Royal Knight of Halkegenia
WARNING: This story may or may not contain Harem with Elsword as the main character! Ah well, it's a crossover between Elsword and ZnT after all, so yeah…
Elsword: Lord Knight
Aisha: Elemental Master
Rena: Grand Archer
Raven: Veteran Commander
Eve: Code: Empress
Chung: Deadly Chaser
Ara: Yama Raja
Elesis: Grand Master
Add: ?
Prolog
Perih dan sesak. Itulah yang dirasakan sang Lord Knight kerajaan Velder saat ini. Usahanya dalam membantu Centurion Vanessa dalam memimpin tentara Velder bersama Elgang akhirnya mencapai titik akhir. Residential Area 3 telah bebas dari para demon. Keadaan di Burning Hope Bridge sudah kemabli distabilkan. Dan di Southern Gate, para tentara Velder mengangkat senjata mereka tinggi ke udara, perasaan bangga dan lega muncul di hati mereka saat mereka akhirnya mencapai Southern Gate dan menempatkan Velder kembali ke dalam tangan mereka. Bangkai Dark Nephilim di belakang mereka menjadi semacam tropi kemenangan mereka dalam usaha merebut Velder kembali dari para demon. Chloe berhasil kabur, begitu pula Morfos, Joaquin, dan para demon lainnya. Mereka pasti akan merencanakan sesuatu, tapi berikutnya tentara Velder sudah pasti siap untuk melawan mereka kembali.
Sang Lord Knight menancapkan Great-sword miliknya ke tanah kemudian jatuh terduduk dengan napas terengah-engah karena kelelahan, namun diwajahnya masih terpampang senyuman khas miliknya. Seperti tentara Velder, Elsword juga merasa lega karena pertarungan ini sudah berakhir. Mereka berhasil meraih kemenangan. Dan yang terlebih lagi…Elsword menelengkan kepalanya ke samping dan melihat teman-temannya yang juga terlihat lega. Senyum Elsword makin melebar. Yang paling penting saat ini adalah, Teman-temannya selamat. Dari sudut matanya, Elsword dapat melihat seorang pria yang membawa gitar berjalan kearahnya.
"Menikmati kemenanganmu, Elsword – tidak, maksudku Lord Knight?"
Elsword tersenyum simpul, "Yah, kita berdua tahu kalau tanpa saran darimu, aku dan Vanessa pasti sudah menyerah, Noel."
Pria yang disapa Noel itu memetik senar gitarnya, "Apa maksudmu? Aku tidak lebih dari seorang pemain musik dan aku akan tetap begitu hingga tidak ada lagi yang mengenalku sebagai tentara bayaran."
"Iya, iya, aku mengerti," ucap Elsword tertawa sambil bangkit berdiri, "tapi serius, aku belum pernah mendengar tentara bayaran bernama Noel. Apakah benar kau seterkenal itu?"
Pria berbandana itu nampak sedikit tersinggung, "Walau kau tidak mengenalku, tapi aku katakan padamu bahwa aku benar-benar seorang tentara bayaran veteran di masa-masaku saat aktif dulu."
"Yah, setidaknya, kemampuanku tidak menjadi tumpul setelah bertahun-tahun lamanya," Noel mengedarkan pandangannya ke sekitarnya, "bayangkan apa jadinya rencana perebutan Velder ini kalau aku sudah benar-benar menjadi musisi pengelana."
"Kau akan menyuruh kami melawan para Demon sambil bernyanyi, mungkin?" ucap Elsword dengan nada bercanda sehingga menerima sebuah pukulan ringan di kepala oleh Noel.
Pemusik itu kemudian menyadari kedatangan seorang lagi. Sang Centurion, Vanessa. Selain armor-nya yang sudah rusak disana-sini dan salah satu lensa kacamatanya retak, ia sama sekali tidak memiliki luka yang berarti – tapi senjatanya yang sudah menumpul sudah lebih dari bukti bahwa peranannya dalam pertarungan ini sangat besar. Di belakang wanita itu, terlihat para tentara Velder yang tidak diragukan lagi ikut ambil andil dalam kesuksesan mereka. Dengan segera Elsword berdiri lebih tegak. Tangan kanannya ia kepalkan tepat di depan dada kirinya kemudian membungkuk sedikit kepada wanita itu.
