EXO belong with SMEnt
This plot is mine
.
.
Warning! Subway Rape! Dirty Talking! PWP!
CEO!Sehun x Student!Jongin
.
.
MORNING SUBWAY
.
.
Don't Like Don't Read!
.
.
.
.
Srugg.. srugg..
Merasakan gesekan dari arah belakangnya, Jongin menggeser posisi tubuhnya. Memberi jarak pada orang tersebut. 'Mungkin terlalu sesak,' pikirnya tanpa ada kecurigaan apapun.
Srugg.. srugg...
Dengan sabar Jongin menggeser tubuhnya lagi walau dalam hati ia sudah ingin mencaci penumpang di belakangnya.
Dia juga kesempitan tau! Kalau saja tidak diburu waktu pasti Jongin sudah turun sekarang juga. Menunggu subway lebih sepi terasa lebih baik dibanding berdesakan begini.
Srugh.. srugh srugh...
Jongin diam saja kali ini. Memang tidak ada celah untuk bergeser lagi.
Mencoba cuek, ia keluarkan ponsel dari saku blazer sekolahnya. Sekedar mengecek sudah berapa lama ia menempuh perjalanan.
Namun lama-kelamaan dirinya semakin risih.
Penumpang entah-siapa pun-itu di belakangnya masih saja bergesekan dengan tubuhnya.
Terlebih ia menggesek di area...
Pantat!
Nyuutt..
Eh apa ini?
Sesuatu yang keras terasa menusuk belahan bokongnya.
Apa penumpang di belakangnya membawa tongkat atau jangan-jangan—
Fuck! Jangan katakan ia tengah menjadi korban sexual harassment!
Jongin memajukan tubuhnya lagi. Naasnya kondisi subway yang padat membuatnya tidak bisa beranjak dari posisinya barang se-inchi pun.
Si bungsu Kim itu memejamkan matanya pasrah saat merasakan resleting celananya ditarik ke bawah. Wajahnya sudah memerah total dengan keringat yang membasahi pelipisnya.
Zreettt
"A-nghh..!"
Jongin terlonjak kala telapak tangan kasar itu mencengkram penisnya. Berhasil menyusup ke dalam celana dalamnya dari samping dan mengeluarkan penisnya lewat celah zipper yang terbuka tanpa membuka kaitan celana seragamnya.
Penisnya bergelantung bebas di antara kakinya.
Kakinya mulai gemetar antara ketakutan dan resah.
Sialnya, pria tua di depannya malah memakinya.
"Diam lah! Mundur sedikit, kau mau aku mati kehabisan napas!?"
Jongin ingin menangis rasanya.
Dengan terpaksa ia kembali memundurkan tubuhnya yang berarti mengikis jarak antara dirinya dengan orang mesum di belakangnya.
Merasa keberuntungan berpihak padanya, si penumpang kurang ajar itu malah ikut melangkah maju. Memepetkan tubuhnya dengan tubuh gemetar Jongin.
"Percuma sayang. Lebih baik dinikmati saja.." bisikan pelaku pelecehan di telinganya membuat Jongin makin memelas.
Apa sebaiknya ia teriak minta tolong saja ya? Seingatnya ada petugas keamanan yang sering berjaga di setiap gerbong.
"Jangan berpikir untuk berteriak. Kau pikir siapa yang akan mempedulikanmu? Yang ada mereka malah mengikuti kegiatanku," orang itu terkekeh mengejek. Suaranya berat, penuh gairah dan mengintidasi. Dari suaranya sih Jongin menebak kalau pria itu uhm, tampan..?
'Apa yang kupikirkan!' Jongin meruntuki kebodohan pikirannya sendiri. Otaknya tidak bisa membaca keadaan apa.
Orang itu berbisik tepat di telinga Jongin membuat Jongin berjengit merasakan hembusan napas pria itu di ceruk lehernya. Sedikit banyak berhasil memancing gairah Jongin juga.
Penisnya yang sedari tadi mendapat kenikmatan akibat bergesekan dengan penumpang lain berkedut pelan.
'Jangan tegang, jangan tegang, ku mohon...'
Seolah ingin menghancurkan pertahanan Jongin, orang itu membawa tangannya bergerak menggoda. Bukan mengocok, hanya sekedar mengelus penis Jongin dari atas ke bawah dengan sentuhan seringan bulu.
"Nnnhh.. k-ku mohon hentikanhh..." erang Jongin tertahan.
Tanpa sadar Jongin mendongakan kepalanya sehingga ia bersandar pada bahu pria itu.
Entah tubuhnya yang terlalu sensitif atau orang itu memang pandai merangsang libidonya.
Pemuda itu terlihat puas mendengar erangan Jongin. Ia berhasil membuat penis pemuda Senior High School itu mengeras sempurna.
