S M
Chaptered
Chanbaek/Baekyeol – Romance, Friendship – M
The caracters belongs to themselves, and the plot is mine
Warning; Male x Male, Sadomasochist, BDSM, YAOI, OOC
.
.
.
Luhan manarik Chanyeol tergesa, berlari dengan tidak elit mendekati kolam, mata rusanya menyipit begitu menemukan lelaki yang mengenakan celana pendek biru, "Sehun!" Panggil Luhan kemudian memeluk pemuda tersebut.
Chanyeol yang berada di sebelah Luhan merotasikan kedua bola mata, ia memilih untuk meninggalkan Luhan yang tiba-tiba saja melupakan keberadaannya. Ia mengambil segelas anggur dan mengedarkan pandangan, jika dipikir-pikir sudah lama Chanyeol tidak menghadiri acara semacam ini. Merasa beruntung karena ia tidak begitu mencolok, Chanyeol pikir ia tidak akan terganggu kalau-kalau para adik kelas akan mengerumuni, atau mungkin hanya beberapa dari mereka angkatan akhir yang masih mengenali Chanyeol. Lalu ia melirik Kris yang berada diantara para perempuan, sedangkan yang dilirik merasa dan melambaikan tangan.
"Kau berbeda!" Kris bersedekap dada dan tersenyum bodoh namun hal tersebut tidak menghilangkan karismanya. Chanyeol berdeham dan memberikan jawaban dengan menggerakkan kedua alisnya. "Kapan kau kembali?" tanya Kris yang kemudian memeluk teman lamanya itu. "Kemarin, dan kau terlihat lebih gendut dari yang terakhir aku lihat."
Merebut gelas anggur yang berada di genggaman Chanyeol, Kris menghabiskannya dalam sekali tenggakan, "Salahkan Zitao, oke? Dia yang bertanggung jawab atas asupan giziku. Ngomong-ngomong, ini tidak buruk juga."
Lalu Kris menatap sekitar, ia mengaduh ketika seseorang mencubit perut yang tidak terhalang sehelai kainpun, "Aku memperhatikanmu, Yifan", Tao menatap Kris sebal. Ia tahu kalau kekasihnya itu memang nakal, sedikit menyesal mengapa ia mengajak Kris pada acara perpisahan semacam ini. Pool party— sebut saja begitu.
Tidak lama setelah itu terdengar sebuah alunan piano,
Andwaeyo, it's my turn to cry naega halgeyo
Chanyeol tahu siapa pemuda yang kini tengah bernyanyi. Wajahnya tidak banyak berubah, hanya saja rambut magentanya terlihat jelas di bawah sorot lampu yang tertuju padanya. Terkadang obsidian pemuda tersebut terpejam memaknai setiap syair yang terucap dari bibirnya, wajah pemuda itu yang melembut serta jemari yang lincah memainkan tuts-tuts hitam dan putih.
Indah,
Bahkan Chanyeol tidak menyadari bahwa hiburannya telah berakhir apabila Zitao tidak berteriak girang, "You did it, Baek!" ucap Zitao kemudian memeluk pemuda itu begitu Baekhyun menghampiri Zitao. Kris melotot dan menatap Zitao galak, membuat Baekhyun merasa risih dan melepaskan pelukan Zitao dan tersenyum kikuk kepada Kris kemudian Chanyeol.
"Baek, kalau saja tipeku adalah pemuda manis, maka kau adalah yang pertama kusuka!" Zitao yang tidak mengerti situasi lanjut berceloteh, "Sayang sekali aku sudah terjerat dengan Naga hidung belang ini" Sindir Zitao sembari melirik Kris. Sedangkan Kris menatap Zitao gemas dan menarik Zitao meninggalkan area itu, seakan ingin memakannya hidup-hidup.
Meninggalkan Chanyeol,
Bersama dengan Baekhyun,
.
