Full summary: Lucy adalah seorang murid yang benar-benar susah diatur. Karena kelakuannya, dia diusir dari sekolah lamanya dan terpaksa untuk sekolah di SMA Bijin; SMA khusus perempuan yang mengajarkan sopan-santun dan tata-krama bagi murid-muridnya! Tapi, tiba-tiba ia bertemu dengan cowok berambut pink yang super mesum! Apakah akan terjalin cinta diantara mereka? Dan bagaimana Lucy akan bertahan di sekolah barunya dengan peraturan-peraturan yang benar-benar ketat?
Genre: Kalau 'Romance' sih memang sudah pasti, harus, kudu, mesti, wajib, untuk genre cerita ini. Kalau yang 'Friendship', hmmmmm… nggak yakin juga. Jika pembaca sekalian punya saran tentang apa yang harus kumasukan ke second genre, kasih tau yaaaa.
Rating: Tadinya mau T. Tapi banyak ciumannya jadi ke M aja kali ya? Tapi di M juga nggak cocok. Di T aja deh. Eh tunggu, apa mendingan di M? Yah, sifat labilku muncul. Udah ah, T aja.
A/N: Yak, si author gila kembali ke dengan fanfic Fairy Tail berbahasa Indonesia. Kalimat yang tadi memang tidak penting tapi entah kenapa aku merasa pengen banget nulisnya. Ngomong-ngomong, di sini Lucy-nya bakal jadi OOC buanget. Yah, yang lainnya juga bakal OOC sih. Bahasanya juga campur antara baku dan tidak baku. Baiklah, cukup basa-basinya. Mari kita langsung to the point aja. Don't like, don't read. Enjoy~
Disclaimer: I don't own Fairy Tail.
Bijin High-School for Girls
Sebuah mobil Mercedes Benz berhenti di depan gerbang sekolah SMA Bijin.
"Nah Lucy, ini sekolah barumu. Jangan buat masalah lagi!"
"Jangan khawatir tuan, aku akan menjaga Nona Lucy. Lagipula, sekolah ini terkenal dengan kelakuan para muridnya yang baik."
"Benar juga. Kuharap dia bisa berubah. Baiklah, aku mengandalkanmu untuk menjaganya, Loki."
"Ayah, kumohon jangan masukan aku ke sekolah khusus perempuan. Bagaimana jika aku sampai dikerjai?" pelas Lucy dari jok belakang. Tapi melasannya sia-sia—ayahnya dan Loki sudah menendangnya keluar mobil. Lucy hanya bisa melihat mobil ayahnya itu pergi. Sambil mendengus kesal, ia menenteng tasnya masuk ke sekolah perempuan itu.
-oOo-
"Lucy Heartfilia, anak baru di sekolah kita ya," kata Porlyusica sambil melihat-lihat data tentang Lucy. "Ayahnya seorang pengusaha kaya raya sedangkan Ibunya sudah meninggal ketika dia masih kecil. Saat ini, dia tinggal dengan salah satu kenalan Ayahnya yang mempunyai rumah di daerah ini. SD, SMP, SMA, dia merupakan murid yang mencolok karena kelakuannya yang tidak dapat dikendalikan dan sering membuat masalah dan pada akhirnya diusir dari sekolah."
"Itu benar. Di sekolahnya yang dulu, setelah menerima surat peringatan hingga 3x, maka anak yang bersangkutan harus mengundurkan diri," kata Ultear. "Baru kelas 1 SMA sudah mendapat surat peringatan 3x?" tanya Porlyusica dengan tidak percaya. Ultear mengangguk.
"Pada bulan Mei, ia menendang orang yang mau berkenalan dengannya. Bulan Juni, sebungkus rokok ditemukan di tasnya. Dan bulan Agustus, ia melakukan kekerasan pada guru," susul Meredy.
"Sepertinya kita kedatangan murid yang sangat merepotkan," gumam Ultear. "Nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Kalau ada masalah serahkan saja pada komite ketertiban siswa," kata Porlyusica dengan yakin.
-oOo-
-Lucy's POV
Aku merapihkan dasi sailor uniform-ku sambil terus berjalan. Aku memang belum mendapat seragam sekolah baru. Karena itu, aku masih memakai seragam lama.
Aku langsung sembunyi di balik sebuah pilar ketika aku mendengar bisikan beberapa murid dan menguping pembicaraan mereka.
"Hah? Yang benar?"
"Iya, katanya akan ada murid pindahan di kelas 1-B."
"Orangnya seperti apa ya?"
"Pasti menyenangkan kalau bisa berteman baik dengannya."
Sekujur tubuhku langsung membeku.
Pasti? PASTI?! GAK MUNGKIN! Otou-sama, maafkan aku… ternyata aku memang nggak bisa masuk sekolah ini.
Aku berlari dengan panik. Kemana pun tidak peduli. Yang penting bisa pergi sejauh mungkin dari sekolah gila itu. Aku berhenti ketika yakin bahwa diriku sudah jauh.