Malahan, ibu jarinya kini terasa lengket akibat cairan bening yang keluar dari lubang urine si pemuda.
Sial. Sial. Sial.
Penisnya ikut 'mengamuk' di dalam celananya.
"Suaramu indah, sayang. Aku semakin ingin menjelajahi seluruh lekuk tubuhmu hingga mendengarmu menangis tidak berdaya meladeni nafsumu sendiri." Lagi-lagi pria dewasa itu berbisik di telinganya.
Jongin berpikir satu-satunya yang bisa ia lakukan hanya menahan desahannya agar hal tidak senonoh yang dilakukan pria di belakangnya tidak semakin menjadi-jadi.
Semakin ia mendesah pasrah semakin membuat pelaku asusila itu senang bukan?
"Mmfh—! ..Nghh..."
Namun ternyata menahan desahan tidak segampang menahan diri untuk membolos pelajaran sejarah Guru Kang. Mati-matian Jongin menahan desahan sambil menggigit bibirnya kuat-kuat.
"Good boy.. Tetap tahan desahanmu agar tidak menarik perhatian penumpang di sekitarmu. Aku tidak suka berbagi, kau tau?"
Persetan! Jongin hanya berharap subway ini segera sampai di stasiun tujuannya.
"Sebagai hadiah karena kau telah menjadi anak baik, akan kuberikan hadiah spesial.." lanjut pria itu dengan nada sing a song.
"J-janganhh... a-anhh.."
Pria itu menepati ucapannya memberi 'hadiah' pada Jongin. Telunjuk dan ibu jarinya melingkar membentuk cincin ketat menjepit pangkal penis Jongin. Kemudian bergerak ke kepala penisnya seperti mengurut. Ia melakukan gerakan kebalikannya dan mengulangnya beberapa kali.
Pengelihatan Jongin terasa makin kabur karena air mata yang menggenangi kelopaknya.
Satu tangannya yang tidak memegang pegangan subway bergerak ke arah tangan si pria mesum. Niat hati ingin menepisnya tapi malah jadi meremasnya sensual karena gairahnya yang dipermainkan sejak tadi.
Jongin berusaha melihat wajah pelaku pelecehannya lewat pantulan bayangan di kaca akan tetapi daerah pandangnya terhalang penumpang subway yang berdiri di depannya.
Jongin tidak bisa melihat bayangan wajahnya. Jongin hanya melihat bayangan tubuh pria itu lebih tinggi darinya. Pria itu mengenakan setelan formal seperti pegawai kantoran.
"Ada apa? Kau mau membantuku melemaskan batang kecilmu ini? Sebaiknya kau gunakan tanganmu untuk membekap mulutmu saja. Kau tidak mau berakhir diperkosa massal kan?"
Akhirnya Jongin menyerah pada nafsunya sendiri. Pemuda Senior High School itu mematuhi omongan si pelaku pelecehan untuk menikmati service spesial di bawah sana. Tangan yang tadinya meremat lengan jas pria itu kini ia gunakan untuk membekap mulutnya sendiri.
Merasa puas karena Jongin mematuhinya, pria 30 tahunan itu bergerak semakin berani.
Tangan kirinya mengelus pinggul Jongin sensual. Memuji betapa rampingnya pinggul pemuda tan yang kini bersandar pasrah ke bahunya.
Tangan itu bergerak semakin ke depan, menggantikan pekerjaan memanja penis Jongin yang seharusnya dilakukan oleh tangan kanannya.
Sementara tangan kiri melanjutkan, tangan kanan si pemuda menangkup bokong Jongin secara spontan. Meremasnya bagai meremas spons cuci piring.
"Anggh...! J-jangan.. nnghh berhentihh.."
Jongin yakin jika tidak bersandar pada pria ini ia pasti sudah jatuh tergeletak di bawah sambil mendesah-desah. Kakinya lemas tidak sanggup menahan bobot tubuhnya sendiri.
"Tentu, mau yang lebih menyenangkan?"
Tawaran menggoda pria itu dibalas Jongin dengan gumaman setuju tanpa pikir panjang.
"As you wish.."
Pria itu menghentikan aktivitas tangannya di penis Jongin. Hanya untuk membuka kaitan celana seragam si pemuda yang bahkan belum menginjak tingkat akhir sekolahnya.
"Pegang ini," Jongin memegang sisi celananya dengan patuh. Menahan celana panjangnya agar tidak merosot ke bawah sepenuhnya.
Si pria sibuk dengan urusannya sendiri membuat Jongin bertanya-tanya apalagi yang akan ia lakukan.
Kelereng matanya bergulir bingung kala lengan kanan si pria terjulur ke hadapannya.
"Gigit lenganku jika ingin berteriak,"
Jongin merasa ada yang menarik celana dalamnya turun kemudian...
"HA—Hhrrhhm!!!
