diam. Sekali lagi juga Sehun mengatakan, Luhan hanya butuh dirinya, tidak butuh siapapun bahkan orangtua Sehun sendiri.

Dan Luhan hanya pasrah, ia sudah katakan, hidupnya sudah menjadi milik Sehun sepenuhnya. Menggantungkan hidupnya pada Sehun, Luhan hanya ingin menjadi satu-satunya wanita dihati Sehun. Menggantikan siapapun yang pernah singgah dikehidupan Sehun. Melenyapkan siapapun yang mungkin masih Sehun bayangkan selain dirinya.

Berakhir dengan Luhan yang mendapat lamaran setelah kegiatan panas mereka selesai. Sehun meletakkan kotak cincin lamaran diatas paha telanjang Luhan. Mengatakan jika mereka harus menikah. Dan itu secara mendadak, Luhan tidak tahu apa yang menyebabkan Sehun melamarnya tiba-tiba seperti itu, mungkinkah karena Luhan menuntut untuk diperkenalkan pada keluarganya?

"Alasanku mudah. Aku hanya ingin kau hidup bersamaku, menemaniku, bernafas denganku, memelukku, menjagaku, merawatku, mencintaiku, terus berada disampingku. Dan tidak ada pria lain yang berani mendekatimu."

"Itu tidak mudah." Luhan terkekeh dalam tangis bahagia. Tubuhnya penuh keringat dan rambutnya acak-acakkan.

"Jadilah istriku, beri aku kebahagiaan seumur hidupku."

Luhan masih menatapnya dengan lelehan airmata, dan Sehun selalu mengusap wajah basah wanita tercintanya. Selama ini memang hanya Luhan yang sanggup membuatnya lebih hidup, bernafas lega, merindukan apartemen dengan Luhan dan dress cantiknya atau apapun yang ia pakai, masakan yang begitu lezat, kehangatan yang begitu luar biasa. Ia merasa cukup akan semuanya.

"Berjanjilah untuk selalu mencintaiku. Aku bahkan wanita yang tidak sama derajatnya denganmu. Aku wanita yang tidak mempunyai siapa-siapa didunia kecuali hanya dirimu. Tidak seperti mereka yang terlihat begitu sempurna dengan barang-barang mahal, berpenampilan terhormat. Bahkan cara makanku berantakan diatas meja makan. Bagaimana aku berjalan juga tidak seanggun mereka yang bermahkota indah."

"Tapi kau sesuatu yang berharga untukku. Kau begitu sempurna Luhan. Hanya kau."


Mereka menikah dikota kecil, tidak ada yang tahu kecuali beberapa sahabat mereka. Sehun dan Luhan tidak mengundang siapapun, bahkan orangtuanya. Ia hanya ingin Luhan tidak tersakiti. Itu saja.

Sehun membeli sebuah rumah mewah untuk mereka tinggali. Karena tidak mungkin Luhan akan terus berada di apartemen dan memikirkan masa depan dengan beberapa anak yang akan mereka dapatkan. Sehun selalu menunggu saat-saat seperti itu.

Luhan semakin terlihat sempurna, semakin terlihat cantik. Dan Sehun semakin merasa jatuh cinta setiap hari.

"Aku pulang larut nanti malam. Tolong tunggu saja dikamar, okay?" Luhan mengangguk. Sehun yang berdiri memeluk pinggangnya, mencium keningnya, kedua pipi halusnya, dan bibir berwarna cerry itu ia hisap pelan. Luhan menepuk dadanya, dan Sehun menyeringai.

"Dan berikan aku malam panas hingga kau tidak sanggup untuk banguk esok harinya."

"Dasar mesum." Dan Luhan kembali memukul dada Sehun pura-pura kesal. "Hati-hati dijalan. Jaga hatimu ya. Ingat, aku bukan lagi kekasihmu. Aku istrimu, yang akan menghancurkan masadepanmu jika kau macam-macam." Sehun bergidik takut.

"Kau begitu menyeramkan tapi tetap cantik. Aku berangkat ya."

.

.

Usia pernikahan bahkan memasuki bulan ke enam. Dan Luhan belum juga menunjukkan tanda jika ia hamil. Sehun menanyakan hal itu, Luhan meminta maaf jika Luhan masih belum hamil juga. Sehun tidak mempermasalahkan, ia selalu mengatakan tidak apa-apa. Dan Luhan merasa sangat tidak berguna.

"Bagaimana?" Baekhyun bertanya pada Luhan. Jawaban Luhan hanya menggeleng. Ia rutin memeriksa melalui tes kehamilan yang ia beli di apotik. Namun masih setia dengan garis merah satu.

"Mungkin lain kali? Kau hanya perlu berusaha terus menerus." Bahkan kalimat penyemangat itu berulang kali Baekhyun ucapkan. Dan Luhan merasa itu tidak membuat keadaan hati membaik.

Sehun pulang dengan keadaan lelah luarbiasa. Dan Luhan dengan sigap menyambutnya dengan senyuman manisnya.

"Lelah?" Sehun mengangguk dengan mengusap pipi Luhan. "Aku sudah menyiapkan air hangat untuk suamiku yang sudah bekerja keras seharian penuh." Luhan membuka satu persatu kancing kemeja Sehun. Dan di pertengahan, Sehun menahannya seperti tidak biasanya hingga Luhan menyelesaikan pada kancing terakhir.

