FATE : HOHOHOHOHO! akhirnya terbit juga cerita collab pertama kami! XD *geplaked!*
Yuki : Masi berani ngomong? Cendrillion aja blom siap! *ngejar2 FATE*
FATE : WOI! kapan juga Warning for you mu itu update! *nyekik Yuki*
Yuki : eh? iya ya... hehehe... *sweet girl mode on* XD
FATE : udah... udah... banyak pembaca yang sweatdrop nih, gara2 tingkah kita...
Yuki : oke! mari kita menceritakan sedikit tentang cerita kita! sekolah MMS alias Mineral Magic School ini adalah sekolah rahasia untuk anak2 yang memiliki ability tertentu! dan semua murid2 nya akan mengembangkan ability nya disana! XD
FATE : OK! time's up!
FATE n yuki : Mohon banget bantuannya untuk chap pertama kami yg ancur, aneh, gaje ini ya! saran sangat diperlukan! XD
Claire's POV
Sebentar lagi tahun ajaran baru akan dimulai. Dan, aku telah lulus dari SMP ku yang dulu. Aku akan mulai bersekolah di SMA yang sama dengan kakakku yang lebih tua setahun dariku. Aku melihat sekolah yang amat sangat super ultra milk (?) besar sekali bagiku!
"Kau akan bersekolah di sini, Claire." kata kakakku, Jack.
"Di sini?" Aku bertanya dengan wajah tidak percaya.
"Mineral School?" Aku membaca tulisan di gerbang sekolah itu.
"Kakak, ini sekolah campuran kan?"
"Iya." Jack hanya mengangguk dengan pertanyaanku.
"Kenapa? Tidak biasanya kakak memasukkanku ke sekolah campuran? Sejak kecil aku selalu bersekolah di sekolah swasta khusus putri, bukan? Bahkan TK ku dulu pun adalah sekolah khusus putri..." Memang sejak kecil aku selalu disekolahkan di sekolah khusus putri, ini semua karena kakakku yang terlalu over-protective.
"Tapi ini beda, Claire. Sekolah ini special! Apalagi kalau kita satu sekolah, aku jadi lebih mudah menjagamu!"
"Ooooohh..begitu..." kataku ber-oh ria, aku hanya menanggapi kata-kata kakakku sebisaku.
"Sudahlah! Ayo masuk! Kau akan kupertemukan dengan kepala sekolah!" kata Jack bersemangat sambil menarik tanganku dan menyambar koperku yang kuletakkan di bawah. Setelah aku berjalan beberapa menit mengikuti kakakku, kami berhenti di depan sebuah pintu yang terbuat dari bahan kayu 'oak tree'. Di pintu itu terdapat papan bertuliskan "Headmaster's room".
"Permisi..." kata Jack sambil mengetuk pintu itu beberapa kali.
"Jack? Itu kau? Masuklah..." kata sebuah suara dibalik pintu.
"Ayo masuk, Claire." Jack mengajakku masuk, ia menarik tanganku sekali lagi. Jack memutar gagang pintu itu dan membukanya. Di dalam ruangan itu ternyata cukup bagus juga, aku melihat sebuah meja dengan kursi tinggi di belakangnya, kelihatannya itu meja kepala sekolah. Di samping kursi itu berdiri seorang wanita dengan rambut diangkat yang berwarna coklat kekuning-kuningan.
Aku menebak-nebak dalam hati, 'Apakah dia kepala sekolahnya?' Wanita itu berjalan kearahku dan Jack. Ia tersenyum kepadaku, memperlihatkan wibawanya.
"Miss Claire? Saya Sasha, saya..."
"Kepala sekolah?" potongku segera.
"Eh?" Ucap kakakku dan wanita itu bersamaan saat mendengar itu mereka hanya tertawa kecil. Kemudian ia berkata, "No... I'm not the headmaster. Kepala sekolahnya adalah...dia." Wanita itu menunjuk ke arah sampingnya.
