Di dunia ini banyak peperangan yang telah tumpah…Apakah dari sekian banyaknya perang yang terjadi di dunia ini, adakah suatu cinta, atau perpisahan bahkan kebencian yang demikian melimpah pada diri para personifikasi yang hidup dari seulas sejarah yang tertulis, ataukah tersembunyikan…Maka dari semua peperangan yang memilukan itu, apakah ada suatu kebahagiaan yang dialami mereka semua…?

.

.

.

Hetalia ~ The Wars

© Axel 'Sverige' Oxenstierna / Lee Chuin Honda-Kirkland / L'Anse-Saint-Jean

A/N : Halo, author gila ini datang lagi! Kali ini aku coba bikin songfic buatanku #emangadayangmau?#PLAK… Semoga ada yang mau mereview ff saia ini TTATT any RnR? Flame? Silakan pergi ke sana ya hussshh husssh… Nggak suka? Silakan balik ke halaman sebelumnya -_- kalau ada request ff historical, kuusahakan ya. Oh ya ff ini aku bingung mau lanjutin atau kagak… Ada saran?

Happy Reading, Loved

Jean Guillaume d'Bonnefay-Williams & Feliks Lorinaitis-Łukasiewicz #matiluauthorsialan!

[ Disclaimer : Hetalia © Hidekaz Himaruya, song fic © aku #PLAK, WARNING : OOC (?), AU (?), typo, gila-abal banget, DLDR, ada OC, ada incest Japan x fem!Nesia ]

[ OC! Hetalia : Indonesia (female) – Ayu Isnamaharani, Netherlands : Daniel Constantjin van Rijk, Bosnia (male) – Enis Halilović, Serbia – Julius Adameć, Montenegro – Dejan Adameć-Laušević, Kroasia – Joseph Stanković ]

.

.

.

-xXx-

.

Saat ku jatuh ke dalam kegelapan

.

Sedangkan tubuhku dinodai oleh darah

.

Sebilah pedang terhunus dengan perkasanya

.

Dan, perang-perang itu akan usai…

.

First – Netherlands versus Indonesia : Agresi Militer I & II

Siapa yang tidak tau perang yang sangat terkenal di negeri kita?

1945-1949 . . . Tahun dimana para pemuda-pemudi Indonesia bangkit hingga titik nadir untuk meraih kebebasan absolut. Kebebasan dalam menentukan nasib bangsa secara utuh. Ya, tiada kata yang dapat menggantikan kata-kata selain membebaskan dirinya untuk menentukan nasib bangsanya sendiri seutuh-utuhnya. Indonesia yang memiliki human name Ayu Isnamaharani, juga berpendapat demikian.

Tiga ratus lima puluh tahun. Semua insan yang hidup dan lahir di negeri Zamrud Khalistiwa pasti dan selalu mengingat angka tiga ratus lima puluh tahun ini. Tahun-tahun yang dilalui oleh Ayu dalam peluh dan dera siksaan yang dilakukan oleh Nethere bersama para pasukannya. Ayu sendiri juga memiliki perasaan yang kompleks terhadap pria penyuka kelinci dan lolicon itu. Diam-diam dia menyukainya, di samping dia SANGAT, SANGAT dan SANGAT membencinya! Benar, sejauh apa yang terbayangkan dalam diri sang Indonesia itu, dia selalu saja mendapat siksaan dari pria berambut jabrik itu.

"Berikan akoe kemerdekaan secara total, Holland…" ujar Ayu dalam logat Indonesia djaman doeloe sambil menitikkan air matanya di hari yang penuh dengan peluh dan siksaan yang menerpa dirinya dan pria jabrik bernama asli Holland itu di sebuah lapangan yang penuh dengan gelimpangan mayat-mayat. Tidak peduli mayat itu pasukan Netherlands atau bahkan rakyat Indonesia sendiri. Gadis belia berusia enam belas tahun itu malah menyiagakan bambu runcingnya dengan gagahnya di depan Netherlands atau kita bisa menyebutnya Holland itu.

