Seorang gadis berambut hijau pendek duduk di bawah pohon sakura di belakang sekolahnya. Ia menikmati angin yang meniup bumi dan langit yang biru dengan awan-awan putihnya yang menghiasi. Gadis itu bernama Gumi . Gumi menyenderkan kepalanya ke pohon itu dan tetap memandangi langit .
"When will I be like her?"
Dengan kata-kata itu,yang ada di pikiran Gumi adalah Luka dan Gakupo. Ya, dia iri dengan Luka yang sangat cantik , dewasa dan disukai banyak orang. Di mata Gumi , Luka adalah wanita yang sempurna. Sedangkan Gakupo adalah pria yang disukai oleh Gumi. Ia selalu melihat Luka dan Gakupo sangat dekat , Ia cemburu , Ia iri . Tetapi Luka sendiri adalah sahabat Gumi dulu yang sudah putus hubungan pertemanannya dengan Gumi. Tetapi walau begitu , Gumi tidak ingin menyakiti Luka untuk mendapatkan Gakupo. Gakupo sendiri sebenarnya juga teman masa kecil Gumi sebelum mengenal Luka. Gumi takut semuanya malah menjadi berantakan .
Saat pulang sekolah , Gumi berjalan sendiri ke rumahnya dan tiba-tiba disambut oleh teman masa kecilnya juga yang bernama Gumiya. "Yo,yo! Wajahmu murung lho!" Gumiya mulai mendekatkan dirinya ke sisi Gumi dan berjalan di samping Gumi. Gumiya dan Gumi bersahabat dan hubungan mereka seperti saudara . "Murung? Tidak kok. Perasaanmu saja kali?" Gumi melirik ke wajah Gumiya yang sedang menyengir . "Menyangkal lagi , menyangkal lagi , ya sudah deh~! Kalau itu pendapatmu!" Gumiya mengatakannya sedikit dihentakkan dan Gumi tertawa kecil.
"Jalanmu ke sana kan? Kita berpisah disini, okay ?" Gumiya senyum , "Jaa ne! Sampai bertemu lagi besok!" Gumiya jalan berpisah dari Gumi sambil melambaikan tangannya dengan pelan. Gumi tertawa kecil dan melambaikan tangannya juga. "Jaa!" Gumi mengeluarkan suara yang sedikit tinggi dan agak keras. Mereka pun akhirnya jalan ke rumah masing-masing. Saat Gumi berjalan dan hampir sampai ke rumahnya , Ia merasa ada yang mengganjal di penglihatannya saat Ia berpisah jalan dengan Gumiya ,
Ada yang mengawasi mereka .
Gumi meletakkan tasnya di dekat kursi belajarnya dan langsung menidurkan diri di ranjangnya. Ia mengeluarkan helaan napasnya dan memeluk boneka kelinci putih kesukaannya. Boneka itu pemberian dari Gakupo saat Valentine Day , awalnya Gumi juga tidak menyangka kalau Gakupo yang dingin mau memberikannya boneka , apalagi itu saat di Valentine Day . Gumi berhenti memeluk bonekanya dan mengangkat bonekanya ke arah langit kamarnya , Ia menatap boneka itu . "Apa Aku punya kepercayaan dan keberanian untuk merebut Gakupo dariku ya...?" Gumi berbicara pada dirinya sendiri dan wajahnya menandakan keraguannya untuk bersama dengan Gakupo.
Setelah beberapa menit Ia menatap boneka itu , Ia menghela napasnya lagi. "Sudahlah , Gumi , jangan berharap deh." Ia berbicara lagi pada dirinya sendiri dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
"This mind keeps reminding me of you ,
You're haunting me , dear."
Gumi keluar dari kamar mandinya dan sudah tampil dengan pakaian sehari-harinya. Ia mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil dan berjalan ke ranjangnya. "Kenapa rasanya kamarku dingin sekali ya...?" Gumi berkata dalam hati dan melihat ke kanan dan ke kiri. Ia kaget dengan apa yang Ia lihat , jendela kamarnya terbuka . "Eh...?" Gumi mengeluarkan suara yang kebingungan , Karena seingatnya , saat Ia pergi ke sekolah biasanya jendela itu tidak terbuka. Lalu Gumi mulai berpikir . "Ah,mungkin saja ibu yang membukanya. Eh... tidak. Kalau ibu yang membukanya , pasti terdengar langkah kaki. Tapi... eh... tapi... Aku tanyakan saja ke ibu." Gumi meletakkan handuk kecilnya sembarangan dan keluar dari kamarnya. Ia dengan cepat menuruni anak-anak tangga dan mencari ibunya.
Ia berjalan ke dapur dan mendengar telepon rumahnya berbunyi. Ia berlari ke ruang tamu dan menjawab teleponnya. "Halo..?" Gumi menyapa penelepon. "Ah,Gumi, ini ibu. Ibu sedang ada di luar kota , maaf ya mendadak." Suara ibu Gumi berkata. "Eh.. Ibu, Ibu membuka jendela kamarku tidak?" Gumi bertanya dan salah satu alisnya naik. Lalu ibu Gumi menjawab ,
"Tidak kok."
