FIGHT!
Summary : Kau terlibat dalam sebuah pertarungan antara kekuatan fisik dan teknologi. Kau hampir tidak bisa mengendalikan tubuhmu sendiri. Cairan misterius itu telah mengubah dirimu dan kaulah yang mereka incar dari pihak lain, namun kaulah yang dilindungi dari pihak yang membelamu.
Kuroko no Basuke
Sci-fi & Fantasy
Chara X Female!Reader
FIGHT!
.
.
.
.
.
Kau, gadis bersenjatakan pedang dengan pakaian serba hitam, tengah berdiri di atas salah satu gedung pencakar langit yang ada di kota yang kau sendiri tidak tahu kota apa itu. Kota yang terlihat begitu sepi dan tiada aktivitas penduduk kota di sana. Sebuah kota mati, itulah penggambaranmu pada kota tersebut. Dari atas gedung itu, kau dapat melihat beberapa bangunan lain yang terlihat rapuh, beberapa alat transportasi berserakan di sepanjang jalanan kota bagaikan sampah yang dibuang sembarangan, hancurnya bagian jalanan aspal, dan beberapa mayat juga ikut berserakan di sana. Pertarungan telah terjadi beberapa waktu yang lalu mengorbankan banyak orang-orang yang tidak terlibat dalam suatu masalah yang tercipta dari organisasi tertentu.
"Ugh!"
Kau berlutut sambil memegang erat pergelangan tangan kirimu. Terasa sakit, sangat sakit.
"Mengapa... Ugh! Mengapa mereka menyuntikkan cairan itu kepadaku...? Mengapa harus aku...? Argh!"
Pergelangan tangan kirimu mengeluarkan darah tanpa sebab. Perlahan rasa sakit itu menjalar ke seluruh tubuhmu hingga mulutmu memuntahkan darah. Sakit dan terasa perih. Itu adalah efek dari cairan yang dimasukkan ke dalam tubuhmu. Kau tidak tahu apa alasan mereka memasukkan cairan berbahaya itu ke dalam tubuhmu, itu terasa begitu menyiksa tubuhmu seakan-akan kau merasa hidup segan mati tak mau.
Kau membersihkan darah dari mulutmu menggunakan tangan kanan yang dilapisi oleh sarung tangan hitam. Kedua bola matamu melihat beberapa pasukan robot setinggi tiga meter yang telah mendarat dari sebuah pesawat yang membawa mereka jauh dari atas gedung yang kamu tempati sekarang.
"Mengapa harus di saat seperti ini...?"
Rasa sakit itu mulai menghilang. Kesempatan bagimu untuk menyelamatkan diri dari para pasukan robot itu. Kau berusaha untuk berdiri dengan kepala yang ditundukkan. Tangan kirimu yang sekarang mulai terasa baikkan memegang sebuah pistol, sedangkan tangan kananmu menghunuskan sebuah pedang yang terlihat begitu tajam. Seluruh pasukan robot yang ada di atas gedung itu mulai mengarahkan berbagai jenis senjata api yang berada di bagian tubuh mereka ke arahmu.
"Kalian sendiri yang memulainya!"
Robot-robot itu mulai menembakkan laser ke arahmu tanpa jeda. Kau, (Your Full Name), berlari begitu cepat menghindari setiap serangan laser mereka sambil menembakkan peluru timah dari pistolmu. Kau pun melesat ke arah salah satu robot, mendarat di bahu robot itu, lalu menusukkan pedangmu ke lehernya, setelah itu kau mendarat. Robot yang kau serang itu berusaha untuk menembakmu lagi, tapi ia malah meledak. Sebenarnya, pedang yang kau gunakan itu memiliki tegangan listrik tinggi yang dapat merusak setiap mesin pada tubuh robot hingga meledak.
Baru satu musnah bukan berarti kau berhasil selamat, masih banyak lagi robot yang berusaha menyerangmu di atas gedung itu.
Tangan salah satu robot berubah menjadi pedang kemudian robot itu berusaha menyerangmu. Sialnya, ketika kau hendak menghindar rasa sakit yang sama menyerang tubuhmu hingga tubuhmu terasa kaku.
"Sial!"
Kau hanya bisa memejamkan mata pasrah dan berpikir bahwa kau takkan dapat bertemu hari esok lagi karena detik ini kau akan mati di tangan robot itu.