Netherlands hanya bisa menatap gadis yang sejak dulu selalu dia taksir sejak pertemuan pertamanya dengan Indonesia tiga ratus lima puluh tahun yang lalu itu. Bahkan sewaktu dia terpaksa pulang ke Holland gara-gara harus berurusan sama om Francis itu, dia diam-diam menamai kelinci kesayangannya yang selalu menemani hari-harinya di kampung halamannya dengan nama Indiës, nama kecil Ayu dulu. Dia selalu memimpikan saat di mana mereka berdua saling akrab dan tinggal di atap yang sama. Namun, sekarang sebuah perasaan kalut dan khawatir terus menyelungsup masuk ke dalam sumsum tulang Netherlands. Ia begitu takut akan satu hal. Saat di mana mereka akan berpisah untuk selamanya. Selamanya, tanpa ada suatu hal yang dapat diulangi kembali.

"Maaf, aku sama sekali tidak bisa, Indiës…"

"Berhenti memanggilku Indiës! Aku adalah Indonesia!" bentak Ayu marah besar sambil menodongkan Netherlands bambu runcingnya lebih dekat.

Netherlands, yang memiliki human name Daniel Constantjin van Rijk, sedikit bergidik ketika mendengar ancaman dan melihat todongan ujung bambu runcing Indonesia yang sangat tajam. Bayangkan, ujung bambu runcing itu sekarang ada di depan kedua matamu, dan jarak dari itu hanya sekitar dua puluh senti saja! Betapa mengerikannya Indonesia kalau dia sedang marah!

"Ada gerangan apa sejak kau dikuasai si sialan Honda Kiku itu, Indi… Bukan, Indonesia?" tanya Netherlands dingin.

Indonesia langsung meningkatkan kesiagaannya, dan langsung berteriak dengan lancang layaknya seorang hero wanita yang tak kenal lelah memperjuangkan hak-hak rakyatnya selama dia dikuasai dan ditindas dengan kejamnya sama Netherlands, walau dia masih menyayangi logat djaman doeloe-nya, "Akoe dan rakjatkoe memboetoehkan kemerdekaan jang absolut! Enjahlah engkaoe dari tanah airkoe, tanah toempah darahkoe dan rakjatkoe selamanja, Nethere sang Holland! Akoe tidak memboetoehkanmoe lagi. Sekali lagi, enjahlah!"

Hati Netherlands seolah ditusuk dengan ribuan bambu runcing, walau Indiës tidak melakukan itu. Netherlands berani bersumpah demi langit dan bumi yang dipijaknya, dia belum pernah mendapat penolakan semaut itu. Sebelumnya dia juga kerap ditolak sama Indiës itu (selain Nethere menganggap semua ancaman Indonesia itu semacam gertakan belaka), namun dia belum pernah mendapatkan ancaman seserius itu.

"Mijn liefde (1)…"

Indonesia langsung mengayunkan bambu runcingnya hingga menggores dada Netherlands. WUSSSSHHH! Secepat kilat dada Netherlands menganga sudah luka hasil ciptaan Indonesia. Netherlands langsung memegangi dadanya yang terluka itu, dan dia langsung menekuk kedua lututnya karena kesakitan sambil berkata dengan pelan, "Mijn liefde…Ik kon het niet laten…Omdat ik van je hou…(2)."

Bertambahlah sudah amarah dan kemarahan Ayu itu, setelah mendengar sebuah pernyataan jujur yang terlontar dari mulut seorang Nederland, nama Belanda untuk Netherlands. Seorang penjajah menyatakan cintanya kepada korbannya? Jelas mustahil dan tidak dapat diterima oleh akal! Apalagi selama tiga ratus lima puluh tahun, jangka waktu yang sangat lama! Tentu saja Indonesia tumbuh menjadi perempuan kuat yang tidak mudah percaya sama omongan manis para pria lainnya. Ia bahkan mau menghabisi siapa pun yang berani menggombalnya! "Hey indringers, je gek? (3)" umpat Indonesia dalam bahasa Netherlands.