Sebatang cokelat yang menenangkan harimu—
Ini bukan kali pertama Baekhyun menemukan sebatang cokelat dan sebuah memo dalam lokernya, ia mengambil memo tersebut lalu mendesah kecewa karena tak menemukan jejak sang pengirim.
"Datang lagi? Dari siapa ya?" Kyungsoo yang datang tiba-tiba dan mencuri pandang pada milik Baekhyun membuat Baekhyun sedikit kaget. Ia menjawab pertanyaan Kyungsoo dengan sebuah gelengan. Walau Baekhyun sebenarnya ingin tahu siapa yang mengiriminya coklat tersebut, tapi toh sebenarnya ia tidak begitu mengambil pusing mengenai hal tersebut. Maka dari itu, Baekhyun menutup loker dan memberi salam perpisahan pada Kyungsoo karena kelas yang mereka tuju berbeda.
Bersiul lirih sembari menyisir surai magentanya dengan jemari, seseorang menarik Baekhyun
menuju kolam renang. Chanyeol membawa Baekhyun untuk memasuki ruang ganti pria lalu ia menutup pintu rapat-rapat. Ia menatap Baekhyun lurus-lurus tanpa mengucapkan sepatah katapun. Lalu Chanyeol berjalan mendekat dan membuat Baekhyun melangkahkan kakinya mundur hingga belakang tubuh Baekhyun membentur westafel.
"H— Hyung?" Baekhyun bertanya takut-takut.
Obdisian Baekhyun masih terlihat sama seperti yang Chanyeol ingat. Namun hal tersebut tidak melunturkan tatapan dingin yang terpancar dari kilat mata Chanyeol. "Siapa dia?" yang lebih tua bertanya dengan geram, tanpa sadar ia menggenggam lengan Baekhyun bertenaga dan membuat Baekhyun meringis.
"Si—Siapa?" Suara Baekhyun bergetar, ia tidak mengerti maksud pertanyaan Chanyeol. Chanyeol semakin mengeratkan genggamannya dan mengeliminasi jarak diantara mereka. Ia memiringkan kepala, mengecup leher Baekhyun singkat tanpa meminta izin dari empunya. "Dengan siapa kau berangkat sekolah?" Kemudian menyandarkan dagunya pada bahu kiri Baekhyun,
Nyatanya Baekhyun tidak mampu berucap karena tenggorokan yang terasa kering. Napas Chanyeol terasa tepat di telinga Baekhyun dan membuat pemuda tersebut bergidik.
Chanyeol semakin geram, ia mengunci tangan Baekhyun ke belakang tubuh pemuda tersebut. Kemudian bibir Chanyeol menemukan milik Baekhyun sehingga membuat Baekhyun tersentak kaget dan menggelengkan kepala untuk menolak.
Namun nampaknya Chanyeol tidak mengindahkan hal tersebut, dengan paksa ia memasukkan lidahnya ke dalam milik Baekhyun untuk mengekploitasi rongga tersebut. Ia membelit dan membuat Baekhyun kewalahan. Entah bagaimana caranya Chanyeol berhasil membuat indera perasa Baekhyun memasuki rongga mulutnya. Ia memainkan benda lunak tersebut untuk beberapa detik, kemudian Chanyeol menghisapnya kuat seolah ia sedang menghisap es krim buah. Mengeringkan perasa Baekhyun hingga tak ada saliva disana dan membuat Baekhyun meringis karena lidahnya terasa kelu.
Kemudian Chanyeol menyesap bibir Baekhyun kuat, menghisap kembali bagian yang luka akibat perbuatannya kemarin. Ia akan memberikan toleransi, tidak ada gigitan untuk ciumannya untuk kali.
Baekhyun menyerah, ia tidak akan memberontak begitu Chanyeol melepas dua kancing teratas seragamnya. Menarik bagian kiri seragamnya membuat bahu Baekhyun terlihat begitu menggoda. Chanyeol mengendus perlahan, ia memulai dengan kecupan hangat. Kecupan itu naik hingga pada perpotongan bahu dan leher Baekhyun membuat yang lebih muda menahan napas. Chanyeol menyesap bagian itu kuat, melepaskannya dan menyesapnya lagi, begitu seterusnya lalu Baekhyun menghempaskan napasnya kasar. Namun mata Baekhyun membulat saat ia merasakan gigi Chanyeol yang seakan tertancap dikulitnya, seakan ingin mengoyak daging dibalik kulit tersebut.
