PROLOG


"Katakan apa yang kita inginkan. Lakukan apa yang kita inginkan. Pada akhirnya, kita, para shinobi hanyalah manusia…dengan semua perasaan yang dimiliki manusia juga."
- Momochi Zabuza


Tangannya bergerak sendiri, bahkan ia tidak mampu untuk menghentikannya. Dia benar-benar tahu apa yang dilakukannya. Tapi sekarang, melihat sahabatnya- bukan, mantan sahabatnya terbaring lemah, membuatnya bertanya pada dirinya sendiri. Apakah semua yang dilakukannya ini tidak berguna? Tidak bernilai? Dia pendendam, dia tahu. Harusnya ia tidak merasakan apapun melihat kematian temannya, karena seorang pendendam tidak seharusnya merasakan apapun.

Namun, dia merasakan sesuatu yang menggores-gores hatinya, sakit…Ia merasakan itu, saat ia sadar jika dia…mati?

Dia melihat dengan pandangan kosongnya ke arah pedang di tangannya. Digerakkannya tangan itu. Darah mengalir dari pedang yang bersinar itu. Darah itu mengalir hingga tangkai pedang, dan tangannya. Kemudian ia melihat mayat yang terbaring di depannya sambil menurunkan pedangnya.

Mata hitamnya melihat ke arah mayat Uchiha Madara.

Kemudian ia melihat lagi tubuh yang terbaring lemah tak jauh dari di mana ia berdiri. Tanpa sadar, ia berjalan ke arah tubuh itu. Pedangnya masih ia pengang. Darah masih menetes dari pedangnya sepanjang ia berjalan.

Dia berhenti beberapa langkah dari tubuh itu.

Jemari tangan pemilik tubuh tersebut bergerak sedikit. Tangannya…Tangan kirinya sudah benar-benar tidak bisa digerakkan. Kemudian sang pemilik pedang tersebut menusukkan pedangnya ke tanah dan duduk tersungkur.

Dia memandang ke mata biru milik mantan sahabatnya. Dia tertegun sedikit, namun dia masih tidak bergerak. Dia masih menggenggam tangkai pedangnya dengan erat. Dia hanya melihat mantan sahabatnya dengan mata hitamnya. Pandangan mata mantan sahabatnya tidaklah terlalu fokus, namun, ketika mantan sahabatnya tahu siapa yang memperhatikannya, ia memanggilnya dengan pelan.

"Sasuke…?"

Mata hitamnya itu masih tidak memancarkan ekspresi apapun. Namun, genggaman tangannya semakin erat. Mata hitamnya pun melihat ke arah dada si pirang. Ada lubang yang lumayan besar. Darah mengalir dari lubang itu dengan derasnya.

"Kenapa Kyuubi tidak menyembuhkanmu?" dia bertanya dengan dingin

Seperti saat terakhir kita bertarung…di Valley of the End.

Mata si pirang yang lemah hanya memandangnya, mulai kabur, ia tertegun. Ia membuka mulutnya, namun suaranya tidak bisa keluar. Sasuke masih memandangnya dengan pandangan yang lirih. Si pirang akhirnya menyerah untuk berbicara, tapi dia tahu bahwa dia masih mampu untuk mengucapkan kata-kata perpisahan.

Sasuke terkejut ketika dia tersenyum lembut, Senyum itu berbeda dengan senyumnya yang biasa. Kali ini, senyum itu…hanya sebuah senyum perpisahan.

"Aku tahu…kalau…kau akan…datang.." Katanya dengan suara pelan. Mata Sasuke melebar karena mendengar perkataannya. "Tolong katakan pada semua orang…aku…minta…maaf…"

Setelah ia mengatakan hal itu, nafasnya mulai terhenti, dan senyumnya…masih tergambar di wajahnya. Matanya masih memandang Sasuke dengan pandangan hangat, namun tak hidup. Perasaan kehilangan keluarganya dan kesedihan saat mengetahui kebenaran atas kakaknya, ia tidak ingin merasakan hal itu lagi, namun, hal itu terjadi lagi saat ia melihat si pirang…berhenti bernafas.

"Naruto…" Katanya pilu sambil menutup mata biru itu.

Dia merasakan dingin membasahi tubuhnya, pandangannya menghitam dan kabur.

'hujan…' pikirnya saat ia melihat beberapa tetes air membasahi tanah yang penuh darah itu. Ia juga merasakan air yang mengalir di pipinya.

Padahal, langit tetap cerah tanpa satupun awan. Sasuke masih saja menyangkal jika ia...menangis.


Chariot330: Prologue selesai! Gimana, phire? Bagus nggak?

Sapphire09 : Lumayan… Cerita ini hanya prolog dan akan di crossover dengan Bleach saat sudah memasuki chapter yang seharusnya.

Chariot330 : Ini cerita versi bahasa Indonesia dari Conflict yang versi bahasa inggris milik Sapphire09.

Sapphire09+Chariot330 : Mohon review, kritik, dan sarannya ya!