Namun, perkiraanmu salah besar.
SRRRK! SRRRK!
Perlahan kau membuka kedua matamu lalu melihat sosok seorang pemuda bersurai biru langit tengah berdiri membelakangimu. Kau juga melihat robot bertangan pedang itu terperangkap dalam ikatan sepasang rantai besi yang berasal dari sepasang Gauntlate yang dipakai di kedua tangan sang pemuda. Pemuda itu menarik kedua rantai besinya begitu kuat hingga membuat tubuh robot yang terikat semakin keras retak kemudian hancur. Kedua rantai besi itu pun kembali masuk ke dalam lubang yang berada pada Gauntlate-nya.
"Kau tidak apa-apa, (Name)-san?" tanyanya sambil menoleh ke arahmu.
"Kau... Kuroko Tetsuya?"
"Ha'i."
Beberapa robot mulai bergerak menyerang kalian berdua dengan cara menembakkan laser ke arah kalian dan sebagian robot lainnya menyerang menggunakan tangan pedang mereka. Dengan gerakan cepat dan lincah Kuroko menghindari setiap tembakkan laser mereka sambil melesatkan beberapa pisau dari Gauntlate-nya yang memiliki tegangan listrik tinggi. Kedua Gauntlate Kuroko kembali mengeluarkan sepasang rantai besi ketika ia dalam posisi bersalto tinggi ke arah para robot kemudian menyerang mereka dengan cara memukulkan rantai besinya begitu keras ke tubuh para robot.
Kamu juga tidak tinggal diam dan ikut melawan. Kau terus menghindari setiap serangan yang dilancarkan robot-robot kepadamu sambil menangkis serangan pedang mereka menggunakan pedangmu dan sambil menembak mereka menggunakan pistol.
Kuroko mengikatkan rantai besinya pada tubuh salah satu robot, dia melompat salto ke belakang robot, mengeratkan ikatan rantai besinya, kemudian dengan sekuat tenaga melemparkan tubuh robot itu ke atas menggunakan kedua rantai besi.
"Murasakibara-kun!" panggil Kuroko.
Pemuda yang dipanggil namanya itu langsung melompat dari gedung satunya yang lebih tinggi sambil memegang sebuah pedang yang sangat besar. Murasakibara mendarat di atas tubuh robot yang ditarik Kuroko, menebas tubuh robot tersebut menggunakan pedang besarnya, kemudian jatuh lalu mendarat di depan kamu.
Kau begitu terkejut dengan kedatangan pemuda bersurai ungu dengan tinggi badan lebih dari dua meter tersebut. Murasakibara melindungi dirimu dengan cara menebas semua robot yang menyerang kalian.
"Arigatou, Murasakibara," katamu kepadanya.
Murasakibara menoleh sesaat kepadamu lalu berkata, "(Name)-chin, sebaiknya kau segera pergi dari sini."
"Tapi, bagaimana dengan~"
"Kami bisa mengatasinya, (Name)-san. Sekarang, pergilah sebelum para robot ini membuatmu kewalahan," perintah Kuroko sambil terus menyerang robot menggunakan rantai besinya.
Kamu hanya mengangguk kemudian melompat dari gedung tersebut.
Kau pun mendarat di atas sebuah kereta yang entah mengapa bergerak dengan sendirinya.
"Kukira semua transportasi tidak beroperasi lagi," gumammu sambil menundukkan kepala melihat bagian atas kereta yang saat ini tengah kau pijak. Pasalnya kota tempat kalian berada sudah tidak dihuni lagi, rasanya agak tidak masuk akal jika kereta di sana dapat bergerak tanpa dikendalikan seseorang.
Ketika kau hendak berlari, kau dicegah oleh puluhan prajurit bersenjatakan senapan laser. Mereka semua menodongkan senapan mereka ke arahmu. Sesaat kau hanya bisa diam sambil memperhatikan mereka kemudian kau menebak salah satu di antara mereka. Kau menaikkan sebelah alismu ketika melihat tubuh salah satu prajurit yang kau tembak. Kau dapat melihat peluru timahmu menancap pada bahunya yang terbuat dari mesin-mesin mekanik.
"Robot juga rupanya," ucapmu.
Mereka hendak menyerangmu, tapi seorang pemuda bersurai hijau dengan memakai kacamata mendarat di depanmu lalu menembak prajurit-prajurit itu menggunakan Assault Riffle.