Ha? Dia menunjuk ke mana sih? Aku melihat ke arah kebawah. Dan...
. . .
. .
.
"WAAAW!" teriakku spontan sambil mundur beberapa langkah karena kaget dengan apa yang kulihat. Seseorang yang berbadan kecil..eh...cebol...maksudku kerdil...atau apalah itu, yang pasti orang di depanku itu berbadan pendek! Bahkan, mungkin tinggi badannya tidak sampai 1 meter...hidungnya pun merah dan bundar seperti tomat. 'Benarkah dia kepala sekolah? ==a' tanyaku dalam hati, masih meragukannya.
"Ya, aku kepala sekolah. Salam kenal, Claire. I'm Thomas."
Orang itu...maksudku kurcaci bernama Thomas itu tersenyum padaku sambil mengulurkan tangannya untuk menyalamiku. Tapi aku bukannya langsung menyalaminya, "Uh? Dia bicara!" kataku kaget. "Claire, tentu saja dia bicara...dia kan manusia juga.." bisik Jack padaku.
"Dia itu manusia juga toh? Bukan kurcaci, kak?" aku menoleh pada Jack dan bertanya dengan muka polos. Jack langsung panik dan berkeringat dingin, ia menyikut lenganku dan meletakkan telunjuknya di mulutnya untuk menyuruhku diam. Sasha terkekeh, sedangkan Thomas hanya tersenyum sambil sweatdropped.
"Ah, maafkan adikku kepala sekolah." Jack meminta maaf sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sedangkan aku hanya memandang kakakku dengan wajah bingung. 'Kenapa kakak meminta maaf ya?' pikirku dalam hati.
"Sudahlah tidak apa-apa, Jack. Silahkan masuk." Thomas mempersilahkan kami masuk kemudian berbalik menuju kursinya, diikuti Sasha. Jack dan aku pun berjalan masuk ke dalam. "Claire, kalau dengan kepala sekolah..jangan menyinggung tentang hal yang berhubungan dengan pendek, kurcaci, tinggi badan atau sejenisnya ya...dia sensitif kalau tentang itu." Jack berbisik padaku.
"Baiklah.." jawabku dengan tenang. Thomas duduk di kursinya, sedangkan Sasha berdiri di sampingnyanya, aku dan Jack duduk di kursi yang ada di depan meja kepala sekolah itu. "Jadi...apa kau sudah tahu ini sekolah apa, Claire?" tanya Thomas dengan nada serius dan berwibawa. "Hmm...ini sekolah campuran biasa kan?"
"Jadi, Jack belum memberitahumu?" Thomas melirik ke arah Jack, Jack hanya tertawa sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal sekali lagi.
"Nggak," jawabku dengan singkat, padat dan jelas.
"Baiklah, kalau begitu aku yang akan memberitahumu..." Thomas hanya bisa sweatdropped dengan sikap Jack.
"Sebenarnya sekolah ini bukan sekolah campuran biasa, nama sekolah ini yang sebenarnya adalah Mineral Magic School. Kami memang sengaja membuat sekolah ini kelihatan seperti sekolah biasa."
"Mineral Magic School? Magic?" Aku mengulangi kata-katanya.
"Ya, sekolah ini adalah sekolah yang dirahasiakan. Maka, nama sekolahnya pun kami samarkan menjadi "Mineral School" agar kelihatan seperti sekolah biasa. Kami hanya menerima orang-orang yang berbakat melakukan sihir, seperti kau dan kakakmu. Orang-orang yang tidak berbakat sihir dan tidak lulus seleksi di sekolah ini, dia tidak akan diterima."
"Sihir? Apa aku bisa sihir?"
"Ya..salah satu kekuatanmu adalah melakukan Poltergeist kan? Aku tahu itu hanya salah satu dari kekuatanmu. Kakakmu Jack yang akan mengurus pendaftaranmu di sekolah ini. Hari ini beristirahatlah dulu. Sasha akan mengantarkanmu ke kamar asramamu." Thomas mengakhiri percakapan kami dan menoleh pada Sasha.