"Aku akan membukanya sendiri, Luhan." Dan Sehun berlalu masuk kekamar mandi. Sehun berbeda malam itu. Dan Luhan menjauhkan pikiran negatif yang melandanya malam itu juga.

Sehun bersikap seperti biasa dan Luhan merasa lega. Sehun tidak menghentikan pekerjaannya memasangkan dasi, atau tetap melakukan sarapan bersama. Luhan mengantarkan Sehun sampai depan pintu, dan Sehun tetap menciumi seluruh wajah Luhan.

"Hati-hati dijalan. Ingat aku yang menunggumu pulang." Luhan sedikit berteriak agar Sehun dapat mendengar ketika akan masuk kedalam mobil. Sehun tersenyum dan melambaikan tangannya.

.

Ini jam makan siang, dan Luhan tiba-tiba mendadak menginginkan Sehun memakan masakannya dikantor. Jadi ia menelpon Chanyeol untuk memastikan jika Sehun berada dikantor dan tidak ada urusan diluar. Chanyeol mengatakan Sehun akan tetap dikantor karena memang pekerjaan menahannya. Luhan bersemangat ketika menyiapkan makanan itu, meminta Baekhyun juga untuk menemaninya.

Perasaan gugup menerpa, karena sebuah alasan ia baru pertamakali datang ke perusahaan milik suaminya. Mengingat ia menikah dengan cara begitu rahasia dengan Sehun dan atas permintaan Sehun.

Luhan beberapa kali menarik nafasnya dalam-dalam dan Baekhyun hanya terkekeh lucu melihat Luhan terlalu berlebihan untuk kunjungannya pertamakali.

"Seperti akan menemui seseorang yang akan menebas kepalamu." Baekhyun menyindir dan Luhan mengerucut.

"Ini pertama kali. Aku takut kalau mereka tahu, kalau wanita kucel ini istri dari CEO tampan mereka." Luhan memijat pelipis.

"Sehun beruntung memiliki wanita kucel sepertimu. Jangan gugup Luhan."

"Ah tidak bisa! Kita putar arah saja. Ayo pulang." Katanya menyerah.

"Terlambat Luhan. Kita sudah sampai." Baekhyun memarkirkan mobilnya dan melepas sabuk pengaman yang menahan tubuhnya. Berjalan keluar dari mobil.

Luhan terpaksa ikut keluar dengan telapak tangan basah akibat gugup. Mencoba menghilangkan sedikit perasaan gugup sahabatnya, Baekhyun merangkul lengan Luhan dan membawanya dalam langkah sedikit cepat.

Hingga Luhan dan Baekhyun sampai pada resepsionis yang mengatakan Sehun sedang kedatangan tamu. Baekhyun memilih untuk tetap berada disana dengan Chanyeol yang akan menemani atau menunggu Luhan di kafe perusahaan.

Luhan akan pergi keruangan Sehun dengan sendiri. Lantai teratas adalah dimana Sehun berada. Dan didalam lift pun Luhan masih menghembuskan nafasnya dengan kasar supaya bisa menghilangkan perasaan gugup sialan yang sejak tadi.

Hingga lift terbuka Luhan mengangkat wajahnya yang sempat menunduk melihat penampilannya. Ia melangkah dengan mantab dan tiba didepab pintu ruangan Sehun yang terbuka sedikit.

"Sampai kapan Sehun?!" Wanita paruh baya itu terlihat bangkit dari duduknya. "Hanya menikah dan berikan aku cucu!" Luhan merasa jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya. Itu ibunya Sehun?

"Tunggu saja Bu." Sehun menanggapi nya enteng.

"Tunggu sampai Ibu mati dan tidak sempat menggendong cucu pertamaku? Begitu?"

"Aku juga sedang berusaha bu." Sehun menatap ibunya lemah. Sehun benar-benar sedang berusaha memberikan cucu untuk ibunya dari Luhan.

"Haruskah aku mencari calon menantu untukmu?"

Bisakah Luhan pura-pura tidak mendengarnya?

"Jangan pernah berpikiran seperti itu bu. Aku bisa mencari dan memilih sendiri. Tidak perlu ibu ikut campur untuk kehidupanku."

"Sehun, ibu akan mati sebentar lagi. Dan ibu tidak akan lama lagi untuk bertahan hidup. Inilah alasan ibu datang sendirian kekantor tanpa ayahmu."

"Aku akan membawakan cucu dan istriku jika saat itu tiba, hanya tetaplah bersabar dan terima bagaimana pilihanku nanti."

.

Baekhyun memekik ketika Luhan datang terlalu cepat. Bahkan bekalnya tak lagi ada ditangan. Luhan tersenyum namun terlihat berbeda. Chanyeol menautkan alisnya.

"Aku tidak sempat bertemu Sehun. Bekalnya kuberikan pada orang lain." Luhan tidak memerlukan pertanyaan yang keluar dari mulut mereka. Hanya dari pandangannya saja Luhan tahu pikiran mereka. "Aku baik-baik saja, serius. Jangan melihatku seperti itu."

"Benarkah?" Baekhyun merasa tidak yakin. Luhan mengangguk masih tersenyum namun matanya berkaca-kaca.

"Aku ingin pulang."

