HATE
Kuroko no Basket (c) Fujimaki Tadatoshi
Bahasa aneh. Possibly typo.
Genre: Angst Gagal/?
.
.
.
"Aku benci Akashicchi." suatu hari, dengan terang-terangan, Kise mengumumkan kata-kata itu kepada si rambut merah. Di suatu tempat bernama atap sekolah, di situlah kedua makhluk dari Kiseki no Sedai tersebut berada.
Akashi mengangkat alis, "Lalu?" sahutnya dingin. Tentu dalam hati, Akashi tidak menyukai deklarasi terang-terangan yang keras itu. Masih mending kalau pemuda pirang itu mengatakan, "Akashicchi jahat sekali seperti setan ssu."
Tambahan lagi, si pirang tidak menggunakan suffix 'ssu' yang biasa ia kenakan di tiap kalimatnya. Artinya Kise benar-benar serius.
"Akashicchi selalu berjalan dan ngobrol dengan Midorimacchi." mata si pirang menyala penuh amarah. Cemburu? Kise memang tidak pernah bilang pada Akashi kalau ia menyukai kaptennya sendiri. Tapi, yah, tentu saja Akashi tahu tentang hal itu. Terima kasih untuk keabsolutan yang diterimanya sejak lahir.
"Oh." dan reaksi si rambut merah hanya itu. Sebuah kata pendek, singkat, terdiri dari dua huruf, dan menyesakkan hati.
"Akashicchi jahat ssu!" air mata Kise berlinang, "Masa Akashicchi tidak pernah tahu apa yang kurasakan ssu?! Masa Akashicchi tidak pernah peduli sedikiiiit saja denganku ssu?! Kenapa Akashicchi tidak pernah-setidaknya-berjalan pulang bersamaku ssu...?" ujarnya, sedikit lemas. Kata-katanya panjang, lebar, dan penuh perasaan seperti perempuan. Kise sangat kesal karena Akashi tak pernah mengobrol atau memberi perhatian khusus kepadanya.
"Kau tidak bilang." Akashi membalas kalem. Sang Emperor benar-benar hebat, ia sama sekali tidak terguncang melihat si copycat-dengan wajah ikemennya yang kini tampak sangat manis-menangis dan meluncurkan bulir air mata terus menerus.
"Akashicchi kan tahu ssu! Kenapa aku harus bilang ssu?!" si model berteriak jengkrl. Masa sih sang Emperor harus diberitahu kalau Kise Ryouta menyukainya? Akashi kan absolut, pasti tahu apa saja.
"Mungkin karena aku berpikir kalau kau hanya ingin memperhatikanku dari jauh...?" oh, betapa Kise benci mendengarnya. Seseorang yang mencintai tentu ingin diperhatikan oleh obyek yang disayanginya itu. Bahkan Naruto sekalipun. Hati kecilnya pasti berkata, "Aku ingin Sakura-chan melihatku."
"Aku benci Akashicchi." ujarnya lagi, dengan suara yang tercekat di tenggorokan. Kise masih menangis dan Akashi tidak memberikan sebuah pelukan hangat, kecupan di dahi, atau kata-kata manis seperti yang didambakannya. Akashi bergeming, seperti patung. Hanya memperhatikan si pirang dari jarak satu meter tanpa berkata apa-apa. Jarak itu begitu dekat, tapi Akashi tak bergerak sedikitpun dari tempatnya dan Kise tak bisa merangkulnya. Merasa begitu kesal.
"Kalau begitu, ya sudah." beberapa saat kemudian, Akashi menyahut, "Ryouta tidak mencintaiku lagi. Jadi, apa gunanya aku membalas cintamu yang sudah kau hapus itu?"
.
.
.
Sekian. Terima kasih. Wassalam. *menghilang di balik kabut/?*