Pasti akan ada masalah… yang penting, aku nggak mau dikirim ke sekolah kayak gini! Padahal... kalau disekolahku yang dulu... dengan teman-teman dan Sting, aku bisa bertemu dan bercanda dengan mereka setiap hari.
*Flashback, normal POV*
"Pokoknya aku nggak mau pergi. Guru-guru itu sama sekali nggak mau dengarkan omonganku dan langsung kasih surat peringatan," dengus Lucy dengan kesal. "Yah, mungkin setidaknya aku akan menjadi lebih dewasa di sekolahku yang baru."
"Mana mungkin," kata Sting. "Sepertinya akan terasa aneh kalau kamu nggak ada. Karena kita sudah bersama dari kecil."
Sting menoleh kepada Lucy. "Seandainya di sana kamu nggak betah, kembalilah kapan saja."
*Flashback end, Lucy's POV*
Aku menghela nafas. Niatku untuk betah sama sekali nggak muncul.
Lalu, aku menyadari sesuatu; seorang cowok dengan rambut pink sedang tiduran di tanah dan memerhatikan bagian dalam rokku dari tadi.
"Oi, dari tadi kamu itu sedang menggodaku ya?" tanyanya sambil senyum-senyum.
Aku langsung menghajarnya dengan beberapa tonjokan dan 'Lucy kick'-ku. "SIAPA KAMU DAN SEJAK KAPAN DISINI?!" tanyaku dengan garang. "Aduh! Kamu saja yang nggak sadar dari tadi!" sangkal cowok itu.
"Namaku Natsu Dragneel, anak SMA Jyoyama kelas 1!" teriaknya sambil menunjuk ke sebuah gedung sekolah di kejauhan. "Sedangkan kamu sendiri siapa?!"
Aku diam saja. Dia tersenyum lagi. "Ah, jangan-jangan kamu murid pindahan yang mau masuk sekolah khusus cewek di atas bukit ya?" tanyanya. "Tau nggak, kalau dulunya itu memang sekolah untuk para bangsawan. Tapi sekarang sekolah itu mengumpulkan perempuan dari keluarga biasa kemudian mendidik mereka menjadi perempuan yang beretiket. Yah, seperti pabrik pembuat perempuan bertata-krama. Walau ada juga sih yang memang sudah beretiket."
Lalu Natsu meneliti penampilanku dari atas sampai bawah. "Tapi kayaknya dilihat dari mana pun, kamu nggak mungkin termasuk anak yang beretiket," katanya. Aku hanya melempar tasku ke tanah dengan kasar dan berbaring di sebelahnya.
"O-oi…" gumamnya.
"Mendengar penjelasan mu, aku jadi malas ke sekolah itu!" protesku.
"K-kenapa malah jadi salahku?! Lebih baik kau cepat kembali ke sekolah! Hukuman bagi yang bolos mengerikan loh!"
"Aku sudah nggak peduli!" Aku menarik nafas. Tenagaku sudah habis. "Aku nggak niat untuk jadi seorang nona. Aku mau pulang."
Mataku tertutup dan aku mulai memikirkan wajah teman-temanku lagi. Aku nggak butuh teman baru atau cowok baru. Aku hanya ingin pulang.
Kami terus diam sampai tiba-tiba aku merasa bahwa bibir seseorang menyentuh milikku. Aku membuka mataku dan melihat bahwa Natsu sedang menciumku. Dia melepaskannya beberapa saat kemudian. Aku hanya terbengong.
"Tenang saja… kalau melakukan perbuatan mesum di bawah langit biru ini, perasaan homesick pun akan hilang," bisiknya. Aku langsung shock dan menendang perutnya. "MATI AJA SANA!" Dan setelah berkata begitu, aku langsung melarikan diri darinya.
Yang benar saja! Apa-apaan itu tadi?!
"Lucy Heartfilia?"
Aku menengok ke sumber suara yang memanggilku.
"Telat sekali! Kemana saja kamu?!" bentak seseorang yang berambut hitam dan kelihatan agak tua. Aku terheran-heran siapa dia sampai aku melihat nametag-nya. Sial… dia salah satu guru di Bijin. Ternyata karena panik, aku tanpa sadar lari kembali ke sekolah!
"Karena hari pertama sekolah, kamu masih saya maafkan. Keluarkan Buku Siswa dan baca kembali peraturan sekolah!" perintah guru itu. Tanganku merogoh-rogoh tas milikku. Kemudian aku menyadari bahwa Buku Siswa ku telah menghilang secara misterius.
"Eh… anu… tidak ada…" gumamku dengan panik. "Apa?! Tidak ada?! Apakah ketinggalan?! Seharusnya itu selalu dibawa! Baiklah, lain kali hati-hati!" Guru itu langsung berjalan pergi. Di belakangnya, aku menunjuk ke atas dengan jari tengahku. Aku langsung menyembunyikan tangan saat guru itu menengok kepadaku. "Ikut aku, Lucy Heartfilia. Akan ku tunjukan kelasmu."