"H-Hyung," Baekhyun merasa sakit. Ia mendorong Chanyeol paksa.
Berbalik menghadap cermin, Baekhyun menatap pantulan dirinya. Gigitan Chanyeol yang membekas, meninggalkan nyeri seakan area itu berdenyut, "Tadi aku bersama Baekboem Hyung,"
Mata Chanyeol melebar saat menyadari akan kesalah pahaman yang sudah terjadi. Chanyeol merutuki dirinya sendiri, hatinya nyeri melihat Baekhyun yang menahan air matanya di pelupuk. Langkah Chanyeol mundur, menghempaskan napasnya kasar. "Jauhi aku, Baek.."
"Jangan dekati aku,"
Lalu Chanyeol melangkah keluar, meninggalkan Baekhyun yang menatapnya tidak percaya.
.
Baekhyun memasukkan sepotong kentang goreng terakhir ke dalam mulutnya, Ia menenggak jus jeruk cepat dan berseru kepada penjual di kantin kalau ia menambah seporsi kentang goreng dan segelas jus jeruk. Moodnya belum membaik, setelah tadi pagi ia terlambat bangun— membuatnya juga terlambat memasuki kelas. Salah menaiki bis. Terjatuh di trotoar dan membuatnya sukses memasuki selokan. Laporan yang sudah ia kerjakan semalam suntuk tertinggal. Dimarahi dimuka kelas. Lengkap, kan?
"Jangan mengeluh kalau besok perutmu menjadi tambun," Baekhyun mencibir begitu mendapati Kyungsoo yang menyikut lengannya. Ia menepuk tangan Zitao galak ketika pemuda itu mencoba untuk mengambil kentang gorengnya yang baru datang, membuat Zitao mendengus dan melipat kedua tangan. "Dasar pelit,"
Baekhyun menjulurkan lidah ke arah Zitao, "Aku sedang ingin makan, Zitao. Pak Christian itu tampan, tapi menyebalkan. Salah apa aku mendapat dosen seperti dia?" Ia memakan kentang goreng dengan gemas seakan ia sedang memakan dosen yang menurutnya menyebalkan itu.
"Salah karena kau terlambat, salah karena kau tidak membawa laporannya," Baekhyun kembali mencibir mendengar Kyungsoo yang menjawab. Bukannya menghibur Baekhyun, pemuda bermata doe itu malah memojokkan sang karib. "Dasar burung hantu jelek," umpat Baekhyun kemudian mendapat jeweran dari Kyungsoo pada telinga kanan. Tapi, Baekhyun memang salah, sih.
Zitao menatap jengah Baekhyun, "Pak Christian tampan? Tch, Gay sekali" cibir Zitao. Kemudian Baekhyun melayangkan tatapan membunuh, ia menarik pipi kanan Zitao dengan tanpa ampun dan berhasil membuat Zitao berteriak seperti anak perempuan, "Rasakan, kau berbicara seolah kau menyukai perempuan" Lalu Baekhyun mendengus dan mengerucutkan bibir.
"Ge!" Zitao berseru begitu Kris mendekati meja yang mereka duduki lalu ia merangkul bahu Zitao. Kyungsoo yang menyadari hal tersebut melepaskan tangannya dari telinga Baekhyun dan iaa terkejut begitu melihat seseorang yang datang bersama Kris. Tidak lama dari itu Zitao beranjak bersama Kris, pemuda itu meminta Kris untuk membelikannya kentang goreng karena sebelumnya Baekhyun tidak memberinya satu potongpun.
