Ocean

rated : T

p.s : di sini Wonwoo lebih muda dari Mingyu.


Cinta itu bagaikan samudra. Semakin kau terbawa terombang-ambing jauh ke tengah sana, semakin kau akan jatuh ke dalamnya.


Ia pertama kali bertemu di stasiun kereta. Kalau ditanya detailnya, mungkin cerita penuh klise itu akan menjadi satu judul buku. Jadi, secara garis besarnya Wonwoo habis pulang ke Changwon dan Pria bernama Kim Mingyu juga habis dari Changwon Marine Park. Katanya acara wisata staff kantor. Tak sengaja mereka duduk bersebelahan.

Begitu banyak hal yang terjadi sampai mereka memutuskan untuk tinggal bersama. Awal yang cukup mengagetkan, terutama untuk teman-teman Wonwoo yang secara umum seperti masyarakat yang sewajarnya, masih belum beradaptasi dengan hal tabu.

Kalau ditanya bagaimana awal kisah roman mereka, pemuda yang belum lama lulus SMA itu tertawa dan merangkul pasangannya, "kami bertemu begitu saja lalu saling jatuh cinta."

Ya, begitu jawabnya saat Soonyoung menginterogasinya saat pertama kali melihat mereka berdua bersama. Seiring berjalannya waktu Soonyoung mulai bisa menerima kenyataan tentang sahabatnya. Mungkin awalnya sulit mempercayai, tapi melihat Wonwoo menarik kedua ujung bibirnya dengan bahagia, melihat sinar mata yang berbeda, sebagai sahabat itu cukup membuatnya turut bahagia.

Wonwoo dan Mingyu adalah pasangan yang menggemaskan. Paling menggemaskan barang kali. Pagi yang penuh dengan pelukan sebagai pemberi semangat. Menunggu sarapan yang sedang dibuat sambil memandangi yang membuat—atau kadang malah memeluk dari belakang dan membantu sesekali, tapi lebih sering memeluk.

Lalu setelah sarapan Wonwoo bergegas pergi ke kampus kalau ada kelas pagi dan Mingyu pergi ke kantor.

"Ayolah, kemari," ucap Mingyu menarik wajah Wonwoo dan menciuminya gemas. Sudah menjadi rutinitas di setiap harinya.

Tak jauh berbeda, saat Mingyu pulang Wonwoo menyambutnya dengan pelukan hangat. Kadang-kadang ia memasak sebisanya untuk makan malam atau memesan dari restororan cina di seberang apartemen. Soonyoung yang sering menumpang di apartemen mereka sampai hafal melihat keharmonisan sahabatnya dan pria yang usianya lebih tua tujuh tahun.

Kalau Mingyu sudah pulang, Soonyoung hanya bisa bersikap lebih tenang atau bahkan memilih untuk berpamitan kepada kedua orang itu. Tentu saja ia selalu ditinggalkan sendiri saat Wonwoo dan Mingyu menikmati kebersamaan mereka yang hanya pada waktu pagi setelah bangun tidur dan malam setelah bekerja keras seharian.

Soonyoung pernah bertanya sekali, "kekasihmu itu sebentar lagi akan menjadi ahjussi, kau tak apa?"

Mengingat usianya, ya memang terlalu muda. 19 tahun. Dan Mingyu 26 tahun. Dua–puluh–enam tahun.

Wonwoo tak menganggap usia adalah masalah. "Soonyoung. Kau tahu, aku sudah jatuh terlalu dalam padanya. Aku tak peduli mau ia lebih muda atau lebih tua dariku."

Soonyoung memercayai itu, selama Wonwoo masih mengembangkan senyumnya.


Mengingat Wonwoo yang dulu, yang ada di kepala Soonyoung saat ini adalah perubahan. Bukan perubahan secara fisik atau psikis, tapi ada sesuatu yang merubah cara pandangnya terhadap Wonwoo.