"Ik ben niet gek! Als je dat wit…Ik zou voorstellen dat je mijn vrouw worden…(4)" gertak Netherlands dengan tatapan teguh.

Sudah tidak ada lagi yang mampu meredam amarah Indonesia yang begitu membuncah dan menyeruak sampai ke luar lapangan yang penuh gelimpangan mayat-mayat tersebut. Ia begitu marah, dan marah dengan kelakuan penjajah yang sudah lama mengekangnya selama tiga ratus lima puluh tahun. Jangan bercanda! Indonesia tentu saja tidak mau menjadi istrinya, lebih-lebih dia masih trauma sekali dengan kelakuan Netherlands itu. Dirinya sudah lama sekali menyimpan memori dimana para rakyatnya ditindas, jutaan nyawa melayang di tangan Netherlands, dan masih banyak lainnya. Ia sudah benar-benar menjadi harimau betina yang siap menggeroyok dan mengamuk sepuasnya.

"PENDJADJAH! KAMOE TIDAK PERLOE SAMPAI MELAMARKOE SEKALIPOEN! KARENA AKOE MASIH INGIN BEBAS! SOEDAH, OMONGAN KITA DIPOETOES! KEMANAKAH DJIWA KAMOE SEBAGAI NETHERLANDS? AKOE TIDAK SABAR OENTOEK MENGOEDJIMOE, INDRINGERS!" umpat Indonesia marah, sambil maju menggeroyok habis Netherlands yang masih menekuk kedua lututnya.

Netherlands hanya bisa tersenyum dengan getir, kemudian dia menggumamkan sesuatu, "Kulayani kau, Indië kecilku…"

.

Selama kita berusaha meraih mimpi-mimpi

.

Peluh dan derah pun tercekam

.

Menjerit dan menghamburkan kegilaan

.

Kau tidak mengertiku, bodoh…

.

Second – Japan versus Netherlands : Pengalihan kekuasaan atas Indonesia…

1942-1945… Kita tahu kan tahun itu? Tahun di mana Honda Kiku, sang Japan, keluar sebagai pemenang atas pertikaian Netherlands dan dirinya sendiri. Pertikaian merebut Indonesia. Memang, 'saudara jauh'-nya Indonesia datang untuk merebut hak asuh atas nama Indonesia! Ya iyalah, karena Honda menginginkan Indonesia seutuhnya, karena dia sudah lama mengenalnya sebelum si Nethere itu datang untuk mengekang Indonesia. Namun, apa yang dilakukannya terhadap Indonesia dalam jangka waktu tiga setengah tahun memang masih membawa sedikit trauma di dalam diri Indonesia itu.

Di tanah pulau Jawa, pasukan Nethere terdesak, begitu dengan pasukan sekutu lainnya. Benar, di saat itulah penyerangan Honda dimulai. "Konnichiwa, Oranda-san. Berikan aku hak asuh Indonesia-san. Kau tidak perlu mengurusnya lagi. Enyahlah. Aku masih berbaik hati padamu karena aku mengancammu hanya dengan omongan yang baik-baik lho, Tuan Oranda-san." ancam Honda Kiku sopan. Samurainya masih terikat dengan eratnya di pinggangnya.

Netherlands yang juga berada di hutan tropis yang membuatnya terdesak bersama Honda Kiku, lantas mengumpatnya dengan kasar dalam bahasa Indonesia, "Hahahaha, kau menggertakku wahai Nihon? Aku tidak akan menyerahkan sejengkal pun Indië kecil dan manis punyaku. Toh kau masih punya Malaya dan Singapore, Nihon?"

Kontan saja Honda langsung mencabut samurainya dari sarung yang menyelimutinya, dan menodongkannya persis di depan hidung Netherlands, paling tidak jaraknya kurang dari sepuluh senti. Ia lalu mengubah suaranya menjadi lebih dingin dan sadis ala Timur-nya dan mulai berkata dengan dingin, "Kau sudah terdesak. Pasukanmu yang masih hidup masih kurang cukup dengan stok pasukanku. Menyerahlah saja, Tuan Oranda-san. Atau Anda lebih baik aku siksa sampai nyaris di ambang kematian?"