"Mari saya antar, Miss Claire." Aku mengikuti Sasha keluar dari ruangan kepala sekolah. Kami berjalan menuju ke sebuah bangunan yang berjarak 750 m di sebelah barat bangunan sekolah. Kami masuk ke bangunan itu.
"Besok lusa adalah upacara penyambutan murid baru. Datanglah ke gedung olahraga, kepala sekolah akan berpidato di sana. Gedung olahraga memang terkadang digunakan sebagai panggung pada acara-acara tertentu." kata Sasha menjelaskan padaku. Aku hanya mengangguk. Kami menaiki tangga menuju ke lantai 2 dan berhenti di depan pintu kamar dengan nomor 202.
Sasha membuka pintu kamar itu dan mempersilahkanku masuk, "Bertemanlah dengan teman sekamarmu." kata Sasha sambil tersenyum padaku. Aku melihat, ada 3 orang gadis di dalam ruangan itu. Aku melangkah masuk ke kamarku. Sasha menutup pintu kamar dan mulai berjalan pergi.
"Kau penghuni baru di kamar ini?" Seorang gadis berambut oranye dan dikepang menyapaku. Aku mengangguk. "Aku Ann, salam kenal!"
"Aku Claire." "Ayo, akan kukenalkan ke teman-teman sekamar yang lain," ajak Ann sambil menarik tanganku.
"Mereka Mary dan Popuri." kata Ann memperkenalkan mereka.
"Hai! Aku Popuri! Salam kenal, Claire! YAAY! Ada teman baru!" teriak seorang gadis berambut pink sambil memeluk erat diriku.
Dan...
PRANG!
"Popuri! Kamu melakukannya lagi! DX" kata Ann sambil kalang kabut melihat bola lampu yang pecah diatas kami.
"A..." kataku tidak jelas sambil melihat dan menunjuk ke atas.
"Maksudmu, kenapa bisa begitu?" kata seorang gadis berambut hitam, berkaca mata dan membawa sebuah buku ditangan kanannya.
Aku hanya mengangguk dengan cepat. Suaraku tidak keluar saking kagetnya! DX
"Kemampuan popuri, high pitch voice, mampu memecahkan benda kaca," lanjutnya lagi sambil tertawa kecil. Kemudian dia mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri.
"Dan aku Mary."
"I-iya salam kenal semuanya."
"Tempat tidurmu di dekat jendela, Claire." Ann menunjuk sebuah kasur disamping jendela.
"Terima kasih, Ann." Aku menuju ke tempat tidurku itu dan meletakkan koperku di atasnya.
Miaw...Miaw...
Samar-samar kudengar suara anak kucing mengeong-ngeong seperti meminta pertolongan. Aku melihat ke luar jendela. Suara itu berasal dari taman di belakang gedung sekolah?
"A-aku mau berkeliling sekolah dulu ya." kataku pada teman-teman sekamarku sambil melangkah keluar kamar.
"Hati-hati." mereka hanya membalas dengan singkat. Aku menuju ke taman di belakang sekolah itu dan mencari sumber suara tadi. Ternyata ada seekor anak kucing terjebak di atas dahan pohon yang cukup tinggi.
'Apa dia ketakutan sehingga tidak bisa turun dari situ? Aku harus menolongnya!' pikirku. Aku pun nekad manjat pohon yg cukup tinggi itu hanya untuk menurunkan anak kucing itu. Yah, walaupun sebenarnya aku sendiri belum pernah memanjat pohon. Akhirnya setelah bersusah payah memanjat, aku sampai juga di tempat anak kucing itu.
"Kemarilah...puss...anak manis.." rayuku pada anak kucing itu. Kucing itu berjalan perlahan-lehan menuju ke arahku. "Anak baik." Aku pun menggendong anak kucing itu dan mulai bergerak untuk menuruni pohon itu.
"Sekarang kau sudah aman. Aku akan membawamu turun. Ngg? Ada orang di bawah?" Aku melihat seseorang berjalan di bawah dahan pohon yang kududuki.