"Midorima, rupanya kau juga ikut menolongku?" tanyamu kepadanya yang masih sibuk menembak para prajurit robot tersebut.
"Eh? Aku tidak bermaksud untuk menolongmu, ini perintah dari Akashi, nanodayo," katanya. Dia masih saja bersikap Tsundere.
Kereta terus berjalan dengan begitu cepat. Kalian berdua terus bertarung melawan para prajurit yang kelihatannya tiada habisnya.
"Sial! Kenapa prajurit-prajurit ini semakin banyak saja?" tanyamu sambil menebas dan menembak mereka.
Midorima melihat ke atas di mana terlihat sebuah helikopter yang mencurigakan mengikuti jalan kereta mereka. Si Megane hijau itu pun menembak helikopter menggunakan Assault Riffle-nya hingga meledak membuat beberapa prajurit yang tersisa dari dalam helikopter itu mendarat di atas kereta.
"Tadi ada sebuah helikopter yang mengangkut mereka, tapi aku sudah menghancurkannya, nanodayo," kata Midorima sambil membetulkan posisi kacamatanya.
"Itu bagus, Tuan Tsundere."
"Jangan panggil aku seperti itu!"
Midorima melihat salah satu gedung yang tidak jauh dari kereta mereka.
"(Name), kau harus segera menuju gedung itu," perintah Midorima sambil menunjuk ke arah gedung yang dimaksudnya.
"Untuk apa? Dan bagaimana caranya aku bisa ke sana?" tanyamu sambil menebas seorang prajurit.
"Kau tidak perlu banyak tanya, nanodayo." Midorima melemparkan sebuah Grapple Gun kepadamu lalu dengan mudah kau menangkapnya. "Gunakan itu untuk sampai ke sana."
"Lalu, bagaimana denganmu?"
Midorima memukulkan Assaul Riffle ke prajurit yang menyerangnya dari jarak dekat. Kemudian, ia kembali berkata, "Kau harus segera ke sana!"
Tidak ada pilihan lain selain mengikuti perintahnya. Kau pun melesatkan sebuah tali dari Grapple Gun hingga ujungnya menancap pada tembok puncak gedung yang dimaksud Midorima tadi. Kau pun berayun menggunakan Grapple Gun hingga mencapai puncaknya lalu mendarat di sana.
Di atas gedung itu, kau bertemu dengan dua pemuda yang tengah melihat ke arah puluhan robot berukuran besar yang berada di bawah gedung. Satu pemuda bersurai pirang dengan membawa semacam koper hitam bergaris kuning, sedangkan yang satunya bersurai biru gelap dengan warna kulit gelap dan kedua tangannya memakai Gauntlate yang sama dengan yang dipakai Kuroko namun dengan disain yang lebih rumit.
"Aaaah..., (Name)cchi, rupanya kau sudah ada di sini, ssu," kata pemuda berambut pirang itu sambil tersenyum ke arahmu.
"Kalian juga ada di sini, Kise, Aomine? Apa kalian juga bermaksud untuk menolongku?"
"Mungkin begitu, Akashi yang memerintahkan kami untuk membawamu kembali ke markas," kata Aomine sambil menggaruk kepalanya.
"Apa kau baik-baik saja? Kau diapakan oleh orang-orang yang membawamu kemarin, ssu?" "Jangan menanyainya begitu! Kau tidak lihat kalau robot-robot itu mengetahui keberadaan kita?!" kata Aomine dengan nada suara yang tinggi sambil menunjuk rombongan robot besar yang tengah mengawasi mereka.
"Mau bagaimana lagi? Kita harus melindungi (Name)cchi, ssu," kata Kise mulai bersemangat, "(Name)cchi tunggu di sini saja dulu, ssu."
"Eee..., baiklah," jawabmu agak sedikit ragu. Sebenarnya kau juga hendak membantu, tapi pasti mereka tidak mengizinkanmu seperti yang lainnya.
Kise terlihat menyeringai ketika melihat penampilan robot-robot besar itu. Dia menekan beberapa rangkaian tombol yang ada pada kopernya tersebut lalu melemparkan kopernya itu ke bawah.
"Robot mode : Aktive," ucap suara sistem yang ada pada koper Kise.
