Wu's Family
by
Fumiko
Pair:: KrisxTao (Wu Yi Fan a.k.a Kris – Huang Zi Tao)
Rated:: T
Genre:: Family, Romance
Disc:: I own nothing but the story
Warning:: MPREG, BOYS LOVE, BOYxBOY, AU, typo bertebaran, ancur, berantakan, gaje, tidak sesuai EYD.
Author Note:: Jika memang tidak menyukai MPREG, silahkan klik 'CLOSE' atau 'X'
…
DON'T LIKE, DON'T READ!
…
^^Happy Reading^^
.
.
.
"Hoekk…Hoekk," Sebuah suara seseorang yang sedang muntah terdengar dari balik sebuah dinding berwarna putih gading di dalam ruangan tersebut. Tampak seorang pemuda bersurai hitam kelam tengah mengeluarkan sesuatu—yang hanya salivanya saja—dari dalam tubuhnya. Pemuda bersurai kelam itu menjalankan air kran dari westafel dan membasuh mulutnya dengan air tersebut. Kemudian ia mengambil sebuah handuk kecil berwarna putih di samping westafel dan menyeka mulutnya. Pemuda kelam itu berdiri tegak dan menatap pantulan dirinya di cermin, memperhatikan wajahnya.
Wajahnya tampak pucat, terlihat seperti seseorang yang sedang sakit.
"Apa yang terjadi denganku?" Bisik pemuda berambut hitam itu bertanya pada dirinya sambil memegang setiap sisi wajahnya yang tampak memucat. Ia tampak sangat berantakan. Wajah lelah, pucat, dan rambut berantakan.
Ada rasa khawatir dalam hatinya, takut jika ia menderita sebuah penyakit yang berbahaya, tumor atau kanker mungkin.
Tao menggeleng kepalanya cepat. Menghilangkan pikiran itu dari kepalanya. Ia tidak mungkin memuntahkan sesuatu yang hanya salivanya saja dan langsung berpikiran bahwa ia sedang menderita penyakit yang serius. Mungkin ia hanya sedang masuk angin, pikirnya.
Pemuda kelam itu menghela napas dan mengangguk yakin jika ia sedang baik-baik saja, tidak ada yang perlu ia khawatirkan.
Pemuda kelam itu menaruh handuk kecil yang ia pakai di keranjang kotor dan berjalan keluar dari kamar mandi, namun sebelum ia benar-benar keluar dari ruang itu, sesuatu di dalam perutnya kembali bergejolak, ingin keluar. Pemuda itu segera berbalik ke westafel dan mengeluarkannya—yang lagi-lagi hanya mengeluarkan salivanya saja.
Sementara disisi lain, seorang pemuda bersurai pirang kecoklatan sedang tertidur pulas dibalik selimut tebalnya, rambut pirang kecoklatannya menyembul keluar dari balik selimut dan kemudian disusul sebuah erangan kecil dari bibirnya, ia merasa terusik dengan suara berisik dari kamar mandi yang tak jauh dari tempatnya tidur saat ini. Tanpa membuka matanya, pemuda pirang itu menggerakan sebelah tangannya ke sisi kanannya, meraba-raba tempat sosok seseorang yang selalu menemaninya tidur. Namun nihil, tangannya tidak merasakan kehadiran sosok itu disana.
Pemuda pirang kecolkatan itu membuka sebelah matanya. Tidak ada sosok tersebut disana. "Tao?" Panggilnya dengan suara serak.
Tidak ada jawaban sama sekali dari sosok yang ia panggil. Ia hanya mendengar air kran yang sedang mengalir dari kamar mandi dan sebuah suara yang sangat ia kenal—terdengar seperti seseorang yang sedang muntah—dari sana. Ia segera bangun dari tidurnya—merasa khawatir— ia lalu menyingkap selimut berwarna coklat itu. Setelah memakai sandal rumahnya, pemuda pirang itu segera berjalan menuju arah kamar mandi.
Sesampainya ia disana, ia sangat terkejut melihat 'istri'nya sedang membungkuk—mengeluarkan sesuatu dari mulutnya. Ia segera menghampiri pemuda bersurai kelam itu dan mengusap punggungnya dengan lembut. "Baby, apa kau baik-baik saja?" Nada khawatir terdengar sangat jelas dari ucapan pemuda pirang itu.
Tao, pemuda bersurai kelam itu mengangguk kecil sebagai jawabannya dan kembali memuntahkan sesuatu yang tidak ada dari mulutnya.
"Ta-tapi kau bergetar dan berkeringat," Pemuda pirang itu berujar panik sambil mengusap dahi sang 'istri'. Ia khawatir dan panik. Istrinya terlihat sangat pucat.