Aku berusaha melihat lebih jelas ke bawah, "Ah.." ucapku spontan, kelihatannya aku terpeleset dan jatuh ke bawah karena dahan pohon itu cukup licin.
Aku pun berteriak memberi peringatan pada orang dibawahku, "Y-yang di bawah! AWASSSS!" Orang itu menoleh kearahku, tetapi ia tidak sempat menghindar. Dan...
BRUAK! DX
Aku jatuh tepat diatas orang itu. Mukaku cuma berjarak beberapa sentimeter saja dari orang itu. Aku terkejut, badanku langsung terasa kaku. 'Uwaaa...wajahnya cantik sekali...aku menimpa seorang cewek?' kataku dalam hati.
Orang itu hanya tersenyum padaku, sehingga aku langsung tersadar dari lamunanku dan minggir dari atasnya. Aku segera meminta maaf pada orang itu, mukaku pun memerah karena malu.
Orang itu memegang daguku dan berkata, "Kau tidak apa-apa, nona manis?"
"N-nggak apa-apa! Ma-maaf ya..." Aku langsung salah tingkah. Tiba-tiba aku teringat dengan anak kucing yang kutolong tadi, aku pun menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari anak kucing tadi. Ternyata anak kucing itu juga selamat, aku langsung memeluk anak kucing itu.
"Untunglah kau selamat..." Aku menghela nafas lega.
"Itu kucingmu?" Orang itu bertanya kepadaku.
"Bukan...sepertinya kucing liar..."
"Lalu kenapa kau bisa berada di atas pohon itu dan jatuh dari atas pohon?"
"Tadi dia terjebak di atas pohon, jadi aku memanjat pohon untuk menolongnya...ternyata aku terpleset, lalu tanpa sengaja menimpamu...maafkan aku..." Aku membungkukkan badanku di depannya.
"Kamu rela memanjat pohon dan membahayakan dirimu sendiri cuma untuk menolong seekor kucing liar yang bahkan bukan milikmu?"
"Te-tentu saja! Bagiku sekecil apa pun...nyawa makhluk hidup itu penting!"
Orang itu cuma terdiam sambil memandangku. Untuk memecah keheningan aku berkata,
"A-aku Claire! Semoga kita bisa jadi teman baik ya..." Aku mengulurkan tanganku sambil berusaha tersenyum semanis mungkin.
Orang itu masih diam tidak bereaksi, ia masih menatapku tapi kali ini mukanya agak memerah.
"Ehm...siapa namamu?" tanyaku sambil sweatdropped karena merasa dicuekin oleh orang itu. Orang itu masih diam tidak menjawab pertanyanku.
"Claire!" Jack memanggilku dari kejauhan.
Aku dan orang itu melihat ke arah Jack. "Kakakku memanggilku nih...aku pergi dulu ya. Sampai jumpa!" Aku melepaskan anak kucing yang kugendong sedari tadi itu dan langsung berlari menuju Jack.
Normal POV
Orang itu hanya melihat Claire pergi semakin menjauh menuju Jack, "Claire?" ucapnya.
"Dia benar-benar berbeda dengan mereka.." Ia terdiam sejenak, wajahnya terlihat kesal.
"Mereka yang tidak menghargai apa yg dinamakan nyawa dan dengan teganya membuangku..." Orang itu bersandar di sebuah pohon dengan punggungnya. "Dan..." Mukanya kelihatan memerah. "Kenapa wajah Claire saat tersenyum tadi terbayang-bayang terus?" Lanjutnya.
Claire's POV
Esoknya di halaman sekolah...
Hari pertama sekolahku!
Aku melihat sekerumunan cewek yang bergerombol mengerumuni sesuatu. "Eh, lihat-lihat! Cakep ya! Murid kelas 1 juga?" kata salah seorang dari mereka. Karena penasaran aku mencoba masuk ke gerombolan cewek-cewek itu dan ternyata yang dikerumuni cewek-cewek itu adalah...cewek yang kemarin kutimpa?