Setelah itu, koper Kise berubah menjadi robot yang sama dengan pasukan robot itu.
"Kopermu menirukan robot itu," kata Aomine.
"Itu kemampuan dari senjata andalanku, ssu? Ayo, lompat, Aominecchi!"
Aomine dan Kise melompat dari atas gedung lalu mendarat di atas bahu robot tiruan milik Kise. Sedangkan kau sendiri hanya menyilangkan kedua tanganmu di depan dada sambil memperhatikan mereka.
Robot-robot besar tersebut mulai melesatkan rudal ke arah robot Kise, tapi rudal itu bisa dihancurkan dengan cara menembakkan rudal yang sama dari robot Kise ke rudal yang dilesatkan robot lain.
"Hah! Kau cuma bisa menirukan robot-robot itu. Dasar payah!" kata Aomine meremehkan rekan kuningnya itu.
"Aominecchi, hidoi ssu... Memang kau bisa apa?"
Aomine menyeringai. Pemuda berkulit gelap itu meluncur dari bahu robot milik Kise hingga mencapai ujung jari robot, kemudian ia melompat menuju robot musuh yang ada di hadapan mereka.
"Rasakan ini!" teriak Aomine.
Gauntlate yang ia pakainya memercikkan listrik biru. Ia pun melesatkan satu tinju ke arah robot tersebut hingga aliran listrik pada Gauntlate menjalar ke seluruh tubuh robot membuat rorbot itu hancur. Kemudian, ia kembali melompat ke robot lain sambil melesatkan tinjunya hingga robot hancur dan seterusnya.
Kise pun tidak tinggal diam. Ia mengendalikan robotnya agar menyerang robot-robot yang lainnya.
Di bagian lainnya, kau melihat seseorang mengendarai motor dengan kecepatan yang cukup tinggi. Kau lihat sosok pengendara tersebut, pemuda berambut merah yang terlihat serius memperhatikan pertarungan Kise dan Aomine sambil mengendarai motornya.
"Akashi?" ucapmu sambil terus memperhatikannya dari puncak gedung.
Ketika Akashi masih melaju menggunakan motor merahnya, ia dihadang oleh puluhan prajurit robot di depannya. Prajurit-prajurit tersebut menembakkan laser dari senapan laser mereka ke arah Akashi. Mata merah sebelah kirinya berubah menjadi kuning kemudian iris dan pupil matanya tersebut berputar dengan arah berlawanan. Mata kiri yang terlihat bagaikan lensa kamera itu memperhatikan secara lebih teliti gerak-gerik para prajurit dan kecepatan laser yang ditembakkan ke arahnya.
Akashi menghindari serangan puluhan laser sambil terus mengendarai motornya dengan begitu mudah.
"Hanya segitu kemampuan kalian? Pencipta kalian memang benar-benar payah," gumam Akashi dengan seringai khasnya.
Ketika dia mendekati rombongan prajurit robot, Akashi mendadak menghentikan laju motornya dengan cara menggunakan rem bagian depan sehingga ban depan berhenti berputar dan juga membuat bagian belakang motor Akashi terangkat ke atas. Akashi berusaha memutar motornya yang masih terangkat di bagian belakang sekitar seratus delapan puluh derajat ke arah para prajurit sehingga mereka mendapatkan pukulan langsung dari bagian ban belakang motor Akashi.
"Rasakan itu," ucap Akashi.
Dia kembali mengendarai motornya dengan sangat cepat. Akashi melihat salah satu robot besar menghadang dirinya dari kejauhan bersama dengan beberapa prajurit robot yang tersisa.
Pemuda merah itu mengeluarkan pedang merah dari dalam sarung pedang yang berada di pinggangnya menggunakan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya masih berusaha mengendarai motor. Akashi menebas tubuh para prajurit sambil terus melaju ke arah sang robot. Robot itu mulai menembakkan rudal ke arah Akashi, namun berkat mata canggihnya itu ia dapat menghindari setiap serangan rudal.
Mata kiri Akashi melihat secara rinci susunan mesin yang ada pada bagian robot tersebut, bermaksud untuk mencari celah yang dapat memudahkannya untuk menghancurkan robot itu.
"Dapat."
Setelah mendapatkan celah yang dicarinya, ia mengayunkan pedangnya hingga gagangnya memanjang.
"Spear mode : Aktive."