Liquid bening kembali menetes dari kelopak mata Jongin saat merasa benda tumpul nan tebal menancap di lubangnya.
Laki-laki yang lebih tua terdiam beberapa saat menunggu pemuda di depannya lebih tenang. Ia menggeram menahan sensasi ngilu di lengannya akibat cengkraman gigi Jongin yang perlahan digantikan rasa nikmat dari lubang yang menjepit penisnya.
'Ketat sekali, jangan-jangan lubangnya masih perawan...'
Merasa Jongin sudah lebih menerima kehadiran batang perkasa miliknya, pria itu mulai bergerak menusuk-nusuk lubang mungil Jongin.
Jongin yang sudah melepaskan gigitannya pada lengan pria itu sekarang merintih lirih, masih beradaptasi dengan penis panjang yang bergerak menggesek dinding anusnya. Sedangkan tangan pria itu kembali bekerja memanja penisnya.
"Mmhhh, aahhh... a-aahn..."
Jongin malah ikut menggerakan pinggulnya untuk melahap penis pria itu.
Penis Jongin dikocok dengan tempo acak-acakan. Sebentar cepat, kemudian melambat. Seolah mengetahui keinginan Jongin untuk orgasme lebih lama.
Lidah basah si pria ikut bekerja di ceruk leher Jongin. Memberi bercak-bercak kemerahan bagai gigitan serangga.
"T-terushh.. tusuk terush.. prostatku, aahhn..."
Racauan Jongin bisa didengar dengan jelas oleh si pria karena Jongin memang dekat dengan indra pendengarannya.
Lubang Jongin semakin mengetat seiring dengan penis mungilnya yang berkedut liar. Tinggal beberapa kali tusukan lagi ia akan sampai pada puncaknya.
"Beberapa menit lagi kita akan sampai di stasiun Busan. Penumpang dimohon bersiap karena pintu akan dibuka dari sebelah kiri."
"Shit!"
Pria itu mengumpat karena orgasmenya harus tertunda.
Sang pria merapihkan pakaian Jongin yang berantakan dengan tergesa. Jongin yang frustasi karena belum mencapai puncaknya malah menggesekan penis beceknya pada tangan si pria.
"Sampai di sini dulu, sayang. Kau harus turun sebelum terlambat sekolah,"
Penis Jongin kembali terbungkus rapih dalam celananya. Begitu pula dengan penis pria itu.
Si pria menepuk batang tegang Jongin seolah mengisyaratkan 'kau harus tenang di dalam sana'.
Tangan pria itu menyusup ke saku blazer sekolah Jongin seolah memasukan sesuatu ke dalam sana.
"Sampai jumpa lagi. Oh, jangan lupa membereskan 'si kecil' milikmu dulu di toilet. Kau boleh meminta bantuanku kalau mau."
Tepat setelah ucapan pria itu, subway telah berhenti dan para penumpang berdesakan keluar. Jongin terhuyung saat tubuhnya didorong oleh pria tadi.
Dengan wajah clueless dan selangkangan menyembul, Jongin menoleh ke belakang mencari sosok yang menyentuhnya tanpa izin tadi.
Seorang pria dewasa dengan kulit pucat menyeringai menggoda menatapnya tanpa beranjak dari tempatnya. Tangan kirinya terangkat membentuk gesture menelepon sambil mengedipkan matanya pada Jongin.
Jongin membatu tanpa memberi respon yang berarti. Hingga pintu subway yang tertutup menyadarkannya dari lamunannya. Jongin memandangi alat transportasi umum yang mulai melaju meninggalkannya.
Sesuatu di bagian bawahnya terasa menyakitkan, membuat Jongin tersadar akan urusannya yang belum selesai.
Pemuda tan itu mencari toilet terdekat sambil memaki pria kurang ajar tadi. Langkahnya melewati jam berukuran sedang di dinding stasiun.
Masa bodo dengan waktu. Ia sudah terlambat jadi sekalian bolos saja.
Omong-omong tentang sekolah,
Dari mana pemuda itu tau ia harus turun di stasiun Busan tadi?
Siapa pemuda itu?
Apa dia stalker? Apa dia pembunuh bayaran yang sedang memata-matainya?
Kurang ajar sekali main gesek-gesek penis seperti tadi.
Jongin teringat tangan pria tadi sempat masuk ke sakunya. Jangan-jangan ia mengambil ponselnya?!
Desahan lega keluar dari celah bibirnya kala menyadari ponsel dan uang sakunya aman-aman saja.
Kedua barang wajib itu masih utuh dalam sakunya dengan sebuah kartu nama.
"Huh?"
Oh Sehun
CEO of Oh Corporation
82-69-xxx-xxxx
"A-aku.. Aku dilecehkan om-om! Sial!"
.
.
.
.
END