Baekhyun hanya melirik ketika mereka sedang dalam perjalanan pulang. Luhan selalu fokus pada arah sampingnya. Tidak lagi mengajaknya berbicara ataupun menyuarakan sesuatu. Sesuatu sedang tidak beres pikir Baekhyun yang memilih mengendarai mobilnya dengan hati-hati. Tidak terlalu cepat melaju ataupun pelan. Luhan seperti butuh waktu untuk dirinya sendiri.

Ia tahu bagaimana usaha Luhan untuk tetap menjadi satu-satunya milik Sehun tanpa ada orang yang mengganggu hubungan diam-diam mereka. Helaan nafas panjang terdengar, suasana terlalu hening. Baekhyun bahkan beberapa kali mencoba untuk melirik kearah Luhan.

"Bagaimana jika sampai kapanpun aku tidak bisa memberikan Sehun anak?" Luhan seakan bertanya pada angin.

"Kalian akan mendapatkannya Luhan." Baekhyun berkata dengan tegas. Luhan menatapnya dengan begitu penuh harap seandainya perkataan Baekhyun memang benar.


Dua tahun berlalu, masih tidak ada yang berbeda dari Luhan maupun Sehun. Mereka masih saling menatap satu sama lain dengan penuh cinta. Luhan masih setia menyiapkan segala keperluan Sehun. Dan Sehun masih selalu memeluknya saat tidur, menciumnya ketika pagi dan selalu menyuarakan kata-kata manis. Atau sesuatu yang mereka harapkan.

Sehun pernah menyinggung untuk melakukan program bayi tabung, namun Luhan menolak karena rahimnya tidak mengalami sesuatu yang buruk. Mereka berdua sehat-sehat saja tanpa ada penyakit yang menghambat Luhan untuk segera hamil. Dokter juga mengatakan mungkin mereka memang belum saatnya mendapat kepercayaan untuk menjaga titipan-Nya.

"Atau sebenarnya kita perlu mengadopsi seorang anak?" Luhan terlalu bersemangat tanpa melihat bagaimana ekspresi Sehun yang mengeras.

"Tidak Luhan. Yang ku inginkan adalah darah dagingku sendiri." katanya menolak keras ide Luhan. Bukan sesuatu yang bagus untuk Sehun. Dan juga Sehun benar.

"Lagi pula kita tidak tahu bagaimana ia dilahirkan, bagaimana kehidupan keluarga aslinya, kita perlu tahu Luhan. Kalau anak itu terlahir dari keluarga yang rusak parah aku takut jika ia akan memiliki sifat yang begitu pula. Tidak, aku tidak mau Luhan."

Dan seperti itulah Luhan dilahirkan yang tanpa tahu siapa orangtua kandungnya, Luhan mengesampingkan perasaannya tentang bagaimana pandangan Sehun soal anak yang tinggal dipanti asuhan.

"Tapi mereka mengatakan, itu salah satu cara untuk mendapatkan anak, Sehun. Dia akan manjadi sebuah pancingan." Sehun tetap pada pilihannya, dia menggeleng dan meninggalkan Luhan dikamar seorang diri.

.

Sehun menangkupkan wajahnya dengan telapak tangan kemudian mengusapnya kasar. Keinginan dirinya tentang seorang anak harus tertahan. Entah apa masalahnya hingga sampai dua tahun usia pernikahan mereka Luhan masih belum mengandung anaknya. Mereka bahkan terus berusaha, melakukan cek kesehatan atau mengkonsumsi makanan sehat setiap hari.

Namun juga belum berhasil, Sehun tidak tahu harus bagaimana. Ibu atau ayahnya bahkan hampir menjodohkan dirinya dengan dari anak teman mereka dulu. Sehun menolak, ia sudah punya Luhan. Bagaimana sakitnya jika Luhan mengetahui semua ini, itu tidak bisa Sehun bayangkan.

"Maafkan aku." Luhan memeluknya tiba-tiba dari arah belakang punggungnya. Dan menangis terisak, hingga kemeja bagian bahu Sehun basah. Sehun menariknya hingga Luhan duduk disampingnya dan memeluk istri yang selama ini ia rahasiakan dari siapapun kecuali sahabatnya.

"Aku yang salah, aku akan tetap bersabar sampai saatnya tiba, kita hanya perlu berusaha terus. Aku mencintaimu, sayang. Jangan menangis lagi."

.

Kenyataan bahwa pertengkaran sering terjadi ketika Sehun lupa memeluk Luhan saat tidur. Luhan memprotes bagaimana semua perlakuan Sehun tidak seperti dulu. Dulu walaupun selelah apapun Sehun, ia takkan pernah melewatkan satu malam untuk tidak memeluk Luhan. Karena menurutnya, penghilang rasa penat adalah dengan memeluk tubuh mungil Luhan dan menghirup aroma Luhan.

Atau bagaimana Sehun lebih sering pulang larut malam, hingga makan malam hanya tersaji begitu saja tanpa ada seorang pun yang ada menyentuh. Luhan hanya duduk dan memandanginya, lalu melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul duabelas lewat. Sehun tidak pernah seperti ini.

.

Tiga pria dan satu wanita itu turun dari mobil berwarna hitam mengkilap. Memasuki pintu bar yang dijaga oleh beberapa penjaga dengan bertubuh penuh otot. Mereka dengan gampang masuk ketika salah satunya menunjukkan tanda jika ia salah satu pelanggan VIP disini.