Tao mengambil sebuah handuk kecil di sampingnya dan segera menyeka mulutnya. Setelah menyeka mulutnya, ia menoleh kesamping, suaminya yang sedang berdiri dengan wajah khawatir dan panik. Tao meraih paras tampan itu dalam sentuhan hangatnya dan mengusap sisi kanan itu dengan lembut. Kris mendekatkan wajahnya semakin dalam untuk mendapatkan sentuhan yang lebih hangat dari tangan itu. Ia bahkan tak segan meletakan tangannya diatas tangan sang 'istri', membawanya menuju bibirnya dan memberikan sebuah kecupan, tidak dua, tiga, empat dan lima kecupan disana. Ia ingin menunjukan betapa panik dan khawatirnya saat ini. Ingin menghantarkan kepada sang 'istri' perasaannya saat ini.
Tao tersenyum lembut seperti biasanya, polos dan manis kepada Kris, sang suami. Namun bukannya mendapatkan balasan yang sama, pemuda bersurai kelam itu malah mendapatkan raut wajah khawatir dan panik dari sang suami. "Aku baik-baik saja, Fan—" Dan sebelum ucapannya selesai, pemuda kelam itu sudah lebih dulu terjatuh dalam pelukan sang suami yang menatapnya dengan air wajah yang lebih khawatir dan panik seperti sebelumnya.
Tao pingsan.
Pemuda pirang kecoklatan itu segera menggendong Tao bridal style menuju tempat tidur mereka. Ia menurunkan Tao dengan pelan hingga punggung sang 'istri' menempel dengan kasur empuk dibawahnya. Ia kemudian memposisikan Tao senyaman mungkin.
Setelah itu, ia segera berlari kesisi lain, mengambil iphone miliknya diatas meja nakas dan mencari sebuah nama, setelah menemukannya ia segera menekan tombol berwarna hijau di layar sentuh itu dan memulai sebuah panggilan.
"Ha—"
"Aku membutuhkanmu sekarang juga di rumahku," Kris memotong ucapan seseorang disebrang sana. "Sekarang juga!" Sambung Kris lagi, menekan nada ucapannya lebih tegas—seperti sebuah perintah kepada orang di seberang telepon—sebelum orang disebrang sana memulai sebuah pertanyaan untuknya.
Tanpa menunggu persetujuan dan orang di sebrang telepon, Kris langsung mematikan sambungan mereka dan meletakan kembali iphonenya di atas meja nakas. Ia lalu berlari menuju sisi sang 'istri', menarik sebuah kursi di dalam kamar tersebut dan meletakannya di samping Tao kemudian mendudukinya.
"Dia akan segera datang," Kris menggenggam kedua tangan Tao di dalam genggamannya dan membawa mereka menuju bibirnya, ia mencium kedua punggung tangan itu berkali-kali. "Jadi, bersabarlah, sayang." Sambung Kris dan kembali memberikan kecupan-kecupan kecil di punggung tangan sang 'istri'.
Kris menatap paras yang sedang terlelap itu dengan raut wajah sedih dan khawatir. Berbagai pikiran buruk menghampiri pikirannya, tapi segera ditepisnya. Selama ini Tao tampak sehat dan tidak ada satupun penyakit serius yang ia alami. Mereka sudah memeriksanya ke dokter sebelum mereka menikah setahun yang lalu. Dan ia ingat betul bahwa dokter yang memeriksa kesehatan mereka berdua mengatakan tidak ada satupun penyakit berbahaya di dalam tubuh Tao maupun dirinya.
Hanya ada sesuatu yang aneh didalam tubuh Tao. Sesuatu yang mustahil dan tidak mungkin dialami oleh seluruh pria di dunia ini—mungkin beberapa yang mengalami itu.
Tao bisa mengandung layaknya seorang wanita. Ya, itulah yang dikatakan oleh dokter yang memeriksa kesehatan mereka berdua. Tao memiliki hormon yang berbeda dengan laki-laki pada umumnya, ia memiliki hormon yang sama seperti yang dimiliki seorang wanita sehingga ia bisa mengandung dan melahirkan layaknya seorang wanita. Kris tahu, itu adalah suatu hal yang gila dan tak masuk akal, tapi itulah yang dikatakan oleh sang dokter. Mungkin ini adalah sebuah keajaiban.
Bahagia? Tentu! Kris bahagia bisa memiliki anak kandung, darah dagingnya sendiri dari rahim Tao, 'istri' yang sangat ia cintai. Sehingga, ia tidak perlu mengadopsi maupun mencari ibu pengganti.
Kris mengusap pipi Tao lembut, takut jika ia berlaku sedikit kasar, ia akan melukai paras manis itu. Ia menatap sendu sang 'istri' tercinta. Paras manis yang selalu penuh tawa dan senyum manis itu kini tampak sangat pucat.
