Bagi Kibum, momen seperti ini yang terbaik.

Ketika dirinya duduk di pinggir jendela kamar dengan angin musim semi yang menyapa kulitnya. Cicit burung sebagai penggiring hangatnya matahari dan-

TAK TAK TAK TAK TAK.

Suara derap langkah kaki cepat itu terdengar sedang menaiki tangga.

Kibum menghembuskan nafas beratnya, menyadari ini sudah resikonya tinggal di lingkungan apartemen sederhana. Tangga kecil yang menghubungkan lantai satu dan dua terbuat dari lempengan besi berkarat, tentu akan membuat suara nyaring jika ada yang menginjaknya.

Ketika keadaan kembali tenang, Kibum mulai menutup matanya, mencoba merasakan kembali sensasi pagi yang damai.

SRREEETTT

Seseorang menggeser pintu kaca dengan penuh semangat. Kaki telanjang itu kemudian beranjak selangkah keluar balkon kecil apartemennya. Tubuhnya dibiarkan bersandar pada pagar pembatas. Kedua tangannya mulai dikerucutkan di depan mulutnya.

"SEOULLLLLLLLL" seketika senyumnya merekah ketika angin membalas salam kedatangannya.

Kibum melihatnya. Seseorang yang muncul tiba-tiba di depan matanya seperti matahari musim semi. Senyum yang memberikan desiran hangat dihatinya. Rambut eboni yang melambai. Kulit pucat yang nampak begitu cocok dibadukan dengan birunya langit sebagai latar.

Diam, Kibum sudah terlalu masuk ke dalam aura menghipnotis orang yang masih sibuk memeluk angin (merentangkan kedua tangan dan memejamkan mata) itu. Apakah ia sedang bermimpi? Sosok di depannya terlihat seperti peri dan nampak begitu

– manis.

.

.

GS/BL?