SUMMARY : Hinata Hyuuga, gadis polos, si Puteri yang selalu dijuluki Ratu Byakugan merasa bosan dengan hari-harinya. Ia merasa terkurung dan terisolasi dengan kedudukan yang menuntut dirinya untuk selalu berdiam di istana Hyuuga. Lalu apa yang terjadi ketika ia diperkenalkan aplikasi canggih bernama Facebook?
Note : 18+
Seorang gadis berambut indigo menopangkan dagunya di pembatas balkon pada kamarnya. Atensinya menatap seisi pandangan yang dapat ia jangkau, indah menurutnya. Namun tak seindah yang ia rasakan saat ini. Bahkan setiap hari.
Mulanya Hinata Hyuuga nama gadis itu, mensyukuri posisinya sebagai pemimpin para wanita di keluarga terbesar, Hyuuga. Ia merasa terhormat dan diakui serta berguna bagi bangsa dan Negara-Konoha maksudnya.
Gadis berparas jelita itu menghela napas panjang semakin menenggelamkan lamunannya seraya senja berlangsung. Perasaan bangga memang ada. Tapi tidak bisa dipungkiri bagi tiap remaja berumur delapan belas tahun bahwa mereka dan aku butuh seorang lelaki yang disebut kekasih. Menjalani hari penuh romansa cinta monyet dengan sedikit sentuhan drama Korea jika sedang ada perselisihan.
Bersekolah layaknya anak SMU, menjahili dan dijahili, bersaing menjadi yang terbaik baik soal pelajaran mau pun kisah cinta. Pipis bersama-sama dengan teman wanita lainnya, mengendap untuk jajan saat pelajaran berlangsung, menopang pipi bosan menunggu bel pulang, sampai akhirnya pulang seperti berlomba lari Maraton yang garis finishnya ialah gerbang.
Lagi, gadis itu menghela napas. Aku menghayal lagi, ya? Tanyanya dalam hati. Ia membiarkan wajahnya dihempas angin lembut, berharap segala keluh kesahnya dan terutama rasa bosannya terbawa angin sore.
Ia membuka mata yang langsung terbelalak lebar ketika iris amethystnya mendapat siluet seorang pria yang tengah menciumi leher jenjang seorang wanita yang wajahnya terlihat aneh.
BLUSH!
Pipi Hinata merah padam. I-itu adalah Kak Neji! Dan… Tenten-san?
Ia membuang wajahnya yang memerah. Matanya ia luputkan dari pemandangan aneh baginya di bawah, dekat pohon di pekarangan yang memang langsung terekspos dari kamar Hinata di lantai tiga.
M-mengapa perasaan ini sangat memaksa? Hinata yang berusaha mati-matian untuk beranjak dari tempatnya malah memaksa pula untuk kembali melihat Kakak sepupunya yang sedang bercumbu.
Ia berteriak tertahan, mengerang depresi karena telah menuruti iblis dalam dirinya.
Gadis itu tak henti-hentinya menahan napas melihat ketika seorang gadis bernama Tenten itu berteriak erotis dengan peluh membasahi keduanya. Ia melihat jelas Neji meremas kedua dada Tenten dengan lutut yang ia tekan di bagian titik sensitif gadis itu.
Astaga.
Gadis itu tak mengerjapkan matanya sama sekali, ia baru kali pertama melihat real action dari cerita dewasa yang pernah ia baca.
Wajahnya kian memanas, jantungnya berdegup dan napasnya tercekat.
Aku harus berhenti melihat atau –
Libidonya naik.
– aku menjadi sangat bernafsu.
Ia meembalikan tubuhnya lalu memasuki kamarnya dengan hentakan kaki berulang-ulang.
Kak Neji cabul.
Hinata menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang dengan kasar lalu dengan tiba-tiba perutnya bergejolak, rasanya aneh.
A-apa ini?
Gadis itu menekuk tubuhnya menahan perasaan aneh dalam perutnya seraya ia berpikir aku harus bertemu Sakura.
I Wanna Try That!
Disc : Masashi Kishimoto
Story by : Author
Warn : Bodo amat ada OOT kek, OOC kek, TYPO kek, siapa suruh baca? SERIUS, INI ADA OC
Note : Jelas sekali banyak keuntungan yang diambil dari menulis fanfiksi, skill bertambah dan-WOY LANJUTIN
Oke,
Puteri Byakugan, Ratu Byakugan, Pemimpin Hyuuga atau apalah itu aku tidak peduli, meminta izin untuk keluar pada malam hari ditemani dua Shinobi dari keluarga Hyuuga.
Ketika sudah sampai beberapa jauh dari Istana, Hinata membalikan tubuhnya untuk menatap kedua pengawalnya dan menghentikan langkahnya.
"Aku mohon kalian tinggal di sini saja," ujar Hinata. Lalu ia membalikan tubuhnya lagi.
"Maaf, Nona, Tapi Tuan Hizashi menginginkan kami mengikuti Anda kemana Anda pergi,"
Ketika Hinata mulai melangkah ia kembali menetapkan kakinya. "Kubilang tinggal di sini," balasnya. Hinata menatap kedua pengawalnya dengan tatapan datar, "atau aku akan mengajak-"
Tanpa peduli Hinata akan bilang apa, pengawal mereka menyelak kata-kata Hinata, "K-kami mengerti!" dengan serentak lalu berlari menjauhi Hinata. Tetapi merunduk kemudian kisar sepuluh meter.
Gadis itu memiringkan kepalanya. Rupanya mereka tidak ingin kuajak berpasangan denganku.