Musik menggema dimana-mana, bau asap rokok bahkan menghantam indera penciuman mereka. Kim Jongin menarik satu-satunya wanita yang bersama mereka; Do Kyungsoo untuk langsung terjun kelantai dansa tanpa memesan minuman atau apapun.

Chanyeol menikmatinya dengan gerakan santai ditubuhnya, tidak pada lantai dansa. Ia dan Sehun memilih dudik disofa terdekat. Dan beberapa wanita mulai berdatangan. Chanyeol menolak tegas dengan mengatakan. "Maaf sayang, pria yang kau goda sudah mempunyai lubang nikmat untuk dirasakan setiap malam." Itu secara tidak langsung menolak wanita murahan itu dan pergi dengan jari tengah ia tunjukkan untuk Chanyeol yang terbahak. Sehun hanya menggelengkan kepala tidak habis pikir.

Kyungsoo dan Jongin kembali dengan saling tertawa dan tubuh yang penuh keringat. "Seharusnya kalian mengajak pasangan masing-masing." Kata Jongin dengan memeluk Kyungsoo.

"Oh tidak! Baekhyun tidak boleh mengetahui tempat para iblis berkumpul." Chanyeol menyaut keras-keras.

"Dan Luhan?" Kyungsoo bertanya dengan senyumannya. Sehun menggeleng.

Beberapa hari ini mereka sedang dalam mood yang tidak baik. Sehun memilih ikut Jongin hanya untuk membuat pikirannya menjernih dan setelah itu pulang memeluk Luhan yang mungkin juga akan menyambutnya dengan senyuman hangat seperti dulu. Bukan teriakan marah tak jelas yang selalu ia dapatkan.

"Kalian bertengkar?" Jongin mengintrupsi. Sehun menaikkan bahunya. "Perlu ku carikan seseorang untuk menghibur?" Tawar Jongin dan langsung mendapatkan cubitan keras diperut dari Kyungsoo dan pukulan dikepala belakang dari Chanyeol.

"Lakukan jika kau sudah bosan hidup!" Dan Jongin mengaduh kesakitan. Chanyeol begitu tersinggung. Sedangkan Sehun hanya tertawa senang melihat Jongin mengadu kesakitan.

.

Sehun berjalan menuju toilet, sendiri tentu saja karena ia bukan anak kecil yang akan tersesat. Ia meraih ponsel disaku, berniat menghubungi Luhan, mengatakan jika dirinya tengah bersama sahabat mereka. Namun terhenti ketika seseorang menabrak tubuhnya, seorang wanita bertubuh kecil dan mempunyai kulit putih.

Wanita itu terlihat hampir jatuh jika saja ia tak menahannya dengan lengannya dipinggang ramping tersebut. Orang itu terlihat begitu ketakutan terlihat bagaimana bergetarnya tubuh itu.

"Kau baik-baik saja?" Sehun merasa khawatir secara tiba-tiba.

Wanita itu berulang kali menoleh kebelakang tubuhnya dan mencengkram erat lengan Sehun dengan lelehan airmata. "Tolong bawa aku pergi." Dan memohon dengan sangat menyedihkan. "Seseorang mengancam membunuhku jika.. jika..."

"Hey! Tenanglah. Ada aku disini. Kau akan baik-baik saja." Sehun mendekap kepala wanita hanya rambutnya terlihat kusut.

Sehun membawanya pergi. Bahkan ketiga sahabatnya sempat melihat bagaimana Sehun dengan sangat terburu dengan memeluk seorang wanita yang memakai pakaian terlalu terbuka.

"Sehun!" Chanyeol meneriaki namanya. Namun seakan Sehun tak mendengar ia lenyap dibalik pintu keluar. Mengumpat atau mencoba menelpon Sehun mereka lakukan. "Bajingan itu!" Chanyeol meremas ponselnya ketika Sehun tidak mengaktifkan ponselnya.

.

Sehun memilih turun disebuah hotel terdekat ketika taksi mengantarkan mereka. Karena Sehun tidak akan mungkin membawa pulang seorang wanita kerumah mereka. Yang ada Luhan akan membunuhnya. Sehun memesan satu kamar untuk mereka.

"Siapa namamu?" Sehun meletakkan teh hangat dinakas samping ranjang besar yang sudah ada wanita itu disana.

"R-roseanne Park." Wanita itu menundukkan kepalanya.

"Baiklah, Roseanne Park."

"Rose saja." Dia menyela cepat.

"Ah.. oke. Sebenarnya apa yang terjadi padamu?" Sehun saling menangkupkan telapak tangannya. Merasa penasaran pada wanita didepannya.

.

Luhan terbangun, dan ketika listrik padam secara tiba-tiba ia tengah menegak minum karena tenggorokkan begitu kering. Matanya masih belum bisa terpejam ketika jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari.

Dan langsung suara gemuruh terdengar. Ia menghidupkan cahaya melalui ponselnya dan berjalan kembali kekamar. Ternyata hujan dan Luhan benar-benar merasa cemas luarbiasa.

.

Rose menceritakan bagaimana semuanya terjadi. Kekasihnya hampir saja memperkosa dirinya, jika saja Rose tidak menendang kekasihnya dan berusaha kabur saat pria sialan itu mengadu kesakitan.

"Terimakasih sudah menolongku." Sesapan meninggalkan jejak bibir Rose di pinggiran gelas. Sehun melihatnya.