Kini hanya tinggal mereka bertiga yang duduk di sana. Beberapa detik berlalu dengan diam lalu Baekhyun mengedipkan kedua matanya beberapa kali dan Kyungsoo tersenyum senang.
"Apa kabar?" Chanyeol memecah keheningan di antara ketiganya.
"Baik-baik saja," Baekhyun menjawab, menatap Chanyeol sambil menggerakkan kedua alis dengan jahil. Chanyeol mengubah warna rambut cokelatnya menjadi kelabu, tubuhn Chanyeol semakin tegap. Garis wajahnya tetap sama, mempesona.
"Kalau tidak salah seseorang mempermalukan dirinya di depan kelas, tadi" Kyungsoo menyindir Baekhyun, kemudian mendapatkan sebuah cubitan pada sebelah paha. "Dan sekarang orang itu mencubitku,"
Sebenarnya Baekhyun ingin menyumpal mulut besar Kyungsoo dengan kaus kaki yang kini ia kenakan. Namun melihat Chanyeol yang menatap lurus-lurus kearahnya membuat Baekhyun mengurungkan niatnya, "Bagaimana denganmu?"
Chanyeol mengambil kentang goreng di hadapan Baekhyun dan memasukkan kentang tersebut ke dalam mulut. Tidak berubah, ia masih seenaknya, "Tidak buruk, tetapi Korea membuatku jauh lebih baik" jawab Chanyeol sambil menatap Baekhyun lekat. Lalu Chanyeol mengikuti Baekhyun untuk menggerakkan kedua alisnya jahil yang berhasil membuat senyum Baekhyun mengembang.
"Baiklah, kita harus segera pergi, dude. Luhan sudah menunggu," Kris datang dengan seporsi kentang goreng ukuran large pada tangannya kemudian memberikan kentang tersebut kepada Zitao. Sedangkan Chanyeol lalu berdiri dan menatap Baekhyun, "Aku pergi," ucap Chanyeol.
Punggung Chanyeol semakin menjauh namun Baekhyun tidak mengalihkan perhatiannya hingga sosok yang tengah ia pandang menghilang. Air wajah Baekhyun berubah menjadi galak saat Kyungsoo mengejeknya dengan sarkatis. Lelaki doe itu berkata kalau Baekhyun sedang bernostalgia dan hal tersebut membuat Baekhyun benar-benar akan menyumpal mulut besar Kyungsoo, lalu ia mengambil kentang goreng Zitao dan menjejalkannya ke dalam mulut Kyungsoo.
Baekhyun menggembungkan pipinya kemudian meraba kedua bantalan yang terasa hangat. Sambil memejamkan kedua netra, Baekhyun menepuk-nepuk pipinya ringan. Bertemu dengan Chanyeol membuatnya mengingat mimpi semalam. Memori tentang hari terakhir Chanyeol berbicara dengannya, memerintah Baekhyun untuk berhenti menghubungi pemuda tinggi tersebut.
"Sudahlah, Kyungsoo. Mereka'kan sudah lama berakhir. Lalu Baekhyun sekarang sudah ada Jongin," Zitao tersenyum jahil kepada Baekhyun, ia memang senang menggoda Baekhyun terlebih jika menyinggung anak laki-laki yang disebutkannya tadi. Sedangkan Baekhyun memutar kedua mata mendengar Zitao membawa-bawa nama Jongin.
"..dan Chanyeol Hyung juga sudah bersama dengan Luhan Hyung, kurasa." Tao mengakhiri kalimatnya seiring dengan habisnya kentang goreng yang tadi dibelikan Kris.
.
.
Mereka-kan sudah lama berakhir;
.
.
Zitao hanya tidak tahu,
Mereka bahkan belum memulai.
.