"Centurion Vanessa."
Vanessa meletakan kedua tangannya di bahu Elsword, "Lord Knight Elsword, tegakkan badanmu."
Dengan segera, Elsword menuruti perintah Vanessa. Yang terjadi berikutnya sangat tidak disangka-sangka oleh Elsword.
"Terima kasih. Tanpa bantuanmu, kami tidak akan pernah bisa merebut kembali Velder dari para demon itu. kami, penduduk Velder, berhutang banyak padamu." Ujar Vanessa sambil membungkukkan sedikit badannya yang diikuti oleh tentara Velder lainnya.
"Ah! Tidak! Maksudku, ini sudah merupakan tugasku untuk melindungi Velder dan juga ini karena kita semua sudah saling percaya dan bekerja sama." Jawab Elsword cepat. Vanessa kembali berdiri tegak dengan sebuah senyum dibibirnya. Ia meletakan telapak tangannya diatas kepala Elsword kemudian mengacaknya pelan.
"Kau masih muda dariku, tapi kau berhasil melampaui ekspektasiku. Kau benar-benar mengingatkanku pada Elesis."
Elsword tidak bisa melakukan apa-apa selain tersenyum gugup sambil menggaruk pipi kanannya. Tak lama, tentara Velder di belakang Vanessa mulai terlihat membuka jalan untuk sebuah grup – yang dikenal sebagai 'Elgang' oleh seantero Elrios. Tapi saat ini, hanya Elemental Master dan Grand Master yang berjalan mendekatinya.
"Ah kalian – " BUAK!
Belum sempat Elsword menyelesaikan perkataannya, Elesis dan Aisha sudah lebih dulu memukul kepalanya dengan keras sehingga membuat semua yang ada disitu, termasuk Vanessa, meringis. Elsword Cuma bisa terduduk ditanah sambil mengelus kepalanya kebingungan.
"Apa – "
"Kau ini bodoh ya!?" ujar Aisha dengan air muka yang menyeramkan, bahkan Elsword sekalipun meringis ketakutan saat melihatnya.
"M-maksudmu apa ya…?" tanya Elsword ragu. Kali ini Elesis yang bereaksi menjawab.
"Apa-apaan aksimu yang sok pahlawan itu!? Memotong tali gerbang saat semuanya kecuali dirimu mencapai bagian belakang Southern Gate, untunglah aku yang dikirim sebagai utusan Red Knights! Kalau tidak, kau sudah pasti mati ditangan Dark Elf itu! Kau ini benar-benar penderita Hero-Syndrome!"
Ah, itu ya, pikir Elsword sambil berusaha menjauhkan pandangannya dari wajah kakaknya yang makin lama makin menyeramkan. Meskipun terasa sakit karena mendapatkan dua pukulan sekaligus, tapi Elsword mengerti kenapa mereka melakukan itu. They're just trying to knock some sense into his thick skull, dan entah kenapa mereka berdua ini selalu melakukannya secara harafiah, tapi Elsword tidak peduli. Itu pertanda mereka peduli dan khawatir terhadap keadaannya.
"Maafkan aku, aku akan mengurangi sedikit kebiasaanku itu."
Aisha dan Elesis menajamkan tatapan mereka pada Lord Knight muda itu.
"…baiklah, aku akan mencoba untuk benar-benar menghilangkan kebiasaanku itu."
Meski masih kurang puas mendengar pernyataan Elsword, Elesis mengelus rambut adiknya sementara Aisha mulai men-cast healing terhadap Elsword. Melihat permasalahan di dalam kelompok itu sudah diselesaikan, Vanessa bersama Noel dan tentara Velder kembali ke pos mereka masing-masing.