"Kurasa lebih baik disiksa saja, daripada harus menyerahkan Indië kecilku." jawab Nethere puas.

Honda tersenyum penuh kelicikan, dan dia mulai menyerang Netherlands dengan sebilah samurai yang tajam, yang akan membimbing dirinya mengayomi tiga saudara sedarah lain ras : Singapore, Malaya dan Indië sendiri! Sebagai saudara jauh mereka, tentu saja Honda tidak mau tinggal diam, karena dia merasa perlu mengurusi tiga saudara yang malang itu dari siksaan imperalisme Barat. Sedangkan Netherlands, dia merasa perlu melakukan penjajahan atas wilayah Indië karena… Ya, dia mencintainya sejak perjumpaan pertamanya tiga ratus tahun yang lalu. Karena itu, dia akan mempertahankan satu-satunya wilayah strategis yang susah payah dia rebut tiga ratus tahun yang lalu itu.

"Menyerahlah, tuan Oranda-san!" seru Honda.

TAK TAK TAK. Suara desingan pedang yang saling diadu bergema dengan kerasnya di atas gelimpangan mayat pasukan Nethere dan pasukan Honda. Di situ terlihat Honda jauh lebih kuat, karena Nethere sudah sangat terdesak! "Aku tidak akan menyerah! Aku ingin sekali bisa menyayangi Indië-ku! Tidak akan kuserahkan kepada siapapun, termasuk si alis tebal itu!" seru Nethere marah.

CRUSSSSHHH… Tiba-tiba ujung samurai sang Honda yang tajam menghunjam jantung Netherlands. Kontan saja tubuh dan pakaian Honda yang putih bersih, ternodai oleh darah segar milik Netherlands. Mata cokelat dan tajamnya mendelik ke Netherlands yang syok dan kaget. Tidak menyangka kalau dirinya dihunjam dengan pedang. Ya, maksudnya dihunus, you knew it, bukan? "Kau… Kau…! Brengsek!" umpat Netherlands kesal setengah mampus. Dia lantas berusaha melepas pedang yang terhunus di jantungnya.

Pemuda keras kepala…Sang Honda Kiku hanya bisa menatap Netherlands yang terus menerus mengutukinya dengan tatapan hampa. Dia pantas untuk Indonesia-san… Lantas kenapa aku malah merebutnya? Sudahlah, toh aku berada di pihak yang berseberangan dengannya… "Oranda-san, kurasa lebih baik kau menyerah saja. Mustahil melawan kau yang immortal, sama sepertiku yang juga tidak bisa mati… Selama api 'keberadaan' kita sebagai negara masih ada di dalam jantung dan hati kita…" saran Honda lirih.

PHUAH! Kontan saja mulut Nethere keluar banyak darah! "Nihon sialan…" umpatnya sekali lagi.

"Kurasa begitu, namun apa daya? Pasukanmu sudah aku bunuh semua." tambah Honda dingin.

BRUUUK. Nethere lantas pingsan setelah mengalami banyak pendarahan, dan sekutunya yang masih bertahan, lantas menggotongnya. Ternyata Arthur Kirkland yang dulunya pernah mengasuh Indonesia selama beberapa tahun, menggotongnya kemari. "Biarkan kami pergi dulu. Belgii pasti histeris kalau Nethere begini. Farewell, Honda Kiku sang Nihon." pinta Arthur pelan.

Arthur Kirkland bersama sekutu lainnya lalu menggotong Netherlands yang sudah tumbang duluan, dan mereka lalu melangkah dari hadapan Honda ke pantai. Personifikasi negara lain juga terpaksa angkat kaki dari tanah Indië itu. Honda juga lalu berpaling dari mereka sambil berjalan dengan pelan menghampiri rumah-rumah reyot yang berbaris dengan tak teratur di belakangnya. Di antara rumah-rumah itu, Honda lalu membuka pintunya dengan sopan, diteruskan dengan membukakan pintunya.