Seulas senyum mengembang diwajah Baekhyun dan sesekali kepala Baekhyun mengangguk menikmati nada-nada yang menenangkan. Jemari Baekhyun dengan telaten menekan tuts-tuts piano, membuat benda itu terus menerus mengeluarkan irama yang ia sukai. Baekhyun mempercepat tempo seiring dengan cepatnya martil memukul dawai. Ia hanya memainkan tanpa benar-benar tahu apa maksud sebenarnya. Yang Baekhyun percaya, ini menghangatkan perasaannya, dan semua berakhir saat jari manisnya menekan sebuah tuts berwarna putih.
"In You?"
Baekhyun menoleh, mendapati Jongin yang berdiri tak jauh di sana. Jongin berjalan mendekati Baekhyun, kedua tangan pemuda tersebut dimasukkan ke dalam saku celana. Ia memandang Baekhyun sejenak, "Kau cukup ahli," kata Jongin yang membuat Baekhyun menyodorkan kepalan tangan kanannya, dengan ibu jari yang mengacung ke atas. "Kau lebih ahli,"
Jongin tertawa, ia memposisikan bokongnya untuk duduk disebelah Baekhyun. Jemari Jongin mengambil alih benda berwarna hitam tersebut, membuat Baekhyun menyingkirkan tangannya. "Bernyanyi bersama, Baek?" Kemudian Jongin mulai memainkan sebuah irama dan juga bernyanyi,
Look into my eyes, you will see
What you mean to me
Search your heart, search your soul
And when you find me there you'll search no more
Baekhyun tahu, lalu ia membuka mulut.
Don't tell me it's not worth trying for
You can't tell me it's not worth dying for
You know it's true
Everything I do, I do it for you.
Irama itu berhenti tepat pada nada re.
Jongin memperhatikan Baekhyun, "Suara cemprengmu lumayan juga,"
Sedangkan Baekhyun memutar kedua matanya malas, "Beruntung karena suaraku tidak se-sumbang milikmu" lalu ia nyengir kuda. "Oh astaga," Baekhyun terkesiap setelah ia melirik jarum jam di dinding. Ia mengambil ranselnya dan berjalan keluar. Jongin mengerutkan keningnya, "Kemana?"
"Pulang. Aku kalah taruhan dan harus membersihkan toilet selama seminggu penuh,"
.
Baekhyunmembuka sebuah pintu yang menampakkan seorang pemuda sedang menonton televisi, sebuah channel yang menayangkan kartun favorit anak-anak, Tom and Jerry. Pemuda tersebut melirik Baekhyun sekilas kemudian kembali menatap layar televisi. Sedangkan Baekhyun berjalan ke arahnya, menghempaskan tubuhnya disebelah sang pemuda, "Jongdae,"
Yang dipanggil mengangkat dagunya, mengisyaratkan bahwa ia menyahut Baekhyun. "Jongdae,". Jongdae berdeham singkat. Ia memang sedang menanggapi Baekhyun, kok.
"JONGDAE,!"
Refleks Jongdae menutup telinga dengan kedua tangan, ia menatap Baekhyun sebal. "Apa, sih?"
Baekhyun mengambil keripik yang berada di pangkuan Jongdae kemudian memakannya. Bukannya menjawab Jongdae, Baekhyun malah ikut menonton adegan seekor kucing yang sedang mengejar seekor tikus. Dan bodohnya si kucing— sebut saja Tom, selalu saja mendapat sial apabila mengejar Jerry— si Tikus. Baekhyun meringis ketika ia melihat kepala Tom tertimpa besi berat kemudian tonjolan yang tinggi muncul diatas kepala Tom, bodoh. "Jongdae,"
Baekhyun menatap Jongdae, "Mau ke club, nanti?"
Sebuah jitakan mendarat sempurna di ubun-ubun Baekhyun, membuat pemuda kecil tersebut meringis pelan, "Tidak sampai kau menyelesaikan essaymu, Baek" Baekhyun mengerucutkan bibir, sebal mengapa essay yang sedang dikerjakannya tak kunjung selesai.