Tidak menghiraukan mereka lebih lama, Hinata meneruskan perjalanannya ke kediaman Sakura yang tinggal di depan mata.
"Sakura," panggilnya dengan nada yang dilantunkan setelah ia sampai ke depan pintu rumah temannya itu.
Tak lama menunggu, gadis itu dibukakan pintu oleh seorang wanita yang tak lagi muda. "Ah, Hinata-chan!" sambutnya langsung diperkenankan masuk.
"Bibi Mebuki, apa ada Sakura?"
"Dia di kamar, sayang, dia belum tertidur kok,"
"Baiklah, terima kasih."
Maka gadis itu menaiki tangga menuju kamar Sakura.
"Jadi, jadi, apa yang perlu kubantu, hm, Hinata?" Tanya sang gadis bersurai merah muda menyelidik.
Belum menjawab apa-apa pipi Hinata sudah bersemu merah.
Sakura tidak heran melihatnya, meski pun Hinata jarang bicara, lugu dan polos, ia selalu mengutarakan isi hatinya dengan semu merah di wajahnya.
Baik itu marah, pun senang. Wajahnya selalu saja memerah.
"Aku melihat Kak Neji,"
Sementara gadis Byakugan mulai bercerita, si Ninja Medis sudah mengangguk paham. Neji lagi ya, batinnya. Sudah rahasia umum bagi Kunoichi Desa Daun kalau-kalau Hinata tidak mendapatkan kekasih karena isolasi dari sang Ayah atau malah ia yang menunggu seseorang untuk mendampingi hidupnya.
Neji Hyuuga.
Ya, Hinata adalah korban Incest nyata bagi Sakura dan teman lainnya.
"Menciumi Tenten-san dengan banyak desahan,"
Lagi Sakura mengangg-WHAT?
Ralat, ralat. Sudah rahasia umum bagi Kunoichi Desa Daun KECUALI TENTEN kalau-kalau Hinata tidak mendapatkan kekasih karena isolasi dari sang Ayah atau malah ia yang menunggu seseorang untuk mendampingi hidupnya.
Iris emerald gadis itu melebar dengan sangat jelas. "M-maksudmu?"
Poor Sakura. Asumsinya nol besar karena ternyata ia bercerita tentang Neji dengan Tenten, bukan Neji dan dirinya!
"Ya, ia menyerang Tenten-san dengan bertubi-tubi rangsangan."
Tunggu, kalau Neji yang Hinata cintai malah melakukan hal itu kepada orang lain, pastinya Hinata akan –
Sakura bertanya dengan hati-hati, "err… kau baik-baik saja, Hinata?"
– cemburu?
"Aku baik-baik saja," balasnya. Ia menatap mata Sakura datar.
Sakura menghela napas lega. Untungnya Hinata tidak memintaku penjelasan apa yang Tenten rasakan. Dan untung pula Hinata tidak meminta Sakura mencarikan pria yang akan Hinata buat seperti Neji dan dirinya adalah Tenten.
Sakura bersyukur, karena ternyata Hinata masih waras sedikit. Apalagi ia sangat menyesal mengenalkan apa itu seks kepada gadis itu. Tapi itu sudah lama.
Habisnya Sakura salah mengirim komik doujin mesum yang seharusnya ada di tangan Ino malah ia berikan kepada Hinata. Alhasil, Hinata bertanya dengan polosnya mengapa tiap gadis-gadis di buku itu mendesah dan benda apa yang membuatnya mendesah.
Sial, aku jadi ingat semua itu.
Mencairkan suasana kikuk pada Sakura, ia melanjutkan, "J-jadi, apa yang harus kubantu?"
Hinata berpikir sebentar, lalu ia membuka mulut, "Dulu Sakura pernah membuatkan aku semacam akun sosal, kan?"
Sakura mengangguk.
"Aku lupa apa namanya,"
"Facebook," jawab Sakura was-was. Ia sedikit ngeri jika Hinata akan meminta yang tidak-tidak.
"Aku pinjam handphonemu Sakura, dua hari."
"Untuk apa?" Bukan, bukan Sakura panik karena Hapenya akan dipinjam, Sakura punya dua, lagi pula Hinata sahabat yang sangat baik. Jangankan Handphone, pakaian dalam pun akan ia bagi dua. Sakura hanya takut jika Hinata akan … kau tahu maksudku, kan?
"Aku mau memotret diriku dan aku mau berkenalan ke pada orang-orang,"
"Tidak-tidak Hinata, maksudku, kau tidak bis-"
"Aku mohon, Sakura."
"Ta-"
"Sa-ku-ra-chan, aku tidak tahan bila sendirian di Mansion, tanpa dirimu, aku ingin memiliki seorang teman ketika kau bersekolah,"
Skakmat. Sakura selalu saja luluh jika Hinata sudah melantunkan lagu a la Rapunzel yang ia rubah sendiri kata-katanya. Parahnya ia bernyanyi dengan raut wajah tidak memiliki ekspresi sama sekali. Sakura menghela napas.
"Baiklah …" Sakura menyerah. Ia beranjak dari tempat tidurnya untuk mengambil salah satu handphonenya di meja belajar. " …kumohon hanya dua hari, Hinata."
Gadis itu mengangguk tanda sepakat.
Sekali lagi, poor Sakura. Lagi-lagi asumsinya salah, nyatanya Hinata sangat penasaran sehingga ia ingin sekali merasakan sensasi bercinta bahkan ia hampir mengajak kedua pengawalnya.
To Be Continued
Fuuhh, ga greget ya?
Nantilah gregetnya, wlwlwl. Reviewnya ya, mengenai chapter ini. Dadah!