"Aku harus pulang dan ku yakin kau akan aman disini." Sehun bangkit dan akan sampai pada pintu. Namun pikirannya entah mengapa begitu tidak tega meninggalkan Rose sendiri disini. Ia kembali berbalik dan Rose masih memandanginya dengan sendu.

Sehun mengeluarkan dompet dan mengambil sesuatu disana. "Tolong hubungi aku jika kau sudah ada dirumahmu besok. Karena aku tidak bisa merasa baik-baik saja." Katanya setelah kartu nama itu jatuh ketangan Rose.

Sehun kembali berjalan menuju pintu lagi. Namun tampaknya Rose ingin sedikit membuatnya tertahan disini sebentar. Rose memeluknya tiba-tiba dari belakang punggung Sehun.

"Tidak bisakah kau tetap tinggal saja disini? Bersamaku?" Rose mendengung.

Sehun melepas pelukan itu dan berbalik menghadap Rose, "Tidak. Aku harus pulang. Karena..." istriku sudah pasti sedang menungguku . Dia tidak melanjutkan kalimatnya seakan menjaga perasaan wanita yang baru ia temui beberapa waktu lalu. Rose menunggu kalimat Sehun yang menggantung.

"Karena?"

"Karena tidak baik jika kau dan aku harus tinggal bersama pada satu kamar.. hotel." Sehun begitu resah sekarang.

"Kau sudah menolongku."

"Lalu?"

"Bisakah aku memberimu sesuatu disini?" Rose menyentuh bibir sehun dengan jarinya. "Maksudku hanya sebagai hadiah saja." Sehun menautkan alisnya merasa bingung.

"Tidak perlu.. Rose!"

Tubuh Sehun menabrak ranjang ketika Rose menariknya dan menjatuhkan tubuh Sehun. Rose menaiki tubuh Sehun dan duduk diatas perut Sehun. "Kau pria baik, Oh Sehun. Aku lebih baik memberikannya padamu dibanding kekasih brengsekku." Rose menangis sekarang. Dan Sehun bangkit untuk duduk. Menangkup wajah cantik Rose.

"Jangan menangis Rose." Sehun mengusap bagian yang basah. "Dan jangan bicara seperti itu lagi."

"Kenapa? Aku hanya ingin membalas kebaikanmu. Aku memberikannya untukmu."

Sehun menggeleng. Menolak permintaan Rose. Ingat Luhan, Sehun! Batinnya berteriak.

"Sehun.. kumohon." Rose mengecup bibir Sehun. "Kumohon.." begitu terdengar lirih diantara kecupan bibir Rose dan milik Sehun.

Kenyataan bahwa pria tidak pernah bisa mengendalikan hasratnya yang seakan akan meledak dalam waktu dekat. Sehun membalikkan tubuh hingga Rose memekik ketika ia berada dibawah Sehun. Merasa bahagia ketika Sehun tidak menolaknya, menembus dirinya hingga tetesan darah keperawanannya mengalir deras, dan mengerang diantara pergerakan liar mereka malam ini.

.

Luhan berlari, memasuki kamar mandi dengan begitu terburu. Mualnya menyerang dan kepalanya begitu berat. Ia baru ingat, malam tadi tak ada satupun suapan masuk kedalam mulutnya.

Ia membasuh wajahnya diwastafel. Dan berjalan dengan telapak tangan yang menyandari pada dinding. Langit sedikit terang, ia melihat jam yang sudah pada angka lima.

Seketika ia ingat Sehun yang belum terlihat dikamar mereka. Luhan keluar dari kamar dan turun menuju ruang tengah. Langkahnya terhenti ketika melihat punggung itu berada disana, duduk disofa. Luhan menghampirinya.

"Sehun!" Pekiknya keras.

Sehun bangkit dan langsung memeluk Luhan begitu erat. Luhan bahkan harus menahan nafas karena pelukan tiba-tiba Sehun. "Sehun.." lirihan Luhan terdengar. Dan hembusan nafas Sehun begitu berat.

"Aku mencintaimu.. Luhan." Sehun terus mengulanginya sampai Luhan memaksa untuk Sehun melepaskan pekukannya.


Ini sudah seminggu setelah Sehun bersikap aneh dipagi buta. Luhan tidak ingin memikirkan apapun yang membuat tubuhnya semakin merasa tidak baik-baik saja.

Sehun bertingkah seperti dulu. Hanya saja yang membuatnya berbeda adalah ponsel yang selalu membuat bisa menarik perhatian Sehun dan lebih sering disamping Sehun atau digenggamannya. Dan juga ponsel itu sering bergetar akibat panggilan atau pesan masuk.

Luhan beberapa kali menanyakan siapa yang selalu menghubungi suaminya itu. Namun Sehun mengatakan hal sama. "Teman lama."

Teman lama yang Sehun katakan itu siapa? Luhan merasa tahu hampir semua teman Sehun sewaktu dikampus.

Sarapan itu berakhir dengan Luhan bangkit dari bangkunya dan Sehun yang menggenggam ponsel dengan menatap Luhan. Kemarahan pun Luhan redam dalam-dalam.

.

"Aku akan pulang terlambat karena Chanyeol dan Jongin mengajakku bermain sebentar."

Luhan meletakkan ponselnya diatas meja, dan meraih susu coklat panas miliknya. Menatap tivi yang menyala, menampilkan tokoh kartun kesukaannya. Luhan terkekeh pelan disaat adegan lucu yang ia lihat. Dan kemudian terkekeh lagi dengan sedikit keras namun airmatanya menetes.