Setelah 30 menit membersihkan toilet apartemen mereka, Baekhyun kembali menghempaskan tubuhnya disebelah Jongdae yang masih berada di depan televisi, menontonnya. "Tidak adakah acara yang lebih bermanfaat untuk ku tonton?" kata Baekhyun dengan senyum mengejek, melirik Jongdae yang sama sekali tidak menanggapinya. Pemuda itu lebih memilih untuk menyimak tokosatsu yang ia gemari. Karena merasa sebal, Baekhyun mengambil remote televisi dan menekan tombol berwarna merah, mematikan televisi dan melempar remote itu asal. Baekhyun menarik pipi Jongdae kemudian berlari ke dapur, meninggalkan Jongdae yang meneriaki namanya geram lalu Baekhyun terkikik keras-keras.
Namun tawa Baekhyun berhenti ketika ia hanya menemukan ikan kalengan dan beberapa butir telur. Sudah waktunya untuk berbelanja, pikir Baekhyun. Akhirnya ia menutup pintu kulkas dan mengambil dua bungkus mie instan di lemari dekat kompor.
Setelah ia selesai, Baekhyun meletakkan panci berukuran kecil di atas meja makan dan mengambil dua mangkuk bersamaan dengan sumpitnya. Jongdae datang setelah Baekhyun memanggilnya dengan teriak lengkap dengan nama keluarganya. Pemuda bermarga Kim itu kembali menyumbat kedua telinganya, "Kau berisik sekali, sih?"
Baekhyun mengabaikan Jongdae, ia mengambil mie dan memasukkannya ke dalam mangkuk. "Makan," mangkuk itu tersodor ke arah Jongdae.
Jongdae tidak mengindahkan Baekhyun dan berjalan menuju dapur, mengambil sebuah mentimun yang ia simpan di dalam laci secara diam-diam. Kemudian Jongdae berlari ke meja makan dan mulai mengupas mentimun, siap untuk mencampurkannya ke dalam mangkuk miliknya.
Namun di sana Baekhyun mengerutkan keningnya tak suka, ia menjepit hidungnya menggunakan ibu jari dan telunjuk, "Jongdae!" Baekhyun setengah berteriak, menatap Jongdae sok galak.
Sayangnya, Jongdae bahkan tidak melirik Baekhyun barang sedikitpun.
"Jongdae,~~" Baekhyun memelankan suara, sedikit memelas. Ia benar-benar tidak suka mentimun, serius! "Jongdae,~~~~" Lagi-lagi Baekhyun memelas.
Dan akhirnya Jongdae melirik Baekhyun namun ia tersenyum tidak ikhlas. Habis Baekhyun hari ini menyebalkan, sih. Tangan Jongdae berhenti mengupas mentimun, "Apa?" pura-pura bertanya, padahal ia tahu jelas apa yang dimaksudkan Baekhyun.
"Itu..." katanya seraya menunjuk mentimun.
Jongdae bangkit dan meletakkan mentimun di sebelah tempat untuk cuci piring, ia kembali ke meja makan sambil membawa sekotak susu strawberry, membuat mata Baekhyun berbinar.
"Apa yang aku lewatkan hari ini, Baek?" Tanya Jongdae seraya menuangkan susu itu ke dalam gelas.
Baekhyun menerima gelas yang diulurkan kepadanya, "Apa, ya?" Jawabnya pura-pura berpikir.
Jongdae memutar kedua netranya. Anak ini, sangat bisa membuat Jongdae jengkel, "Kau hari ini benar-bener menyebalkan"
"Dia kembali," Baekhyun mengangguk-anggukan kepala, membenarkan apa yang baru saja keluar dari bibirnya.
Jongdae menopang dagunya dengan sebelah tangan, "Aku tahu.."
Kemudian Baekhyun menunduk, menatap mie instan yang mulai mendingin, "Dengan seorang kekasih"
.
.
.
ToBeContinue—
.
.
.
Hai,
Ini terinspirasi saat aku baca fsog, jadi kemungkinan akan ada beberapa scene yang diambil dari sana. Tapi untuk storyline murni dari aku.
Semoga sukaaaaaa! :D