"Semua akan baik-baik saja!" Sebuah suara menyadarkan Kris dari alam bawah sadarnya. Kris berbalik dan menatap pemuda yang mengenakan jas putih sedang berdiri di ambang pintu kamarnya. Sebelah alisnya terangkat.
"Aku memencet belnya berkali-kali, tapi tidak ada yang membukakan pintunya untukku. Untung saja aku mengingat password pintu rumah kalian sehingga bisa masuk kesini. Aku heran, bagaimana bisa Presiden Direktur Wu Corporation bisa memiliki rumah seminimalis ini dan tidak ada satupun pelayan disini. Tsk, sebegitu tundukah kau kepada 'tuan putri' Tao, Dragon Wu?" Sebuah jawaban cukup panjang terlontar dan pertanyaan menyindiri dari bibir sang dokter muda sekaligus sahabat baiknya menjawab guratan tanya di wajahnya.
Kris tersenyum simpul lalu meletakan kedua tangan Tao kembali diatas perutnya dan menghampiri sang dokter muda yang juga sahabat dekatnya itu. "Lupakan itu!" Sebuah pahatan siku-siku tercetak di dahi sang dokter. Ia sudah berbicara panjang lebar dan Kris hanya menjawabnya dengan dua kata itu dengan nada setengah memerintah. Ia harus ekstra sabar jika sudah berhadapan dengan sahabat baiknya ini. Lagipula, bukan saatnya ia ribut dengan Kris disini, ketika Tao sedang sakit.
"Aku ingin kau segera memeriksa Tao!" Pinta—ralat, perintah—Kris kepada Kim Joonmyun atau dikenal sebagai Suho. Mereka berdua berjalan menghampiri Tao. Kris berdiri di sisi Suho yang sudah duduk dikursi yang tadi ia pakai.
"Dia pingsan!" Lanjut Kris, sedangkan Suho sedang memeriksa Tao. Ia memegang pergelangan tangan Tao kemudian mengambil stetoskopnya lalu menempelkannya di dada Tao.
"Ia muntah-muntah?" Tanya Suho.
"Iya, tapi tidak ada satupun makanan yang keluar dari mulutnya." Jelas Kris. "Hey, Tao baik-baim saja, bukan?" Kini air mukanya berubah khawatir.
Suho mengangguk dan berdiri dari kursinya. Ia menatap Kris dan tersenyum. Kemudian ia menjulurkan tangan kanannya.
Kris mengernyit bingung. Ia menatap tangan kanan sahabatnya dan wajahnya bergantian.
"Apa maksudnya?"
"Tao hamil. Sudah 3 bulan. Selamat, brother!" Suho menepuk pundak Kris pelan, karena pemuda pirang itu tak kunjung bersalaman dengannya.
Tidak ada reaksi dari Kris, pemuda pirang itu hanya berdiri dan mematung. "Bi-bisakah kau ulangi sekali lagi apa yang baru saja kau katakan?"
Suho menggeleng dan hanya tersenyum. Ini bukan pertama kali ia melihat reaksi yang saat ini Kris tunjukan. Ia sudah sering melihat reaksi ini dari beberapa pasiennya. Mereka tak lain dan tak bukan adalah sahabat mereka sendiri semasa sekolah dulu—Park Chanyeol, Oh Sehun, Kim Jongdae dan Kim Jongin. Mereka melakukan hal yang sama ketika 'istri-istri' mereka hamil persis seperti apa yang saat ini Kris lakukan. Suho tertawa kecil, sebuah kebetulan yang aneh.
"Tao hamil!" Suho menekankan nada bicaranya lebih pelan agar Kris bisa memahami dan mencernanya.
Ia hampir saja memukul kepala pirang itu, jika saja pemuda pirang itu tidak melompat kegirangan setelah ia mengucapkan kabar gembira itu. Kris melompat seperti orang gila bahkan menari di kamar besar itu seperti orang gila. Ia seperti menganggap bahwa Suho tidak ada di kamar itu. Suho hanya melongo menatap Presiden Direktur Wu Corporation itu tak percaya. Image cold city guy yang selalu melekat erat pada pria berusia 25 tahun itu hilang entah kemana. Suho menggeleng kecil dan tertawa. Sahabatnya yang terkenal dingin itu bisa bertingah seperti ini. Sungguh sebuah keajaiban.
"Kris?" Sebuah suara yang sangat dikenal Kris dan Suho membawa mereka kealam nyata. Kris berhenti melompat dan menari lalu berlari menghampiri Tao yang sedang berusaha untuk bangun dari tidurnya. Kris membantu Tao bangun, ia meletakan sebuah bantal di kepala kasur agar Tao bisa menyandarkan kepalanya.
Tao tersenyum lemah kepada Kris dan juga Suho dan mengucapkan terima kasih.