Kriiieetttt… Akhirnya pintu itu dibuka juga. Di dalam salah satu rumah reyot itu ternyata sudah ada seorang wanita. Wanita muda berusia sekitar tujuh belas tahun terlihat sedang duduk sambil menangis di depan Honda. Honda lalu mengulurkan tangan kanannya sembari berkata dengan pelan, "Ayu… Indonesia-san, ayo ikut aku. Aku usahakan agar kau bisa bebas. Kurasa firasatku akan menjadi kebenaran dalam waktu tiga tahun kedepan…"

Wanita itu lalu perlahan-lahan mengangkat kepalanya menghadap wajah Honda, sambil perlahan-lahan menjawab uluran tangan Honda sambil berujar dengan lirih, "Iya… Tuan Nihon…"

.

Selama nyawa masih dikandung badan

.

Peperangan takkan pernah berhenti

.

Saling menumpahkan darah dan mengobarkan amarah

.

Dan 'mereka' tidak bisa mati sekali pun…

.

Third – Bosnia, Kroasia dan Federal Yugoslavia (Serbia dan Montenegro) : Eтничко чишћење свирепиx / Etničko čišćenje svirepih / Pembersihan etnis yang Kejam…

Di daratan yang luas di Eropa Selatan, atau lebih tepatnya Eropa Tenggara, atau kita bahkan bisa mengganti kata 'Tenggara' itu dengan kata 'Balkan', terdapat dua orang yang masing-masing saling bermusuhan. Tahun 1992 sampai tahun 1995, mungkinkah sebagian dari kita tidak mengetahui itu? Tidaklah, mungkin karena perang itu terkenal dengan kesadisannya yang hanya bisa ditandingi dengan WW 2. Ya, kita mengenalnya dengan nama 'Perang Bosnia'. Perang itu sungguhlah gila, tak terkecuali personifikasi dari Bosnia bernama Enis Halilović itu.

1992-1995. Tiga tahun yang cukup singkat, namun dihiasi dengan kegilaan yang tiada tandingannya, membuat bulu kuduk kita berdiri saking ketakutan. Bukan karena kesadisannya yang abnormal, yah kita mungkin menyebutnya gore atau apalah, namun satu tindakan abnormal yang mengakibatkan hilangnya satu ras atau etnis, sehingga tertinggal satu ras lain yang unggul. Tahukah apa maksud itu? Ya, PEMBERSIHAN ETNIS. Atau kita bahkan bisa menyebutnya dengan kata lain, GENOSIDA!

"BERANI MENGOBRAK-ABRIK WILAYAHKU, KAU KUAKHIRI!" teriak seorang pemuda kekar yang memegang panji bendera Bosnia di tengah-tengah peperangan gila nomor wahid (?) setelah WW 2 itu. Pemuda itu memegang senjata laras panjang di tangan kanannya, sedangkan punggungnya diikatkan sebuah panji bendera Bosnia.

Di hadapan pria Bosnia ini ada seorang pemuda, eh bukan, beberapa orang. Ya, pemuda Bosnia itu mengenalnya sebagai Julius Adameć, sang Serbia, bersama adiknya. Benar, dia sendiri melawan Serbia dan adiknya, Montenegro. Julius lalu mengambil dan mengarahkan senjata laras panjangnya yang tersemat di punggungnya ke depan pria Bosnia itu sambil berkata dengan sinis, "Sebetulnya aku nggak tega melakukan semua ini padamu, Bosnia. Namun aku terpaksa melakukan pembersihan etnis ini karena kau memberontak. You knew it, dude?"