Ia teringat kembali saat mereka sama-sama kelas dua SMA. Wonwoo juga memiliki kekasih—tapi bukan yang sejenis. Soonyoung tak dapat mengingat nama kekasih Wonwoo dengan pasti. Hyejin? Hyojin? Entah lah intinya mirip-mirip seperti itu. Gadis itu cantik. Setiap pulang sekolah Wonwoo dan gadis itu jalan bersama, makan es krim bersama, kadang mampir ke toko buku bersama. Dan Soonyoung yang perannya sebagai sahabat dan tetangga Wonwoo berjalan di belakang mereka. Tapi ia tak bisa melihat wajah Wonwoo sebahagia sekarang. Pada akhirnya mereka hubungan mereka berakhir tanpa sebab.

Pernah Wonwoo menyatakan sesuatu saat masih berkencan dengan gadis itu. Waktu itu Soonyoung sedang bermain di kamar Wonwoo, dan tiba-tiba saja Wonwoo berkata, "sebenarnya aku tak yakin aku benar-benar suka padanya."

"Maksudmu?" Tanya Soonyoung.

"Ya," ucap Wonwoo sebelum mengambil waktu untuk berpikir. "Seperti aku merasa tak tertarik dengannya—ah tidak, sepertinya pada wanita. Tapi aku masih mengenacaninya."

"Hey, kau serius?"

"Entahlah, akhir-akhir ini aku bimbang."

Sejak saat itu hubungan Wonwoo dan kekasihnya menjadi agak renggang sampai akhirnya memutuskan untuk selesai. Soonyoung yang belum menyadari maksud dari Wonwoo merasa itu perpisahan biasa sampai akhirnya Wonwoo bertemu dengan Mingyu.

Aku lebih suka melihat Wonwoo yang sekarang dari pada yang dulu.


"Ibuku sangat menyukaimu," ucap Wonwoo bersandar pada dada Mingyu.

"Benarkah?"

"Katanya kau itu jago memasak. Ia ingin punya anak sepertimu. Aku dan adikku sama sekali tidak bisa," jawab Wonwoo diakhiri dengan tawa.

"Hm, kalau ayahmu?" Tanya Mingyu penasaran.

"Ia lebih-lebih menyukaimu, katanya kau bisa diandalkan dan bisa diajak memancing bersama. Kalau aku sudah malas mendengar kata memancing, apalagi Bohyuk."

Mingyu tersenyum puas mendengarnya. dua minggu yang lalu Wonwoo mengajak Mingyu ke Changwon untuk menemui orangtuanya. Mendengar ucapan Wonwoo sudah pasti orangtua Wonwoo tak keberatan dengan keberadaan Mingyu.

Seminggu yang lalu Mingyu juga mengajak Wonwoo ke Anyang untuk menemui orangtuanya. Mereka juga menyambut Wonwoo dengan baik. Ya, walau ada satu kejadian lucu. Nenek Mingyu jelas memiliki pemikiran asia timur yang pastinya tak menerima hubungan sesama jenis.

Karena pada saat itu Mingyu berniat mengenalkan Wonwoo pada neneknya, tapi neneknya dengan sigap menolak, "astaga, Kim Mingyu. Tidak seharusnya memiliki kekasih seperti itu dan—"

Sebelum selesai berbicara, Wonwoo berjalan sendiri entah darimana ke dalam rumah. "Ah, itu dia."

"Astaga, tubuhnya kurus sekali. Kau tak memerhatikannya?"

Nenek Mingyu menarik kedua tangan Wonwoo dan melihatnya lebih dekat.

Mingyu dan Wonwoo saling melihat satu sama lain. Apa yang sebenarnya terjadi? Wonwoo tak menyuarakan ini. Mingyu menampilkan senyum yang aneh.

"Aku merawatnya dengan penuh kasih sayang," ucap Mingyu mengacak-acak rambut Wonwoo dan Wonwoo sendiri tak mengerti sebenarnya kenapa. Tapi Mingyu tampak puas neneknya berubah pikiran setelah melihat Wonwoo. Selama neneknya menerima itu.