Tidak ada yang salah, disini hanya dia yang salah. Bahkan mungkin dia hidup juga suatu masalah. Luhan meletakkan lagi susunya dan menyandarkan kepalanya dipunggung sofa.

Lelah pada pikirannya yang selalu tidak merasa baik-baik saja ketika Sehun selalu menyuarakan alasan yang membuatnya tidak yakin. Ponselnya berdering mengejutkan Luhan. Disana nama Baekhyun tertera.

"Ya Baek?"

"..."

"Ya.. tunggu sebentar."

.

Luhan membuka pintu kafe, matanya mencari dimana gadis berambut panjang berwarna coklat terang berada. Dan Luhan menemukan ketika matanya menangkap lambaian tangan putih mulus itu padanya. "Luhan!" dan teriakan nyaring hingga hampir semua orang menatap kearahnya.

Luhan berlari kecil menghampiri Baekhyun. "Tidak perlu berlebihan, Byun Baekhyun." Baekhyun hanya menyengir lucu.

"Kau terlihat gemukan, Luhan."

"Padahal aku jarang makan sekarang." Luhan menatap jari-jarinya.

"Tolong jaga kesehatanmu Luhan."

"Aku bosan, Baek. Sungguh. Aku sudah menjaga kesehatanku dengan Sehun tapi.."

"Jangan dipikirkan. Tidak baik untuk kepalamu. Aku memintamu datang hanya untuk memberikan ini."

Baekhyun meletakkan lembar cantik berwarna peach dan bertulis besar-besar Byun Baekhyun dan Park Chanyeol.

Luhan mengambil dan menatap tak percaya. "Kalian akan menikah?" Dia memekik keras.

"Ya Tuhan, Luhan. Tolong suaramu." Katanya menahan malu. "Ya..." lanjutnya dengan wajah yang memerah.

"Aku begitu bahagia atas kabar baik ini." Luhan menggenggam tangan Baekhyun. Saling tersenyum penuh kasih sayang.

Sampai suara seseorang menginstrupsi, "Eonni?"

Luhan dan Baekhyun mengangkat pandangan mereka.

"Rose?"

.

"Kami akan mempertemukan kalian ketika resepsi pernikahan Chanyeol dan Kekasihnya. Dan Sehun, kau tidak bisa menghindari apapun perkataan kami." Ayahnya sudah merasa bosan dengan semua janji Sehun yang akan memberikan mereka menantu dan seorang cucu. Bahkan sampai sekarang Sehun masih belum bisa mewujudkan impian kedua orangtuanya.


Sehun selalu datang ketika Rose memintanya untuk mengunjunginya diapartemen. Apartemen yang Sehun beli hanya untuk Rose tinggali yang berada dekat kantor miliknya, dan juga agar ia lebih gampang menemui wanita muda tersebut.

Dan Sehun tidak bisa menjelaskan bagaimana hubungan mereka berdua sekarang apa. Sehun yang datang dan Rose akan bertingkah sebagai kekasih yang penuh perhatian. Kecuali masakan yang akan Sehun makan, mereka membeli makanan cepat saji. Karena Rose tidak pandai memasak apapun.

Sehun mengusahakan sekeras apapun untuk menolak rayuan Rose agar tetap tinggal diapartemennya. Karena Luhan selalu akan menunggu kepulangannya dari pengkhianatan. Dan Sehun sadar ketika melakukannya, hatinya sudah terbagi. Bukan lagi Luhan yang memenuhi pikirannya, tapi wanita muda berumur delapan tahun lebih muda darinya itu juga sanggup membuat Sehun mengerang.

.

"Tetap berada disekitar pandanganku, Luhan. Jangan biarkan siapapun mendekatimu."

Mulutnya terbuka ingin mengatakan sesuatu. Namun Sehun sudah menghilang dari pandangannya. Luhan menyimpan kembali lembaran hasil dari dokter ketika ia mengecek keadaan Luhan yang tidak pernah baik, kedalam tas tangannya. Mereka pergi bersama menuju acara pernikahan Baekhyun dan Chanyeol. Namun harus berpisah diparkiran agar tidak diketahui oleh siapapun.

Luhan berjalan sendiri dengan gaun yang sudah Sehun persiapkan untuknya, itu gaun mahal yang begitu indah. Ia menghabiskan hampir seharian di salon dengan Kyungsoo.

"Luhan."

Itu Kyungsoo dan Jongin, mereka begitu sempurna malam ini. Dan Luhan merasa ada yang kurang, tidak adanya pasangan dan itu membuatnya miris. Luhan mempunyai suami, namun tidak bisa bersama melangkah memasuki gedung dimana Chanyeol dan Baekhyun terlihat seperti ratu dan raja malam ini.

"Tetap bersamaku, ya. Aku merasa kesepian." Luhan tidak berbohong, dia membutuhkan Sehun. Rasanya ingin menangis sekarang. Kyungsoo membelai punggung Luhan, dan Jongin yang menyemangatinya.

.

Begitu meriah, kebanyakan dari mereka adalah orang-orang penting. Luhan merasa begitu tak pantas berdiri diantara orang-orang yang selalu membahas seberapa mereka banyak mempunyai harta, Luhan mendengar percakapan beberapa wanita muda yang begitu terlihat sempurna membicarakan seberapa banyak mereka menghabiskan uang hanya untuk sebuah tas atau kuku yang terlihat aneh ditangan mereka.