Kini pedang merah Akashi berubah menjadi tombak. Akashi terus melaju ke arah robot menggunakan motornya dengan tombak di tangan kirinya. Ia menekan sebuah tombol merah yang berada pada gagang tombak.
"Fire : Aktive."
Muncul api yang cukup besar pada bagian mata tombak Akashi. Jarak antara Akashi dengan robot itu semakin kini dekat.
"Ini dia," ucapnya lagi.
Akashi melemparkan tombaknya ke arah robot hingga tombak dengan mata tombak berapi itu tertancap tepat di dada robot, kemudian robot pun meledak.
BOM!
Ledakan tersebut membuat tombak Akashi terpental ke arahnya. Dia dengan mudah menangkap tombaknya kemudian kembali mengendarai motornya.
Ketika kau terus memperhatikan pertarungan, tiba-tiba saja lengan kirimu terasa sangat sakit dan kembali mengeluarkan darah. Kau duduk bersimpuh sambil menjerit kesakitan.
"Apa... apa yang terjadi?" tanyamu.
Kau pun begitu syok ketika melihat lengan kirimu berubah menjadi lengan monster dengan sisik-sisik tajam dan kuku-kuku hitam nan panjang. Itu adalah efek dari cairan yang disuntikkan ke dalam tubuhmu. Tanpa kau sadari satu robot siap menyerangmu dari belakang menggunakan tangan pedang. Tapi, syukurlah kau bisa selamat berkat tebasan pedang Murasakibara pada tubuh robot. Kuroko dan Murasakibara kembali datang untuk menolongmu ketika mereka mendengar jeritan kesakitan darimu.
Kuroko menghampirimu lalu bertanya, "(Name)-san, apa yang terjadi padamu?"
"Kuro-chin...," panggil Murasakibara sambil menunjuk lengan kirimu yang bersisik.
Kuroko sempat terkejut ketika melihat perubahan mengerikan yang terjadi pada lengan kirimu. Ia berusaha untuk menyentuh lenganmu itu, namun jarinya terluka akibat mengenai sisik-sisik tajammu.
"Apa yang mereka perbuat hingga kau menjadi seperti ini, (Name)-san?"
Kau menggelengkan kepala yang tertunduk sambil menjawab, "Aku tidak tahu, Kuroko. Tanpa alasan yang jelas mereka menyuntikkanku dengan semacam cairan aneh ke dalam tubuhku lewat lengan kiriku dan sekarang... lenganku berubah menjadi sangat mengerikan."
Air mata mulai keluar dari kedua matamu. Kau sama sekali tidak bisa menerima kenyataan bahwa bagian dari tubuhmu menjadi mengerikan bagaikan monster. Rasa sakit itu pun masih terasa seiring perubahan lengan kirimu.
"Apa yang harus kita lakukan, Kuro-chin."
Dari lubang Gauntlate milik Kuroko muncul semacam jarum. Ia menyuntikkan semacam cairan dari jarum ke bagian lehermu membuat dirimu tidak sadarkan diri lalu tubuhmu yang lemas terjatuh dalam pelukan Kuroko.
"Kau memberikannya cairan bius?" tanya Murasakibara pada Kuroko.
"Aku tidak ingin melihatnya terus menangisi hal ini, jadi kubuat dia tidak sadarkan diri," jelas Kuroko masih memeluk tubuhmu.
Aomine datang ke atas gedung yang sama setelah mendengar suara jeritanmu tadi. Ia menghampiri dirimu, Kuroko, dan Murasakibara.
"Tetsu, apa yang terjadi pada (Name)?" tanya Aomine agak sedikit cemas kepada Kuroko. Ia sempat terkejut ketika melihat lengan kirimu yang telah berubah seperti lengan monster. "Kenapa lengannya bisa begini?"
"Kita akan tahu setelah berhasil membawanya kembali ke markas Organisasi Teiko."
"Sini, biar aku yang membawanya."
Kuroko menyerahkan dirimu ke Aomine lalu dia menggendongmu ala bridal style.
Di saat itu, beberapa robot mendarat di gedung yang kalian tempati saat ini dan siap untuk menyerang.
"Kuro-chin, Mine-chin, robot-robot itu akan menyerang kita," kata Murasakibara.