Gumi kembali lagi ke kamarnya dan menutup jendelanya . "Lebih baik Aku segera mengerjakan pr ku!" dengan cepat Gumi duduk di kursi belajarnya dan mendapati sebuah surat ada di atas mejanya. 'From : Gumiya' , Gumi langsung diam dan tersenyum kecil , "Ada apa lagi sih dengan bocah ini." Gumi mulai membuka surat itu dan membaca isi kertasnya.
From , Gumiya
Hey , maaf kalau Aku mengirim surat secara tidak sopan! Aku dengan hebatnya bisa memanjat rumahmu lho ! Hanya untuk mengantarkan surat ini! Aku hebat kan? Sebaiknya kau mengakui kehebatan pria ini!
Surat ini sangat berarti! Jangan berhenti membaca! Oh ya, besok...
Jangan lupa membawa coklat untukku,sebagai hadiah kalau Aku ini..
Aku ini hebat daripada kau!
Aku ingin memberitaumu ,
Sejak kecil saat pertama kali kita bertemu , Aku merasakan ada yang aneh saat melihatmu. Kau sangat imut , dan kau sangat menyenangkan untuk dijahili , menurutku sih.. Tapi kau juga tidak kalah jahilnya denganku kan? Tapi aku selalu menang darimu! Karena itu...
Ah,sebenarnya Aku menulis ini dengan sangat malu.. maksudku..
Aku menyukaimu!
Aku sangat menyukaimu!
Temui Aku di bawah pohon sakura besok saat pulang sekolah!
Bye , Gumi~!
Gumi terdiam saat membaca surat itu. Sahabatnya mencintainya , dirinya mencintai Gakupo , dan Ia juga tau ada seorang gadis bernama Rin yang menyukai Gumiya , dan juga ada Len yang menyukai Rin , ada Luka yang menyukai Gakupo dan Gakupo pun sepertinya menyukai Luka.
Itu pendapatnya.
"It's so complicated, isn't it?"
"Ring! Ring! Ring!" Suara bel sekolah yang mengatakan sudah saatnya pulang. Wajah para murid di kelas langsung cerah karena mendengar bel itu. Gumi melihat ke jendela , lalu membereskan barang-barangnya.
Seperti yang dikatakan Gumiya di surat itu,Gumi berjalan ke belakang sekolahnya,dimana pohon sakura besar itu berdiri. Gumi melihat Gumiya yang ketiduran dan mulailah pikiran usilnya itu. Ia mendekati Gumiya , lalu mengambil ranting pohon dan mengelus hidung Gumiya dengan ujung ranting itu. Gumiya yang merasa tidurnya diganggu dan menjadi tidak nyaman itu terbangun dan matanya langsung segar dengan kehadiran ranting itu. "Kamu ngapain sih!?" Gumiya mengeluarkan suara yang agak besar dan melihat ke Gumi yang tertawa.
"K-kurang ajar!" Wajah Gumiya langsung memerah dan langsung buang muka , Gumi tersenyum dan menyentuh punggung Gumiya dengan ranting itu , "Aiyaaaa,sepertinya ada yang...ngambek." Gumi melihati Gumiya yang berusaha menyembunyikan wajahnya yang merah itu. "Oh,kau senang? Baguslah. Berarti kau mencintaiku juga kan?" Gumiya melihat ke Gumi dengan tatapan usil. Gumi terdiam dan tangan kirinya langsung dikepalnya dan siap untuk memukul Gumiya, tetapi Gumiya menghentikan tangannya itu dan menarik Gumi ke dirinya sendiri. Ranting pohon itu jatuh. Wajah Gumi dan Gumiya menjadi dekat. Mereka pun saling menatap.
Angin berhembus dengan pelannya,dan Gumiya akhirnya mencium Gumi. Wajah kedua teman masa kecil itu langsung memerah. "Aku serius,Aku mencintaimu. Kau masih tidak percaya? Itu terserah kau,tapi dengan ciuman ini,Aku sudah membuktikannya,kan?" Gumiya kembali menatap Gumi yang wajahnya masih merah dan malah semakin memerah. "Ur... " Gumi menjadi sangat gugup. Gumiya menyengir , "Mulai sekarang , kau harus menjadi di sisiku ,begitu juga Aku!" Gumiya mencium dahi tidak tau harus apa.
"Aku harus bagaimana...?"
"Aku dan Gumiya hanya bersahabat..."
"Bagaimana dengan Rin nanti? Lalu perasaanku pada Gakupo.."
"Kenapa sangat membingungkan... seperti benang kusut..?"
Sekali lagi, ada bayangan yang mengawasi mereka di belakang pohon.