Luhan menoleh ketika Baekhyun memanggilnya, disana Kyungsoo dan Jongin disamping Chanyeol dan Sehun juga ada disamping Baekhyun. Sehun mengisyaratkan untuk mendekat, namun terkalahkan ketika pundaknya tertabrak oleh wanita bergaun merah lebih dulu menempati posisi untuknya, disamping Sehun dan menggandeng tangan suaminya.

Dia Rose, sepupu dari Chanyeol, "Maaf." ungkapnya merasa bersalah pada Luhan yang hanya diam menatap Sehun.

Sehun begitu tenang dengan gandengan wanita muda tersebut. Tidak sedikitpun Sehun berusaha melepaskan rengkuhan itu, dan Luhan cukup sadar diri untuk menjauh dari sana, tidak mungkin ia memaki wanita yang sialnya adalah sepupu Chanyeol didepan semua orang. Yang ada dirinya akan di caci maki, dikatai tidak waras karena mengakui jika suaminya tengah bergandengan dengan wanita lain didepan matanya. Dan juga karena semua orang tahu status Sehun yang mereka pikir masih lajang tersebut.

Luhan menggeleng pelan dan mencoba untuk tersenyum, mundur dan berbalik pergi. Kyungsoo meneriakinya dan Luhan seakan tuli.

.

"Ternyata kalian sudah saling mengenal?" Ibu Rose merasa tidak percaya. dan Ibu Sehun juga terlihat begitu bahagia. Rose lah yang akan ia perkenalkan dengan Sehun, anaknya. Karena Rose berasal dari keluarga terhormat. Dan juga sesuai kriteria menantu sempurna Ibu Sehun.

"Sehun menolongku saat itu, seperti pangeran di cerita dongeng." Rose begitu bahagia, terlihat dari tangan yang setia memeluk lengan Sehun dan senyuman lebar begitu manis.

"Hanya tidak sengaja saja, aku menolongnya karena dia wanita yang menyedihkan." Sehun tersenyum, dan Rose memukul lengan Sehun dengan kepalan tangannya.

"Jadi kapan kita bisa menjadi sebuah keluarga?" Ayah Rose terdengar tidak sabaran ketika melihat anaknya begitu bahagia dengan pria disampingnya.

"Secepatnya. Karena dia sudah berusia tiga minggu."

.

Bisakah Sehun meminta Tuhan untuk mencabut nyawanya sekarang? Kepalanya terasa seperti berputar-putar hingga matanya berkunang-kunang. Pekikan bahagia disekitarnya membuat dadanya sesak.

Rose mengumumkan sesuatu tepat ketika Luhan berada dibelakang tubuhnya setelah menghilang entah kemana, "...dia sudah berusia tiga minggu."

Dan ketika itu Luhan menjatuhkan gelasnya, mematung. Sehun dan beberapa orang menatap padanya. Luhan mengedipkan beberapa kali matanya, telinganya mendengung memekakkan sakit. Hatinya terasa rusak.

Ia mengangkat pandangannya, seluruh tubuhnya bergetar. Kyungsoo menghampirinya, menahan tubuh yang serasa seperti jelly. Bertatapan langsung dengan Sehun ternyata tidak bagus untuk dirinya. Airmatanya jatuh. Dan Rose merasa bingung, bahkan kedua orangtua Sehun sempat menanyakan keadaannya.

"Bawa aku pergi, Kyung.."

Luhan terdengar begitu lemah dan Sehun tidak bisa berbuat apa-apa. Kecerobohannya ketika bersama Rose menghancurkan hidup wanita tercintanya.


Luhan tidak melarikan diri ketika Sehun memasuki rumah mereka. Luhan duduk dihalaman belakang dengan seekor anjing kecil putih dipangkuannya. Sehun tidak pernah tahu bagaimana Luhan mendapatkannya.

Ia menghampiri Luhan, dan bersiap untuk menerima apapun yang akan Luhan lakukan. Membiarkan tubuhnya dilempari pisau atau batu yang akan menghancurkan tubuhnya. Dan itu tetap tak bisa mengalahkan bagaimana hancurnya hati istrinya. Belum lagi kondisi Luhan yang baru saja pulih dari pasca kegugurannya, Sehun mengetahuinya ketika Chanyeol dengan senang hati melayangkan kepalan tangannya dibeberapa titik wajah Sehun. Dan mereka berhasil dilerai oleh Jongin dan juga dua wanita mereka; Baekhyun dan Kyungsoo. Kenyataan bahwa Luhan mengandung anaknya dan sekarang mereka kehilangan janin yang selalu Sehun idam-idamkan.

"Jangan pernah mencoba untuk menjelaskan apapun padaku." Suaranya begitu dingin, tersakiti dan hancur.

Tubuhnya tenggelam pada hoodie abu-abu gelap milik Sehun. Membelakangi Sehun yang berdiri menghadap kearahnya, rambutnya dibiarkan tergerai dan berantakan ketika angin menerpa kepalanya.

"Luhan.. aku benar-benar.."

"Kau tidak lagi menginginkanku, Oh Sehun." Luhan menundukkan kepalanya, tangannya mengusap kepala anjing.