Tiba-tiba di belakang Bosnia terlihat seorang pemuda lain yang mengenakan badge Kroasia. Dia lalu menyahut perkataan sinis Serbia sambil menepuk pundak Bosnia tanpa menatapnya, "Apalagi kau yang nyata-nyatanya ingin mengajak kami masuk Federasi Yugoslavia. You mad nggak sih, Jul? Bisa mati kutu kau dihajar sama kami, yah… Semacam koalisi gitu."

"Joseph…" gumam pria Bosnia itu melirik panji bendera Kroasia yang dibawanya.

Tiba-tiba adik Serbia langsung menyela mereka berdua dengan berkata lantang, "Kalian! Apa salahnya Kak Julius, nee? Kalian salah, karena kalian memberontak ke kakak kalian yang tertua ini! Katakan padaku apa salah Kak Julius, HAH?"

"Jelas ada!" potong Kroasia dan Bosnia serempak sambil melirik Serbia dan Montenegro dengan tatapan sinis, "Kalian sampai memiliki cita-cita yang kuat seperti si S alias Ludwig itu! Mentang-mentang pengen menyatukan seluruh Eropa, apa hasilnya hayo? Kacau gini! Malahan berani-beraninya mencuci etnis sampai-sampai cuma kau yang berjaya! Tindakanmu sama kayak boss si Ludwig yang MAHA GILA itu!" lanjutnya sengit.

Serbia hanya bisa terkekeh mendengar alasan Kroasia dan Bosnia melawannya. Ia lalu menyindirnya dengan sinis, "Padahal dulu kalianlah yang paling manja di antara keluarga Yugoslavia, sampai-sampai aku dan Al-chan kerepotan juga… Kenapa tidak kalian bergabung sama aku saja? Begini-begini ini gue nganut paham yang beda sama si tukang hamburger itu sama si kolkolkolkol itu! Apa salahnya?"

"Jangan bawa-bawa nama Albania, BEGO!" debat Bosnia sengit.

"Benar tuh apa yang dikatakan Enis-kun… Yah, Albania itu kan diluar konferensi Federasi Yugoslavia butut itu, walau di wilayahnya memang ada orang Serbia dan sebangsanya. Hadeh lama-lama negeri Balkan seperti ini bisa ancur ntar. Bisa ribet kalo-kalo si kucing-yang-hobi-tidur Greece itu sampai turun tangan. Lo sendiri pengennya ngrebut Greece kan, boy?" cerocos Kroasia bete.

Serbia langsung mendelik ke Kroasia sambil berkata dengan sadis. Bahkan aura hitem-nya juga ikutan keluar. WUSSSHH! WUSSSH! "Berani ngomong Federasi Yugoslavia butut, kubunuh kau ntar. Bukannya lo masih ada di dalam daftar Federasi Yugoslavia bareng Bosnia, Macedonia, Kosovo, gue dan Montenegro? Ngaku aja gak apa-apa kok, Om."

Urat nadi di sekujur tubuh Bosnia semakin kenceng, saking keselnya. Ia langsung nyerocos dengan aura S-nya, "Mending, daripada diperintah-perintah sama kakak yang gila senjata bukan main. Udah ketularan Ludwig, kali? Atau otak lu yang kena syndrome Ivan si kolkolkolkol itu? Parah, untung gue kena syndrome si Sadik tua itu, yah nggak langsung sih… Kalo bisa, mending gue bikin koalisi dengan Albania deh, daripada dipaksa bikin koalisi memalukan dengan lo, Serbia. Serbia, Serbia, nggak usah kepengaruh sama si sadis Ivan itu."

"Sama gue kagak mau?" debat Kroasia sengit sambil menoleh kepalanya ke Bosnia.

Bosnia langsung tutup mulut setelah ditanyai seganas itu sama Kroasia. Malahan, kali ini Serbia yang angkat suaranya dengan over pede kayak Prussia *bletak* sambil memangkukan kedua tangannya dengan angkuhnya, "Pantes, dulu kalian berdua kan kerap berantem melulu. Lah tiap hari rumah gue yang jadi markas utama Federasi Yugoslavia jadi ancur lebur gara-gara dilempar-lempar barang antik (author : nah lo Jul, dapet dari mana coba tuh barang antiknya? =_=") mulu sama kalian. Nyatanya, meski kalian emang koalisi, tetep aja kagak beres nih hubungan kalian. Ujung-ujungnya kalian malah mementingkan kemauan kalian. Wah gak sangka kita sama-sama keras kepala."