Dia membawaku ke kelas 1B—setidaknya itu yang ditulis di pintunya—dan aku dipaksa untuk memperkenalkan diri di depan satu kelas. "Salam… kenal…" kataku dengan nggak ikhlas. Semua mata di kelas itu langsung tertuju kepadaku. Guru rambut hitam itu berdehem.
"Baik, perkenalkan juga, saya Ultear Milkovich, seksi kedisiplinan sekolah sekaligus pengganti wali kelas kalian yang sebelumnya. Panggil saya Miss Ultear. Apakah ada pertanyaan?"
Aku langsung mengangkat tanganku. "Ya, saya punya pertanyaan; boleh kan saya pulang?"
"TENTU SAJA TIDAK!" bentak Miss Ultear itu. Huh, menyebalkan.
Aku mengambil tempat duduk di pojokan kelas.
"Lucy Heartfilia ya?"
Aku mendongak dan melihat seorang cewek berambut scarlet sedang melipat tangannya di depan mejaku. Dia membenarkan posisi kacamatanya sementara menunggu aku merespon.
"Ya, aku Lucy. Ada apa?"
"Namaku Erza Scarlet, anggota komite ketertiban," katanya dengan nada yang tegas. Uwah, cepat sekali aku bertemu dengan anggota komite semacam ini.
"Belum dapat seragam ya?" tanyanya. Sebelum aku bisa menjawab, dia berbicara lagi. "Memakai kaus kaki kendur dilarang. Di sini juga dilarang untuk memberi asesoris atau menguncir rambut selain mengepang atau menguncir satu. Juga, untuk jaga-jaga kau tidak melakukannya, di sini dilarang untuk mengkeriting rambut."
Aku menatap kaus kaki kendur yang kupakai. Jadi aku harus memakai knee-high socks seperti 'nona-nona palsu' itu? Eeeewh! Menurutku itu terlalu ketat untuk kakiku.
Aku juga memegang kunciran setengah di sisi kepalaku dan meraba pitanya. Masalahnya… aku tidak ingin berpisah dari pita ini. Pita ini adalah hadiah ulang tahun yang terakhir dari Ibuku.
Aku terbangun dari lamunanku ketika Erza berdehem. "Besok akan ada pemeriksaan secara menyeluruh. Jangan lupa perbaiki penampilanmu." Lalu, dia berjalan kembali ke tempat duduknya. Aku mendengus kesal sambil melihat sebuah 'kelompok nona-nona palsu' di seberang tempat dudukku. Cih, mereka juga melakukan pelanggaran rambut tuh. Yang berambut biru memakai bando di kepalanya. Ada satu lagi yang rambutnya biru—tapi yang ini lebih muda warnanya—dan model rambutnya sangat aneh; dia membentuknya seperti model rambut Wolfgang Amadeus Mozart yang versi panjang serta memakai topi yang warnanya sama dengan rambutnya. Yang ketiga berambut cokelat dan keriting, tapi aku benar-benar yakin bahwa itu bukan keriting asli.
"Terkejut ya? Komite ketertiban di sini lebih ketat dari guru," kata seseorang dengan nada yang lembut. Aku menoleh ke kiri. Seorang gadis berambut putih yang sependek tengkuknya tersenyum ke arahku.
"Namaku Lisanna Strauss. Salam kenal," katanya. Aku takjub melihatnya; dia benar-benar cantik!
"S-salam kenal…" jawabku sambil mengusahakan sebuah senyuman. "Kau tinggal di mana?" tanyanya tiba-tiba.
"Dari Crocus… kira-kira 3 jam dari sini."
"Kamu tinggal sendirian?"
"Tidak, Ayahku punya kenalan yang tinggal sekitar sini."
"Oh, kukira kau tinggal sendirian."
Kami terdiam untuk sejenak. I-ini bohongan nih? Atau memang nona asli? Aku nggak pernah bertemu orang yang berbicara dengan nada selembut ini.
Lisanna tersenyum lagi kepadaku. Anak ini baik juga. Mungkin aku bisa berteman baik dengannya.
-oOo-
-Normal POV
Dari kejauhan, Erza menatap Lucy dengan sinis.
"Sepertinya dia bukan murid yang gampang diatur," katanya pada diri sendiri. "Kalian harus memberikan dia pelajaran sebelum melunjak. Mengerti?" tanya Erza kepada tiga cewek dibelakangnya. Cewek yang di tengah mengangguk.
"Tentu saja."
A/N: Khuhuhu, selesai juga nih yang chapter 1. Maaf banget kalau kependekan ya. Oh ya, ngomong-ngomong, nama SMA-nya aku kreatif sendiri. Oke, nggak kreatip-kreatip amat sih. Ide namanya aku ambil dari komik S*******(censored) tapi dengan sedikit modifikasi. Soalnya kalau misalnya SMA Fairy Tail, SMA cowoknya apa dong? Kan ada Natsu juga di situ. Jadi, aku akalin aja deh.
Lots of love,
XxJellalFernandesxX