"Kenyataan bahwa bukan hanya aku lagi kau yang miliki, kau bahagia?" Luhan mengarahkan wajahnya kesamping hingga Sehun hanya bisa melihat bagian samping wajah Luhan.

"Dan kau tidak lupa untuk pulang? Sudah berapa lama ya?" Luhan bangkit dan membawa anak anjing itu dipelukannya. Senyumannya cantik namun tidak ceria seperti dulu.

"Lu -"

"Aku menunggu saat-saat seperti ini." Luhan berjalan mendekati Sehun yang menatapnya begitu merasa menyesal. "Apa kau hidup dengan baik?" Dia mengusap rahang Sehun. Sehun semakin terlihat tampan setelah hampir setahun tidak melihat pria yang masih menjadi suaminya.

"Doaku dikabulkan Tuhan, kau datang dengan keadaan yang begitu sehat." Luhan tersenyum lagi dan Sehun merasa akan mati perlahan hanya karena Luhan tersenyum.

"Kedatanganku.. -"

Ssstt! Luhan meletakkan telunjuknya didepan bibir Sehun.

"Kau tidak perlu mengatakan apapun padaku, Sehun. Bahkan aku tidak menginginkan suaramu terdengar ditelingaku. Aku telah belajar hidup tanpamu, setengah mati."

"Aku mencintaimu Luhan!"

"Kau telah mengingkari janjimu."

"Maafkan aku."

"Itu tidak akan mengembalikan perasaanku yang dulu terhadapmu."

"Tolong beri aku kesempatan."

"Kau sudah menghabiskan seluruh waktu kesempatanmu, Sehun. Aku menunggumu pulang, tetap menyiapkan segalanya walau kau juga belum pulang. Makanan sudah menjadi sampah tak berarti ketika aku memilih menunggu hingga kau pulang agar kita bisa makan bersama lagi. Tapi.."

"Aku menyesal."

"Dengan aku yang tidak menjaga diriku dengan baik, aku membuatnya tidak bertahan lebih lama. Aku melupakannya karena dipikiranku hanya ada dirimu." Matanya memerah dan berair, Luhan bahkan tidak lagi menahan diri untuk tidak menangis didepan suaminya. "Aku kehilangan mimpi indahmu selama-lamanya."

"Aku bahagia ketika Rose akhirnya bisa mewujudkan mimpi indahmu, apa dia cantik seperti istrimu? atau tampan seperti dirimu?" wajah Luhan sudah basah dengan lelehan airmatanya, tapi tidak melunturkan senyumannya.

"Aku ingin semuanya cepat berakhir Sehun. Aku ingin menjalani semuanya seperti belakangan ini ku lalui." matanya menatap tepat ada mata Sehun. "Tanpamu, bayanganmu, dan juga status sialan ini. Aku tidak butuh dirimu lagi."

"Aku tidak ingin kita berakhir Luhan!"

Luhan menautkan alisnya, "Tidak Sehun, aku memang suka ketika kau lebih egois ingin memilikiku seorang diri, itu seperti kau hanya mencintaiku setengah mati. Tapi sekarang tidak lagi, kau sudah menikahinya, dia memberikan anak yang lucu seperti keinginanmu. Tetaplah bersamanya, hanya hiraukan aku seumur hidupmu. Karena aku juga akan melakukannya. Melupakanmu hingga tak bersisa."

Luhan memberikan anak anjing yang sejak tadi berada digendongannya pada Sehun. "Namanya Vivi, dia jantan dan sudah ku anggap seperti anak kandungku." Luhan mengusap kepala anjing itu dan menciumnya. "Aku tidak bisa membawanya. Tolong jaga dia. Dan aku tidak membawa apapun yang kau berikan selama ini, hanya buku tabunganku saja. Sehun, aku senang bisa merasakan lelahnya bekerja selama kau tidak ada. Dan Vivi adalah hasil keringatku sendiri, karena kupikir aku perlu seorang teman untuk dirumah sebesar ini."

Luhan menatap rumah mewah miliknya dan Sehun, kenangan disini terlalu banyak, karena itulah Luhan merasa begitu sendirian ketika setahun Sehun tidak pulang untuk menemuinya.

"Dan pulanglah, kurasa mereka sudah mengantarnya kerumahmu dan Rose."

"Apa?"

"Surat perceraian kita." setelahnya Luhan memeluk sekilas tubuh Sehun, seperti hanya dengan seorang teman, bukan sebagai sepasang suami-istri.

"Tidak Luhan! aku tidak menyetujui apapun keputusanmu!"

Luhan hanya perlu menghilang dari Sehun selamanya. Menulikan segala teriakan dari Sehun yang memohonnya untuk kembali, yang hanya untuk menorehkan luka lagi dihidupnya.


Dia hanya terlalu takut untuk jatuh pada kesalahan yang sama,

Dan cukup bersabar untuk menunggu waktu sendirian,

Bertahan dalam kegelapan,

Dingin yang selalu menyelimuti

Bahkan hanya tangis yang menemani.

Sehun hanya perlu tahu,

Bahwa detikpun sanggup mengubah perasaan seseorang yang tersakiti.

Permasalahannya, manusia tidak cukup kuat dalam hal berbagi pada sesuatu yang berharga dihidupnya

Luhan sudah memutuskan dan Sehun hanya harus menerimanya.


END

Maaf jika ada kesalahan.