"Huf, dasar, Elbaka tidak berguna. Yang bisa kau lakukan hanya membuat kami khawatir. Sekarang lihat dirimu! Luka dan lebam dimana-mana. Kau sama sekali tidak berhak menerima gelar Lord Knight, dasar…" gumam Aisha menggerutu sambil memeriksa bagian tubuh Elsword lainnya yang luka. Elsword hanya bisa tersenyum.
"Kalau begitu, kalian harusnya tidak perlu memukulku sekeras itu, badanku masih sakit karena serangan Chloe – ow!" ujar Elsword meringis kesakitan saat Aisha menekan tangannya yang agak lebam.
"Jangan banyak protes. Itu salahmu yang mencoba menahan mereka semua sendirian. Bersyukurlah karena tadi kami yang memukulmu. Kau tidak tahu seberapa sulitnya bagi kami untuk menahan Eve agar tidak memukulmu."
Eve menolehkan kepalanya kearah Elsword, "Awalnya aku ingin menggunakan Heaven Fist padamu."
Elsword langsung diam. Tidak cukup dengan menampar, sekarang ratu Nasod itu ingin memukulnya juga! Memakai tangan Nasod King pula! Membayangkan dirinya dipukul oleh Eve saja sudah membuatnya merinding. Tak lama, sepasang tangan melingkar di leher Elsword.
"Hei! Jangan mengganggu! Aku sedang mengobatinya!" Ujar Aisha.
"Ufufufu~ Elsword-ku, kau harusnya tidak meremehkan kemampuan kami. Apa yang kau lakukan tadi membuat Ara marah dan kuyakinkan padamu bahwa kau sama sekali tidak ingin melihat bagaimana Ara saat ia marah." Gumam Eun di leher Elsword, sambil mengelus rambut jabrik Lord Knight itu (Aisha: Jangan mengabaikanku!).
Elsword yang sudah terlalu lelah bahkan untuk kaget sekalipun dan sudah berulang kali mendapatkan perlakuan yang sama dari Alter-Ego Ara cuma bisa tertawa gugup.
"Ahaha…akan kuingat itu, Eun."
"Kau bersumpah?"
Elsword menaikkan salah satu telapak tangannya, "Aku bersumpah."
Mengangguk puas, rambut putih Yama Raja itu berubah kembali menjadi hitam, menandakan bahwa kali ini yang memiliki kuasa atas tubuh ini tersebut adalah pemilik aslinya, Ara. Saat ia sadar bagaimana posisinya saat ini, ia segera mendorong Elsword hingga membuat Lord Knight muda itu mencium tanah.
"A-ah! Maafkan aku! Tadi itu reflek!" ujar Ara sambil membantu Elsword kembali berdiri.
"Ugh, entah kenapa aku memiliki firasat bahwa Eun sengaja melakukan hal ini." Gumam Elsword sambil memegangi wajahnya yang perih.
Selang beberapa detik, Raven, Rena, dan Chung muncul dari kejauhan. Selama pertarungan, mereka bertiga terpisah dengan yang lain untuk menahan pasukan Glitter agar tidak banyak yang memenuhi Southern Gate. Mereka nampak baik-baik saja, hanya pakaian mereka yang tidak dalam kondisi bagus dan di beberapa bagian mulai menghitam. Melihat Elsword dan yang lainnya berada di sisi lain tempat itu, mereka segera mendekat.
"Woah, kau berantakan sekali Els, apa yang terjadi sebelum kami sampai kemari?" tanya Chung saat ia melihat keadaan Elsword.
Elsword menaikkan kedua bahunya, "Hal biasa."
"A-ah, begitu ya? Ahahaha…" komentar Chung sambil tertawa gugup, sangat mengerti apa definisi dari 'Hal Biasa' dalam kamus Elsword. Di belakangnya, Raven tersenyum dengan kedua mata tertutup.
"Heh, seperti biasa, kau melakukan hal yang gila." Komentar Raven.
"Ah well, untunglah pertarungan ini selesai. Mungkin setelah ini, aku akan memberikan informasi tentang para Dark Elf kepada tetua desaku." Gumam Rena mengingat Dark Elf yang ia hadapi selama di Velder, terutama Chloe.