"Kurokocchi, Murasakibaracchi, Aominecchi, cepat lompat dari sana, ssu!" teriak Kise yang masih berdiri di bahu robotnya dari kejauhan.
Mereka bertiga mengangguk lalu mulai melompat dari gedung tersebut. Ketika mereka melompat dari gedung meninggalkan para robot, Kise turun dari robot dengan cara bersalto ke belakang, mendarat, kemudian menarik tuas yang ada pada kaki robot hingga robotnya kembali berubah menjadi koper.
"Robot mode : Nonaktive."
Dengan cepat Kise memutar kopernya hingga ia tahan di bahu kanannya lalu koper tersebut berubah menjadi Rocket Launcher.
"Rocket Launcher mode : Aktive."
"Rasakan ini, ssu!"
Kise melesatkan rudal dari Rocket Launcher menuju puncak gedung di mana para robot masih berada.
BOM!
Semua robot di puncak gedung itu musnah dan juga puncak gedung hancur akibat rudal yang dilesatkan Kise tadi.
Kuroko, Aomine, dan Murasakibara mendarat lalu menghampiri Kise yang telah mengubah Rocket Launcher kembali menjadi koper.
"Kerja bagus, Kise-kun," puji Kuroko dengan ekspresi bak papan cucian (Maaf, kesalahan teknis pada pengetikan :v ).
"Arigatou, ssu." Kise sempat terkejut ketika melihat dirimu yang tidak sadarkan diri dalam gendongan Aomine dan dia juga tidak kalah terkejut ketika melihat lengan anehmu. "Apa yang terjadi pada (Name)cchi, ssu?"
"Tidak perlu bertanya segala! Sebaiknya kita bawa (Name) kembali ke markas," kata Aomine dengan nada tinggi kepada Kise.
Pada saat sebuah kereta di kota mati nan futuristik itu lewat di sekitar mereka, sosok Midorima yang tengah membawa Assault Riffle melompat dari atas kereta kemudian menghampiri mereka. Kemudian, sosok Akashi juga menghampiri kalian sambil mengendarai motornya dengan kecepatan sedang.
"Akashi-kun, Midorima-kun, kita harus segera membawa (Name) kembali ke markas Organisasi Teiko."
"Apa yang terjadi pada lengan (Name), nanodayo?" tanya Midorima setelah melihat keadaan lenganmu.
"Nanti akan kujelaskan," kata Kuroko.
Tiba-tiba angin berhembus sangat kencang disertai suara berisik dari baling-baling raksasa. Mereka melihat ke atas di mana terlihat sebuah helikopter berada di atas mereka.
"Serahkan gadis itu kepada kami sekarang juga!" perintah seseorang dari speaker helikopter.
"Kami tidak akan pernah menyerahkan (Name) setelah mengetahui apa yang telah kalian perbuat pada dirinya!" teriak Akashi.
"Ooo..., jangan salahkan kami jika kami harus merebut paksa gadis itu dari kalian."
Kemudian, empat orang berjubah berbeda dengan memakai topeng jatuh dari helikopter lalu mendarat di hadapan mereka lalu mereka bersiap dengan senjata masing-masing. Si jubah hitam menggunakan Scythe, jubah putih menggunakan Chain Gun, jubah abu-abu menggunakan gergaji mesin, dan jubah perak menggunakan kapak.
"Sepertinya kita perlu membereskan mereka," ucap Akashi.
.
.
.
Tbc
.
.
.
Holla! Perkenalkan, aku Anzel Carnation. Kalian bisa panggil aku Anzel / Carnation / Zel / Carna / atau apalah itu asal jangan panggil aku bebek bohay :v (?)
Aku bikin fanfic yang bergenre Sci-fi untuk Fanfic pertamaku, genre yang paling mengerikan karena kesulitan tingkat tingginya, tapi aku suka. Bagaimana menurut kalian? Ini terinspirasi dari anime RWBY kalau untuk soal senjata (agak mirip kaya perubahan wujud ala-ala Transformer gitu) dan soal perubahan lengan (Name) itu terinspirasi dari game Resident Evil. Tebak sendiri alur ceritanya, ya... *Author digampar Readers. Sebenarnya, aku sendiri nggak bisa bikin fanfic Sci-fi, tapi dicoba-coba dulu sambil belajar, hihi...
Oke, setelah Read sumbangkan Review kalian. Arigatou ^^v