Orang yang dikerumuni itu ternyata melihatku. Ia berjalan ke arahku, ia meraih tangan kananku dan mencium punggung tangan kananku itu.
Ia berkata kepadaku, "Claire, Kemarin aku belum menjawab pertanyaanmu ya?" Aku kebingungan pertanyaan yang mana? Soal aku menanyakan namanya? "Kemarin aku shock karena melihat seorang malaikat berada tepat di depanku dan sedang mengajakku berbicara. So, I'm Skye, nice to meet you, my angel."
Aku terkejut dan badanku langsung terasa kaku. Cewek-cewek yang tadi bergerombol mengerumuninya langsung ribut, entah karena apa, yang jelas mereka kelihatan kesal. Aku berteriak dalam hatiku, 'Jadi dia cowok? Wajahnya lebih tepat dibilang cantik dari pada tampan!'
"Claire... aku ingin kau mendengar sesuatu dariku..." Ia tersenyum padaku sambil menggenggam kedua tanganku.
"Aku telah jatuh cinta pada pandangan pertama denganmu. Jadilah pacarku Claire! XD" Mataku langsung melotot mendengar pernyataan Skye yang tiba-tiba, apalagi ini di depan teman-teman. Aku pun semakin bertambah kesal gara-gara pernyataannya dikatakan di depan teman-teman. Apalagi teman-teman bersorak-sorak juga bersiul-siul di sekeliling kami.
Dan semua orang mulai berteriak, "TERIMA! TERIMA! TERIMA! XD"
Aku langsung salah tingkah dan berkata pada Skye, "Ja-jangan bercanda ya! Kita baru ketemu kemarin, dan kau langsung menyatakan cinta? MENYEBALKAN!"
Aku berusaha untuk TIDAK mengeluarkan kekuatan poltergeisku pada hari pertama sekolahku dengan cara... langsung kabur dari tempat itu, detik itu juga! Skye yang hanya tertawa-tertawa dan mengarahkan tangannya padaku dengan gaya tangan pistol, "Hehe... I will stole your heart sooner or later. Mine is already yours."
Sementara Jack... yang melihat kejadian itu dari jauh, semakin meledak oleh amarah dan ingin segera menghajar Skye, tapi niat itu digagalkan karena ia ditahan oleh Gray, Trent, dan Rick.
"Jangan tahan aku!" teriak Jack panik kalang kabut melihat ada 'serangga' yang mendekati adiknya yang manis.
"Bisa mati tuh murid baru kalo kamu hajar dia! DX" teriak Rick sambil nahan tangannya. Kemudian Jack diangkat rame-rame oleh tiga sobatnya ke backstage (?).
"NOOOOOO!" teriak Jack yang memberontak.
Inilah hari pertama sekolah Claire di MMS yang menyenangkan... XD
TO BE CONTINUED
Yuki: Nah, chapter 1 selesai! bagaimana menurut kalian? RnR please~~ XD
FATE: Review dan saran dari kalian sangat dinantikan!
Yuki: Yup! untuk yang selanjutnya adalah tambahan dari kami!
Special:
-para readers dan reviewer dapat merequets event-event atau kejadian-kejadian di fic ini! XD
contoh: event tahun baru, natal, firework festival, dll.
-para readers dan reviewer juga bisa menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan fic ini!
contoh: Mengapa Mineral Magic School adalah sekolah yang dirahasiakan?
Apakah di Mineral Magic School juga menggunakan tongkat sihir dan sapu lidi terbang? kalau tidak jelaskan alasannya!
Yuki+FATE: Tumpahkan semua request dan pertanyaan anda di review! XD kami akan menjawabnya di chap-chap berikutnya!
Tiap chapter kami akan menampilkan 1 profil character!
Character Profil
Claire Lunaria
Sex: Female
Age: 15
Birthday: 3 November
Ability: Grow Plants, Levitation, and Poltergeist