"Kurasa, setelah apa yang sudah kita lakukan, kita berhak untuk mendapatkan waktu untuk bersantai." Ucap Chung, Destroyer-nya ia letakan secara horizontal kemudian duduk di atasnya.
Elesis menaikkan salah satu alisnya, "Kau yakin? Dari sini kita sudah sangat dekat dengan Hamel."
"Itu benar," Elsword menimpali sambil menarik keluar sebuah suart dari plate armor-nya, "disana ada markas Red Knights dan tugas terakhir kita dari Velder adalah mengantarkan surat ini pada Penensio – AH! PELAN-PELAN AISHA!"
"Lebih baik dengarkan saran Chung dan khawatirkan dulu kondisimu sebelum kita ke Hamel," gumam Aisha sambil menyimpulkan ikatan perbannya pada lengan Elsword dengan kuat, "ok, sudah selesai. Setelah sampai di Hamel, aku akan menyetok kembali bahan untuk ramuan penyembuhnya."
Elsword menggerak-gerakkan lengannya beberapa kali untuk memastikan apakah ikatan perban dari Aisha akan mengganggu pergerakan lengannya. Setelah merasa puas, ia segera menerima uluran tangan Raven dan Chung untuk berdiri. Berjalan menuju pedang miliknya, ia mencabut senjatanya itu dan menyandangnya di bahu kirinya.
"Baiklah, ayo kita pergi ke – "
ZAP! Tiba-tiba sebuah petir hitam membelah langit Elrios. Dengan ukurannya yang sangta besar, tidak akan ada yang heran kalau petir ini dapat terlihat oleh semua orang di Lurensia dan Fluone sekalipun. Tanah bergetar hebat, menyebabkan setiap orang yang tidak menyangka-nyangka kejadian tersebut jatuh terduduk. Angin keras menerpa seluruh daratan Elrios, menerbangkan berbagai macam materi ke udara. Anehnya, petir itu tidak menghilang setelah sekali menyambar. Malah, petir itu seakan membeku dan membentuk semacam pilar berwarna hitam. Tak lama, pilar itu mulai berubah bentuk menjadi sebuah bola hitam, ukurannya lima kali lebih besar daripada Nasod King.
"Energi ini…benda itu semacam portal!" teriak Aisha saat ia benar-benar memperhatikan fenomena tersebut. Kedua mata Elsword melebar.
"Apakah ini…Gates of Darkness!? Tapi itu tidak mungkin! Kita sudah menghancurkan gerbang itu!"
Aisha menggelengkan kepalanya, "Bukan! Ini berbeda! Aku tidak tahu apa ini tapi yang jelas kekuatannya lebih hebat dari gerbang itu!"
"Ini tidak bisa dibiarkan," Raven segera berbalik dan berteriak, "semuanya! Persiapkan diri kalian!"
Mendengar perintah sang Veteran Commander, tentara Velder dan juga Elgang mempersiapkan diri untuk hal yang tidak terduga – bahkan Chung mengaktifkan kembali Berserk mode-nya.
Bagus, pikir Elsword, baru saja kami mengecap rasa kemenangan dari bibir kami dan seseorang menarik rasa manis itu.
Angin keras yang menerpa Elrios kembali menjadi tenang. Tanah berhenti bergetar. Ombak laut kembali tenang. Namun ini hanyalah saat-saat tenang sebelum badai. Karena hal berikutnya yang terjadi adalah bola hitam itu memancarkan cahaya hijau toska yang menyinari seluruh daratan Elrios. Elsword menaikkan salah satu telapak tangannya untuk menghalangi cahaya itu, namun hal itu tidak memberikan pengaruh apapun.
Detik berikutnya, bersamaan dengan menghilangnya cahaya yang menyilaukan itu, seluruh daratan Lurensia dan Fluone, beserta kota dan kerajaan megah yang berdiri di atasnya, menghilang dari Elrios.
-To Be Continued-