"Tutup mulutmu yang berbusa-busa itu, Julius." bentak Kroasia sambil mengayunkan pedangnya dan tiba-tiba maju menyerang Serbia!

"Kroasia! Kak Serbia, gebuk dia!" seru Montenegro panik.

Kontan aja Montenegro dilirik dengan tatapan super duper maut sama Bosnia. Ia lalu ngomong dengan sadisnya, "Montenegro, lo itu pengecut ya? Dik, nggak usah besar mulut ya. Mentang-mentang gue setahun lebih muda dari lo meski kau emang bener adiknya Serbia itu, lo kira gue bakalan nurut sama omongan maut plus sampah seperti omonganmu, Monteee?"

"He-eh, he-eh, berani manggil gue Monte, kuhajar beneran nih."

Bosnia mengulum seringaian, dan dia mulai berlari menyerang Montenegro! "He-eh, he-eh, berani nginjak wilayah gue, kugiling beneran ih. Kukembalikan omongan nggak keren seperti itu, Monte. Aneh, nama lo keren abis, namun kok perilakunya sebelas-duabelas sama Serbia yang konyol dan sadis itu? Jangan-jangan orangtua kalian Ivan lagi. Hadeh atuuut." sindir Bosnia sinis.

Montenegro kontan saja bermuka merah semerah tomat punya Antonio. Ia lalu berteriak dengan lantang, "MAJU SINI, ANAK BAU KENCUR!"

Akhirnya, perang pun pecah…

.

Selama benang kusut itu tidak diluruskan

.

Perang masih akan menjadi santapan abadi

.

Tanpa terkecuali siapapun

.

Dalam suramnya lembaran sejarah…

.

[ Aku nggak tau mau end apa to be continued… *PLAKPLAKPLAK* ]

-xXx-

.

.

[ Kamus ]

(1) – Netherlands : Cintaku…

(2) – Netherlands : Aku tidak bisa meninggalkanmu, karena aku mencintaimu…

(3) – Netherlands : Hey penjajah, gilakah kau?

(4) – Netherlands : Aku tidak bercanda! Kalau kau mau… Aku akan melamarmu menjadi istriku…

[ OMAKE – OMongan gilA KEsesese~ *WTF?* ] (silakan abaikan pojok gila ini… #PLAK)

*Bagian Balkan*

Serbia : lho kok gue jadi banyak ngomong ya?

Kroasia : dari sananya udah gitu, salahin aja authornya bah =_=

Bosnia : iya iya tuh Kroasia! Mending kau nyanyi lagu ganjen tuh! *sodorin Serbia lagu-lagu maho abad 21*

Montenegro : kak Serbia kok sarkastis banget? Namun gue tetep sayang lo mu-ach! *peluk-peluk Serbia*

Bosnia : CUIIIT CUIIIT! MAKHLUK YAOI GILA ABAD 21! *ngumpet di balik tubuh Albania*

Kroasia : sayang si Macedonia, Slovenia plus Kosovo nggak hadir… Hiksu…

Bosnia : apa iye? Gara-gara author tuh… *lirik author dengan tatapan sinis*

Author (?) : ampun ampun, gue be er be dulu ya kakak-kakak ganteng muach! /plak

Serbia : WHAT THE HELL IS THAAAAAT? AUTHOR SINI! BIAR GUE GANJEN-IN LO SEKALIAN!

Kroasia : btw, soal rumah lo (Serbia) yang ancur gara-gara dilempar-lempar dengan barang antik, itu bohong!

Serbia : mau di-yaoi-in sama gue, Kroasia? Atau mau disodorin lagu ganjen punya Bosnia? Atau mau di ****** sama gue?