Kris mengusap pipi Tao lembut lalu menyingkap helaian rambut Tao dari matanya. Ia ingin melihat mata hitam jenih milik Tao yang selalu menatapnya dengan berbinar-binar.
"Bagaimana perasaanmu, Tao?" Tanya Suho lembut.
"Baik, Suho hyung," Balas Tao lembut. Tubuhnya masih lemah.
"Baby," Kris mengambil kedua tangan Tao yang bebas dan mengecupnya berkali-kali. Ia mendongak dan memberikan sebuah senyuman bahagia untuk Tao. "Terima kasih!"
Tao memberikan tatapan bingung untuk Kris. "Apa maksud gege?"
Kris mendekatkan bibirnya di telinga Tao dan membisikan sesuatu yang membuat mata Tao membulat lebar. Tao menutup bibirnya dengan sebelah tangannya. Tanpa ia sadari air matanya mengenang di pelupuk matanya dan kemudian membasahi pipinya. Ia terlalu bahagia sehingga tidak tau bagaimana ia harus mengekspresikan kebahagiaannya. Betapa bodohnya ia karena sudah berpikir yang tidak-tidak. Tao tertawa dalam hati. Pantas saja, seminggu ini ia selalu mual dan ingin muntah, ternyata semua itu karena ia sedang hamil. Ia sedang mengandung buah cintanya dengan Kris, anak pertama mereka.
"Hey," Kris menangkup kedua sisi wajah Tao di dalam tangan besarnya. "Jangan menangis!" Kris mengusap air mata di pipi Tao dengan kedua ibu jarinya.
"A-aku hanya bahagia," Tao menggenggam kedua tangan Kris di pipinya dan memberi masing-masing sebuah kecupan. Ia lalu tertawa pelan.
Kris memberikan sebuah ciuman di dahi Tao lalu turun ke bibir, hanya sebuah ciuman ringan yang penuh cinta dan kebahagiaan.
"Aku disini, pervert dragon!" Cibir Suho karena merasa diabaikan oleh sepasang suami-'istri' di depannya.
Tao dan Kris tertawa. Kris kemudian melepaskan kedua tangannya di pipi Tao lalu berdiri menghadap Suho. Mereka tersenyum dan bersalaman. "Maaf jika aku akan merepotkanmu lagi 6 bulan kemudian."
"Bukan masalah!" Balas Suho tersenyum kecil. "Sebaiknya aku pergi!"
"Mau kuantar?"
"Tidak perlu. Tao lebih membutuhkan perhatianmu!"
"Baiklah! Sampaikan salamku untuk Yixing dan JoonYi." Suho mengangguk sebelum menutup pintu kamar Kris dan Tao dan meninggalkan sepasang suami-'istri' itu berdua.
Setelah Suho pergi, Kris menghampiri Tao. Ia berjalan dan merangkak naik diatas kasurnya. Kemudian ia berbaring di paha Tao dan telinga kanannya berada tepat di perut pemuda bersurai kelam itu. Ingin mendengar suara detak jantung baby dragonnya. Tidak ada satupun diantara keduanya yang membuka suara untuk memulai sebuah percakapan. Mereka lebih menikmati moment seperti ini.
"Gege? Kau mau anak laki-laki atau perempuan?" Tanya Tao lembut, membuka percakapan diantara mereka berdua setelah beberapa saat keheningan menyelimuti mereka berdua. Ia mengusap helaian pirang kecoklatan sang suami lembut.
"Yang mana saja, boleh!" Kris masih setia mendengar detak jantung sang baby dragon. Ia juga menikmati setiap sentuhan Tao yang membelai rambutnya.
Keterdiaman kembali menyelimuti pasangan itu. Tao masih setia membelai helaian rambut Kris sedangkan Kris mendengarkan detak jantung calon bayinya kelak, hingga tak sadar bahwa ia sudah jatuh tertidur di pangkuan Tao dan sentuhannya.
Sebuah senyuman manis terukit di paras tampannya, sepertinya sang dragon memimpikan sesuatu yang sangat indah.
…
FIN
…
Author Note::
Hai, kembali lagi dengan sebuah cerita baru. Setiap chapternya akan FIN, tapi akan tetap berlanjut (sesuai keinginan saya...hahahaha #plak). Ceritanya FIN tapi akan berlanjut, apa ya ngomongnya? Pokoknya, fanfiksi ini ngga COMPLETE! LOL Bingung? sama, saja juga bingung.
Ini adalah cerita KRISTAO MPREG kedua saya, setelah Wu Twins, tapi cerita itu sudah saya hapus. Maaf sebesar-sebesarnya untuk readers yang sudah review maupun follow & Favorite.
Akhir kata, semoga kalian menyukai cerita ini. Itu aja sih…hehehehe.