Setelah mengenal keluarga satu sama lain lebih dalam, mereka berekspetasi mungkin hubungan mereka akan berlangsung lama. Kalau bisa selamanya. Wonwoo tak ingin melepas Mingyu pergi. Begitu juga sebaliknya. Rasanya sangat nyaman berada di situasi ini. Semua terasa baik-baik saja. Hari-hari terasa ringan. Dan yang paling penting mereka merasa bahagia.


Handphone Soonyoung berbunyi dua kali. Ia meraba-raba kasurnya mencari handphone tersebut.

From : Wonwoo

Hey, aku segera kerumahmu

From : Wonwoo

Kau ada di rumah kan?

Tumben pikirnya. Akhir pekan seperti ini, Wonwoo biasanya mengajaknya menonton di bioskop atau menyuruhnya datang ke apartemennya karena Mingyu pasti tidak akan ada di sana. Enam bulan belakangan ini memang Mingyu sedang sibuk-sibuknya setelah tiga tahun lamanya tinggal bersama dengan Wonwoo.

Beberapa menit kemudian Wonwoo masuk dan berlari ke kasur Soonyong—sudah pasti ia mengetahui password rumah Soonyoung. Wonwoo berebahkan tubuhnya dengan posisi tengkurap. Wajahnya datar entah mengapa.

"Hey, kau kenapa?"tanya Soonyoung heran.

Wonwoo menolak untuk menjawab untuk sesaat sebelum akhirnya membuka suara. "Aku putus dengan Mingyu," kata Wonwoo tenang.

"Hah benarkah?" Soonyoung mendadak panik dan seharusnya yang bersedih disini adalah Wonwoo. "Tapi kenapa kau terlambat menyadarinya, lima bulan terakhir ini kerjaanmu hanya mengatai Mingyu, menjelek-jelekkan Mingyu. Kau bilang Mingyu begini, kau bilang ia begitu. Kenapa baru putus sekarang?"

"Entahlah mungkin kita sudah sama-sama bosan. Mingyu selalu memalingkan wajahnya setiap memelukku. Rasanya ia tak betah sampai tiap akhir pekan menghilang. Mungkin ia lelah mempermainkan anak bocah sepertiku, seharusnya ia dengan yang usianya lebih sepadan dengannya dan aku merasa lega sekarang."

Mungkin benar, Wonwoo sangat lega sekarang, sampai-sampai ia tak bisa meneteskan air matanya. Tapi Soonyoung mengerti situasi ini. Tak seharusnya Wonwoo putus hanya karena ini, tapi sebagai sahabat ia hanya ingin yang terbaik untuk sahabatnya.

"Dengarkan aku Won. Jangan cepat ambil keputusan. Pada akhirnya kau tak akan bisa melupakan Mingyu."

"Tapi Mingyu menyetujuinya. Besok ia akan membantuku mencari apartemen yang lebih dekat dengan kampus."

Cinta itu memang seperti samudra yang luas. Semakin jauh dirimu terombang-ambing ke tengah sana, semakin banyak badai yang akan mengguncang. Wonwoo tak menyadarinya, tapi ia sedang berada di situasi ini.

Wonwoo segera bangkit dari posisi berbaringnya. Wajahnya tersenyum. "Ayo kita ke bioskop, aku baru cek ada film seru."

Sebuah anggukan ia terima dari sahabatnya.

Soonyoung percaya pada akhirnya Wonwoo akan kembali ke pelukan Mingyu.

TBC/End?


A/n : halo gais i'm back dengan judul baru. Kalau kalian mampir ke profileku, di situ ada satu fanfic yang gak pernah dilanjutin (a good bet). Padahal udah buat chapternya dan lupa filenya ada dimana, dan lupa plotnya juga. So, bagaimana dengan yang ini? Kenapa genre ga angst? Ya karna gatau bakal lanjut atau engga.