Kroasia : *modar ke langit ketujuh*

Bosnia : KAMERA MANA KAMERAAAA? KEBURU GUE MAU MOTRET ACARA MESUM SERBIAAAA!

Montenegro : demi Serbia-ku yang ganteng, gue rela jadi homo deh…

Albania *seenaknyamuncul… #plak* : lho? Si Monte-chan mau disamain dengan si stoic Beary itu? ATUUUUT! *kabur*

Bosnia : iya ATUUUT! *kabur bareng Albania /PLAK*

Serbia & Montenegro : *piiip* (intinya melakukan kegiatan maut yaitu YAOI! #BLETAK!)

*Bagian Indonesia*

Nethere : Fiuhh, akhirnya muncul juga… TAPI KOK DI OMAKE?

Nesia : nggak apa-apa, boleh kan Kompeni? *smirk*

Nethere : *nelen ludah* Nesia! Lo kenapa sih, kok pake logat djaman dahoeloe gitu! *nunjuk-nunjuk dialog di First*

Nesia : KAGAK BOLEH? *yandere mode on*

Nethere : IYA IYA AMPUN! BOLEH KOK ISTRIKU!

Japan : b.e.r.a.n.i.n.y.a…

Nesia : Japaaaan! Tuan Nihooon! Gue CINTA sama kau! *ngarep*

Nethere : TIDAAAAK! JAPAN, AYO ADU PEDANG KAYAK DI SECOND ITUUUU!

Japan : mending kau nikah sama Malaysia aja Nesia, nggak apa?

Nesia : hueee itu namanya INCEST, tahik! *meluk-meluk Japan*

Nethere : makanya nikah sama aku aja! Beruntunglah kau Nesia bisa mendapatkan gue!

Nesia : mending incest deh. JapaNesia, NetheBel aja nggak apa-apa…

Nethere : GILA KAUUUUU!

Belgia *seenaknyamuncul…#plak* : ENAK AJA NESIAAAA! MENDING BARENG KAKAKKU YANG MENYEBALKAN INI! *nunjuk-nunjuk Nethere*

Nethere : *glares* kau ngomong apa, Bel?

Belgia : errgghh… Nggak apa-apa, yang penting tuh di syalmu! Ada kelinci nyungsep tuh!

Usagi-chan *seenakajalomuncul! #PLAK* : hnnfff hnnnfff~ (baca : Nethere, Nethere~) #author kehabisan darah lantaran sangat suka sama kelinciii~ UNYUUUUUU~ *disamber petir*

Nesia : LUCUNYAAA~ *segera nyamber kelinci yang muncul dari syalnya Nethere*

Nethere : muka Indiës kalo ketemu kelinci imuuut yaaaa… KAMERA MANA KAMERAAAA~~~~~? *gemes sendiri*

Japan : *memotret Nesia memeluk kelinci dengan cepetnya*

Nethere : JAPAAAAN! JANGAN MOTRET ISTRIKU! HUSH HUSH SANA BALIIIIK!

Japan : nyebar-nyebar gosip kalau Nesia selingkuh sama Usagi-chan ah… *gossiper mode ON!*

Hungary (seenak lo muncul! *author dibom sama Nethere, Japan dan Hungary*) : coba Nesia jadi male, udah pasti gue motret habis-habisan…

Nethere : seenak jidat lo muncul tukang frying-pan!

Hungary : *nggebuk muka Nethere pake frying-pan* bilang lagi, kuakhiri beneran nih.

UK : enak ya jadi Nethere… Gadis cantik kayak Nesia aja nggak bisa kudapatkan…

Nethere : siapa dulu suaminya, UK… *songong + bangga selangit*

Nesia : *glareglares ke Nethere* BILANG APA LOE? SOEAMIKOE? MATI ADJA LOE!

UK : wah Nesia ngamuk! Lengkap dengan logat djaman doeloe-nya… *mundur sejauh 23 langkah*

Nethere : *ngibirit*

[ Beneran end =_= ]